TSUNAMI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK : ATMOSFER
Alya nuruz zafirah
Maulida Rizkia
Nama anggota
Natasya Humaira
Nurhidayat Syah
Tsunami (bahasa Jepang tsu pelabuhan, nami gelombang, secara harfiah berarti "ombak
besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan
laut secara vertikal dengan tiba-tiba Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh
gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga
yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Di laut dalam gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km
per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya
sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30
km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan
korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material
yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa mega tsunami mungkin saja terjadi, yang
menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam.
Penyebab Tsunami :
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah
besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.
Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa
tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang
besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak
terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak
lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air
laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor
yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0-30 km)
Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang
berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain barat Sumatera, selatan Jawa, Nusa
Tenggara, utara Papua, Sulawesi dan Maluku serta timur Kalimantan. Tsunami di Indonesia pada
umumnya adalah tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempa bumi dan datangnya
gelombang tsunami antara 20 s/d 30 menit.
Berdasarkan katalog gempa (1629 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak
109 kali, yakni 1 kali akibat longsoran (landslides), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali
akibat gempa bumi tektonik. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa
yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponendip-ship, yang terbanyak adalah tipe thrust
(Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba, 1977), Gempa dengan mekanisme fokus
strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.
Dirancang sebagai media informasi tentang musibah tsunami di Samudera Hindia dahsyat
tanggal 26 Desember 2004 lalu, khususnya yang terjadi di wilayah Aceh, sebagai kawasan
bencana yang paling parah dengan korban tewas paling tinggi. Sekarang ini siapa saja yang
datang di provinsi Aceh terutama ke Kotamadya Banda Aceh, kabupaten Aceh Besar, Aceh
Barat, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Pidie, Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara dengan
tujuan apa saja termasuk tsunami tour, tidak terlalu perlu harus banyak orang bercerita
bagaimana saat gempa mengguncang atau dari mana tsunami datang, karena mereka masih bisa
melihat sendiri kerusakan semua sendi kehidupan yang ditimbulkan kedua bencana alam
tersebut.
Kecuali itu, sekarang ini hanya yang tidak terlihat lagi dengan mata kepala adalah korban
yang hilang dan meninggal dunia karena yang meninggal dan ditemukan mayatnya sudah
dikebumikan dalam berbagai kuburan massal. Data akhir yang diterima Suara Karya pada
sekretariat Pemda Provinsi Aceh, 30 Juli 2005 menyebutkan lebih dari 234.271 penduduk Aceh
tewas serta 165.729 orang hilang dan 150.000 rumah mereka hancur total akibat diguncang
gempa serta diterjang tsunami pada Minggu, 26 Desember 2004 lalu. Sedangkan korban yang
selamat namun sudah kehilangan sanak saudara dan harta benda masih berada di barak-barang
pengungsi di seluruh Aceh. Belakangan dari 512.000 pengungsi itu hanya sebagian kecil mereka
yang nekat pulang kembali ke bekas lokasi rumahnya dengan cara membuat pondok kecil atau
tenda darurat. Tujuan mereka pulang juga beragam mulai dari tidak sanggup lagi hidup di barak-
barak pengungsi yang berderet- deret. Setiap barak 12 kamar berukuran satu kamar 4 x 5 m
dengan ketentuan huni satu kamar satu keluarga atau 5 orang. Juga supaya lahan bekas rumah
mereka tidak hilang jejak atau beralih tangan.
Permasalahan
Kabupaten Purworejo yang terletak di pulau jawa bagian selatan yang berbatasan
langsung dengan samudera hindia yang letaknya berdekatan dengan Lempeng tektonik Eurasia
dan Lempeng Indo-Australia, Kabupaten Purworejo dijadikan sebagai Kabupaten peringkat ke-3
sebagai daerah yang berpotensi terhadap bencana tsunami di bawah Kabupaten Cilacap
(peringkat 1) dan Kabupaten Kebumen (peringkat 2) (BNPB, 2015).
Potensi terhadap bencana tsunami tersebut sangatlah besar karena letaknya yang
berdekatan dengan pertemuan Lempeng tektonik yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-
Australia yang sewaktu-waktu dapat berpotensi menimbulkan gempa tektonik dan gempa
tektonik yang terjadi diperairan dangkal, sangat berpotensi menimbulkan terjadinya bencana
tsunami. Bila bencana tsunami terjadi, dampak akibat bencana tsunami sangatlah merugikan
khususnya bagi masyarakat Kabupaten Purworejo yang berdomisili di daerah pesisir dilihat dari
masih banyaknya bangunan yang terbangun dan banyaknya aktivitas masyarakat di kawasan
pesisir khususnya di zona yang dianggap sebagai daerah rawan bencana tsunami, bencana
tsunami yang terjadi di daerah pesisir terbukti sangatlah merugikan, seperti bencana tsunami di
aceh yang mampu menewaskan sekitar 280.00 jiwa, tidak hanya korban jiwa tetapi juga kerugian
material yang sangat besar dan mengakibatkan lumpuhnya kegiatan atau aktivitas masyarakat.
Gambar 1.1
Apakah tsunami dapat dicegah?
Beberapa bencana alam yang tidak dapat dicegah misalnya gempa bumi, gunung
Meletus, maupun tsunami, namun ada pula yang sebenarnya dapat dicegah. Setidaknya bisa
berusaha meminimalisir dampak kerugiannya. Misal, banjir ataupun pergerakan tanah (tanah
longsor).