Oleh :
Nadya Karlina Megananda
(196070300111005)
RINGKASAN
A. Konsep Dasar
1. Konsep Dasar Anak
1) Pengertian
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan
bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan
termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala
kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah
dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia
18 tahun (Damayanti,2008)
Anak diartikan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas
tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik
kebutuhan fisik, psokologis, sosial, dan spiriual (Hidayat, 2012). Anak
adalah antara usia 0-14 tahun karena diusia inilah risiko cenderung
menjadi besar (WHO, 2019).
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari
lahir, bayi tumbuh menjadi anak, remaja, melalui masa dewasa, tua
sampai akhirnya meninggal dunia. Selama perjalanan dari bayi,
seorang anak akan melalui titik kritis perkembangan yang timbul di
setiap tahap perkembangannya. Titik kritis akan menentukan berhasil
tidaknya anak mencapai tugas perkembangan pada tahap yang
bersangkutan. Titik kritis ini menentukan apakah anak mampu
bertahan dan melanjutkan perkembangan secara progresif atau anak
akan mengalami stagnasi perkembangan prekoks.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari
bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-
5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini
berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang
anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola
koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak
mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai
perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan
kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya
anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya
perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat
dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini
sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna
dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia
pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hamper
sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada
anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat
bayi anak menangis.Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah
menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan
keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada
anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada
masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat seperti
bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan
menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan
terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia.
Perubahan perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan
lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain
dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).
2) Tahap Perkembangan Anak
a. Dasar kepercayaan (basic trust) vs ketidakpercayaan (mistrust)
(0–1,5 tahun).
Bayi sejak dilahirkan dan mulai kontak dengan dunia luar sangat
bergantung pada oranglain dan lingkungannya. Ia mengharapkan
mendapatkan rasa aman dan rasa percaya padalingkungan,
terutama ibunya sebagai perantara dengan lingkungan luar.
Apabila hubunganorang tua dengan bayi berjalan dengan baik,
maka rasa percaya (trust) terhadap lingkungandapat berkembang
dengan baik, dan sebaliknya. Bayi menggunakan mulut dan
pancainderasebagai alat untuk berhubungan dengan dunia luar.
Gangguan yang mungkin timbul pada anak usia ini antara lain
seperti sulit makan(setelah usia 6 bulan), iritabilitas,
takut/cemas, dan ingin selalu melekat pada ibu. Adanyatingkat
bergantung yang kuat dapat diinterpretasikan sebagai kurang
berkembangnya dasarkepercayaan dan menjadi faktor
predisposisi dalam menimbulkan kelainan jiwa sepertidepresi,
skizofrenia, dan adiksi.
b. Otonomi (autonomy) vs malu dan ragu (shame and doubt) (1,5
tahun).
Anak pada usia 1,5 tahun tumbuh dan berkembang sejalan
dengan kemampuan alat gerak, dandidukung rasa kepercayaan
dari ibu dan lingkungan, maka tumbuh kesadaran bahwa
dirinyadapat bergerak dan ingin mendapatkan kepuasan gerak
sehingga anak berbuat sesuai dengankemauannya. Pada usia ini
berkembang rasa otonomi diri bahwa dirinya dapat
menolakataupun memberi sesuatu pada lingkungannya sesuai
dengan keinginannya tanpa dipengaruhiorang lain. Kemampuan
ini penting sebagai dasar membentuk keyakinan yang kuat dan
hargadiri seorang anak di kemudian hari. Saat berhubungan
dengan orang lain, anak cenderungegosentrik.
Lingkunganpun berperan dalam membentuk kepribadian anak,
sehingga gangguan pada masa ini menyebabkan anak menjadi
pemalu, ragu-ragu, dan cenderung memberipengekangan pada
diri. Gangguan jiwa yang mungkin timbul yaitu kemarahan,
sadistik, keras kepala, menentang, agrasi, enkopersis, enuresis,
obsesi kompulsif, dan paranoid.
c. Inisiatif (initiative) vs rasa bersalah (guilt) (3–6 tahun).
Tahap ketiga anak belajar cara mengendalikan diri dan
memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatifmulai timbul menguasai
anak, tetapi lingkungan mulai menuntut anak untuk melakukan
tugas tertentu. Anak akan merasa bahwa dirinya adalah bagian
dari lingkungannya daningin diikutsertakan sebagai seorang
individu yang mempunyai peran. Adanya keterbatasanseorang
anak dalam memenuhi tuntutan lingkungan akan menimbulkan
rasa kecewa danrasa bersalah. Hubungan ibu, ayah, dan anak
sangat penting karena akan menjadi dasarkemantapan identitas
diri. Selain itu, anak mulai membentuk peran sesuai jenis
kelamin yangwajar, serta mencoba berlatih mengintegrasikan
peran sosial dan tanggung jawab. Hubungandengan teman
sebaya atau saudara akan cenderung untuk menang sendiri.
Gangguan yang mungkin timbul pada masa ini adalah kesulitan
belajar, masalah disekolah, pergaulan dengan teman-teman,
serta anak menjadi pasif, takut, dan mungkinterjadi neurosis
d. Kerja keras (industry) vs inferioritas (inferiority) (7–11 tahun).
Anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu sekolah.
Anak dihadapkan padakeadaan yang menuntut untuk mampu
menyelesaikan suatu tugas dan perbuatan hinggamenghasilkan
sesuatu. Hubungan ibu-ayah-anak mulai berakhir dan anak siap
meninggalkanrumah dan orang tua dalam waktu terbatas untuk
pergi ke sekolah. Anak mulai merasakansifat kompetitif,
mengembangkan sikap saling memberi dan menerima, serta
setia kawan danberpegangan pada aturan yang berlalu.
Gangguan yang mungkin timbul pada masa ini adalah rasa
kekurangan pada diri,merasa tidak mampu, rasa inferior,
gangguan pada prestasi belajar, dan takut berkompetisi.
b. Faktor Makrokosmos
Faktor makrokosmos merupakan faktor luar dari anak yang juga
akan memengaruhipertumbuhan perkembangan. Faktor tersebut
meliputi pola asuh yang dilakukan ayah, ibu,saudara, atau teman
di lingkungannya.
a) Asuhan Lingkungan
Ayah, ibu, saudara, dan teman lebih sering mendidik anak
seperti keinginannya. pola asuh orang tua harus tetap
mengajarkan strategi kehidupan yang akurat untuk
menghadapi tantangan pada zamannya anak. Berikan
gambaran (figur) orang tua dalam menghadapi kehidupan.
b) Lingkungan
Lingkungan dengan berbagai macam keadaannya
menuntut anak mampu beradaptasi,serta membandingkan
dengan ajaran yang telah diperoleh atau dipelajari dari
rumah untuk dikembangkan dalam lingkungan sosial.
Lingkungan adalah mediator dan fasilitator dalam
pembentukan perilaku anak