Anda di halaman 1dari 16

TUGAS I

MAGMA BUMI
MATA KULIAH PETROLOGI (TGS7204)

Disusun oleh :
SEPTIAN PURNOMO AJI
410018067
KELAS 01

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


DEPARTEMEN TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt karena berkat dan rahmatnya saya bisa
menyelesaikan makalah yang bejudul “Bentuk, Perawakan, dan Habit Kristal” Mata
Kuliah Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik Geologi. Saya merasa makalah
ini masih sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu saya harap pembaca bisa
memberikan saran yang membangun untuk saya supaya makalah ini bisa saya revisi
kembali. Saya menucapkan terima kasih atas arahan dari dosen Kritalografi dan
Mineralogi karena tenpa beliau pembuatan makalah ini tidak akan terlaksana. Saya
harapkan semua yang mambaca makalah ini nantinya bisa menambah pengetahuan
sehingga dapat membuat pemahaman menjadi lebih mengerti serta bisa dijadikan
sumber dalam pengerjaan tugas dengan bahasan yang terkait dengan pembahasan
untuk kedepannya.

Yogyakarta, 25 Maret 2019

Septian Purnomo Aji


NIM 410018067

2
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... 1
PRAKATA ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Maksud ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................. 4
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 5
2.1 Pengertian Magma ............................................................................. 5
2.2 Proses Terbentuknya Magma ........................................................... 6
2.3 Tipe Magma ........................................................................................ 8
2.4 Komposisi Magma .............................................................................. 8
2.5 Kristalisasi Magma ............................................................................ 9
2.6 Seri Reaksi .......................................................................................... 11
BAB III. PENUTUP ....................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Petologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk
kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi batuan
tersebut serta hubungannya dengan proses-proses geologi dan sejarah geologinya.
Pembelajaran tentang magma sangat diperlukan pada kuliah geologi karena magma
adalah bahan yang menghasilkan batuan beku. Batuan beku adalah batuan yang
tebentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan
proses perubahan fase padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal –
kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat
berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi
batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat.
Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan
terbentuk kristal – kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi
pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan
berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku
menjadi gelas.

1.2. Maksud
Maksud dari pembuatan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Petrologi (TGS7208) pada hari Selasa, 26 Maret 2019

1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya paper ini dalam mata perkuliahan Petrologi adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Magma.
2. Untuk memperdalam pengetahuan tentang keterdapatan magma.
3. Sebagai sarana belajar bagi mahasiswa

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian magma


Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara
alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-1300 ̊ C (sekitar
1200-2400 ̊ Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah
hingga selubung bagian atas dan bersifat asam atau basaMagma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun
kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari proses-
proses berikut ini ; penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan
sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Berdasarkan keterangan dari para ahli seperti Bapak Turner dan Verhoogen
tahun 1960, Bapak F.F Groun Tahun 1947, Bapak Takeda Tahun 1970, magma
didefinisikan atau diartikan sebagai cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara
alami, memiliki temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan
2.500 derajat celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di kerak
bumi bagian bawah. Dalam magma terdapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya
yang bersifat volatile / gas (antara lain air, co2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan
bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas yang
merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.
Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga
mineral-mineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa
penghabluran
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal
dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s
Reaction Series.
Magmatisma adalah peristiwa penerobosan magma melalui rekahan dan
celah-celah pada litosfer yang tidak sampai ke permukaan bumi, peristiwa ini

5
menyebabkan magma membeku di dalam bumi membenutuk batuan plutonik,
proses tesebut disebut intrusi, dan batuan yang terbentuk disebut batuan intrusi.
Apabila penerobosan magma sampai ke luar permukaan bumi, maka prosesnya
dinamakan ekstrusi, sedangkan cara keluar magma seperti ini dinamakan erupsi dan
pristiwanya dinamakan vulkanisma. Para ahli berpendapat bahwa panas bumi
berasal dari proses“pembusukan” material-material radioaktif yang kemudian
meluruh atau mengalami disintegration menjadi unsur radioaktif dengan komposisi
yang lebih stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah energi (panas)
yang kemudian akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya. Dimungkinkan, dari
proses tersebut dan pengaruhnya terhadap geothermal gradient yang mencapai
193.600°C inilah magma dapat terbentuk.

2.2. Proses Terbentuknya Magma


Magma sebagai salah satu kandungan yang ada di dalam Bumi ini tidak
muncul dengan sendirinya dengan begitu saja. Magma ini bisa terbentuk karena
adanya proses yang berlangsung di dalam Bumi, seperti halnya guyot yang
mengalami proses terbentuknya guyot. Pembentukan magma ini tidak lepas dari
litosfer yang merupakan suatu jenis lempeng Bumi. Proses pembentukan magma ii
melibatkan dua lempeng litosfer yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Magma ini merupakan sesuatu yang terbentuk sebagai akibat dari peristiwa
pembenturan antara dua lempeng litosfer. Salah satu lempeng yang berbenturan
tersebut menunjam dan menyungsup ke dalam astenosfer. Kedua lempeng litosfer
yang saling berinteraksi tersebut kemudian mengalami pergesekan. Karena adanya
pergesekan ini maka akan meningkatkan suhu dan juga tekanan di antara dua
lempeng litosfer yang saling berinteraksi tersebut. Peningkatan suhu dan tekanan
tersebut akan ditambah dengan adanya air yang berasal dari sedimen- sedimen
samudera, dan hal ini akan diikuti oleh proses peleburan sebagian dari lapisan
litosfer tersebut, dan terbentuklan magma.
Itulah secara umum gambaran terjadinya magma. Agar lebih jelas memahami
proses terjadinya magma, proses pembentukan magma tersebut dapat dituliskan ke
dalam poin- poin sebagai berikut:
1. Dua lempeng Bumi (lempeng litosfer) mengalami peristiwa pembenturan.

6
2. Salah satu dari kedua lempeng tersebut menunjam dan menyungsup ke
dalam astenosfer.
3. Kedua lempeng litosfer tersebut mengalami pergesekan.
4. Pergesekan tersebut meningkatkan suhu dan juga tekanan di antara kedua
lempeng tersebut.
5. Suhu dan tekanan yang tinggi ini akan disertai air yang berasal dari sedimen
dan diikuti oleh peleburan bagian dari litosfer. Hal inilah yang dinamakan
magma.
Itulah beberapa tahapan yang ada dalam proses pembentukan magma.
Untuk lebih jelas lagi memahami proses terjadinya magma, maka bisa
dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Magma terbentuk akibat terjadinya pertemuan antara dua lempeng litosfer.


Interaksi antar lempeng ini akan menimbulkan gaya gesekan, hasilnya terjadi
peningkatan suhu dan juga peningkatan tekanan padaarea tersebut. Kemudian
gesekan ini juga akan menyebabkan adanya air dari sedimen-sedimen samudera-
samudera. Nah karena Akibat adanya peningkatan suhu, tekanan, dan cairan akan
terjadi peleburan yang menghasilkan magma.Karena suhunya yang sangat tinggi
magma dapat melelehkan komponen di sekitarnya, berikut adalah pelelehan yang
dapat disebabkan karena magma, yaitu :
1. Decompression Melting
Decompression melting merupakan melelehnya material di atas mantel
bumi akibat material panas naik ke atas karena proses konveksi panas. Sesuai
dengan hukum fisika, tekanan berbanding lurus dengan titik lebur. Dekompresi
(penurunan tekanan) akan membuat lapisan material yang solid meleleh karena titik
leburnya juga menurun. Decompression melting sering terjadi pada kawasan

7
divergen dimana lempeng tektonik saling terpisah sehingga magma di bawahnya
bergerak mengisi ruang kosong hasil perpisahan tersebut dan membeku membentuk
lapisan kerak bumi baru.
2. Transfer Panas
Ketika enerti panas dari magma merajah lapisan kerak bumi yang dingin,
maka panas tersebut akan tertransfer ke sekelilingnya, sehingga batu tersebut juga
meleleh membentuk magma.
3. Flux Melting
Flux melting terjadi saat air dan karbondioksida ditambahkan pada batuan.
Akibatnya kedua senyawa ini akan melelehkan batuan tersebut dan menciptakan
magma baru.

2.3. Tipe Magma


Sebagi salah satu isi dari perut Bumi, magma ini ternyata memiliki beberapa
tipe yang berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya. Tipe magma ini dilihat
berdasarkan kandungan SiO2. Berdasarkan kategori ini, magma dibedakan menjadi
tiga macam tipe, yakni:
 Magma Basaltik atau Basaltic Magma, yakni magma yang mempunyai
kandungan SiO2 sebanyak 45 hingga 55% berat, kandungan Fe dan Mg tinggi,
serta kandungan K dan juga Na rendah.
 Magma Andesitik atau Andesitic Magma, yakni merupakan magma yang
memiliki kandungan SiO2 sebesar 55 hingga 65% dari berat, mempunyai
kandungan Fe, Mg, Ca, Na, dan K dalam jumlah yang sedang atau menengah.
 Magma Riolitik atau Rhyolitic Magma, yakni merupakan magma yang
mempunyai kandungan SiO2 sebanyak 65 hingga 75% persen dari berat,
kemudian juga memiliki kandungan Fe, Mg, dan Ca dalam jumlah rendah, dan
mempunyai kandungan K dan Na yanh tinggi.

2.4. Komposisi Magma


Magma merupakan cairan batu yang berada di dalam Bumi. Magma yang
bersifat panas ini mempunyai banyak sekali kandungan zat- zat yang ada di
dalamnya. Hanya saja, penelitian tentang kandungan yang ada di dalam magma

8
hanya bisa diteliti melalui batuan beku yang menyusun magma tersebut. Hal ini
karena ketidakmungkinan mengambil sampel magma yang berada di dalam perut
Bumi dan sifatnya sangat panas tersebut.
Beberapa kandungan di dalam magma diketahui bahwa itu merupakan zat
kimia. Komposisi yang menyusun magma ini trebilang sangat kompleks. Sekitar
99% dari magma ini tersusun dari 10 unsur kimia, antara lain Silikon (Si), Titanium
(Ti), alumunium (AI), besi (Fe), magnesium (Mg), kalsium
(Ca), natrium (Na), kalium (K), hidrogen (H) dan oksigen (O). Itulah beberapa
kandungan pokok yang dimiliki oleh magma. Kandungan- kandungan tersebut
masih dapat bervariasi sehingga menghasilkan suatu kandungan yang berkombinasi
satu dengan yang lainnya. Secara umum kita akan menemukan bahwasannya SiO2
lah yang paling banyak mendominasi dalam komposisi magma. Jika kita
prosentasikan jumlahnya, maka SiO2 ini menyusun paling banyak magma, yakni
lebih dari 50% dari berat magma. Kemudian 44% dari berat magma ditempati oleh
AI2O3, FeO, MgO, CaO. Sisanya adalah Na2O, K2O, TiO2, dan H2O yang
menyusun sekitar 6% dari bert magma.
Komposisi kimiawi magma terdiri dari :
• Senyawa
Senyawa yang bersifat non volatile (senyawa yang tidakmudah menguap)
dan merupakan senyawa oksida dalam magma. Jumlahnyasekitar 99% dari seluruh
isi magma , sehingga merupakan mayor element, terdiridari SiO2, Al2O3, Fe2O3,
FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
• Senyawa volatil
(senyawa yang mudah menguap) yang banyak pengaruhnya terhadap
magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S,SO2 dsb.
• Unsur
Unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) danmerupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.

2.5. Kristalisasi Magma


Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari
pengendapanlarutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan

9
langsung dari gas.Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan
padat-cair, dimana terjadi perpindahan massa dari suat zat terlarut (solute) dari
cairan larutanke fase kristal padat.
Proses Kristalisasi Magma terjadi karena magma merupakan cairan
yang panas, maka ion-
ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan.Sebaliknya pada
saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yangtidak beraturan ini
akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinyamenyusun bentuk yang
teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi.
Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-
ionakan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan
untuk bergerak. Ion-
ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur.
Pada umumnya material yang menyusun magma tidak
membeku pada waktu yang bersamaan.Kecepatan pendinginan magma akan sanga
t berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal.Apabila
pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ionmempunyai kesempatan
untuk mengembangkan dirinya, sehingga akanmenghasilkan bentuk kristal yang
besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat,ion-ion tersebut tidak mempunyai
kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal,sehingga hasil pembekuannya akan
menghasilkan atom yang tidak beraturan(hablur), yang dinamakan dengan mineral
gelas (glass).
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dansilikon
akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon.
Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung
dengan ion-ion lainnya dan akan membentuk inti kristal dan bermacammineral
silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalinyang tidak
berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktuyang
bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan
mengkristal pada temperatur yang
lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadangmagma mengandung
kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yangmasih cair. Komposisi dari

10
magma dan jumlah kandungan bahan volatil jugamempengaruhi proses
kristalisasi.Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka
penampakanfisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal
tersebut,maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada
faktor-faktortersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat
diperkirakan darisifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai
tekstur. Jadiklasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi
mineralnya.Jenis Kristalisasi Berdasarkan Proses Utama
– Dipandang dari asalnya,kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama :
1. Kristalisasi dari larutan ( solution ) : merupakan proses kristalisasiyang umum
dijumpai di bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk kristalsenyawa
anorganik maupun organic seperti urea, gula pasir, sodium glutamat,asam sitrat,
garam dapur, tawas, fero sulfat dll.
2. Kristalisasi dari lelehan ( melt ) : dikembangkan khususnya
untuk pembuatan silicon single kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver yang
merupakan bahan dasar pembutan chip-chip integrated circuit ( IC ). ProsesPrilling
ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.
3. Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses sublimasi-desublimasidimana suatu
senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal. Dalamindustri
prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk.

2.6. Seri Reaksi


Bowen Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu
mineral sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan perbedaan kandungan
magma [bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari
magma induk yang bersifat basa. Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua
cabang; kontinyu dan diskontinyu.
 Continuous branch
[deret kontinyu] Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret
kontinyu, mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya.
Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring
penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang pada

11
akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi ini
berlangsung hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena
mineral awal terus ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan
plagioklas kaya kalsium di alam bebas.Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan
terbentuk zooning pada plagioklas [plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas
kaya sodium].
 Discontinuous branch
Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates
. Dalam deret diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada
suhu tertentu dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma.
Bowen menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang jika
diteruskan akan bereaksi kemudian dengan sisa magma, membentuk pyroxene.
Jika pendinginan dlanjutkan, akan dikonversi ke pyroxene,dan kemudian biotite
[sesuai skema]. Deret ini berakhir ketika biotite telah mengkristal, yang berarti
semua besi dan magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan untuk
membentuk mineral. Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah
ada tidak sempat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk
rim [selubung] yang tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya.
Gambar Bagan Seri Reaksi Bowen

12
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kristalisasi
dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian. Mineral-mineral
tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:
1.Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.
2. Golongan mineral berwarna terang atau felsic mineral.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung
semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan
bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan
dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik , yang pertama kali terbentuk
dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut
jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan
Piroksan merupakan pasangan”Incongruent Melting”; dimana setelah
pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.
Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan
temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam
temperatur yang rendah.

13
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena
mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang
pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan
beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu menengah dan
terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada
suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti
granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisiPlagioklas ini merupakan deret :
“Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas
Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini
Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic
Plagioklas" , sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na("Sodic Plagioklas / Alkali
Plagioklas"). Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral
Potasium Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka
mineral Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral
Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali
adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral
lain.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara
alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-1300 ̊ C (sekitar
1200-2400 ̊ Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah
hingga selubung bagian atas dan bersifat asam atau basaMagma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada.
Magma sendiri juga adalah suatu bahan atau material yang dapat
membentuk batuan beku. Magma berisi banyak unsur dan senyawa didalamnya
serta mineral penyusun batuan.

3.2. Saran
Dalam pemelajaran mata kuliah petrologi ini sebaiknya materi yang
disampaikan mendapat penjelasan dan review yang lebih jelas. Dalam pemberian
tugas diberikan gambaran terlebih dahulu dan saran untuk mendapat sumber jurnal
ataupun buku.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.literasipublik.com/magma-dan-proses-pembentukannya
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/proses-terjadinya-magma
http://magma.isu.web.id/id1/2183-2078/magma_28859_magma-isu.html

16

Anda mungkin juga menyukai