Anda di halaman 1dari 14

ASKEP

(KATARAK)
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
 Nama : Ny. W
 Umur : 50 th
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : islam
 Status Perkawinan : kawin
 Suku Bangsa : Indonesia
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : swasta
 Tgl masuk RS : 01 MEY 2018
 No. Register : 15665
RS :HIKMA BELOPA

Penanggung Jawab
 Nama : Tn. F
 Umur : 56 th
 Pekerjaan : swasta
 Alamat : BUNTU TEPA

3.1.2. Keluhan utama


Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat dari
jarak jauh ataupun dekat.
3.1.3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan Sekarang

Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti
ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Klien juga mengalami
kesulitan melihat pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam
hari. Setelah dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada
lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan
keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa
berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan atau dikoreksi
dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-
hari.klien jg mengalami hiperglikemia karena panyakit diabetis yang dideritanya.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1 tahun yang
lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga

Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama
seperti yang diderita oleh pasien saat ini.

3.1.4. Pemeriksaan Fisik


a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak
menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan pada
agamanya
1. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius
3) Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4) Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan
5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak
Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6) Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7) Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8) Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9) Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus

3.2. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
-klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera
penglihatannya kabur, penglihatan kabur dengan dilator pupil)
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan dilator
pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina sulit
dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi terhadap
-klien mengatakan kesulitan melihat katarak infeksi
pada jarak jauh atau dekat, pandangan
ganda, susah melihat pada malam hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan pada
susunan sel lensa oleh factor fisik dan
kimiawi sehingga kejernihan lensa
berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan penerimaan Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami sensori/status organ persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. indra penglihatan
-Klien mengatakan mengalami
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina sulit
dilihat

Diagnosa keperawatan yang muncul


 Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
 Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
 Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra
penglihatan
3.3. Nursing Care Planning
N
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o
1 Resio tinggi Setelah Menunjukkan Mandiri :
cidera berhubunga dilakukan perubahan 1. Diskusikan apa 1. Membantu
n dengan intervesi sela perilaku, pola yang terjadi pada megurangi rasa
perdarahan intra ma 3x24 jam hidup untuk pasca dikoreksi takut an
okuler diharapkan menurunka tentang nyeri, meningkatkan
perdrahan faktor resiko pembatasan kerja
intra okuler dan aktivitas, sama dalam
dapat segera untuk melidun penampilan dan pembatasan yang
diatasi gi diri dari balutan mata diperlukan
cedera. 2. Batasi aktivitas
seperti 2. Menurunkan
megerakkan stres pada area
kepala tiba-tiba, pengikisan/menur
menggaruk mata, unkan TIO
membongkok
3. Dorong napas
dalam batuk untuk
bershan nafas
berihan paru 3. Batuk
4. Pertahankan meningkatkan
perlindungan mata TIO
sesuai indikasi

5. Minta pasien untuk4. Digunaknuntuk


membedakan melindungi dari
antara cedera dan
ketidakyamanan menurunkan
dan nyeri mata gerakan mata
tajam tiba-tiba, 5. Ketidak amanan
selidiki mungkin karena
kegelisaan,disorien prosedur
tasi, gangguan pembedahan,
balutan nyeri akut
menunjukkan TIO
dan atau
perdarahan yang
terjadi karena
Kolaborasi: regangan dan
1. berikan obat atau tak diketahui
sesuai indikasi penyebabnya.
 antiemetik contoh
proklorprazin


mual, muntah
dapat
 asetazolamid(diom meningkatkan
ox) TIO, memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
cedera okuler
 diberikan untuk
menurun TIO bila
terjadi
 analgesik contoh peningkatan,
empirin dengam membatasi kerja
kodein, enzim pada
asetaminofen(tynol produksi akueus
) humor
 digunakan untuk
ketidak nyamanan
ringan, mencega
gelisah yang
dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko tinggi Setelah - Meningkat Mandiri
terhadap infeksi dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan
berhubungan intervesi sela penyembuha pentingnya jumlah bakteri
dengan bedah ma 3x24 jam n luka tepat mencuci tangan pada tangan,
pengangkatan diharapkan waktu sebelum menyentu mencega
katarak factor resiko - bebas atau mengobati kontaminasi area
infeksi dapat drainase mata operasi
diatasi purulen dan 2. Gunakan atau 2. Tehnik aseptic
eritema tunjukan tehnik menurunkan
yang tepat untuk resiko
membersihkan penyebaran
mata dari dalam bakteri dan
keluar dengan tisu kontaminasi
basah atau bola silang
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3. Tekankan
pentingnya
untuk tidak 3. Mencegah
menyentuh atau kontaminasi dan
menggarut mata kerusakan sisi
yang di operasi operasi
4. Obserpasi tanda
terjadinya infeksi
contah kemerahan,4. Infeksi mata
kelopak mata terjadi 2-3 hari
bengkak, drainase setelah prosedur
purulen. dan memerlukan
Kolaborasi: upaya intervensi
1. Berikan obat yang tepat
sesuai indikasi
 antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)  sediakan topical
yang digunakan
sevara profilaksis,
dimana
terapilebih akresif
diperlukan bila
terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan
pada antibiotic
 steroid topical bila pasien
mengalami
implantasi.
 Digunakan untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan sensori Setelah - Dapat Mandiri
persepsi(penglihat dilakukan meningkatka1. Tentukann 1. kebutuhan
an) berhubungan intervesi sela n ketajaman ketajaman individu dan
dengan gangguan ma 3x24 jam penglihatan penglihatan, catat pilihan intervensi
penerimaan diharapkan batas situasi apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
sensori/status gangguan individu mata terlibat kehilangan
organ indra sensori - Memperbaiki penglihatan
penglihatan persepsi dapat potensi terjadi lambat dan
diatasi bahaya progresif. Bila
dalam bilateral tiap mata
lingkunga dapat berlangjut
pada laju yang
berbeda tetapi
biasa nya hanya 1
mata diperbaiki
perprosedur.
2. memberikan
peningkatan
2. Orientasikan kenyamanan dan
pasien terhadap kekeluargaan,
lingkungan,stap, menurunkancema
orang lain di area s dab disorientasi
nya pasca operasi
3. terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
3. Observasi tanda- tetbatasan
tanda dan gejala- penglihatan dapat
gejala disorientasi, mengakibatkan
pertahankan pagar bingung pada
tempat tidur orang tua.
sampai benar- Menurunkan
benar senbuh dari resiko jatuh bila
anastesia pasien bingung
atai tak kenal
ukuran tempat
tidur

4. Memberikan
4. Pendekatan dari rangsangan
sisi yang tak sensori tepat
dioperasi , bicara, terhadap isolasi
dan menyentuh dan menurunkan
sering, dorong bingung
orang terdekat
tinggal dengan
pasien
5. Gangguan
5. Perhatikan tentang penglihatan atau
suram atau iritasi dapat
penglihatan kabur berakhir 1-2 jam
dan iritasi mata setelah diberikan
pengobatan tetapi
secara bertahap
menurunkan
denganpengguna
an.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi jangan
hentikan
6. Ingatkan pasien penggunaan obat
menggunakan sementara
kacamata 6. perubahan
katarakyang ketajaman dan
tujuannya kedalaman persepsi
memperbesar dapat menyebabkan
kurang lebih 25% bingung
penglihatan perifer penglihatan atau
hilang dan buta titik meningkatkan
mungkin ada resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi.

3.4. Catatan Perkembangan

No Diagnose Keperawatan Implementasi


evaluasi
1. Resiko tinggi Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
cidera berhubungan dengan Mandiri : S: klien meengatakan nyeri
perdarahan intra okuler 1. Mendiskusikan apa pasca dikoreksi sudah
yang terjadi pada pasca berkurang.
dikoreksi tentang nyeri, O: klien tampak rileks
pembatasan aktivitas, pasca dikoreksi,tetapi
penampilan dan balutan aktivitas klien masih
mata dibatasi,seperti terlalu
2. Membatasi aktivitas seperti banyak menggerkkan kapala
megerakkan kepala tiba- dan menggaruk mata
tiba, menggaruk mata, A: Masalah teratasi
membongkok sebagian,aktivitas klien
3. Mendorong napas dalam masih dibatasi untuk
batuk untuk bershan nafas melindungi mata pasca
berihan paru dikoreksi
4. Mempertahankan P: Intervensi dilanjutkan
perlindungan mata sesuai 1. Batasi aktivitas klien
indikasi seperti megerakkan kepala
5. Meminta pasien untuk tiba-tiba, menggaruk mata,
membedakan antara membongkok
ketidakyamanan dan nyeri 2. Mempertahankan
mata tajam tiba-tiba, selidiki perlindungan mata sesuai
kegelisaan,disorientasi, indikasi
gangguan balutan 3. Meminta pasien untuk
Kolaborasi: membedakan antara
1. Memberikan obat sesuai ketidakyamanan dan nyeri
indikasi mata tajam tiba-tiba, selidiki
 antiemetik contoh kegelisaan,disorientasi,
proklorprazin gangguan balutan
 asetazolamid(diomox)

2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wib Jam 12.00wib


infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
dengan bedah 1. Mendiskusikan pentingnya beristrahat dengan baik
pengangkatan katarak mencuci tangan sebelum tanpa terasa nyeri pasca
menyentu atau mengobati operasi pengangkatan
mata katarak
2. Menggunakan atau O: klien dapat beristirahat
tunjukan tehnik yang tepat dengan tenang dan lebih
untuk membersihkan mata rilek serta tidak terdapat
dari dalam keluar dengan tanda-tanda terjadinya
tisu basah atau bola kapas infeksi pada mata klien
untuk tiap usapan ganti A: Masalah klien teratasi
balutan dan masukkan sebagian,tidak terjadi
lensa kontak bila infeksi pada mata klien
menggunakan pasca operasi.
3. Menekankan pentingnya P: Intervensi dilanjutkan
untuk tidak menyentuh 1. Tekankan pentingnya
atau menggarut mata yang untuk tidak menyentuh
di operasi atau menggarut mata yang
4. Mengobserpasi tanda di operasi
terjadinya infeksi contah 2. obserpasi tanda terjadinya
kemerahan, kelopak mata infeksi contah kemerahan,
bengkak, drainase purulen. kelopak mata bengkak,
Kolaborasi: drainase purulen
1. Memberikan obat sesuai
indikasi
 antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)
 Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan setelah
berhubungan dengan 1. Menentukann ketajaman dilakukan operasi matannya
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 sudah dapat melihat
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat walaupun tanpa bantuan
penglihatan 2. Mengorientasikan pasien kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3. Mengobservasi tanda- disekitarnya
tanda dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4. Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien
5. Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6. Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih

Anda mungkin juga menyukai