MAKALAH
TSUNAMI
Oleh :
Kelompok 4
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia,
lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera ,
Jawa - Nusa Tenggara ,Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan
dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat
berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat
tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan
gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi
oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami
yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di
sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama
kurun waktu 1600- 2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya
disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh
tanah longsor (Latief dkk., 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang
rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau
Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku,
pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah
daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600-2000 di daerah ini
telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh
meletusnya gunung berapi di bawah laut. (BNPB, 2014).
Bencana gelombang tsunami yang diawali gempa bumi berkuatan 8,9 skala ricther
(SR) pada pukul 08.15 Wib yang melanda Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
dan Propinsi Sumatera Utara pada 26 Desember 2004 telah membuat porak poranda
kota di sepanjang barat daerah pantai Nanggroe Aceh Darussalam dan Propinsi Sumatera
Utara. Kerusakan Aceh akibat bencana gempa bumi dan Tsunami mencakup 1.600 KM
daerah pantai yang membentangi dari Aceh Timur hingga Aceh Barat sampai Aceh
Singkil. tsunami yang hanya berlangsung dalam hitungan menit suasana Aceh berubah
total bagai jarum jam berbalik arah berputar kencang melibas apa yang ada di depannya
semua jadi rapuh dalam amukan gelombang tsunami bagaikan negeri dilanda kiamat.
Bencana sedahsyat tsunami mengubah orang dalam situasi baru, mereka harus berjuang
untuk beradaptasi, kehilangan orang terdekat, harta, pekerjaan dan rencana masa depan
yang sudah direncanakan. Gempa bumi dan tsunami menyisakan kerusakan infrastruktur
yang luar biasa. Jalan dan jembatan hancur, rumah-rumah penduduk banyak mengalami
kerusakan dari yang berat sampai yang ringan bahkan banyak yang hancur. Begitu juga
dengan kantor pemerintahan, rumah sakit, sekolah-sekolah, pasar-pasar, pelabuhan
nelayan dan sebagainya. Perekonomian masyarakat terhenti total, Nanggroe Aceh
Darussalam dan Nias dalam sekejap kehilangan masa depan. Ratusan ribu orang tewas
dan hilang dalam bencana gempa dan tsunami tersebut. Bagi orang-orang yang selamat
dari gempa bumi dan tsunami telah berimbas pada kenyataan kehidupan yang
memperihatinkan, ratusan ribu masyarakat terpaksa harus mendiami tenda-tenda
pengungsi dengan segala kenestapaan dan kekurangan. Mereka suka atau tidak suka
harus menghadapi kenyataan sebagai penerima bantuan, padahal sebelumnya mungkin
tidak pernah dibayangkan apalagi direncanakan. Berdasarkan data dari media center
Lembaga Informasi Nasional (LIN), jumlah korban tewas akibat becana gempa bumi dan
gelombang tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumut diperkirakan 173.741 jiwa
dan jumlah pengungsi 394.539 jiwa. Korban tersebut berasal dari berbagai wilayah Aceh
yang letak wilayahnya dekat dengan bibir pantai. ( M. IRsyad, 2008)
Begitu besar dampak bencana tsunami maka penulis merasa perlu membuat makalah
bertemakan Tragedi Tsunami di Aceh pada tahun 2004
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami yang
berarti gelombang. Tsunami memang sering terjadi di negara jepang, berdasarkan catatan
sejarah di Jepang telah terjadi tsunami kurang lebih sebanyak 195 kali. yang menyatakan
suatu gelombang laut akibat adanya pergerakan atau pergeseran di bumi di dasar laut.
Gempa ini diikuti oleh perubahan permukaan laut yang mengakibatkan timbulnya
penjalaran gelombang air laut secara serentak tersebar ke seluruh penjuru mata angin.
Tinggi gelombang Tsunami disumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada saat
menghempas ke pantai tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter. Tsunami yang
terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5 - 4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang
Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4-24 meter dan jangkauan
gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-
macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran
lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah
lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini
akan semakin membesar. Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang.
Ini karena saat mencapai daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang
yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh
tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan
peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah,
para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea
wave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.
14 Kabupaten Aceh Barat Daya 153.411 jiwa 835 jiwa 113.964 jiwa
Sumber Data: Bakornas PBP - Depkes - Depsos -Media Center Lembaga Informasi Nasional
(LIN), Updated Senin, 31 Januari 2005, Pukul 17.00 WIB.
A. Kesimpulan
Tsunami merupakan bencana nasional karena menelan korban lebih 180.000 jiwa
tewas dan hilang dan kerugian mencapai lebih dari Rp. 45 Trilyun dan daerah tidak bisa
mengatasinya. Kejadian tsunami biasanya di rangakaikan dengan gempa bumi. Kejadian
Tsunami di Aceh pada Tahun 2004 merupakan Jenis Bencan Gempa Bumi dan Tsunami,
Waktu Kejadian pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 Pukul 07.58 WIB.
Kekuatan gempa 8,9 Skala Richter (RS). Tempat Kejadian Bencana Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD). Jumlah Total keseluruhan jumlah penduduk di NAD yaitu
4.104.187, jumlah yang wafat 173.741, jumlah pengungsi 394.539. korban bencana yang
tewas terbesar di kota banda aceh yakni sebesar 78.417 jiwa dan pengungsi terbesar
berada di kabupaten Aceh Barat Daya 113.964 orang. Oxam melaporkan bahwa korban
tewas wanita empat kali lebih banyak daripada pria di sejumlah daerah yang terkena
tsunami. Jumlahnya besar karena para wanita edang menunggu kepulangan suaminya
yang berprofesi sebagai nelayan dan sedang merawat anak di dalam rumah
B. Saran
Perlu adanya kesiapsiagaan dan stragtegi mitigasi bencana tsunami karena merupakan
benca nasional yang banyak menelan korban jiwa.
DAFTAR PUSTAKA