Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN An.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEMAM TYPOID


DI RUANG ANAK RS AMELIA PARE

Di susun oleh :
Ernawati
(202006109)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
KARYA HUSADA KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN An.S DENGAN DIAGNOSA DEMAM TYPOID
DI RUANG ANAK RS AMELIA PARE

Mengetahui,

Ernawati
(202006109)

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik

(Rahayuning Sukowati, S.Kep., Ns) (Eko Arik S, S.Kep. Ns., M.Kep, Sp. Kep J)

LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Demam Typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) merupakan penyakit
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai dengan gangguan pencernaan. Demam Typhoid ini
disebabkan oleh bakteri salmonella typhy . Penyakit ini ditularkan melalui
konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh tinja dan urin
orang yang terinfeksi. (Astuti, 2013).
Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus
halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).
2. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-
41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor
pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari
Titik, 2016).
3. Manisfestasi
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,
sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi
mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis
yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016).
1) Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal
kembali.
2) Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan.
Pada abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa
membesar disertai nyeri dan peradangan.
3) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintikbintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada
minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
4) Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua
setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut
teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak
dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan
dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman).
Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang
baik, maka basil salmonella akan menembus selsel epitel (sel m) dan selanjutnya
menuju lamina propia dan berkembang iak di jaringan limfoid plak peyeri di
ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui
duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh,
terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari
Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali).
Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi
darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan
gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,
instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,
pernafasan, dan gangguan organ lainnya.
Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di
susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri pada
mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses
penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Sedangkan
penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly (lalat) dan melalui Feses. (Lestari Titik, 2016).
Pathway

Kuman salmonella typhi

Masuk melalui makanan/ Minuman,jaritangan/kuku,


muntuhan, lalat dan feses

Masuk ke mulut

Menuju ke saluran pencernaan

Kuman mati Lambung Kuman hidup

Lolos dari asam lambung

Bakteri masuk ke dalam usus halus

Peredaran darah dan masuk ke retikulo endothelia terutama hati dan limfa

Inflamasi pada hati dan limfa Masuk kealiran darah

Endotoksi
Hematomegali Spenomegali

Nyeri tekan Penurunan mobilitas usus


Mengakibatkan komplikasi seperti neuropsikiatrik, kardiovaskuler, pernafasan, dll.

Nyeri Penurunan peristaltik usus


Merangsang melepas sel perogen

Konstipasi Peningkatan asam lambung


Mempengaruhi pusat thermoregulerator di hipotalamus

Resiko kekurangan volume cairan


Anoreksia, mual dan muntah
Hipertermia
Defisit nutrisi
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak dengan dengan typoid antara lain :
1) Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darahter gantung dai beberapa
faktor :
a. Tehnik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada
saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
e. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi.
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam
serum klien dengan demam typhoid juga terdapat pada orang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi
oleh salmonella typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal
dari tubuh kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H (berasal
dari flagel kuman).
c) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen VI
(berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut
hanya agglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
4) Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada
akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu
kedua hingga minggu ketiga.
5) Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam.
6. Penatalaksanaan
1) Keperawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2) Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
3) Medis
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika,
seperti ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan
ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-
negara barat. Obat-obatan antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d. Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50
m/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari
sekali, intravena selama 5-7 hari.
f. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika
adalah meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga
minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus
yang tidak terawat. Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus
berat dan dengan manifestasi nerologik menonjol, diberi deksamethason
dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30
menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan
tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah dilakukan
pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.
7. Komplikasi
1) Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan
tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang
dapat disertai nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum.
3) Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding
abdomen tegang, dan nyeri tekan
4) Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis,
yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain (Susilaningrum,
Nursalam, & Utami, 2013)
8. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Anamnesa
a) Keluhan utama
Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit
kepala, demam, nyeri dan juga pusing
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan
juga pusing, berat badan berkurang, klien mengalami mual,
muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan juga diare,
klien mengeluh nyeri otot
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita penyakit
seperti ini sebelumnya
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit yang sama
(penularan)
b. Pemeriksaan Fisik
a) Pengkajian umum
 Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,
dankoma
 Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
 Tanda-tanda vital,normalnya:
Tekanan darah : 95 mmHg
Nadi : 60-120 x/menit
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 15-26 x/menit
c. Pengkajian system tubuh
a) Pemeriksaan kulit dan rambut. Kaji nilai warna, turgortekstur
dari kulit dan rambut pasien
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai darikepala, mata, hidung, telinga, mulut dan
leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada
indera
c) Pemeriksaan dada
 Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor,
timpani)
Auskultasi : suara paru
 Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung Auskultasi : bunyi jantung
 Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen,
gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
 Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya
alat bantu
d. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a) Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil,
preeklamsi, BB ibu tidak naik, pemantauan kehamilan secara
berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak dipantau secara
berkala dapat mengganggu tumbang anak
b) Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat
lahir, partus lamadan anak yang lahirdengan bantuan alat/ forcep
dapat mengganggu tumbanganak
c) Pertumbuhan fisik : BB, TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkar
kepala, LILA, lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,
d) pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringa notot (cubitan
tebal untuk pada lengan atas, pantat dan juga paha mengetahui
lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan tipis pada kulit
dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan juga mudah /
tidak akarnya dicabut, gigi, ada tidaknya udem, anemia dan
gangguan lainnya.
e. Riwayat imunisasi
f. Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain
g. Pengkajian Pola Fungsional
a) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang
dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan
dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif,
ketaatan pada ketentuan media dan keperawatan. Biasanya anak-
anak belum mengerti tentang manajemen kesehatan, sehingga
perlu perhatian dari orang tuanya.
b) Pola nutrisi metabolic
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan
klien, tipe makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat
badan, nafsu makan, pilihan makan.
c) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih,
penggunaan alat bantu, penggunaan obat-obatan.
d) Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan
rekreasi, kemampuan untuk mengusahakanaktivitas sehari-hari
(merawat diri, bekerja), dan respon kardiovaskuler serta
pernapasan saat melakukan aktivitas.
e) Pola istirahat tidur
Yang perludikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24
jam, bagaimana kualitas dan kuantitas tidurklien, apa ada
gangguan tidur dan penggunaan obatobatan untuk mengatasi
gangguan tidur.
f) Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indraklien dan kemampuan
persepsi klien.
g) Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikapklien mengenai
dirinya, persepsi klien tentang kemampuannya, pola emosional,
citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri.
Biasanya anak akan mengalami gangguan emosional
sepertitakut, cemas karena dirawat di RS.
h) Pola peran hubungan
Kaji kemampuan kliendalam berhubungan dengan orang lain.
Bagaimana kemampuan dalam menjalankan perannya.
i) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.
j) Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam
manghadapai stress dan juga adanya sumber pendukung. Anak
belum mampu untuk mengatasi stress, sehingga sangat
dibutuhkan peran dari keluarga terutama orangtua untuk selalu
mendukung anak.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum
terlalu mengerti tentang kepercayaan yang dianut. Anak-anak
hanyan mengikuti dari orang tua.
h. Pemeriksaan Penunjang
a) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,
limfositosis relatif dan aneosinofillia pada permukaan yang
sakit.
b) Darah untuk kultur (biakan darah, empedu) dan widal.
c) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam
darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih
sering ditemukan dalam urine dan feses.
d) Pemeriksaan widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah
titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif.
2) Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi
b. Defisit nutrisi
c. Resiko kekurangan volume cairan
d. Nyeri
e. Konstipasi
3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Outcome Intervensi
1 Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
adalah Pengalaman keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi:
sensorik atau tingkat nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
emosional yang criteria hasil : intensitas nyeri
berkaitan dengan  Frekuensi nadi dalam rentang 2. Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan normal 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
aktual atau  Pola nafas teratur 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
fungsional, dengan  Keluhan nyeri menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
onset mendadak atau  Meringis menurun 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
lambat dan  Kesulitan tidur menurun 7. Monitor efek sampin g penggunaan analgetik
berintensitas ringan Terapeutik:
 Gelisah menurun
hingga berat yang 8. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
berlangsung kurang 9. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
dari 3 bulan. 10.Fasilitasi istirahat dan tidur
11.Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
12.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
13.Jelaskan strategi meredakan nyeri
14.Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
15.Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Hipertermi (D.0130) Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
adalah Suhu tubuh tindakan keperawatan 1x8 jam Observasi:
meningkat di atas diharapkan suhu tubuh tetap berada 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar
rentang normal tubuh pada rentang normal. Dengan lingkungan panas, penggunaan inkubator)
criteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
 Tidak menggigil 3. Monitor kadar elektrolit
 Suhu dan nadi dalam rentang 4. Monitor haluaran urine
normal 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Suhu kulit menurun dalam Terapeutik:
rentang normal 6. Sediakan lingkungan yang dingin

 Tanda gejala dehidrasi 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian

berkurang 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh


9. Berikan cairan oral
10. Hindari pemberian antipiretik atau asprin
11. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
12. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberiancairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
3 Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan ManajemenNutrisi
(D.0032) adalah keperawatan 3x24 jam status nutrisi Observasi:
Risiko mengalami terpenuhi dengan kriteri hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
Asupan nutrisi tidak  Porsi makanan yang 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
cukup untuk dihabiskan meningkat 3. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
memenuhi kebutuhan  Berat badan meningkat 4. Monitor asupan makanan
metabolisme.  Frekuensi makan meningkat 5. Monitor berat badan

 Menunjukan minat dalam Terapeutik:

makan 6. Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jikaperlu


7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
8. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric
jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
9. Anjurkan posisi duduk, jikamampu
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Definisi Tumbuh Kembang


Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan
ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah
tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat
sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan
ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ
tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari
kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain,
berhitung, membaca, dan lain-lain.
2. Tahap Tumbuh Kembang Anak
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa
atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas
masa prenatal dan masa postnatal :
1) Masa Prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.
Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8
minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum
menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi
sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-
40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan
berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan
jaringan otot.
2) Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa
sekolah, dan masa remaja.
a. Masa neonates
Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali
dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan
yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua
sistem organ tubuh.
b. Masa bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama
(antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa
ini dapat berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam
peningkatan sususan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan
pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan
pada perkembangan motorik.
c. Masa Usia Prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih
terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada
aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson (dalam
Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif
vs rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu
(courius) dan adanya imajinasi anak berkembang, sehingga anak
banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatifnya maka hal
tersebut membuat anak merasa bersalah. Sedangkan menurut teori
Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak mulai
mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan lakilaki. Anak juga
akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya
sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa
disekitarnya. Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses
perubahan dalam pola makan dimana pada umunya anak mengalami
kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah
menunjukkan proses kemandirian dan perkembangan kognitif sudah
mulai menunjukkan perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri
untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).
d. Masa Sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik
dan kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah.
e. Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan
dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk
ke dalam tahap remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki
dan perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan pubertas.
YAYASAN KARYA HUSADA KEDIRI AS
Y A YE D I R A N
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI K I

Ijin Mendiknas RI No. 164/D/O/2005 Rekomendasi Depkes RI No. HK.03.2.4.1.03862

K A
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

A
R Y
A H U SA

D
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri
Website: www.stikes-khkediri.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK
I. DATA UMUM

Nama : An.S
Ruang : Anak
No. Register : 36635xxxxx
Umur : 10 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa :-
Alamat : Bangunrejo, 01/02, Pranggang, Plosoklaten, Kediri
Pekerjaan : Belum bekerja
Penanggung jawab : Ny. L (Ibu)
Pendidikan Terakhir : SMA
Golongan Darah : Tidak terkaji
Tanggal MRS : 9 Desember 2020 pukul 06.30
Tanggal Pengkajian : 9 Desember 2020 pukul 07.30
Diagnosa Medis : Typhoid Fever

II. DATA DASAR


Keluhan Utama :
Nyeri perut
Alasan Masuk Rumah Sakit :
Klien mengatakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk RS, demam sejak 3 hari
sebelum masuk RS. Nafsu makan hilang, lemah. Klien tidak berobat sebelum
dibawa ke RS dan tidak minum obat apapun, kemudian klien dibawa ke RS
Amelia masuk IGD jam 05.30, TD : 110/70 mmHg, N: 90x/ menit, RR 15x/menit,
S: 38C.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Klien mengatakan nyeri perut bagian atas sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, nyeri seperti ditusuk – tusuk, nyeri terasa di perut bagian kanan atas kuadran
1, nyeri berskala 5 dan nyeri dirasakan terus menerus, demam sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, di rumah sudah di belum diobati apapun hanya
kompres hangat karena belum ada perubahan lalu di bawa ke RS Amelia , di IGD
dilakukan tindakan pemasnagan, lalu pasien dipindahkan di ruang rawat inap
yakni di ruang Anak RS Amelia.

Upaya yang telah dilakukan:


Selama dirumah orang tua hanya melakukan kompres hangat
Tindakan di UGD dilakukan tindakan berupa pemasangan infus

Terapi yang telah diberikan:


Selama di rumah An.S belum diberikan terapi apa pun.
Terapi yang diberikan selama di UGD antara lain :
Ringer Lactat 12 tpm,
inj. ranitidine 50 mg,
inj.ondansentron
ketorolac 30 mg

Riwayat Kesehatan Dahulu :


Sebelumnya An.S belum pernah mengalami sakit serupa

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti kanker, TB,
Hipertensi maupun Diabetes Melitus. Sebelum An.S sakit, tidak ada anggota
keluarga yang mengalami sakit seperti pasien.

Genogram:

III. RIWAYAT ANTENATAL & POST NATAL


1. Riwayat selama kehamilan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu An.S rutin melakukan pemeriksaan
kandungan 1 bulan sekali ke dokter spesialis kandungan, melakukan USG
setiap 3 bulan sekali dan rajin mengikuti posyandu balita 1 minggu sekali.
Postnatal : Usia kehamilan 38 minggu, anak pertama, BB lahir 3000 gram,
lahir secara spontan, ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa bantuan susu
formula, saat ini menjalami program MPASI.
2. Obat-obatan yang digunakan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak mengkonsumsi obat-obatan
apapun selain vitamin penambah darah yang diberikan oleh dokter.
Postnatal : Sejak lahir sampai usia 10 tahun, An. S hanya sakit ringan seperti
pilek dan belum pernah di rawat di RS.
3. Tindakan operasi
Antenatal : Selama kehamilan, ibu An.S tidak melakukan operasi apapun.
Bayi A lahir secara normal.
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 10 tahun, An.S belum pernah
melakukan operasi apapun.
4. Riwayat alergi
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak mengalami alergi apapun.
Postnatal : Semenjak lahir hingga 10 tahun, An.S tidak mengalami alergi
apapun.
5. Kecelakaan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu An.S tidak mengalami kecelakaan atapun
riwayat jatuh
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 10 tahun, An.A tidak kecelakaan.
6. Imunisasi
Antenatal : Selama hamil, ibu bayi A melakukan imunisasi lengkap berupa
vaksin tetanus toksoid, difteri toksoid, pertussis aseluler (Tdap),
pneumokokus, meningokokus, hepatitis A, dan hepatitis B.
Postnatal : Semenjak lahir, bayi A rutin mengikuti posyandu balita 1
minggu sekali dan melakukan imunisasi rutin beruta BCG, DPT, Polio,
Campak.

IV. PENGKAJIAN PERKEMBANGAN (DDST ATAU KPSP)


1. Motorik Kasar
An.S belum mampu melakukan pergerakan semua anggota tubuh masih
dibantu oleh keluarga karena sakit
2. Motorik Halus
An.S mampu merespon pada saat An.Z mau diberikan obat secara IV dan
An.S menarik tangan sendiri
3. Personal Sosial dan Kemandirian
An.S bisa akrab dengan perawat dan semua anggota keluarga yang ada di
ruangan.
4. Bahasa
An.S sudah menolak hal-hal yang tidak disukai dan sudah bisa
menunjukkan ekspresi wajah. An.S belum mampu melawan pembicaraan
lawan bicara dengan bahasa yang jelas.
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengasuh
An.S diasuh oleh kedua orang tuanya, dibantu oleh neneknya
2. Hubungan dengan anggota keluarga juga saudara
Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik yaitu anak dapat
berinteraksi dengan ayah dan ibunya seabliknya juga dengan kelaurga –
keluarga yang lain, klien juga dapat mudah beradaptasi dengan keluarga
yang baru ia kenal.
3. Pembawaan secara umum
Klien tampak baik – baik saja dari segi fisik tidak ada mengalami kecacatan
dan klien dapat mudah berinteraksi dengan yang lain.
4. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah tergolong bersih. Jarak antara tetangga tidak terlalu
dekat. Jarak rumah dan septitank sekitar 2 meter.

VI. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Orang tua bayi An.S sebelumnya hanya mengetahui bahwa anaknya sakit
perut dan panas. Karena merasa hanya sakit perut dan panas, tidak segera
dibawa ke pelayanan kesehatan. Namun, pola koping yang diterapkan orang
tua cenderung baik karena setelah An.A tidak kunjung sembuh setelah
dirawat dengan kompres hangat, orang tua segera membawa An.S ke rumah
sakit.
2. Pola Aktivitas dan Latihan
 Kemampuan Perawatan Diri
Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 :
perlu bantuan orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain /
tidak mampu.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eleminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Makan dan minum √
Gosok gigi √

Keterangan : Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh


aktivitas pasien dibantu oleh keluar
3. Pola Istirahat dan Tidur :
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jumlah Jam Tidur Siang 2-3 jam 1 jam
Jumlah Jam Tidur Malam 9 jam 4 jam
Pengantar Tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan Tidur Tidak ada Badan panas dan nyeri
perut
Perasaan Waktu Bangun Ceria Lemas

4. Pola Nutrisi – Metabolik


1) Berat badan sebelum sakit dan saat sakit
Tanggal Pemeriksaan BB sebelum sakit BB saat sakit
28 November 2020 41 kg
02 Desember 2020 39 kg

2) Tinggi badan atau panjang badan


140 cm
3) Kebiasaan pemberian makanan
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi lauk pauk Nasi lauk pauk
Porsi Habis satu porsi 1-2 sendok makan
Total Konsumsi 3 prosi/hari 1/2 porsi/hari
Keluhan Tidak ada -

4) Diit khusus
Bubur halus
5) Tanda kecukupan nutrisi (NCHS atau menyesuaikan RS setempat)
-
5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 3-4 kali perhari 3 kali per hari
Pancaran Kuat Kuat
Jumlah + 300cc/8 jam + 200 cc/8 jam
Bau Khas urin Khas urin
Warna Kekuningan Kekuningan
Perasaan setelah Lega Lega
BAK
Total Produksi 2.400cc/24 jam 1.600cc/24 jam
Urin

Eliminasi Alvi
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 1-2x/hari 1x/hari
Konsistensi Padat Padat
Bau Khas feses Khas feses
Warna Coklat kekuningan Coklat kekuningan

6. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


Pasien kooperatif ketika diajak bicara, pendengaran, perabaan, penciumaan,
pengecapan normal

7. Pola Konsep Diri


Pasien ingin cepat pulang dan berasumsi bahwa dirinya dapat kembali sehat
seperti sedia kala. Pasien mengatakan ingin segera pulang ke rumah dan
berkumpul dengan keluarga.
8. Pola Mekanisme Koping
Setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan, diputuskan dan disetujui
oleh orang tuanya. Pasien dan keluarga mempunyai pola koping yang baik
dengan mencari pertolongan dan obat ketika sakit. Pasien dan keluarga
kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang akan diberikan sesuai
asuhan keperawatan.
9. Pola Fungsi Seksual – Reproduksi
Tidak terkaji
10. Pola Hubungan - Peran
Hubungan pasien dengan perawat, dokter dan keluarga baik. Namun peran
terganggu karena keadaan pasien yang sakit.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Nilai Khusus Tidak ada Tidak ada
Praktik Ibadah Sholat lima waktu Tidak solat 5 waktu tetapi
bedoa
Pengetahuan tentang Pasien mengerti Pasien mengerti tetapi
praktik Ibadah selama praktek ibadah saat tidak dilakukan
sakit salat

12. Pola aktivitas


An.S tampak lemas gelisah sehingga aktivitas hanya ditempat tidur
VII. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
1. Status Kesehatan Umum
Keadaan/ penampilan umum: Pasien tampak lemas
Kesadaran : composmentis GCS: 4-5-6
BB sebelum sakit : 41 kg TB: 140 cm
BB saat ini : 39 kg
Perkembangan BB : Menurun
Status Gizi : Baik
Status Hidrasi : Baik
Tanda – tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 90x/ menit
RR : 15x/menit
S : 38C.
2. Pemeriksaan Fisik ( B1 – B6 )
1) B1 (Breathing)
Klien tidak mempunyai riwayat bronkitis, asma, tuberkolusis,
emfisema, pneumonia, tidak merokok, Frekuensi 15 x/m, kedalaman:
normal, pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri, suara
nafas bersih, tidak ada nafas cuping hidung, fremitus teraba simetris
antara kanan dan kiri, tidak sianosis. Pengembangan paru simetris,
irama tidak teratur
2) B2 (Blood)
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/m
Suhu : 38,04C
Irama : teratur
Kekuatan : kuat
Akral : hangat
Pengisian kapiler : < 2 detik
Edema : Tidak ada
3) B3 (Brain)
Kesadaran :Composmetis
GCS : E4 M6 V5
Bicara : normal
Pupil : isokor ukuran kanan/kiri :2/2
Orientasi waktu ; Klien dapat menyebutkan waktu dengan baik
yaitu saat pengkajian waktu pagi.
Orientasi orang : Klien dapat menyebutkan nama diri sendiri dan
mengenali orang-orang di sekelilingnya.
Orientasi tempat : Klien mengetahui bahwa dia berada di rumah
sakit
4) B4 (Bladder)
Tidak ada pembesaran kantung kemih, tidak ada nyeri tekan
5) B5 (Bowel)
Kehilangan selera makan : klien mengatakan selera makan
berkurang.
Mual/Muntah : mual muntah
Alergi :tidak ada alergi makanan
Masalah mengunyah atau menelan : tidak ada
Berat badan biasa sebelum sakit :41 kg
Berat badan setelah sakit :39 kg
perubahan berat badan : -2 kg
Berat badan sekarang : 39 kg
Tinggi badan : 140 m
Bentuk badan : normal
Turgor kulit : buruk
Mukosa : kering
6) B6 (Bone)
Rentang gerak : bebsas
Keseimbangan cara berjalan : tegap
Kemampuan memenuhi ADL :dibantu
Kekuatan otot :5555
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium

Paket Darah Otomatis Hasil Satuan Nilai Normal


Hemoglobin 11.5 g/dL 11.3-15.5
Leukosit 5.1 10^3/uL 3.6- 11.0
Hematokrit 35 % 35-47
Eritrosit 4.6 10^6/uL 3.80-5.20
Trombosit 300 10^3/uL 150-400
MCH 25 Pg 26-34
MCHC 33 g/dL 32-36
MCV 76 Fl 4-8
DIFF COUNT
Eosinofil 1.80 % 1-6
Basofil 0.20 % 0-1
Netrofil 54.30 % 50-70
Limfosit 36.00 % 22-40
Monosit 7.70 % 4-8
Golongan Darah O
Imunologi
TYPHI O POS 1/400
TYPHI H Negatif
PARATYPHI
Negatif
O-A
PARATYPHI
Negatif
O-B

2) Radiologi
-
3) Pemeriksaaan penunjang lainnya
-

4. Terapi
1. Oral
Sukralfat 3x 1 cth
Parasetamol 3 x 500 mg
Curcuma 3 x 200 mg
2. Parenteral
Ringer Lactat 12 Tpm
Inj.ceftriaxon 1 x 1000 mg
Inj.ranitidhin 2 x 50 mg
Inj.Hexilon 3 x 20 mg
3. Lain – lain
-
VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Data Etiologi Diagnosa
1 DS : Klien mengatakan nyeri di Inflamasi hati dan Nyeri akut
perut kanan bagian atas limfa

DO :
- P : Klien merasakan nyeri
perut sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit.
- Q : seperti di tusuk tusuk
- R : perut bagian kanan atas
kuadran 1
- S : nyeri skala 5
- T : nyeri terus-menerus
- Composmetis (GCS:15 E4
M6 V5)
- wajah tampak menahan
sakit
- TD :110/70 mmHg
RR : 15 x/menit
N : 88x/menit
S : 38 oC
- CRT: < 2 detik
- lab THYPI POST 1/400
2 DS : pasien mengatakan badan Proses penyakit Hipertermi
anaknya panas (D.0130)
DO :
- S : 38 C
- N : 110x/menit
- Akral hangat
- Mukosa bibir kering
- Kulit tampak kemerahan
- Lemas
- Gelisah
- Menggigil
3 DS: Nafsu makan Defisit nutrisi
Klien mengatakan lidah terasa menurun
pahit, nafsu makan berkurang
DO:
- klien tampak lemah
- Klien tampak lemas, pucat,
tidak nafsu makan.
- BB sebelum masuk 41 kg
BB Sesudah masuk 39 kg
- Diit BK, habis ¼ porsi
- minum 1 gelas 300cc

4 DS : Stimulasi fisik, Kesiapan


Ibu pasien mengatakan anaknya psikiks dan sosial peningkatan
tumbuh seperti anak pada yang baik perkembangan
umumnya anak usaia sekolah

DO :
- Motorik kasar : mampu
melempar bola
- Motori halus : merespon
saat diberikan obat, menarik
tangan ketika diinjeksi
- Sosial dan kemandirian :
akrab dengan perawat dan
anggota kelaurga lain
- Bahasa : sudah menolak
hal-hal yang tidak disukai
dan sudah bisa
menunjukkan ekspresi
wajah. An.S belum mampu
melawan pembicaraan
lawan bicara dengan bahasa
yang jelas.
- BB : 39 kg
- TB : 140 cm

IX. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
(D.0077) tindakan Observasi:
adalah keperawatan 3x24 1. Identifikasi lokasi,
Pengalaman jam diharapkan karakteristik, durasi,
sensorik atau tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
emosional menurun dengan nyeri
yang criteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
berkaitan  Frekuensi nadi 3. Identifikasi respons nyeri non
dengan dalam rentang verbal
kerusakan normal 4. Identifikasi faktor yang
jaringan  Pola nafas memperberat dan
aktual atau teratur memperingan nyeri
fungsional,  Keluhan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan
dengan onset menurun keyakinan tentang nyeri
mendadak  Meringis 6. Identifikasi pengaruh nyeri
atau lambat menurun pada kualitas hidup
dan  Kesulitan tidur 7. Monitor efek sampin g
berintensitas menurun penggunaan analgetik
ringan hingga  Gelisah Terapeutik:
berat yang menurun 8. Berikan teknik
berlangsung nonfarmakologi untuk
kurang dari 3 mengurangi rasa nyeri
bulan. 9. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
10.Fasilitasi istirahat dan tidur
11.Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
12.Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
13.Jelaskan strategi meredakan
nyeri
14.Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
15.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Hipertermi Tujuan: Setelah Manajemen Hipertermia
(D.0130) dilakukan tindakan Observasi:
adalah Suhu keperawatan 1x8 1. Identifikasi penyebab
hipertermia (mis. dehidrasi,
tubuh jam diharapkan suhu
terpapar lingkungan panas,
meningkat di tubuh tetap berada
penggunaan inkubator)
atas rentang pada rentang normal. 2. Monitor suhu tubuh
normal tubuh Dengan criteria hasil 3. Monitor kadar elektrolit
: 4. Monitor haluaran urine
 Tidak menggigil 5. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
 Suhu dan nadi
Terapeutik:
dalam rentang 6. Sediakan lingkungan yang
normal dingin
 Suhu kulit 7. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
menurun dalam
8. Basahi dan kipasi permukaan
rentang normal
tubuh
 Tanda gejala 9. Berikan cairan oral
dehidrasi hilang 10. Berikan oksigen, jika perlu
11. Lakukan kompres hangat
Edukasi
12. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
3 Risiko Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Nutrisi tindakan Observasi:
(D.0032) keperawatan 3x24 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan
adalah Risiko jam status nutrisi
intoleransi makanan
mengalami terpenuhi dengan
3. Identifikasi perlunya
Asupan kriteri hasil : penggunaan selang
nutrisi tidak  Porsi makanan nasogastric
cukup untuk yang dihabiskan 4. Monitor asupan makanan
memenuhi meningkat 5. Monitor berat badan
Terapeutik:
kebutuhan  Berat badan
6. Lakukan oral hygiene
metabolisme. meningkat sebelum makan, Jikaperlu
 Frekuensi 7. Sajikan makanan secara
makan menarik dan suhu yang
meningkat sesuai
8. Hentikan pemberian
 Menunjukkan
makanan melalui selang
minat dalam
nasogastric jika asupan oral
makan dapat ditoleransi
Edukasi
9. Anjurkan posisi duduk,
jikamampu
10. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
4 Kesiapan Setelah dilakukan Promosi Kesehatan Tumbuh
peningkata tindakan Kembang Anak :
perkembanga keperawatan 1x24 Observasi
1. Identifikasi perkembangan
n anak usia jam status nutrisi
fisik anak yang tidak sesuai
sekkolah terpenuhi dengan
dengan usia
kriteri hasil : 2. Identifikasi perkembangan
 Orang tua psikis anak yang tidak
mampu sesuai dengan usia
mengidentifikas 3. Identifikasi perkembangan
social anak yang tidak
i tumbuh
sesuai dengan usia
kembang anak
4. Identifikasi perkembangan
yang tidak bahasa anak yang tidak
sesuai sesuai dengan usia
 Peningkatan Edukasi
pengetahuan 1. Ajarkan pada orang tua tahap
tumbuh kembang anak usai
orang tua
sekolah
tentang tumbuh
2. Ajarkan pada orang tua
kembang anak stimulus yang dapat
 Orang tua digunkana untuk menunjang
mengerti tumbuh kembang anak usia
stimulus yang sekolah
3. Ajarkan orang tua cara
dapat digunakan
memperoleh bantuan ketika
untuk
tumbuh kembang anak tidak
meningkatkan sesuai dengan usia
tumbuh
kembang anak
 Orang tua
mengerti tujuan
layanan
kesehatan yang
harus dituju jika
terjadi
gangguan
tumbuh
kembang
X. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Hari/tgl Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi TTD
1 Kamis, 9 1 08.00 Manajemen Nyeri 14.00 DS : Klien mengatakan nyeri di Ernawati
Des 2020 Observasi: perut kanan bagian atas
1. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, DO :
kualitas, intensitas nyeri - P : Klien merasakan nyeri
2. Mengkidentifikasi skala nyeri perut sejak 2 hari sebelum
3. Mengidentifikasi respons nyeri non masuk rumah sakit.
verbal - Q : seperti di tusuk tusuk
4. Mengidentifikasi faktor yang - R : perut bagian kanan atas
memperberat dan memperingan kuadran 1
nyeri - S : nyeri skala 5
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan - T : nyeri terus-menerus
keyakinan tentang nyeri - Composmetis (GCS:15 E4
6. Mengidentifikasi pengaruh nyeri M6 V5)
pada kualitas hidup - wajah tampak menahan sakit
7. Memonitor efek sampin g - TD :110/70 mmHg
penggunaan analgetik RR : 15 x/menit
Terapeutik: N : 88x/menit
8. Mmeberikan teknik nonfarmakologi S : 38 oC
untuk mengurangi rasa nyeri - CRT: < 2 detik
9. Mengontrol lingkungan yang - lab THYPI POST 1/400
memperberat rasa nyeri A : maslaah belum teratasi
10. Memfasilitasi istirahat dan tidur P : lanjutkan intervensi
11. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
12. menjeelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
13. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
14. Memnjarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
15. Berkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2 Kamis, 9 2 08.00 Manajemen Hipertermia 14.00 S : pasien mengatakan badannya Ernawati


Des 2020 Observasi: masih panas
1. Mengidentifikasi penyebab O:
hipertermia (mis. dehidrasi,  S : 38,3 C
terpapar lingkungan panas,  N : 116x/menit
penggunaan inkubator)  Akral hangat
2. Memonitor suhu tubuh  Mukosa bibir kering
3. Memonitor kadar elektrolit
 Kulit tampak kemerahan
4. Memonitor haluaran urine
 Lemas
5. Memonitor komplikasi akibat
 Gelisah
hipertermia
 Menggigil
Terapeutik:
A : Masalah belum teratasi
6. Menyediakan lingkungan yang
P : Lanjutkan Intervensi
dingin
7. Meloonggarkan atau lepaskan
pakaian
8. Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Memberikan oksigen, jika perlu
11. Melakukan kompres hangat
Edukasi
12. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
3 Kamis, 9 3 08.00 Manajemen Nutrisi 14.00 DS: Ernawati
Des 2020 Observasi: Klien mengatakan lidah terasa
1. Mengidentifikasi status nutrisi pahit, nafsu makan berkurang
2. Mengidentifikasi alergi dan DO:
intoleransi makanan - klien tampak lemah
3. Mengidentifikasi perlunya - Klien tampak lemas, pucat,
penggunaan selang nasogastric tidak nafsu makan.
4. Memonitor asupan makanan - BB sebelum masuk 41 kg
5. Memonitor berat badan BB Sesudah masuk 39 kg
Terapeutik: - Diit BK, habis ¼ porsi
6. Melakukan oral hygiene sebelum - minum 1 gelas 300cc
makan A : maslaah belum teratasi
7. Menyajikan makanan secara P : lanjutkan intervensi
menarik dan suhu yang sesuai
8. Memganjurkan posisi duduk,
jikamampu
Edukasi
9. mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
10. Melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
4 Kamis, 9 4 08.00 Promosi Kesehatan Tumbuh Kembang 14.00 DS: Ernawati
Des 2020 Anak : Ibu pasien mengatakan mengerti
Observasi apa yang dijelaskan oleh perawat
1. Mengidentifikasi perkembangan
DO:
fisik anak yang tidak sesuai dengan
- Dapat mengulangi
usia
2. Mengidentifikasi perkembangan penjelasan perawar
psikis anak yang tidak sesuai - Dapat menjawab dengan
dengan usia tepat pertanyaan perawat
3. Mengidentifikasi perkembangan sesuai materri
social anak yang tidak sesuai
- Mampu mempraktekkan
dengan usia
stimulus tumbuh
4. Mengidentifikasi perkembangan
bahasa anak yang tidak sesuai kembang yang diajarkan
dengan usia perawat
Edukasi A : maslaah teratasi
5. Mengajarkan pada orang tua tahap P : Intervensi dihentikan
tumbuh kembang anak usai sekolah
6. Mengajarkan pada orang tua
stimulus yang dapat digunkana
untuk menunjang tumbuh kembang
anak usia sekolah
7. Mengajarkan orang tua cara
memperoleh bantuan ketika tumbuh
kembang anak tidak sesuai dengan
usia
5 Jum’at, 10 1 08.00 Manajemen Nyeri 14.00 DS : Klien mengatakan nyeri di Ernawati
Des 2020 Observasi: perut kanan bagian atas sedikit
1. Mengidentifikasi lokasi, berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi, DO :
kualitas, intensitas nyeri - P : Klien merasakan nyeri
2. Mengkidentifikasi skala nyeri perut sejak 2 hari sebelum
3. Mengidentifikasi respons nyeri non masuk rumah sakit.
verbal - Q : seperti di tusuk tusuk
4. Mengidentifikasi faktor yang - R : perut bagian kanan atas
memperberat dan memperingan kuadran 1
nyeri - S : nyeri skala 4
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan - T : nyeri terus-menerus
keyakinan tentang nyeri - Composmetis (GCS:15 E4
6. Mengidentifikasi pengaruh nyeri M6 V5)
pada kualitas hidup - wajah tampak menahan sakit
7. Memonitor efek sampin g - TD :120/70 mmHg
penggunaan analgetik RR : 16 x/menit
Terapeutik: N : 99x/menit
8. Mmeberikan teknik nonfarmakologi S : 37,5 C
untuk mengurangi rasa nyeri - CRT: < 2 detik
9. Mengontrol lingkungan yang - lab THYPI POST 1/400
memperberat rasa nyeri A : maslaah teratasi sebagian
10. Memfasilitasi istirahat dan tidur P : lanjutkan intervensi
11. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
12. menjeelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
13. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
14. Memnjarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
15. Berkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
6 Jum’at, 10 2 08.00 Manajemen Hipertermia 14.00 S : pasien mengatakan masih Ernawati
Des 2020 Observasi: panas tetapi sudah sedikit
1. Mengidentifikasi penyebab menurun
hipertermia (mis. dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, O:
penggunaan inkubator)  S : 37,5 C
2. Memonitor suhu tubuh  N : 99x/menit
3. Memonitor kadar elektrolit  Akral hangat
4. Memonitor haluaran urine  Mukosa bibir kering
5. Memonitor komplikasi akibat
 Kulit tampak kemerahan
hipertermia
 Lemas
 Gelisah
Terapeutik:
 Menggigil
6. Menyediakan lingkungan yang
A : Masalah teratasi sebagian
dingin
7. Meloonggarkan atau lepaskan P : Lanjutkan Intervensi
pakaian
8. Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Memberikan oksigen, jika perlu
11. Melakukan kompres hangat
Edukasi
12. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
7 Jum’at, 10 3 08.00 Manajemen Nutrisi 14.00 DS: Ernawati
Des 2020 Observasi: Klien mengatakan nafsu makan
11. Mengidentifikasi status nutrisi meningkat
12. Mengidentifikasi alergi dan DO:
intoleransi makanan - klien tampak lemah
13. Mengidentifikasi perlunya - Klien tampak pucat
penggunaan selang nasogastric - BB sebelum masuk 41 kg
14. Memonitor asupan makanan BB Sesudah masuk 30 kg
15. Memonitor berat badan - Diit BK, habis 1/2 porsi
Terapeutik: - minum 1 gelas 500cc
16. Melakukan oral hygiene sebelum A : maslaah teratasi sebagian
makan P : lanjutkan intervensi
17. Menyajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
Memganjurkan posisi duduk,
jikamampu
Edukasi
18. mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
19. Melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

8 Sabtu, 11 1 21.00 Manajemen Nyeri 07.30 DS : Klien mengatakan nyeri di Ernawati


Des 2020 Observasi: perut kanan sudah tidak terasa
1. Mengidentifikasi lokasi, DO :
karakteristik, durasi, frekuensi, - Wajah tampak ceria
kualitas, intensitas nyeri - TD :120/70 mmHg
2. Mengkidentifikasi skala nyeri RR : 16 x/menit
3. Mengidentifikasi respons nyeri non N : 100 x/menit
verbal S : 36,5 C
4. Mengidentifikasi faktor yang - CRT: < 2 detik
memperberat dan memperingan - Pemeriksaan lab imunologi
nyeri hasilnya negatif
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan A : maslaah teratasi
keyakinan tentang nyeri P : hentikan intervensi, discharge
6. Mengidentifikasi pengaruh nyeri planning
pada kualitas hidup
7. Memonitor efek sampin g
penggunaan analgetik
Terapeutik:
8. Mmeberikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
9. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
10. Memfasilitasi istirahat dan tidur
11. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
12. menjeelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
13. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
14. Memnjarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
15. Berkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
9 Sabtu, 11 2 21.00 Manajemen Hipertermia 07.30 S : pasien mengatakan badannya Ernawati
Des 2020 Observasi: sudah tidka panas lagi
1. Mengidentifikasi penyebab O:
hipertermia (mis. dehidrasi,  S : 36,5 C
terpapar lingkungan panas,  N : 100 x/menit
penggunaan inkubator)  Akral hangat
2. Memonitor suhu tubuh  Mukosa bibir lembab
3. Memonitor kadar elektrolit
 Anak tampak ceria
4. Memonitor haluaran urine
5. Memonitor komplikasi akibat  Kulit berwarna kecoklatan
hipertermia A : Masalah teratasi
Terapeutik: P : Hentikan intervensi,
6. Menyediakan lingkungan yang discharge planning
dingin
7. Meloonggarkan atau lepaskan
pakaian
8. Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Memberikan oksigen, jika perlu
11. Melakukan kompres hangat
Edukasi
12. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
10 Sabtu, 11 3 21.00 Manajemen Nutrisi 07.30 DS: Ernawati
Des 2020 Observasi: Klien mengatakan menghabiskan
1. Mengidentifikasi status nutrisi 1 porsi makan
2. Mengidentifikasi alergi dan DO:
intoleransi makanan - klien tampak segar
3. Mengidentifikasi perlunya - BB sebelum saat ini 41 kg
penggunaan selang nasogastric - Diit BK, habis 1 porsi
4. Memonitor asupan makanan - minum 2 gelas 700cc
5. Memonitor berat badan A : maslaah teratasi
Terapeutik: P : Intervensi dihentikan,
6. Melakukan oral hygiene sebelum discharge planning
makan
7. Menyajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
Memganjurkan posisi duduk,
jikamampu
Edukasi
8. mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
9. Melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai