Anda di halaman 1dari 7

EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN KESEHATAN

GAGAL GINJAL KRONIK

OLEH :

NURUL KHAIRUNNISA WAHID


K111 12 112

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
Complex Internal
System

Maturation and Human Genetic


Aging Biology Inheritance

Social Restorative
An
Psycological

Epidemiological

Curative
Environment Model For Health System of Health
Policy Analysis Care Organization
Chronic Kidney
Disease (CKD)
Physical Preventive

Employment
Participation and Life Style (Self Leisure
Occupational Created Risks)
Risks

Concumption
Pattern

1. Human Biology
a. Maturation and Aging
Gagal Ginjal Kronik (GGK) lebih sering ditemukan pada usia lanjut
disebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus. Setelah usia 30 tahun, nilai LFG
menurun dengan kecepatan sekitar 1 ml/menit/tahun. Pada proses penuaan, jumlah
nefron berkurang dan berkurangnya kemampuan untuk menggantikan sel-sel yang
mengalami kerusakan. Penurunan faal ginjal ini bisa sampai 50% pada usia
mencapai 60 tahun.
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu
juta penduduk, 60% dia antaranya adalah usia dewasa dan usia lanjut. Berdasarkan
data dari PT Askes tahun 2009 menunjukkan jumlah pasien gagal ginjal di Indonesia
mencapai 350 per satu juta penduduk, saat ini terdapat sekitar 70000 pasien gagal
ginjal kronik yang memerlukan cuci darah.
b. Complex Internal System
Faktor risiko yang dapat memicu terjadinya gagal ginjal kronis antara lain
penyakit jantung, obesitas, merokok, berusia 65 tahun ke atas, kolesterol tinggi,
tekanan darah tinggi (hipertensi) dan diabetes mellitus. Usia 65 tahun ke atas
merupakan pemicu terjadinya gagal ginjal karena pada usia tersebut penurunan faal
ginjal bisa mencapai 50%. Jumlah nefron juga berkurang dan berkurangnya
kemampuan untuk menggantikan sel-sel yang mengalami kerusakan.
Penyebab lain yang dapat memicu penyakit gagal ginjal antara lain karena
penyakit ginjal obstruktif misalnya adalah pembesaran prostat, batu saluran kemih
dan juga refluks yang terjadi pada ureter. Penyebab yang paling utama dari masalah
gagal ginjal kronik adalah penyakit diabetes mellitus dan juga tekanan darah yang
tinggi. Penyakit diabetes yang terjadi jika kadar gulanya yang berada di atas normal
ini bisa menyebabkan suatu kerusakan organ yang terjadi organ jantung dan ginjal.
Serta juga bisa mengganggu masalah pembuluh darah, syaraf dan mata.

c. Genetic Inheritance
Gagal ginjal tidak secara langsung diturunkan oleh keluarga, namun beberapa
kondisi penyakit seperti Diabetes Mellitus (DM), hipertensi serta pola hidup yang
akan menentukan kondisi ginjal. Seperti yang diketahui penyebab yang paling utama
dari masalah gagal ginjal kronik adalah penyakit diabetes mellitus dan juga tekanan
darah yang tinggi. Inilah yang secara tidak langsung bisa menyebabkan terjadinya
gagal ginjal pada seseorang.
Faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang penting dalam munculnya
diabetes melitus. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor
lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktifitas fisik, obesitas, dan tingginya
kadar asam lemak bebas yang bisa berakhir dengan kerusakan ginjal. Hal ini yang
menyebabkan genetik sebagai faktor risiko tidak langsung terhadap penyakit gagal
ginjal.

2. System of Health Care Organization


a. Restorative
Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan bulan bahkan
tahun dan sifatnya tidak dapat disembuhkan. Memburuknya fungsi ginjal bisa
dihambat apabila pasien melakukan pengobatan secara teratur. Adapun pengobatan
untuk pasien gagal ginjal kronik yaitu transplantasi ginjal dan hemodialisa atau cuci
darah. Pemulihan terhadap pasien gagal ginjal kronik hanya bisa dilakukan pada
waktu pascaoperasi apabila pasien melakukan transplantasi ginjal.
Hemodialisa tidak dapat menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit
ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin
yang dilaksanakan ginjal. Selain itu hemodialisa juga tidak dapat menyembuhkan
penyakit gagal ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisa dapat meningkatkan
kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal. Namun jika penyakit gagal ginjal
itu disebabkan adanya penyakit lain yang membawa pengaruh terhadap gagal ginjal,
seseorang harus yang terdiagnosis juga harus memperhatikan konsumsi obat-obatan
seperti obat rematik, obat antihipertensi, obat antibiotik jika terus dikonsumsi
dkhawatirkan berdampak buruk pada kerusakan organ ginjal.
Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk membantu mengendalikan
beberapa hal yang berkaitan dengan gagal ginjal. Contohnya obat-obatan yang
menurunkan fosfor seperti calcium (caltrate), calcitriol (rocaltrol), sevelamer
(renagel). Stimulasi produksi sel darah merah seperti erythropoeitin dan darbepoitin
(aranesp). Produksi sel darah merah (iron supplements), obat-obat tekanan darah dan
vitamin lainnya.

b. Curative
Pengobatan untuk pasien gagal ginjal kronik ada dua macam, yaitu
transplantasi ginjal dan hemodialisa atau cuci darah. Untuk transplantasi ginjal masih
terbatas karena banyak kendala yang harus dihadapi, diantaranya ketersediaan donor
ginjal, teknik operasi dan juga perawatan pada waktu pascaoperasi. Sedangkan pada
metode Dialisis Peritoneal (PD) menggunakan lapisan dalam ruang perut sebagai
saringan dialisis untuk membersihkan sampah-sampah dan menyeimbangkan kadar
elektrolit.
Pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa, membutuhkan waktu
12-15 jam untuk dialisa setiap minggunya atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi.
Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya. Walaupun fungsi
ginjal untuk membersihkan, darah dapat diambil alih oleh mesin hemodialisis.
Prosedur hemodialisa sangat bermanfaat bagi pasien gagal ginjal tahap akhir, namun
bukan berarti tidak berisiko dan tidak mempunyai efek samping.

c. Preventive
Gagal ginjal kronik dapat terjadi akibat adanya komplikasi dari penyakit lain
seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Faktor risiko terjadinya diabetes mellitus dan
hipertensi erat hubungannya dengan pola makan maupun pola hidup seseorang. Oleh
karena itu pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari gagal ginjal antara lain
mengurangi faktor risiko diabetes mellitus dan hipertensi. Sehingga dapat
memperkecil kemungkinan untuk menderita gagal ginjal. Pencegahan yang bisa
dilakukan antara lain jagalah berat badan dengan selalu berolahraga secara teratur,
jangan merokok, selalu kontrol kondisi medis dengan bantuan dokter ahli untuk
mengetahui kemungkinan peningkatan risiko gagal ginjal agar segera diatasi.
Gagal ginjal juga bisa dicegah dengan menjaga kondisi ginjal agar tetap sehat
dan bekerja berdasarkan fungsinya. Pencegahan yang pertama yaitu jika ingin
menggunakan obat tanpa resep yang dijual bebas. Kedua, ikutilah petunjuk
penggunaan yang tertera pada kemasan, penggunaan obat dengan dosis yang terlalu
tinggi dan berlebihan akan dapat merusak ginjal. Ketiga, jika mempunyai sejarah
keturunan ginjal, konsultasikan pada dokter tentang obat apa yang sesuai. Keempat,
lakukan teknik pernapasan diafragma untuk membantu agar lebih tenang. Ketika
menghirup napas, biarkan perut mengembang dan ketika membuang napas biarkan
perut berkontraksi secara alami. Teknik diafragma dapat membantu menenagkan otot
perut dan memicu aktifitas ginjal berjalan normal.

3. Life Style (Self Created Risks)


a. Leisure
Orang yang berumur di atas 60 tahun lebih banyak memiliki risiko terkena
penyakit, salah satunya gagal ginjal. Tidak adanya kegiatan atau aktifitas di waktu
luang mereka bisa mempengaruhi kerja ginjal. Melakukan olahraga atau aktifitas
fisik lainnya baik untuk kesehatan secara keseluruhan. Selain itu olahraga juga dapat
mencegah masalah pada ginjal. Melakukan aktifitas fisik atau berolahraga di waktu
luang yang cukup dapat mengurangi risiko masalah pada ginjal sampai 30%.
Namun kita juga harus memiliki waktu tidur yang cukup. Memiliki kualitas
dan waktu tidur yang baik adalah hal yang penting. Kurang tidur juga diketahui
berdampak bagi kesehatan ginjal dan bisa merusaknya. Oleh karena itu, memiliki
aktifitas di waktu luang sangat diperlukan untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Dan juga tetap membutuhkan waktu istirahat yang cukup dan diseimbangkan dengan
aktifitas yang ada.

b. Concumption Pattern
Faktor risiko terjadinya gagal ginjal juga bisa berasal dari pola makan atau
konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Konsumsi yang
berlebihan maupun kurang akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi tubuh kita.
Contohnya seperti konsumsi alkohol, minuman bersoda, kurang minum air,
kekurangan vitamin, kekurangan mineral, kelebihan garam dan kelebihan protein.
Dampak buruk dari alkohol bagi kesehatan tubuh tidak hanya merusak hati,
ginjal pun juga bisa rusak akibat dari minum minuman keras. Sedangkan untuk
konsumsi minuman bersoda, berdasarkan sebuah penelitian di tahun 2008, orang
yang minum 2 gelas soda atau lebih per harinya, memiliki risiko yang besar untuk
terkena penyakit ginjal kronis. Walaupun belum jelas hubungan antara kerusakan
ginjal dan minuman bersoda, namun menurut The New York Times, minuman
bersoda memiliki kandungan kadar asam fosfat yang tinggi. Asam tersebut dikaitkan
dengan batu ginjal dan masalah ginjal lainnya, termasuk gagal ginjal.
Memenuhi kebutuhan akan asupan air sangatlah penting. Air dapat membuang
racun dalam tubuh. Kurang minum akhir dapat memicu penumpukan racun dalam
darah dan hal ini dapat mengganggu fungsi ginjal. Kekurangan vitamin seperti B6
bisa menyebabkan batu ginjal. Untuk itu disarankan untuk menerapkan pola makan
yang sehat dan diet yang seimbang.
Apabila tubuh kekurangan magnesium, maka tubuh tidak mampu menyerap
kalsium dengan baik. Jika kalsium tidak bisa diserap dengan optimal, maka hal ini
bisa menyebabkan batu ginjal. Begitu pun dengan konsumsi garam, jika konsumsi
garam berlebihan maka beban kerja ginjal akan semakin berat dan kesulitan
membuang kelebihan garam. Untuk kelebihan protein, para ahli kesehatan
mengungkapkan bahwa mengasup protein dalam jumlah yang tinggi dapat
membahayakan ginjal, tergantung juga pada faktor-faktor lainnya.

c. Employment Participation and Occupational Risks


Salah satu faktor risiko gagal ginjal dikarenakan pola makan yang tidak baik
dan asupan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Seseorang yang memiliki
banyak pekerjaan atau kesibukan cenderung tidak memperhatikan pola makan dan
asupan gizi yang masuk ke dalam tubuhnya. Mereka lebih banyak memilih makanan
seperti fast food. Hal inilah yang membuat konsumsi protein, vitamin, mineral dan
garam bisa saja kurang ataupun berlebihan. Ini dapat memicu kerusakan pada ginjal
akibat kesulitan bekerja keras mengonsumsi protein dan garam dalam jumlah besar.
Seseorang yang bekerja dengan beban yang berat biasanya lebih banyak
mengonsumsi karbohidrat. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas dan
diabetes mellitus. Seperti yang kita ketahui, obesitas dan diabetes mellitus juga
merupakan salah satu faktor risiko gagal ginjal. Karena itu secara tidak langsung
seseorang yang bekerja dengan beban berat dan banyak aktifitas memiliki hubungan
dengan terjadinya gagal ginjal.

4. Environment
a. Social
Dalam aspek sosial, pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis
mengalami gangguan peran dan perubahan gaya hidup sangat berhubungan dengan
beban fisik dan psikologis karena sakit, pasien tidak diikutsertakan dalam kehidupan
sosial di keluarga dan masyarakat, tidak boleh mengurus pekerjaan, sehingga terjadi
perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga.
Pasien juga merasa bersalah karena ketidak mampuan dalam berperan dan ini
merupakan ancaman bagi harga diri pasien. Semua ini akan mempengaruhi tingkat
kualitas hidup pasien. Bagaimana pun hemodialisis dapat memecahkan masalah ini,
karena bermanfaat untuk memelihara keadaan kesehatan pasien. Oleh karena itu,
perlu adanya dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, dorongan kesehatan yang
baik dan partisipasi dalam membuat keputusan untuk pasien gagal ginjal kronik
dengan hemodialisis.

b. Psycological
Stres merupakan fenomena yang mempengaruhi semua dimensi dalam
kehidupan seseorang, baik fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Orang
yang mengalami stres akan menjalani ketegangan otot, daya tahan tubuh menurun,
gugup, sulit tidur, mual dan sebagainya. Hal ini secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap kepuasan hidup seseorang yang juga akan berdampak pada
kualitas hidup orang tersebut.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 23 Desember 2010 didapatkan
data dari hasil wawancara langsung dengan 10 orang pasien yang menjalani
hemodialisa, didapatkan lima orang pasien mengatakan cemas, takut akan ditusuk
dengan jarum yang besar, merasa kram pada ekstremitas, serta merasa terikat setiap
akan dilakukan hemodialisa, tiga orang pasien menerima dengan pasrah terhadap apa
yang telah terjadi. Sedangkan dua orang pasien lainnya bersikap menyembunyikan
perasaan yang tidak menyenangkan.
Stres pada pasien hemodialisa ini berasal dari keterbatasan aktifitas fisik,
perubahan konsep diri, status ekonomi dan tingkat ketergantungan. Pasien biasanya
menghadapi masalah keuangan, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan,
dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, khawatir terhadap perkawinan
dan ketakutan terhadap kematian.

c. Physical
Tidak terdapat hubungan antara lingungan fisik dengan penyakit gagal ginjal
kronik.
DAFTAR PUSTAKA

Cecilia. 2011. Penelitian Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Vika Maris Nurani, Sulis Mariyanti. Juni 2013. Gambaran Makna Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Psikologi Volume 11 Nomor 1.

http://repository.unand.ac.id/17468/1/PENGARUH_MOBILISASI_DINI_TERHADAP_PE
MULIHAN.pdf

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/downloadSuppFile/1058/160

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25375/4/Chapter%20ll.pdf

http://eprints.undip.ac.id/14535/

http://www.academia.edu/4475019/90793934_PENYAKIT_GINJAL_KRONIK

http://www.klikdokter.com/tanyadokter/penyakit-dalam/keturunan-gagal-ginjal

http://gagal-ginjal.com

Anda mungkin juga menyukai