Anda di halaman 1dari 7

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)

Volume 3, Nomor 2, Oktober 2015

ISOLASI DNA METAGENOMIK DARI SPUTUM


PASIEN TUBERKULOSIS DAN AMPLIFIKASI DENGAN
PRIMER PROMOTER inhA
Ni Made Yustikarini 1 , Sagung Chandra Yowani 1,2, I Nengah Wirajana1,2
1
Program Studi Kimia Terapan , Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Bali Indonesia
2
Kelompok Studi MDR & XDR TB FMIPA Universitasa Udayana Bali Indonesia
*
cyowani@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh DNA metagenomik dari sputum
pasien tuberkulosis dan mengamplifikasi dengan menggunakan primer promoter inhA.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: isolasi DNA metagenomik dari sputum
pasien tuberkulosis, amplifikasi menggunakan sepasang primer promoter inhA dari M.
tuberculosis dengan metode PCR, dan elektroforesis gel agarosa terhadap hasil amplifikasi.
Elektroforegram hasil amplifikasi menunjukkan bahwa isolasi DNA metagenomik dari
sputum pasien tuberkulosis telah berhasil dilakukan dengan metode modifikasi maupun
dengan kit. Ukuran pita fragmen DNA sekitar 284 bp dari hasil amplifikasi (amplikon) yang
diperoleh dari DNA metagenomik sputum P.48B, P.46B, dan P.47B MDR- TB merupakan
ukuran yang sesuai dengan bagaian dari daerah promoter inhA M. tuberculosis. Ukuran
amplikon ini sama dengan ukuran amplikon yang sebelumnya telah diperoleh dari amplifikasi
terhadap DNA M. tuberculosis oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan primer yang
sama.

Kata kunci : DNA metagenomik, sputum, Mycobacterim tuberculosis, primer promoter inhA

ABSTRACT: The aims of this research were to obtain metagenomic DNA from sputum of
tuberculosis patients and to amplify it by using inhA promoter primer. This research was
conducted in three steps covering the DNA metagenomic isolation from sputum of
tuberculosis patients, amplification of inhA promoter region of M. tuberculosis by using
specific primer pair by PCR (Polymerase Chain Reaction) method, and electrophoresis of
amplified products using agarose gel. The electrophoregram of amplified products showed
that the metagenomic DNA isolation from sputum of tuberculosis patients was successfully
carried out both by the modified method and by a kit. The size of DNA fragment bands about
284 bp of amplified products (amplicons) which obtained from the metagenomic DNAs of
P.48B, P.46B, P.47B sputum was suitable size with a part of inhA promoter region of M.
tuberculosis. The size of these amplicons was the same size with the amplicons from M.
tuberculosis DNA reported by other researchers.

Keywords : Metagenomic DNA, sputum, Mycobacterium tuberculosis, inhA promoter

1. PENDAHULUAN

Mikroorganisme yang tidak dapat diperkirakan masih ada sekitar 99%.


dikulturkan dengan teknik standar Metagenomik muncul sebagai metode baru

56
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2015

yang dapat mempelajari genom kolektif dari pemeriksaan klinik, pemeriksaan laborato-
anggota komunitas mikroba yang tidak dapat rium, dan pemeriksaan radiologik [6].
terkulturkan dengan teknik standar. Metode Pada umumnya metode yang digunakan
metagenomik diawali dengan isolasi DNA adalah metode konvensional seperti
total dari semua mikroorganisme dalam pemeriksaan mikroskopik basil tahan asam
sampel tanpa dikulturkan terlebih dahulu (BTA) dan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan
[1,2]. mikroskopik cukup cepat dan ekonomis akan
Metagenomik, suatu metode yang dapat tetapi sensitivitas dan spesifitasnya masih
digunakan untuk proses sekuensing tanpa kurang sedangkan pemeriksaan kultur
melalui kultur dan analisis semua asam memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar
nukleat yang didapatkan dari sampel, 3- 12 minggu [7].
merupakan metode yang potensial untuk Identifikasi cepat pada mikobakteria
mendeteksi mikroorganisme baik yang telah merupakan hal yang sangat penting karena hal
diketahui maupun yang baru. Beberapa tahun ini akan sangat membantu pada penanganan
terakhir metagenomik telah terbukti sangat awal dan tepat untuk pasien. Bagaimanapun,
berguna dalam penelusuran spesies baru, identifikasi mikobakteri dengan menggunakan
bencana dan penyakit yang kompleks. Oleh metode konvensional memerlukan waktu yang
karena itu metagenomik berpotensi untuk cukup lama dan tidak selalu meyakinkan [8,9].
merevolusi deteksi patogen dalam Oleh karenanya, untuk mengatasi keterbatasan
laboratorium kesehatan publik. Deteksi secara tersebut, diperlukan metode deteksi M.
simultan semua mikroorganisme dalam tuberculosis yang cepat, sensitif dan spesifik.
sampel klinik dapat dilakukan dengan metode Isolasi DNA metagenomik secara
ini [3]. langsung dari sampel, sebagai tahapan awal
Sejumlah penelitian metagenomik dari dalam deteksi M. tuberculosis dari sputum
bakteri yang tidak bisa dikulturkan pada pasien tuberkulosis belum pernah dilaporkan.
mikrobiom manusia telah berkembang pesat Metode yang digunakan dalam isolasi DNA
dan hal ini banyak dipelajari di area metagenomik ini merupakan tahapan penting
mikrobiologi yang sangat potensial untuk yang menentukan kualitas DNA total yang
dikerjakan di praktek klinik [4]. Diagnosis diperoleh. Kualitas DNA total ini berkaitan
adanya infeksi bakteri dengan pendekatan dengan keberhasilan proses selanjutnya, yaitu
metagenomik pernah dilakukan oleh Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk
Nakamura et al. (2008) pada pasien yang menganalisis sekuen yang khas dari M.
mengalami penyakit diare. Pada penelitian tuberculosis.
tersebut digunakan pendekatan metagenomik Berdasarkan pemaparan di atas, pada
untuk mendeteksi DNA bakteri patogen dari penelitian ini dilakukan deteksi M.
feses pasien selama terkena diare dan setelah tuberculosis dari DNA metagenomik sputum
sembuh. Hasil sekuensing DNA menunjukkan pasien tuberkulosis. DNA metagenomik yang
kesamaan terbaik dengan Campylobacter diperoleh dari sputum pasien penderita
jejuni yang hanya terdeteksi pada sampel tuberkulosis diamplifikasi dengan primer
yang berasal dari pasien selama masa sakit promoter inhA dalam metode PCR, sehingga
[5]. diharapkan deteksi penyakit ini dapat
Tuberkulosis (TBC), penyakit infeksi dilakukan lebih cepat dan sederhana.
yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan sampai saat ini masih
menjadi masalah serius di seluruh dunia, 2. PERCOBAAN
karena merupakan penyebab kematian
tertinggi. Diagnosis tuberkulosis khususnya 2.1 Bahan dan Peralatan
tuberkulosis paru, dapat ditegakkan dengan
Bahan penelitian yang digunakan adalah
sampel sputum dengan kode P48B, P46B,

57
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2015

P47B dan P44B yang diambil dari pasien disentrifugasi pada 3000 x g selama 20 menit,
MDR-TB pada poliklinik paru rawat jalan dan supernatan dibuang.
RSUP Sanglah. Bahan kimia yang digunakan Pelet sputum yang diperoleh disimpan
dalam tahap isolasi DNA adalah larutan PBS pada -20ºC selama 1 jam, kemudian
(Phosphate Buffer Saline), suspensi diatom, diinkubasi pada 80oC selama 45 menit dan
larutan TE (Tris-EDTA), larutan pelisis untuk didinginkan ke dalam es selama 15 menit.
isolasi DNA dari isolat MTB (guanidin Suspensi di atas ditambah 0,5 mL buffer lisis
tiosianat, Tris-HCl, EDTA, dan Triton-X), dan dihomogenkan dengan vorteks selama 1
larutan pelisis untuk isolasi DNA menit dan diinkubasi pada 60º C selama 2
metagenomik (Tris HCl 100 mM pH 8; EDTA jam (setiap interval 15 menit dihomogenkan
100 mM pH 8; NaCl 1,5 M; dan natrium dengan vorteks).
fosfat 100 mM pH 8; dan SDS 2%), proteinase Setelah suspensi tercampur merata,
K, etanol 70%, aseton serta, NaOH, ditambahkan 10 μL proteinase K (10 mg/mL).
kloroform, isoamil alkohol, isopropanol. Selanjutnya suspensi di atas diinkubasi pada
Sedangkan untuk deteksi produk PCR dengan 37°C dengan guncangan selama 45 menit.
elektroforesis, bahan yang digunakan adalah Setelah itu suspensi disentrifugasi pada
agarosa (Promega), TBE (Tris-Borat-EDTA) kecepatan 5000 x g selama 10 menit.
dan TAE (Tris-Asetat-EDTA), serta EtBr Supernatan dipindahkan ke dalam tabung
(Ethidium Bromida). mikro baru steril.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini Supernatan tersebut ditambahkan
adalah alat-alat gelas yang biasa digunakan campuran kloroform : isoamil alkohol
dalam laboratorium analisis, satu set pipet (perbandingan volume = 24 : 1), kemudian
mikro 0,1-10 μL, tabung mikro (Eppendorf) disentrifugasi pada 10.000 x g selama 15
1,5 mL, vorteks, shaker rotator tipe H-SR menit. Lapisan atas diambil, dipindahkan ke
200, Biological Safety Cabinet Class II, dalam tabung steril baru dan dicampur dengan
Sorvall Biofuge Primo R Centrifuge, lemari isopropanol sebanyak 1 kali volume.
pendingin, waterbath, Thermalcycler Campuran ini diinkubasi pada suhu -20oC
(Sensoquest), kertas parafilm, satu set alat selama 2 jam. Selanjutnya campuran tersebut
elektroforesis, serta GelDoc (BioRad). disentrifugasi pada 10.000 x g selama 15
menit.
2.2 Metode Pelet yang diperoleh ditambah 100-200 μL
etanol 70 %, dan disimpan pada -20º C selama
2.2.1 Isolasi DNA metagenomik dengan 15 menit, lalu disentrifugasi kembali pada
metode modifikasi 10.000 x g selama 15 menit. Supernatan
dibuang dan pelet dikeringkan pada suhu
Isolasi DNA metagenomik dari sputum kamar, selanjutnya dilarutkan dalam 200 μL
menggunakan metode modifikasi dari Zhou et buffer TE pH 8 (Tris Cl 10 mM, EDTA 1 mM
al. (1996) dan Patel et al. (1997). Pada pH 8).
penelitian ini dilakukan modifikasi metode
dari Zhou et al. (1996) yang merupakan 2.2.2 Isolasi DNA metagenomik dengan kit
metode isolasi DNA metagenomik dari tanah.
Untuk mengaplikasikan metode tersebut pada Isolasi DNA metagenomik dari sputum
sampel sputum, maka metode tersebut pasien M. tuberculosis dilakukan dengan Kit
dipadukan dengan metode Patel et al. (1997) (PowerSoil DNA Isolation Kit dari MO BIO
yang digunakan untuk mengisolasi DNA M. Laboratories, Inc.). Sebanyak 900 μL sputum
Tuberculosis [10,11]. Sampel sputum (hasil preparasi di atas) ditambahkan pada
ditambahkan dengan volume yang sama 1 M tabung Power Bead kemudian divorteks.
NaOH, kemudian disuspensi dan diinkubasi Selanjutnya 60 μL larutan C1 ditambahkan
pada suhu 37oC selama 1 jam. Selanjutnya pada campuran di atas dan digetarkan dengan
vorteks pada kecepatan maksimum selama 10

58
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2015

menit. Campuran ini disentrifugasi pada Hasil Isolasi DNA metagenomik sputum
kecepatan 10.000 x g selama 1 menit pada dan DNA isolat M. tuberculosis diamplifikasi
suhu ruang. Supernatan yang diperoleh dengan teknik PCR menggunakan alat
dipindahkan ke collection tube berukuran 2 thermalcycler (Sensoquest). Sepasang primer
ml, kemudian ditambahkan larutan C2 yang digunakan untuk amplifikasi adalah
sebanyak 250 L, digetarkan dengan vorteks primer yang dipilih berdasarkan analisis
selama 5 detik lalu diinkubasi pada suhu 4 C pustaka [12]. Berikut adalah urutan nukleotida
selama 5 menit, setelah itu disentrifugasi pada yang digunakan 5’CTGGTTAGCGGAA-
suhu ruang pada kecepatan 10.000 x g selama TCATCAC-3’ untuk primer forward dan 5’-
1 menit. CGACCGTCATCCAGTTGTA-3’) untuk
Supernatan hasil sentrifugasi di atas primer reverse.
diambil sebanyak 600 L, kemudian ditaruh Proses PCR diawali dengan predenaturasi
dalam collection tube berukuran 2 ml dan awal pada 95°C selama 5 menit, dilanjutkan
ditambahkan larutan C3 sebanyak 200 L. dengan 45 siklus amplifikasi (denaturasi
Campuran ini digetarkan dengan vorteks, selama 1 menit pada 94°C, annealing pada
diinkubasi pada suhu 4 C selama 5 menit, suhu yang dioptimasi sebelumnya, dan
kemudian disentrifugasi pada kecepatan polimerisasi selama 1 menit pada 72°C) dan
10.000 x g selama 1 menit.. Sebanyak 750 L polimerisasi akhir pada 72°C selama 5
supernatan dipindahkan dalam collection tube menit.
berukuran 2ml lalu ditambahkan 1200 L
larutan C4 dan digetarkan dengan vorteks 2.2.4 Deteksi DNA dengan elektroforesis
selama 5 detik. Produk PCR dideteksi dengan metode
Campuran ini diambil sebanyak 675 L elektroforesis agarosa 1,3 % . Gel agarosa
dan dimasukkan ke Spin Filter dan (Promega) dilarutkan dalam TBE 1X
disentrifugasi pada kecepatan 10.000 x g (Invitrogen) dan mengandung etidium
selama 1 menit pada suhu ruang. Supernatan bromida (0,5 μg/ml). Produk PCR
yang tersisa dimasukkan ke Spin Filter dan divisualisasi pada GelDoc (BioRad).
disentrifugasi pada kecepatan 10.000 x g
selama 1 menit pada suhu ruang. Larutan hasil
saringan dalam collection tube dibuang. Spin 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Filter (yang sudah mengikat DNA)
ditambahkan 500 L larutan C5 dan Isolasi DNA Metagenomik dengan metode
disentrifugasi pada kecepatan 10.000 x g modifikasi menghasilkan DNA yang tidak
selama 1 menit, lalu larutan hasil saringan dapat terdeteksi pada elektroforesis agarosa
dibuang. Spin filter disentrifugasi lagi pada (Gambar 1).
kecepatan 10.000 x g selama 1 menit. Konsentrasi DNA hasil isolasi yang sangat
Sebanyak 100 L larutan C6 ditambahkan ke rendah dapat menyebabkan tidak dapat
pusat filter dalam Spin Filter yang sudah terdeteksinya pita-pita DNA dengan
diletakkan dalam tabung mikro 1,5 mL baru, elektroforesis. Walaupun demikian, untuk
kemudian disentrifugasi pada kecepatan membuktikan bahwa DNA metagenomik dari
10.000 x g selama 1 menit. Hasil sentrifugasi sputum telah dapat diisolasi, maka dilakukan
merupakan larutan DNA hasil elusi dari Spin amplifikasi menggunakan metode PCR.
Filter dan disimpan pada suhu -20oC atau Untuk mengetahui kualitas DNA dan
langsung digunakan untuk tahapan berikutnya. deteksi M. tuberculosis yang diisolasi, maka
selanjutnya dilakukan PCR Hasil amplifikasi
produk PCR tersebut kemudian dideteksi
2.2.3 Amplifikasi Daerah Promoter inhA dengan elektroforesis gel agarosa dan
dengan PCR ditunjukkan pada Gambar 2. Dari deteksi
produk PCR didapatkan bahwa ukuran DNA

59
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2015

yang dihasilkan sesuai dengan sekuen target Hasil ini menunjukkan bahwa proses
yaitu sekitar 284 bp. amplifikasi dengan teknik PCR telah berhasil
dilakukan. Namun amplifikasi PCR terhadap
DNA metagenomik sputum P48B dan P44B
menunjukkan pita fragmen DNA berukuran
1 2 3 4 5 6 M
10 kb
sekitar 284 bp yang sangat tipis.
Selanjutnya dilakukan amplifikasi ulang
5 kb dengan kondisi PCR yang sama, dan produk
1 kb
PCR dielektroforesis gel agarosa yang
750 bp
hasilnya ditunjukkan pada Gambar 3. Pada
500 bp
Gambar 3, pita fragmen DNA yang berukuran
250 bp
sekitar 284 bp untuk amplikon dari DNA
metagenomik P44B tidak teramati. Sedangkan
untuk kelima amplikon dari DNA
metagenomik sputum yang lain dapat teramati
Gambar 1. Elektoforegram DNA metageno- pita fragmen DNA berukuran sekitar 284 bp.
mik sebelum amplifikasi dengan PCR. M :
marker 250 bp DNA ladder, 1:DNA
metagenomik P48B, 2: DNA metagenomik
P46B, 3: DNA metagenomik P47B, 4 : DNA 1 2 3 4 5 6 M
metagenomik P44B, 5 : DNA metagenomik
P48B Kit, 6 : DNA metagenomik P46B Kit.
500 bp

±284 300 bp
bp
200 bp

1 2 3 4 5 6 M 100 bp
A A A 6 A
5 Gambar 3. Elektroforegram produk PCR
±284 bp 300 bp kedua dari DNA metagenomik. M : Marker
5 200 100 bp DNA ladder, 1: DNA metagenomik
5 bp P48B, 2 ; DNA metagenomik P46B , 3: DNA
100 bp
metagenomik P47B , 4 :DNA metagenomik
P44B, 5 : DNA metagenomik P48B Kit, 6 :
DNA metagenomik P46B Kit

Amplifikasi selanjutnya hanya dilakukan


Gambar 2. Elektroforegram produk PCR
pada lima sampel DNA metagenomik, yaitu
pertama dari DNA metagenomik. M : Marker
P48B, P46B, P47B, P48B Kit, dan P46B Kit
100 bp DNA ladder, 1: DNA metagenomik
(Gambar 4 dan 5).. Hal tersebut dilakukan
P48B ,2:DNA metagenomik P46B, 3:DNA
karena amplikon dari DNA metagenomik
metagenomik P47B, 4 :DNA metagenomik
sputum P44B tidak terdeteksi pita fragmen
P44B, 5: DNA metagenomik P48B Kit, 6 :
DNA berukuran sekitar 284 bp. Pengulangan
DNA metagenomik P46B Kit.
proses amplifikasi ini dilakukan sebanyak 2
kali dengan suhu annealling yang sama, yaitu
Pada elektroforegram Gambar 3
56º C dengan tujuan mengetahui tingkat
menunjukkan bahwa pita fragmen DNA
presisi produk yang dihasilkan. Jika kondisi
berukuran sekitar 284 bp dapat terdeteksi,
PCR yang digunakan sudah optimal dan
yang diduga sebagai fragmen promoter inhA
proses PCR berlangsung baik, maka
dari DNA metagenomik sputum pasien TB.

60
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2015

memungkinkan untuk memvisualisasikan pita dari sputum pasien tuberkulosis dengan


fragmen sesuai dengan ukuran yang metode isolasi metagenomik. Amplifikasi
diharapkan [12]. dengan menggunakan primer promoter inhA
menunjukkan bahwa DNA hasil isolasi cukup
baik digunakan sebagai template proses PCR

M 1 2 3 4 5

500
5. UCAPAN TERIMA KASIH
bp
±284 Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala
300 bp
Laboratorium Mikrobiologi RS Sanglah yang
bp telah menyediakan sputum MDR-TB, Kepala
200
Laboratorium dan seluruh staf Laboratorium
Biologi Molekular Fakultas Kedokteran
Gambar
bp 4. Elektroforegram amplifikasi lima Universitas Udayana yang telah banyak
sampel
100 DNA metagenomik pengulangan membantu dalam berlangsungnya penelitian
pertama. M:Marker 100 bp DNA ladder, 1: ini.
bp
DNA metagenomik P48B ,2 : DNA
metagenomik P46B , 3:DNA metagenomik
P47B , 4: DNA metagenomik P48B Kit, 5: 6. DAFTAR PUSTAKA
DNA metagenomik P46B Kit. [1] Sabree, Z.L., Rondon, M.R., and Handels-
man, J. 2009. Metagenomics. Elsevier
622-632.
[2] Kim W. 2012, Application of Metage-
M 1 2 3 4 5
nomic Techniques: Understanding the
A M Unrevealed Human Microbiota and
M Explaining the ini Clinical Infectious
Disease. Journal of Bacteriology and
Virology 42(4): 263-275.
[3] Miller, R.R., Montoya, V., Gardy, J.L.,
500 bp Patrick, D.M, Tang P 2013. Metagenomics
300 bp
± 284 bp for pathogen detection in public health.
200 bp Genome Medicine 5:81
100 bp
[4] Weinstock G.M, 2012. Genomic approach-
es to studying the human microbiota.
Gambar 5. Elektroforegram amplifikasi lima Nature 489 : 250-256
sampel DNA metagenomik pengulangan [5] Nakamura, S., Maeda, N., Miron, I.M.,
kedua. M: Marker 100 bp DNA ladder, 1 : Yoh, M., Izutsu, K., Kataoka, C., Honda,
DNA metagenomik P48B ,2: DNA T., Yasunaga, T., Nakaya, T., Kawai, J.,
metagenomik P46B , 3 : DNA metagenomik Hayashizaki, Y., Horii, T., and Iida, T.
P47B , 4 : DNA metagenomik P48B Kit, 5: 2008. Metagenomic Diagnosis of Bacterial
DNA metagenomik P46B Kit. Infections. Emerging Infectious Diseases
(www.cdc.gov/eid). 14(11) : 1784-1786.
[6] Zhang M, Yue J, Yang YP, Zhang HM,
4. KESIMPULAN Lei JQ, Jin RL, 2005. Detection of
mutations associated with isoniazid
Berdasarkan penelitian yang telah
resistance in Mycobacterium tuberculosis
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: M.
tuberculosis dapat dideteksi secara langsung

61
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2015

isolates from China. J. Clin. Microbiol. [11] Patel, S., Yates, M., and Saunders, N.A.,
43: 5477-82. 1997. PCR-Enzyme-Linked Immuno-
[7] Heifets LB, Barnes PF. 1994 Current sorbent Assay and Partial rRNA Gene
laboratory methods for the diagnosis of Sequencing: a Rational Approach to
tuberculosis. In: Bloom BR,editor. Identifying Mycobacteria. J. Clin.
Tuberculosis, pathogenesis, protection, Microbiol. 35:2375-2380.
andcontrol. Washington DC: American [12] Chen, X., F. Kong., Q. Wang., C. Li., J.
Society for Microbiology. p. 85-110. Zhang, dan G. L. Gilbert. 2011. Rapid
[8] Kent,P.T and Kubica,G.P 1985. A Guide Detection of Isoniazid, Rifampin, and
gor The Level III Laboratory. Centres for Ofloxacin Resistance in Mycobacterium
Disease and Control, Atlanta,Ga. tuberculosis Clinical Isolates Using High-
[9] Kirschner,P., Springer,B., Vogel,U., et al., Resolution Melting Analysis. Journal of
1993. Genotypic identification of Clinical Microbiology 49: 3450-3457.
mycobacteria by nucleic acid sequence [13] McPherson, M.J. and Moller, S.G., 2006.
determination, report of a 2-year PCR 2nd ed. UK: Taylor and Francis
experience in a clinical laboratory. Group.
J.Clin.Microbiol., 31: 2882-2889
[10] Zhou, J., Bruns, M. A., & Tiedje, J. M.,
1996. DNA recovery from soils of diverse
composition. Applied and Environmental
Microbiology 62: 316–322.

62

Anda mungkin juga menyukai