Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hak-haknya di muka hukum,


terbukanya era pasar bebas, meningkatnya persaingan nasional dan internasional, dan peningkatan
kualitas pendidikan dasar menjadi sebuah tantangan yang perlu dijawab oleh dunia keperawatan.
Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan menjadi perawat yang baik seharusnya sudah mulai
ditinggalkan. Saat ini dunia telah mulai bergerak ke arah Entrepreneurship, dimana setiap anak
bangsa harus memulai menjual kreatifitas dan kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya hal tersebut
akan semakin sulit direalisasikan oleh generasi keperawatan jika trends dunia tersebut tidak diikuti
oleh arahan penyelenggara pendidikan keperawatan dengan baik. Satu hal yang sangat terlihat
membedakan keperawatan dengan profesional kesehatan lain saat ini adalah bahwa sampai dengan
saat ini keperawatan masih belum menemukan bentuk layanan pokok yang hanya dapat dilakukan
dan menjadi kewenangan perawat semata.
Oleh karena itu, pengembangan Entrepreneurship perlu ditanamkan agar kreatifitas pelaku
keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri bagi pemiliknya kelak
sebagai bekal memulai untuk terjun ke dunia kerja.
Entrepreneurship erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan uang tanpa harus banyak
bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin pernyataan tersebut membuat sebagian orang
berpikir tentang perdagangan. Lebih dari itu, sebenarnya Entrepreneurship tidak hanya berbicara
soal penjual – pembeli, namun ke arah pengembangan kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk
menciptakan lapangan kerja sendiri, menjual ide baru, mengembangkan ide – ide dan peristiwa
sehari-hari, dan mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan memiliki selling
point and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan tindakan dan asuhan
kaperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya untuk menyiapkan kasa dan kapas untuk
disterilisasi, menyiapkan set untuk perawatan klien harian dan hal-hal minor yang lain. Boleh menjadi
bayangan bagaimana jika contoh tersebut dikelola sehingga bernilai jual. Contoh lainnya, saat ini
penderita penyakit kronis mengalami peningkatan dari segi kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-
banyak jika dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen
rumah sakit dan cost inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya perawat mampu
meningkatkan peranannya di rumah sakit.

PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN KEPERAWATAN (NURSING)
Salah satu definisi Keperawatan menurut Virginia Henderson : Fungsi unik dari perawat adalah
membantu individu baik sehat maupun sakit dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang
kesehatan serta penyembuhan atau membimbing klien agar meninggal dunia dengan tenang. Segala
yang dilakukan perawat adalah untuk membantu meningkatkan dan menumbuhkan kemauan,
kekuatan dan pengetahuan agar tidak bergantung pada bantuan orang lain.
Kata kunci dari definisi tersebut adalah menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar
tidak bergantung pada bantuan orang lain.
Perawat secara empiris cenderung didasarkan pada kepribadian tipe sosial, hal ini terutama
dipengaruhi tokoh keperawatan dunia sejak zamannya Florence Nightingale. Tipe sosial (Senang
membantu atau bekerja dengan orang lain, menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan
berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam
kemampuan mekanikal dan sains. Tidak seperti perawat Indonesia, Florence tidak mengalami
mahalnya tarip dasar listrik, tingginya harga BBM tanpa subsidi, mahalnya pendidikan anak
berkualitas. Keperawatan, hal ini telah menyebabkan banyaknya perawat kurang cerdas secra
finansial dan kurang dihargai.
Berdasarkan konsep King yang dilengkapi dengan konsep John L Holland, saat ini dibutuhkan perawat
yang memiliki kepribadian Tipe usaha/enterprising. Perawat tipe ini cenderung mempunyai
kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk memimpin orang lain,
mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan. Dengan perawat tipe ini ia akan
lebih mandiri secara finansial, klien akan sehat dan terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Dari definsi di atas dikemukakan bahwa aspek ekonomi serta dukungan finansial akan mempengaruhi
tuntutan dalam dunia keperawatan, terutama yang menyangkut asuransi pelayanan kesehatan.

2.2. PENGERTIAN ENTREPRENEUR


Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang bermakna seseorang yang
melakukan dan mengoperasikan kegiatan enterprise (perdagangan) atau venture (bisnis) yang
dihubungkan dengan pengambilan resiko kegiatan .
Secara umum Entrepreneur selalu dikaitkan dengan bisnis, namun sebenarnya tidak selalu demikian.
Seorang Entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan jasa/produk
dalam market baru, baik itu bersifat profit ataupun non profit.
Seorang Entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan jasa/produk
dalam market baru. Dalam hal ini seseorang itu mempunyai kemampuan berpikir yang kreatif dengan
daya kreasi dan membuat sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu peluang serta berani
mengambil risiko atas tindakannya. Ketika seorang perawat mengambil suatu langkah di tengah
orang-orang lain saling berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang sangat sempit, ia justru
berpikir melakukan suatu usaha yang dapat menghasilkan secara ekonomi dan memberi peluang kerja
bagi sesamanya, ia dapat dikatakan sebagai seorang Entrepreneur.

2.3. PENGERTIAN NURSEPRENEUR


Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan karir dari peran dan fungsi perawat.
pengembngan karir tersebut dapat menjadi pengelola klinik atau sarana kesehatan lainnya. Misalnya
manager spa, manager fisioterapi, manager Nursing Center, manager Balai kesehatan swasta, pemilik
massage dan refleksi, meskipun dalam pelaksanaan teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai
pelaksana, dalam hal ini perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik
saham, atau owner yang akan menggaji karyawannya. Hal seperti ini sudah mulai ada di Indonesia,
misalnya Saat pembubaran Konas jiwa. Di Bali perawat memiliki balai Keperawatan yang dipadukan
dengan fisioterapi.
Selain peran tersebut perawat juga dapat melakukan penelitian-penelitian, sebagai contoh adanya
tim riset yang meneliti perawatan luka, cara ganti balutan efektif, kompres modern, terapi
modalitas, tehnik relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari Rumah sakit atau intistusi
kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan ke RS tertentu sangat rendah, maka
perawat manajemen akan melakukan riset yang didanai rumah sakit yang bersangkutan, termasuk
riset kepuasan klien.
Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam bidang pendidikan atau
menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai konsultan. Misalnya pelatihan baby siter, pelatihan
perawat lansia, perawat anak di rumah atau perawat yang akan mendampingi klien saat ibadah haji.
Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata kata yaitu “nurse’ dan “Entrepreneur”. Nurse artinya
seorang perawat, sedangkan Entrepreneur sendiri memiliki berbagai pengertian dan sifat, salah
satunya yang disampaikan oleh John G. Burch, Entreprenuer memiliki sifat :

1. Berhasrat mencapai prestasi


2. Seorang Pekerja keras
3. Ingin bekerja untuk dirinya
4. Mencapai kualitas
5. Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan
6. Optimis
7. Berorganisasi
8. Berorientasi kepada keuntungan

Seseorang yang berprofesi apapun, asal mampu menerapkan 8 aspek sifat Entrepreneur dalam
kehidupan sehari-harinya, maka dapat dikategorikan sebagai Entrepreneur, termasuk seorang
perawat. Dengan jiwa Entrepreneur masalah sehari-hari yang dihadapi perawat di ruangan akan
menjadi uang. Karena perawat yang berjiwa entreperneur memilki ciri berorientasi pada keuntungan.
Sebagai contoh masalah menumpuknya botol infus bekas, abocate yang tak terpakai, sisa makanan
pasien, cucian keluarga perawat, penunggu pasien, terpisahnya orang tua yang sakit dengan anak.

Disamping hal tersebut ada fenomena menarik seperti apa-apa yang dilakukan oleh perawat yang
tergabung dalam asosiasi perawat Indonesia yang bekerja di malaysia, Saudi Arabia, Qatar dan
Kuwait. Mereka mencoba berorganisasi sebagai ciri Nursepreneur dan memiliki keberanian untuk
hijrah dengan Berorientasi kepada keuntungan berupa besarnya gaji yang diperoleh, gaji tersebut
selanjutnya dijadikan aset yang akan menjadi mesin uang.
Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :
1. Pengerahan Diri : Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman bekerja untuk
diri sendiri.
2. Pengasuhan Diri : Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang pun
memilikinya.
3. Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan, mengaktualisasi kan dan
mengubah ide – ide Anda menjadi kenyataan.
4. Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional, mental dan fisik.
5. Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu menghadapi resiko

Entrepeneur bagi perawat sebetulnya bisa dipelajari sambil melakukannya (learning by doing), namun
harus diingat bahwa wawasan tentang jenis usaha yang akan dipilih tetap sangat diperlukan karena
jika tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar laut tanpa tabung gas.
Jadi yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan keberanian untuk mengambil risiko
serta siap bekerja keras mencapai tujuan dengan optimis. Inilah yang membuat entreprenur selalu
tampil dengan gagasan–gagasan baru yang segar, melawan arus pemikiran orang banyak atau kreatif.
Perawat entrepreneur mungkin bisa diartikan sebagai perawat yang mempunyai jiwa wirausaha.
Entrepreneur/wirausaha/pebisnis, yang tidak dikenali seperempat abad lalu, saat ini diajarkan
sebagai mata kuliah di universitas di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, ratusan perguruan tinggi
mengajarkan itu. Apakah ini benar-benar fenomena baru? Tidak persis demikian. Kita sebenarnya
dilahirkan sebagai entreperneur.
Keberanian, kreativitas, dan inisiatif semuanya adalah sifat yang dimiliki seseorang sejak lahir. Itu
alami, melekat dalam diri kita, Tinggal masalahnya, buatlah kemampuan itu muncul dan bekerja
optimal . Kita sebagai perawat sudah pernah memenangkan persaingan yang paling akbar di jagat
raya ini yaitu 700 juta sel sperma yang bersaing membuahi ovum. Kitalah pemenangnya. Lalu
berkembang menjadi bayi, bayi manapun di dunia ini, sebelum mereka dibanjiri nilai-nilai dan
peraturan masyarakat, tanpa perlu ikut seminar tentang ”berjalan”, ia belajar berjalan sampai bisa.
Setiap kali si bayi yang belajar berjalan, ia tersandung dan terjatuh kemudian bangkit lagi. Bayi itu
pun belajar berbicara tanpa perlu mengikuti kurus bahasa. Sayangnya, semua kelebihan itu hilang
ketika ia memasuki institusi yang kita sebut sekolah.
Pertanyaannya adalah adakah institusi di dunia ini yang bisa mengajari cara menjalankan bisnis kita
sendiri?, kalau kita sebut beberapa kursus atau jurusan bisnis dengan nama-nama tetentu yang
ditawarkan oleh universitas atau sebuah lembaga kursus. Terus terang, itu semua tidak mengajarkan
kita bagaimana menjalankan bisnis untuk diri kita sendiri. Mereka hanya mengajarkan kita bagaimana
menjalankan bisnis untuk orang lain. Kalau kita mengikuti kursus akuntansi, yang diajarkan adalah
bagaimana kita menghitung uang orang lain.
Entrepreneur bagi perawat bisa dipelajari sambil melakukannya (learning by doing), namun harus
diingat bahwa wawasan tentang jenis usaha yang akan dipilih tetap sangat diperlukan karena jika
tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar laut tanpa tabung gas.
Dalam bidang pekerjaan apapun, yang namanya income harian, mingguan, bulanan, tahunan dan
“dadakan”, semuanya penting terpenuhi. Tetapi selain itu kita masih bisa melakukan hal lain, banyak
bisnis/usaha yang bisa dilakukan perawat, jadi sambil bekerja sebagai perawat, namun memiliki
usaha sampingan di bidang wirausaha.
Bekerja di luar negeri bisa menjadi langkah awal menjadi pebisnis dan investor. Perawat di luar
negeri rata-rata mencapai gaji 10 x lipat perawat di Indonesia. Sebelum menjadi pengusaha kita
memang perlu modal finansial dan modal karakter. Setiap orang, siap atau tidak, kondisi akan
mendorongnya menjadi seorang entrepreneur, sekarang jaman sudah berubah.

2.4. KIAT MENJADI NURSEPRENEUR


Seorang perawat dapat menjadi nurse Entrepreneur atau menjadi nurse Intrapreneur. Seorang
perawat nurse Entrepreneur adalah seorang perawat yang menjalankan wirausahanya sendiri atau
dengan beberapa teman dalam bisnis keperawatan. Sebaliknya seorang perawat Intrapreneur adalah
seorang perawat yang menjalankan “bisnis” dalam divisi atau bagian dari satu perusahaan yang telah
ada. Menjadi seorang Intrapreneur lebih aman, mendapatkan karir, dan dapat melangkah menjadi
Entrepreneur. Tentu saja ini berbeda dengan apa yang umumnya perawat lakukan, dan bukan bekerja
di RS yang tentu saja yang secara alamiah bukan tempat “berbisnis”.
Ketrampilan dan karakter perawat yang diperlukan berbeda sekali, mesti memiliki semangat
wirausaha, memulai sendiri, bertanggung jawab secara keuangan, mencoba hal baru, dan berani.
Anda sebagai perawat juga dituntut memiliki jiwa sales, customer services, budgeting, forecasting
dan manajemen.
Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat Intrapreneur dulu, sambil bekerja dalam satu institusi
bisnis atau sambil bekerja sebagai perawat, namun memiliki usaha sampingan di bidang wirausaha.
Setelah kita yakin siap, maka bisa langsung terjun dalam Entrepreneurship untuk mengurus bisnis
sendiri.

2.5. MENJADI EMPLOYER KEMUDIAN INVESTOR


Menurut Robert Kiyosaki tingkatan terendah dalam bekerja menurut penghasilannya adalah Employer
(pekerja), tingkatan kedua adalah owner (pemilk) dan tingkatan ketiga adalah investor (pemilik
modal). Jawaban menarik yang disampaikan oleh para perawat yang bekerja di Kuwait kalau
ditanyakan apakah ingin bekerja sebagai perawat kembali di Indonesia nanti (saat resign)?, Sebagaian
besar mereka menjawab ”tidak”. Sehingga banyak dari mereka yang telah merintis berbagai jenis
usaha bisa berhubungan dengan dunia keperawatan/kesehatan atau bahkan tidak sama sekali. Banyak
teman perawat yang selalu setiap annual leave (cuti tahunan) mulai merintis bidang usaha baru, yang
dikelola keluarga/teman, atau membuat kontrakan, transportasi, buka toko obat, bisnis fotocopy,
makanan, property, wartel/warnet, usaha komputer, service Hp, bengkel, dsb.
Mereka memiliki keyakinan bahwa dalam bidang pekerjaan apapun, yang namanya income harian,
mingguan, bulanan, tahunan dan “dadakan”, serta income antar negara (income di LN dan di
Indonesia ) semuanya penting terpenuhi. Bekerja di LN bisa menjadi langkah awal menjadi pebisnis
dan investor. Perawat di luar negeri rata-rata mencapai gaji 10 x lipat perawat di Indonesia. Sebelum
menjadi pengusaha kita memang perlu modal finansial dan modal karakter. Untuk mencari modal
finansial kita boleh menjadi karyawan dulu (employer). Setelah gaji kita ditabungkan maka kita mulai
punya modal finansial yang akan kita rubah menjadi mesin pencetak uang (aset). Kemudian hasilnya
dapat diinvestasikan oleh perawat yang akan menjadi pasif income.

2.6. MAMPU BERPIKIR UNTUNG (THINK BENEFIT) DAN MERUBAH PARADIGMA BERPIKIR(CHANGE
THINKING PARADIGM)
Perawat sering berhadapan dengan berbagai masalah saat bekerja misalnya macet saat mau dinas ke
Rumah sakit, mencuci baju putih yang gampang kotor, sampah medis yang berserakan, sulitnya
meninggalkan anak saat dinas, jauhnya kantin saat makan siang, tidak keburu masak di rumah,
mahalnya biaya berkomunkasi dengan suami.
Seorang perawat yang berjiwa Entrepreneur akan mulai berpikir beda dan berpikir untung. Tahap
selanjutnya mungkin muncul gagasan-gagasan segar dan ide – ide kreatif misalnya perawat
menciptakan CD rekaman English for nurse saat macet, laundry for nursing staf, Re-use machine for
waste medical, katering siap antar bagi perawat atau penitipan bayi bagi perawat. Ide – ide tersebut
harus dibiasakan muncul. Seberapa jeleknya ide itu atau seberapa sepelenya ide itu tetap harus
dimunculkan. Di luar negeri justru ide sepele itulah yang menghasilkan royalti jutaan, misalnya ide
tentang alat penjepit kuping anjing jenis tertentu, yang telinganya menjuntai saat makan dan
tercelup pada makanan.

2.7. MODEL ENTREPRENEURSHIP


Model Entrepreneurship secara sederhana dimulai dengan diketahui adanya peluang, mampu
menggunakannya, kemudian jika terdapat hambatan, mampu mengatasi hambatan yang ada.
Diperlukan juga kemampuan cara melakukan Entrepreneurship itu sendiri sehingga tercipta usaha
baru (peluang menjadi usaha baru). Peluang perawat menjadi Entrepreneur dibagi menjadi:
Trend demografi : Jumlah lansia yang semakin banyak tentunya memerlukan perawatan dalam
menjalani hidupnya. Dalam menjalani pengobatan mungkin beberapa klien memerlukan penjagaan
atas privacynya sehingga memerlukan pelayanan secara khusus.
Kesempatan di falitas kesehatan :Terlibat dalam produksi atau pendistribusian suplemen yang baik
untuk pasien di rumah sakit. Mungkin kedepannya tidak menutup kemungkinan rumah sakit akan
melakukan outsourcing tenaga perawat untuk memotong besarnya biaya rumah sakit, hal ini tentunya
rumah sakit tidak akan memaksakan tenaga perawat yang sedikit untuk merawat pasien yang sangat
banyak dan sebaliknya jika pasien sedikit rumah sakit bisa menyesuaikan kebutuhan tenaga perawat.
Trend sosial : Gaya hidup yang sibuk berdampak buruk terhadap kesehatan seseorang sehingga untuk
tetap sehat membutuhkan perawatan untuk mempertahankan kesehatanny, dalam hal ini focus
kepada kelompok – kelompok tertentu seperti klub jantung sehat.
Peluang – peluang diatas sangat mungkin dimanfaatkan oleh perawat karena perawat di rumah sakit
sangat dekat dengan pasien, namun untuk memanfatkan peluang tersebut perawat sering menghadapi
hambatan – hambatan diantaranya: isu malpraktek, tidak punya hak istimewa dari rumah sakit,
padangan skeptis dari beberapa dokter tentang peran independen perawat, dan ketakutan rumah
sakit akan menurunnya kedisiplinan perawat.
Aspek legal : Perawat dalam menjalankan Entrepreneurship-nya sering dihantui oleh sangsi hukum,
oleh karena itu banyak perawat berharap untuk disahkannya RUU praktik keperawatan. Tetapi
tentunya aspek hukum yang harus dikuasai bukan hanya tentang perawat tentunya undang – undang
atau peraturan hukum lainnya juga harus dikuasai oleh perawat.
Etik dan konflik personal : Banyak perawat beranggapan bahwa berbisnis bertentangan dengan kode
etik dan nilai perawat dimana berbisnis maka akan menurunkan penilaian masyarakat terhadap
perawat. Dan untuk menghindari terjadinya konflik personal perawat lebih suka bekerja di klinik
tempat praktek dokter, hal ini menyebabkan fungsi mandiri dari perawat dinilai tidak ada oleh
masyarakat atau dengan kata lain tidak kompeten dan menjadi perawat tidak survive untuk
menunjukan eksistensi tindakan keperawatan mandiri.
Hambatan dari pengetahuan : Kemampuan perawat dalam memulai bisnis belum terlihat hal ini
disebabkan karena ketidakmampuan mengembangkan perencanaan bisnis (akutansi, pemasaran,
manajeriar, asuransi, hukum, perencanaan, insurance, anggaran, pendanaan, negosiasi, penagihan,
keterampilan klinik dan keperawatan). Manajemen perawat lebih difokuskan kepada manajemen
pasien tidak kepada manajemen perusahaan dan masih banyak perawat beranggapan bahwa
masyarakat hanya membutuhkan rumah sakit dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan,
kalau berbisnis mempunyai risiko yang tinggi. Hal ini berdampak banyak perawat kesulitan dalam
memulai usaha baru.
Solusi : Untuk mengatasi masalah diatas diantaranya dengan cara : (1) Untuk memulai harus
mempunyai mentor , dan tentunya kepada perawat yang sudah menjadi Entrepreneur sejati harus
terpanggil jika menginginkan terbentuk perawat yang berjiwa Entrepreneur. Sehingga perawat berani
memulai bisnis baru.
(2) Perawat harus membuat komuniti perawat Entrepreneurship sehingga dapat menggali potensi
bisnis perawat, mengetahui tren bisnis perawat yang baru dan membuat arahan – arahan yang positif
untuk meningkatkan income bagi bisnis perawat.
(3) Organisasi profesi harus mampu membuat dan mengembangkan area – area Entrepreneurship
perawat termasuk perlindungan hukumnya.
(4) Membuat komuniti untuk mengidentifikasi portensi bisnis perawat, terhubung dengan trend bisnis
baru dan meningkatkan arahan – arahan untuk meningkatkan praktek.
(5) Perawat harus memperbaiki mental Entrepreneurnya dan mempelajari peran – peran seorang
Entrepreneur
(6) Kerjasama dengan pihak – pihak lain seperti rumah sakit, pemerintah dan swasta yang dapat
dijembatani oleh organisasi profesi.

2.8 LANGKAH PERAWAT MENJADI NURSEPRENEUR (PERAWAT PENGUSAHA)


Isu kesejahteraan perawat saat ini masih gencar dihembuskan selain isu profesionalisme.
Kesejahteraan perawat yang berbanding lurus dengan gaji perawat konon berbanding terbalik dengan
beban kerja perawat. Mengharapkan pemerintah untuk melihat hal itu, rasanya tidak mungkin
(tampak pada ketidakjelasan RUU Keperawatan) karena saat ini perawat di Indonesia masih belum
memiliki bargaining position di mata pemerintah.
Salah satu solusi yang bisa diambil untuk membackup kesejahteraan perawat tanpa perlu
menggantungkan pada gaji dari pemerintah, adalah dengan menjadi Nursepreneur (Perawat
Pengusaha).
Konsep Nursepreneur sudah lama muncul dalam dunia keperawatan. Namun, di Indonesia konsep ini
belum begitu familiar. Ada satu hal yang sangat menarik dari konsep ini, yaitu untuk menjadi perawat
pengusaha atau perawat pebisnis kita hanya perlu 5 langkah. Uniknya 5 langkah ini sangat sering
dilakukan oleh perawat. 5 langkah itu adalah bagian dari PROSES – KEPERAWATAN yang terdiri dari
(1) pengkajian, (2) diagnosa, (3) perencanaan, (4) implementasi, dan (5) evaluasi. Jika dikaitkan
dengan NURSEPRENEUR, proses keperawatan itu akan menjadi 5 langkah awal untuk menjadi perawat
pengusaha atau perawat pebisnis, yaitu :
1.PENGKAJIAN :Langkah pertama untuk memulai berbisnis adalah kita melakukan pengkajian.
Masalah adalah hal pertama yang kita ingin dapatkan dari proses pengkajian. Maka untuk memulai
bisnis, kita harus mengetahui masalah apa yang terjadi. Saat ini yang paling berkuasa dalam dunia
bisnis adalah pasar (market). Maka pengkajian yang kita lakukan untuk memulai berbisnis adalah
mengkaji kebutuhan pasar. Pasar memerlukan apa? Ada masalah apa?
2.DIAGNOSA : Langkah kedua setelah melakukan pengkajian adalah menetapkan diagnosa. Dalam
dunia bisnis, setelah kita mengetahui kebutuhan pasar maka yang selanjutnya dilakukan adalah
memetakan potensi yang bisa kita masuki untuk menjawab kebutuhan pasar. Pemetaan potensi itu
dalam langkah ini adalah tahap diagnosa.
3.PERENCANAAN : Setelah kita mengetahui potensi pasar yang bisa kita masuki, maka langkah
selanjutya adalah menyusun rencana untuk bisa masuk kedalam pasar yang sesungguhnya. Tahap
perencaan ini merupakan tahap ketika kita harus memiliki konsep usaha yang jelas dan detail. Apa
yang kita jual? Apa yang kita berikan kepada konsumen? Apa solusi yang bisa dilakukan untuk
menjawab kebutuhan pasar?
4.IMPLEMENTASI : Langkah ini adalah tahap bagi kita untuk take action. Konsep usaha yang jelas harus
diwujudkan dalam bentuk nyata. Tahap ini merupakan tahap yang paling inti dalam proses berbisnis
dan tentu saja merupakan tahap yang paling sulit. Semua orang bisa punya ide, namun tidak semua
orang berani take action.
5.EVALUASI : Dalam sistem apapun, evaluasi merupakan bagian penting dan tidak boleh terlupakan.
Dari evaluasi ini, kita bisa mengetahui apakah implementasi yang kita lakukan berhasil atau tidak.
Sama dalam dunia bisnis, evaluasi akan memberikan gambaran kepada kita apakah konsep yang sudah
kita jalankan berhasil atau tidak. Jika berhasil, maka kita bisa lakukan peningkatan, namun jika tidak,
perubahan rencana dan strategi bisa dilakukan.
5 langkah diatas merupakan gambaran umum dan sederhana untuk memulai menjadi Nursepreneur.

Menjadi NURSEPRENEUR, siapa takut?

PENUTUP
Entrepreneur sebagai peluang atau “ The preneurship of creative destruction “ dan ini merupakan
peluang komersial, dan ini ada tiga pengaruh penting dalam bisnis yaitu : (1) diharapkan bekerja
sendiri (self employed), (2) Entrepreneurship home care yang pada dasar nya membahas
pengorgnisasian, dan (3) adalah dorongan utama dibelakang inovasi dalam masyarakat sesuai dengan
trend di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai