Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan Ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat-Nya kami kelompok II dapat menyelesaikan tugas KMB 1 yang
membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Apendisitis” yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah KMB 1.

Ucapan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam


penyusunan makalah ini, karena atas kerjasama yang baik kita bisa menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.Kami sangat senang apabila makalah ini bisa di
terima oleh dosen pembimbing.Kami juga mengharapkan bahwa makalah yang
sangat sederhana ini bisa berguna bagi pembaca, bisa menambah pengetahuan
khususnya tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Apendisitis serta bisa mengahasilkan nilai yang baik , bisa menunjang ketuntasan
1 SKS !

Kami memohon maaf , apa bila di dalam makalah ini terdapat taeori atau
materi yang kurang tepat dan juga kami memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini tidak sesuai dengan bacaan, sesungguhnya tidak ada manusia yang
sempurna , Akhir kata ‘Tak ada gading yang tak retak ,Oleh sebab itu Saran dan
Kritik yang membangun tetap kami nantikan demi Kesempurnaan makalah ini
,dan sebagai media pembelajaran untuk pembuatan makalah-makalah yang
selanjutnya . terimakasih ^^

Gorontalo , November 2013

1|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ............................................................................................................................. 1

Daftar Isi ...................................................................................................................................... 2

Bab 1: Pendahuluan ..................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 3


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................... 3
1.4 Metode Penulisan ............................................................................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 4
Bab 2: Pembahasan ...................................................................................................................... 5

2.1 Konsep medik .................................................................................................................. 5

2.2 Proses Keperawatan ........................................................................................................9

Bab 3: Penutup ............................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................14

3.2 Saran ...............................................................................................................................15

Daftar Pustaka ..........................................................................................................................16

2|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat dan
kuat. Tubuh yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam
memberikan kemudahan dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang vital
bagi setiap orang. Aktivitas yang dilakukan tentunya mendukung proses
kehidupan dan interaksi antar manusia yang satu dan yang lainnya.
Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti
kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu
pengetahuan. Semua itu mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat
polahidup, ekonomi, budaya, dan teknologi yang mirip disetiap negara.

Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan
tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola
hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul adalah apendisitis.
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang
tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling
umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak
suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson &
Goldman, 1989).
Penjelasan selanjutnya akan di bahas pada bab pembahasan

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep Medik Apendisitis ?
2. Bagaimana Proses Keperawatan Apendisitis ?
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Apendisitis .
1.4 MetodePenulisan

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif, yang


diperoleh dari literature dari berbagai media baik buku maupun internet yang
disajikan dalam bentuk makalah.

3|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
1.5 SistematikaPenulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini adalah :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang,Rumusan
masalah, Tujuan, Metode, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Pembahasan yang terdiridari Konsep medik dan proses
Keperawatan
BAB III : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

4|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medik


A. Pengertian
Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat
pada sekum tepat di bawah ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri dengan
tidak efesien dan lumennya kecil, maka apendiks mudah mengalami obstruksi dan
rentan terhadap infeksi (apendisitis). Apendisitis merupakan penyebab yang
paling umum dari pembedahan abdomen darurat (Baughman & Joann,2000:45).
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks (kantung buntu pada
caecum) yang dapat menjadi keadaan darurat, khususnya dalam pembedahan pada
anak. Secara umum apendiks ini melekat pada caecum, dan pada anak umumnya
tidak lurus dan memperlihatkan sebuah lipatan. Apabila terjadi peradangan
apendiks maka akan terjadi akumulasi dari eksudat purulen dalam lumen dan
dapat terjadi obstruksi, akibatnya suplai darah berkurang, pembuluh darah juga
akan mengalami kerusakan (Hidayat, 2008).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan (Mansjoer, 2000).

B. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas dua, yakni:
1) Apendisitis akut
 Apendisitis akut fokalis yaitu setelah sembuh akan timbul striktur
local.
 Apendisitis purulenta difusi yaitu sudah bertumpuk nanah.
2) Apendisitis kronis
 Apendisitis kronis fokalis yaitu setelah sembuh akan timbul striktur
local.
 Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.

5|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
C. Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Namun terdapat banyak sekali factor pencetus terjadinya penyakit ini.
Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen
apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras
(fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam
tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan
obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hyperplasia jaringan limfoid (Irga,
2007).
Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh
hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena
adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan
mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.Namun elastisitas
dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra
lumen.Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan
menyebabkan edema dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis
akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.
1) Ulserasi pada mukosa.
2) Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)
3) Pemberian barium
4) Berbagai macam penyakit cacing.
5) Tumor.
6) Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.

D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks
mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun
elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis
akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.Bila sekresi mukus berlanjut,

6|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena,
edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada
abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks
yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding
appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis
perforasi.Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih
panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang
tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

E. Manifestasi klinis
1) Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah,
mual dan seringkali muntah.
2) Pada titik McBruney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan
spina anterior dan ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan
sedikit kaku dari bagian bawah otot rektuss kanan.
3) Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah
nyeri tekan, spasme otot dan konstipasi atau diare kambuhan.
4) Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi daerah kuadran
kanan bawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kanan bawah).
5) Jika terjadi rupture apendiks, maka nyeri akan lebih menyebar, terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk
(Baughman & Joann,2000:46).

F. Pemeriksaan diagnostik
1) Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita
merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
2) Pemeriksaan Laboratorium

7|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
Leukosit meningkat lebih 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai
75% sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi
akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
 Hb (hemoglobin) nampak normal.
 Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis
infiltrat.
 Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
3) Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa
appendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan
cairan.
b. Kadang ada fekolit (sumbatan).
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma.
4) Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya pergeseran material dari apendiks (fekalit),
ileus terlokalisir.

G. Komplikasi
1) Peritonitis
2) Tromboflebitis sufuratif dari system portal
3) Abses subfrenikus
4) Obstruksi intestinal
H. Penatalaksanaan
1) Pembedahan diindikasikan jika terdiagnosa apendisitis; lakukan
apendektomi secepat mungkin untuk mengurangi resiko perforasi.
Metoda: insisi abdominal bawah di bawah anestesi umum atau spinal;
laparoskopi.
2) Berikan antibiotic atau cairan IV sampai pembedahan dilakukan.
3) Analgesic dapat diberikan setelah diagnose ditegakkan.

8|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
2.2 Proses Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya


adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.

1) Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas
keluarga, dll.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan
terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan
muntah, panas.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita atau mengalami gangguan
pencernaan, kebiasaan klien kurang mengkonsumsi makanan yang
berserat, sering mengalami gangguan BAB seperti konstipasi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri perut dikuadran kanan bawah, mual,
muantah, anorexia dan demam. Pada klien post operasi ditemukan
nyeri pada luka operasi, klien merasa lemah, Pemulihan kesadaran.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Appendicitis bukan merupakan penyakit keturunan atau penyakit
menular seperi penyakit lainya.

3) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara head to toe meliputi system dan dikhususkan pada
system pencernaan:

9|
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
a. Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) normal/tidak.
b. Keadaan klien biasanya CMC.
 Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus,
alopsia.
 Kulit kepala : kotor/tidak kotor.
 Mata : Kesimetrisan : biasanya simetris kiri dan kanan.
Konjungtiva : anemis/tidak anemis.
Sclera : ikterik/ tidak ikterik.
 Mulut dan gigi
Rongga mulut : kotor/tdk
Lidah : kotor/tdk
 Dada dan thorak
simetris kiri dan kanan , tidak adanya pembengkakan dan nyeri
tekan , normal/tdk .
 Abdomen
perut tidak membuncit, tanpak bekas luka operasi post
apendiktomi , nyeri tekan, dan nyeri lepas, dikuadaran kanan
bawah , tympani , bising usus (+) n: 5-35x/i.
 Genetalia
Observasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia. Inspeksi
skrotum untuk mengetahui ukuran, warna dan bentuk
kesimetrisan
 Rectum dan anus
adanya hemoroid, lesi, kemerahan , merasakan adanya massa.
 Kulit/ intagumen
amati adanya perubhan dan pengurangan pigmentasi, pucat,
kemerahan, sianosis, lesi kulit, ikterik.

4) Aktivitas sehari-hari
a. Makan, minum :
biasanya klien mengalami gangguan pada pemenuhan
kebutuhanmakan dan minum karena mual, muntah dan anorexia.
b. Eliminasi :

10 |
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
Biasanya terjadi gangguan eliminasi terutama pada awitan awal
dengan gejala konstipasi.
c. Istirahat dan tidur
Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena rasa
nyeri atau ketidaknyamanan pada daerah abdomen.
5) Data psikologis
Biasanya klien dan keluarga akan merasa cemas dan khawatir dengan
keadaannya
6) Data penunjang/laboratorium
a. Leukosit : peningkatan > 10. 000/mm3
b. Pada pemeriksaan USG/X-Ray ditemukan densitas pada kuadran
kanan bawah.

B. Diagnose Keperawatan
1) Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama, perforasi atau ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan
abses.
2) Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi,
pembatasan pasca operasi.
3) Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah.
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perjalanan penyakit.

C. Intervensi
Diagnosa I
Intervensi Rasional
- Awasi tanda vital, perhatikan- Dugaan adanya infeksi atau
demam, menggigil, berkeringat, terjadinya sepsis, abses, peritonitis
perubahan mental, meningkatkan nyeri
abdomen
- Lakukan pencucian tangan yang- Menurunkan resiko penyebaran
baik dan perawatan luka aseptik penyakit atau bakteri
- Lihat insisi dan balutan - Memberikan deteksi dini terjadi
nya proses infeksi dan pengawasan

11 |
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
penyembuhan peritonitis yang telah
ada sebelumnya.

Diagnosa II
Intervensi Rasional
- Awasi tekanan darah dan nadi - Tanda yang membantu
mengidentifikasi fluktuasi volume
intra vaskuler
- Lihat membran mukosa, kaji turgor- Indikator keadekuatan sirkulasi
kulit dan pengisian kapiler perifer dan hidrasi seluler
- Awasi masukan dan haluaran; catat- Penurunan haluaran urin pekat
warna urin atau konsentrasi, berat dengan peningkatan berat jenis di
jenis duga dehidrasi atau kebutuhan
peningkatan cairan.

Diagnosa III
Intervensi Rasional
- Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik- Berguna dalam pengawasan
beratnya (skala 0-10) keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
- Pertahankan istirahat dengan posisi- Gravitasi melokalisasi eksudat
semi-fowler inflamasi dalam abdomen bawah
atau pelvis, menghilang-kan
tegangan abdomen
- Dorong ambulasi dini - Meningkatkan normalisasi fungsi
organ, contoh merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.

12 |
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
Diagnosa IV
Intervensi Rasional
- Kaji ulang pembatasan aktivitas- Memberikan inflamasi pada
pasca operasi pasien untuk merencanakan
rutinitas biasa tanpa menimbulkan
masalah
- Dorong aktivitas sesuai tolerasi- Mencegah kelemahan,
dengan periode istirahat periodik meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat
- Anjurkan menggunakan laksatif- Membantu kembali ke fungsi
atau pelembek feses ringan bila perlu usus semula
dan hindari enema

D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan suda berhasil ( Nursalam, 2001). Teori evaluasi keperawatan pada
klien dengan apendisitis menurut Smeltzer, 2001 antara lain :
1) Kram dan nyeri abdomen berkurang
2) Nyeri berkurang
3) Pengeluaran dan masukan cairan adekuat, tanda-tanda kurang cairan
tidak terjadi
4) Menaati diet rendah serat
5) Mencapai perfusi gastrointestinal normal ; memenuhi pembatasan
makanan, haluaran urine adekuat, tekanan darah dalam batas normal
6) Tidak mengalami komplikasi
7) Tidak demam, abdomen lunak, tidak nyeri tekan dengan bising usus
normal .

13 |
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat


pada sekum tepat di bawah ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri dengan
tidak efesien dan lumennya kecil, maka apendiks mudah mengalami obstruksi dan
rentan terhadap infeksi (apendisitis).

Klasifikasi apendisitis terbagi atas dua yaitu Apendisitis akut dan


Apendisitis kronis . Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri. Namun terdapat banyak sekali factor pencetus terjadinya penyakit ini.
Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen
apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras
(fekalit).

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks.


Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks
mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun
elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Tanda dan gejala yang dapat d
timbulkan yaitu Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual dan seringkali muntah. Pada titik McBruney (terletak dipertengahan
antara umbilicus dan spina anterior dan ilium) nyeri tekan setempat karena
tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rektuss kanan. Nyeri alih
mungkin saja adaKomplikasi yang dapat di timbulkan yaitu Peritonitis ,
Tromboflebitis sufuratif dari system portal , Abses subfrenikus, Obstruksi
intestinal.

Cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


apendisitis meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.

14 |
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
3.2 Saran
Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing
untuk melakukan kebiasaan hidup sehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak
benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi
prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah satu penyakit yang
timbul pada sistem pencernaan adalah apendisitis.

15 |
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis
DAFTAR PUSTAKA

Baughman & Joann.2000.Keperawatan Medikal-Bedah,Jakarta: EGC.

Engram.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Vol 1.


Jakarata: EGC.

Doenges, Marylinn E.(2000), Perencanaan dan Pendokumentasian


Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha


Medica, Jakarta.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius FKUI

Price, SA. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Edisi 6. Jakarta : EGC

Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit,


Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit


Buku Kedokteran, EGC. Jakarta

Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,


Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner


& suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

16 |
Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis

Anda mungkin juga menyukai