Anda di halaman 1dari 14

Tugas : Epidemiologi Kesehatan Darurat

MAKALAH

TSUNAMI

Oleh :

Kelompok 4

Nurul Khairunnisa Wahid (K11112112)

Ade Pratiwi Muslimin (K11112113)

Muhammad Mario Hikmat (K11112116)

Kurnia Pujiati (K11112251)

Ani Hidayati (K11114705)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia,
lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera ,
Jawa - Nusa Tenggara ,Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan
dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat
berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat
tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan
gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi
oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami
yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di
sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama
kurun waktu 1600- 2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya
disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh
tanah longsor (Latief dkk., 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang
rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau
Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku,
pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah
daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600-2000 di daerah ini
telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh
meletusnya gunung berapi di bawah laut. (BNPB, 2014).
Bencana gelombang tsunami yang diawali gempa bumi berkuatan 8,9 skala ricther
(SR) pada pukul 08.15 Wib yang melanda Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
dan Propinsi Sumatera Utara pada 26 Desember 2004 telah membuat porak poranda
kota di sepanjang barat daerah pantai Nanggroe Aceh Darussalam dan Propinsi Sumatera
Utara. Kerusakan Aceh akibat bencana gempa bumi dan Tsunami mencakup 1.600 KM
daerah pantai yang membentangi dari Aceh Timur hingga Aceh Barat sampai Aceh
Singkil. tsunami yang hanya berlangsung dalam hitungan menit suasana Aceh berubah
total bagai jarum jam berbalik arah berputar kencang melibas apa yang ada di depannya
semua jadi rapuh dalam amukan gelombang tsunami bagaikan negeri dilanda kiamat.
Bencana sedahsyat tsunami mengubah orang dalam situasi baru, mereka harus berjuang
untuk beradaptasi, kehilangan orang terdekat, harta, pekerjaan dan rencana masa depan
yang sudah direncanakan. Gempa bumi dan tsunami menyisakan kerusakan infrastruktur
yang luar biasa. Jalan dan jembatan hancur, rumah-rumah penduduk banyak mengalami
kerusakan dari yang berat sampai yang ringan bahkan banyak yang hancur. Begitu juga
dengan kantor pemerintahan, rumah sakit, sekolah-sekolah, pasar-pasar, pelabuhan
nelayan dan sebagainya. Perekonomian masyarakat terhenti total, Nanggroe Aceh
Darussalam dan Nias dalam sekejap kehilangan masa depan. Ratusan ribu orang tewas
dan hilang dalam bencana gempa dan tsunami tersebut. Bagi orang-orang yang selamat
dari gempa bumi dan tsunami telah berimbas pada kenyataan kehidupan yang
memperihatinkan, ratusan ribu masyarakat terpaksa harus mendiami tenda-tenda
pengungsi dengan segala kenestapaan dan kekurangan. Mereka suka atau tidak suka
harus menghadapi kenyataan sebagai penerima bantuan, padahal sebelumnya mungkin
tidak pernah dibayangkan apalagi direncanakan. Berdasarkan data dari media center
Lembaga Informasi Nasional (LIN), jumlah korban tewas akibat becana gempa bumi dan
gelombang tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumut diperkirakan 173.741 jiwa
dan jumlah pengungsi 394.539 jiwa. Korban tersebut berasal dari berbagai wilayah Aceh
yang letak wilayahnya dekat dengan bibir pantai. ( M. IRsyad, 2008)
Begitu besar dampak bencana tsunami maka penulis merasa perlu membuat makalah
bertemakan Tragedi Tsunami di Aceh pada tahun 2004
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami yang
berarti gelombang. Tsunami memang sering terjadi di negara jepang, berdasarkan catatan
sejarah di Jepang telah terjadi tsunami kurang lebih sebanyak 195 kali. yang menyatakan
suatu gelombang laut akibat adanya pergerakan atau pergeseran di bumi di dasar laut.
Gempa ini diikuti oleh perubahan permukaan laut yang mengakibatkan timbulnya
penjalaran gelombang air laut secara serentak tersebar ke seluruh penjuru mata angin.
Tinggi gelombang Tsunami disumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada saat
menghempas ke pantai tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter. Tsunami yang
terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5 - 4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang
Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4-24 meter dan jangkauan
gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-
macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran
lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah
lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini
akan semakin membesar. Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang.
Ini karena saat mencapai daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang
yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh
tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan
peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah,
para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea
wave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.

B. Besaran Masalah dan Epidemiologi


1. Data Kegawatdaruratan/Bencana Tsunami
Tsunami merupakan bencana alam yang paling besar menelan korban hal ini
di sebabkan karena kejadian tsunami biasanya di rangakaikan dengan gempa bumi.
Beberpa kejadian tsunami di berbagai negara dan besar korban yang ditelan setiap
kejadian antara lain seperti Sumatra, Indonesia - 26 Desember 2004 Gempa
berkekuatan 9,1 skala richter di lepas pantai Sumatera diperkirakan terjadi pada
kedalaman 30 km. Kerugian materil yang ditimbulkan diperkirakan mencapai 10
milyar dollar dan sekitar 230.000 orang dilaporkan tewas.
Pantai Pasifik Utara, Jepang - 11 Maret 2011 Sebuah tsunami yang kuat
dengan kecepatan gelombang mencapai 800 km per jam serta tinggi gelombang
mencapai 10 m menyapu pantai timur Jepang, menewaskan lebih dari 18.000 orang.
Sekitar 452.000 orang dipindahkan ke tempat pengungsian karena rumah mereka
hancur berantakan.
Lisbon, Portugal - 1 November 1755. Sebuah gempa berkekuatan 8,5 skala
richter menyebabkan tiga rangkaian gelombang besar yang memporak porandakan
berbagai kota di sepanjang pantai barat Portugal dan Spanyol selatan, tinggi
gelombang di beberapa tempat mencapai 30 m. Tempat-tempat jauh yang terkena
gelombang tsunami seperti Carlisle Bay, Barbados, di mana tinggi gelombang
dilaporkan naik hingga 1,5 m. Gempa bumi dan tsunami ini menewaskan 60.000
orang di Portugal, Maroko dan Spanyol.
Krakatau, Indonesia - 27 Agustus 1883. Peristiwa tsunami ini terkait dengan
ledakan gunung berapi Krakatau. Gelombang setinggi 37 m yang diakibatkan oleh
dahsyatnya letusan gunung Krakatau menghancurkan kota Anyer dan Merak.
Peristiwa ini secara total telah menewaskan sekitar 28.000 orang.
Enshunada Sea, Jepang - 20 September 1498. Gempa bumi, diperkirakan
setidaknya berkekuatan 8,3 skala richter, telah menyebabkan gelombang tsunami di
sepanjang pantai Kii, Mikawa, Surugu, Izu dan Sagami. Dilaporan ribuan rumah
hanyut tersapu banjir di seluruh wilayah yang terkena dampak tsunami, dengan total
31.000 orang tewas.
Nankaido, Jepang - 28 Oktober 1707. Sebuah gempa berkekuatan 8,4 skala
richter telah menyebabkan gelombang laut setinggi 25 m yang menyapu pantai
Pasifik Kyushyu, Shikoku, dan Honshin. Pantai Osaka juga mengalami kerusakan.
Sebanyak hampir 30.000 bangunan rusak di daerah yang terkena dampak dan sekitar
30.000 orang tewas.
Sanriku, Jepang - 15 Juni 1896 Tsunami ini terjadi setelah gempa berkekuatan
7,6 skala richter, diperkirakan terjadi di lepas pantai Sanriku, Jepang. Tsunami yang
terjadi di Shirahama dilaporkan telah mencapai ketinggian 38,2 m, menyebabkan
kerusakan lebih dari 11.000 bangunan rumah dan menewaskan sekitar 22.000 orang.
Dilaporkan juga bahwa tsunami ini, telah memukul pantai timur China, menewaskan
sekitar 4.000 orang dan telah menyebabkan kerusakan parah pada lahan pertanian.
Chile utara - 13 Agustus 1868. Peristiwa tsunami ini disebabkan oleh
rangkaian dua gempa bumi yang signifikan, diperkirakan berkekuatan 8,5 skala
richter, di lepas pantai Arica, Peru (sekarang Chile). Tsunami Arica dilaporkan,
sampai pula ke pantai Sydney, Australia. Sebanyak 25.000 orang tewas dalam
peristiwa ini dengan kerugian materil diperkirakan mencapai 300 juta dollar,
kerusakan yang disebabkan oleh tsunami dan gempa bumi disepanjang pantai Peru-
Chile.
Kepulauan Ryuku, Jepang - 24 April 1771. Sebuah gempa berkekuatan 7,4
skala richter. Tsunami telah menghancurkan total 3.137 bangunan rumah dan
menewaskan hampir 12.000 orang.
Ise Bay, Jepang - 18 Januari 1586. Gempa bumi yang menyebabkan tsunami
Ise Bay diperkirakan berkekuatan 8.2 skala richter. Tsunami Ise Bay menyebabkan
lebih dari 8.000 kematian dan kerusakan dalam jumlah yang besar.

2. Data Kesakitan & Kematian Tsunami


Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU
dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota
Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang
(Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan
Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.
Jenis Bencana adalah Gempa Bumi dan Tsunami, Waktu Kejadian pada hari
Minggu tanggal 26 Desember 2004 Pukul 07.58 WIB. Kekuatan gempa 8,9 Skala
Richter (RS). Tempat Kejadian Bencana Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Jumlah
Total keseluruhan jumlah penduduk di NAD yaitu 4.104.187, jumlah yang wafat
173.741, jumlah pengungsi 394.539 dan 100.000 orang hilang. Oxam melaporkan
bahwa korban tewas wanita empat kali lebih banyak daripada pria di sejumlah daerah
yang terkena tsunami. Jumlahnya besar karena para wanita edang menunggu
kepulangan suaminya yang berprofesi sebagai nelayan dan sedang merawat anak di
dalam rumah.

No Kotamadya / Kabupaten Jumlah Penduduk Jumlah Wafat Jumlah Pengungsi

1 Kota Banda Aceh 269.091 jiwa 78.417 jiwa 40.331 jiwa

2 Kabupaten Aceh Besar 306.718 jiwa 58 jiwa 108.747 jiwa


3 Kabupaten Sabang 27.447 jiwa 18 jiwa 5.527 jiwa

4 Kabupaten Pidie 517.452 jiwa 4.646 jiwa 38.697 jiwa

5 Kabupaten Bireueun 517.452 jiwa 1.488 jiwa 17.041 jiwa

6 Kabupaten Aceh Utara 395.800 jiwa 2.217 jiwa 28.113 jiwa

7 Kabupaten Lhokseumawe 156.478 jiwa 394 jiwa 16.412 jiwa

8 Kabupaten Aceh Timur 253.151 jiwa 224 jiwa 16.160 jiwa

9 Kabupaten Langsa 141.138 jiwa - 2.806 jiwa

10 Kabupaten Aceh Tamiang 238.718 jiwa - 800 jiwa

11 Kabupaten Aceh Jaya 111.671 jiwa 19.661 jiwa 40.382 jiwa

12 Kabupaten Aceh Barat 97.523 jiwa 11.830 jiwa 29.201 jiwa

13 Kabupaten Nagan Raya 152.748 jiwa 493 jiwa 9.964 jiwa

14 Kabupaten Aceh Barat Daya 153.411 jiwa 835 jiwa 113.964 jiwa

15 Kabupaten Aceh Selatan 167.052 jiwa 6 jiwa 5.634 jiwa

16 Kabupaten Simeulu 76.629 jiwa 22 jiwa 15.551 jiwa

17 Kabupaten Aceh Singkil 174.007 jiwa 73 jiwa -

18 Kabupaten Aceh Tengah 158.641 jiwa 192 jiwa 4.005 jiwa

19 Kabupaten Aceh Tenggara 168.034 jiwa 26 jiwa -

20 Kabupaten Gayo Luwes 67.514 jiwa 27 jiwa -

21 Kabupaten Bener Meriah 120.000 jiwa 36 jiwa 1.204 jiwa

Sumber Data: Bakornas PBP - Depkes - Depsos -Media Center Lembaga Informasi Nasional
(LIN), Updated Senin, 31 Januari 2005, Pukul 17.00 WIB.

3. Infrastruktur & Yankes


Bencana alam gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh, Nias, Alor, dan
Nabire telah menimbulkan dampak yang besar di bidang kesehatan. Banyak sekali
korban yang meninggal, hilang, dan luka-luka. Sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan banyak yang hancur dan tidak berfungsi secara optimal, seperti rumah
sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, kantor dinas kesehatan, balai laboratorium
kesehatan (BLK), gudang farmasi, gudang vaksin, politeknik kesehatan (poltekes),
dan kantor kesehatan pelabuhan. Bencana tsunami di Aceh mengakibatkan kerusakan
pada 9 rumah sakit, 43 puskesmas, 59 puskesmas pembantu, 700 poliklinik desa, dan
55 pusksemas keliling, dan sarana lain seperti rumah sakit, laboratorium dan kantor
dinas kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan yang meninggal atau hilang adalah 683
orang.

C. Faktor-faktor penyebab bencana Tsunami


Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah
besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke
bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman
sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya
Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang
terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami
hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi
gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat
mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan
jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian
pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor
atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan
meter. Gempa yang menyebabkan tsunami
1. Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
2. Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
3. Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

D. Masalah-masalah Kesehatan pasca bencana Tsunami dan faktor penyebabnya


(Dampak kesehatan)
Penyakit-penyakit yang rentan dalam keadaan bencana seperti infeksi saluran
pernapasan akut, diare, gangguan kulit, ditambah dengan kualitas air bersih yang tidak
memadai, udara di pengungsian yang tidak tertata, sangat mungkin menyebabkan
permasalahan kesehatan jangka panjang bagi korban setelah bencana. Terlebih lagi bisa
terjadi lonjakan penyakit yang spesifik di beberapa kondisi, seperti leptospirosis dalam
bencana banjir. Secara psikis, gangguan mental dapat terjadi seandainya tidak ada
perawatan dan pengasuhan jiwa yang memadai untuk mengobati trauma akibat shock
karena menjadi korban bencana.
Disease Control Priorities Project (2007) membuat catatan bahwa kerugian kesehatan
dan ekonomi yang ditimbulkan bencana alam ternyata disproporsional terjadi pada
negara-negara berkembang dibandingkan negara maju, dengan jumlah lebih dari 90%
bencana yang menyebabkan kematian, dan sebagian besar berimbas pada kalangan
ekonomi miskin. Walaupun jumlah kerugian ekonomi dalam mata uang negara maju
lebih besar, tetapi bila dihubungkan dengan gross national product, negara-negara
berkembang jauh lebih rugi dibandingkan negara maju bila terkena bencana.
Dengan banyaknya kejadian bencana, maka semakin mungkin terjadi krisis kesehatan
masyarakat di negara ini setiap terjadi bencana. Faktor utama yang dapat meningkatkan,
mempercepat, atau menghasilkan sebuah bencana menjadi krisis kesehatan masyarakat
dalam kasus-kasus berpotensi menghasilkan cedera, kesakitan, atau kombinasi keduanya
adalah sebagai berikut: a) negara berkembang yang sistem dan infrastruktur kesehatan
masyarakatnya kurang baik atau tiada sama sekali; b) ketidaksempurnaan dan
ketidakmampuan kapasitas infrastruktur dan sistem kesehatan yang ada untuk merespon
krisis; c) kapasitas dan kapabilitas kesehatan masyarakat yang telah hancur, atau tidak
terjaga akibat dari bencana itu sendiri; d) bencana yang terjadi menyebar dalam area
geografis yang luas; e) bencana terjadi dalam waktu yang lama; dan f) lingkungan dan
ekologi yang rusak, atau lingkungan yang berubah menjadi lebih buruk akibat bencana
(Nasution Z, 2010).
Masalah kesehatan akibat bencana alam diantaranya:
1. Masalah Kesehatan yang segera timbul pasca Tsunami
a. Setelah korban diselamtkan, maslaah utama kesehatan masyarakat adalah air
minum, air bersih dan makanan
b. Air tergenang atau banjir dapat menimbulkan risiko kesehatan seperti air dan
persediaan makanan
c. Kehilangan tempat tinggal, menyebabkan korban rentan terhdapap paparan
serangga, panas, dan bahaya lingkungan lainnya
d. Sebagian besar kematina terkait tsunami berhubungan dengan dengan
tenggelam, namun luka luka akibat cedera juga merupkan masalah utama.
Cedera karena patah kaki dan cedera karena kepala terbentur dengan benda
fisik pada korban yang hanyut pada reruntuhan rumah, pohon dan benda tak
bergerak lainnya
2. Efek sekunder
a. Bencana alam tidak harus menyebabkan meningkatnya wabah penyakit infeksi
namun, persediaan air dan makanan yang terkontaminasi dan kurangnya
tempat tinggal serta perawatan medis sekunder dengan memperburuk penyakit
penyakit yang sudah ada pada daerah yang terkena
b. Mayat mayat yang busuk menimbulkan risiko yang sangat kecil untuk
terjadinya wabah penyakit besar
c. Bekas genangan air dapat menimbulkan beberapa penyakit yang berbasis
lingkungan seperti leptospirosis

E. Strategi Mitigasi Tsunami


Bencana itu menjadi rutinitas tahunan sejalan dengan perubahan iklim yang cukup
signifikan. Setidaknya, rentetan kejadian tadi memberikan garis merah untuk
ditanggulangi. Salah satu cara meminimalkan dampak kerusakan akibat bencana
tersebut dengan menyiapkan mitigasi bencana di wilayah pesisir. Mitigasi adalah sebuah
upaya melakukan perencanaan yang tepat guna meminimumkan dampak
bencana. Mitigasi bukanlah sebuah strategi akhir, namun diperlukan agar resiko-resiko
yang ada dapat diminimalisir. Untuk itu diperlukan berbagai bentuk pendekatan dalam
menetapkan strategi mitigasi yang diperlukan.
a. Upaya struktural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis
yang bertujuan untuk meredam/mengurangi energy gelombang tsunami yang
menjalar ke kawasan pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya
tsunami, karateristik gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan
struktur bangunan, maka upaya structural tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua)
kelompok, yaitu :
1. Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan
pantai dan perlindungan terumbu karang.
2. Buatan, Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai
untuk menahan tsunami, Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya
dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab
bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan
Relokasi.
b. Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural
Upaya Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut
penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai
dengan upaya mitigasi structural maupun upaya lainnya. Upaya non structural
tersebut meliputi antara lain :
1. Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman
bencana,
2. Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya)
serta infrastruktur sarana dan prasarana,
3. Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
4. Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta
tingkat ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman akrab bencana
yang memperhaikan berbagai aspek,
5. Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan
pantai,
6. Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
7. Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,
8. Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.
Ancaman tsunami dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu ancaman tsunami
jarak dekat (local) dan ancaman tsunami jarak jauh. Kejadian tsunami di Indonesia
pada umumnya adalah tsunami local yang terjadi sekitar 10-20 ment setelah
terjadinya gempa bumi dirasakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan tsunami
jarak jauh terjadi 1-8 jam setelah gempa dan masyarakat setempat tidak merasakan
gempa buminya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami merupakan bencana nasional karena menelan korban lebih 180.000 jiwa
tewas dan hilang dan kerugian mencapai lebih dari Rp. 45 Trilyun dan daerah tidak bisa
mengatasinya. Kejadian tsunami biasanya di rangakaikan dengan gempa bumi. Kejadian
Tsunami di Aceh pada Tahun 2004 merupakan Jenis Bencan Gempa Bumi dan Tsunami,
Waktu Kejadian pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 Pukul 07.58 WIB.
Kekuatan gempa 8,9 Skala Richter (RS). Tempat Kejadian Bencana Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD). Jumlah Total keseluruhan jumlah penduduk di NAD yaitu
4.104.187, jumlah yang wafat 173.741, jumlah pengungsi 394.539. korban bencana yang
tewas terbesar di kota banda aceh yakni sebesar 78.417 jiwa dan pengungsi terbesar
berada di kabupaten Aceh Barat Daya 113.964 orang. Oxam melaporkan bahwa korban
tewas wanita empat kali lebih banyak daripada pria di sejumlah daerah yang terkena
tsunami. Jumlahnya besar karena para wanita edang menunggu kepulangan suaminya
yang berprofesi sebagai nelayan dan sedang merawat anak di dalam rumah

B. Saran
Perlu adanya kesiapsiagaan dan stragtegi mitigasi bencana tsunami karena merupakan
benca nasional yang banyak menelan korban jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


Bakornas PBP - Depkes - Depsos -Media Center Lembaga Informasi Nasional (LIN),
Updated Senin, 31 Januari 2005, Pukul 17.00 WIB.
Direktorak Pesisir dan Lautan, Ditjen KP3K Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2009.
Buku Pedoman Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil
Departemen Kesehatan RI. 1993. Usaha Kesehatan Kerja Sektor informal cetakan ke III
Jakarta : Ditjen Bina Peran Serta Masyarakat
Maryam,S, 2007, Strategi coping keluarga yang terkena musibah germpa dan tsunami di
provinsi Nangro Aceh Darussalam. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor
Mukono, H.J., 2006, Prinsip dasar kesehatan lingkungan edisi kedua. Surabaya : Airlangga
University Press.
M. Irsyadi,2008, tesis: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang
Mangat : Kota Lhokseumawe.
Nasution, Z. 2010. Penanggulangan Krisis Kesehatan Masyarakat Akibat Bencana,
http://regional.kompasiana.com. Di akses pada tanggal 14 november 2014
Purba, S.Y. 2007. Gempa bumi dan tsunami, http://tsunamigelom.blogspot.com di akses pada
tanggal 14 november 2014
Pusponegoro, A.D, 1990, Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Jakarta : Perhimpunan
Indonesia Critical Care Medicine

Anda mungkin juga menyukai