Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA II

SISTEM PRESEPSI DAN SENSORI

Disusun Oleh :

Dwi Liliani Enggar Puspitasari 1811020006

Fuji Sariah 1811020009

Ni’matul Khoeriyah 1811020011

Maulida Putri Pangestika 1811020036

Rahmawati 1811020037

Amanda Khalda Berlianawati 1811020051

Marsa Ariq Atallah 1811020053

Eka Putri Romadhani 1811020065

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk
bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Sistem Presepsi dan Sensori
” makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa II.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
kami, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan.

Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Purwokerto, 16 Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar 2

Daftar isi 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 5

BAB II AYAT AL-QUR’AN

A. Surat Al A’raf Ayat 179 6


B. Surat An Nisa Ayat 56 6
C. Surat Al Maidah Ayat 45 6
D. Surat Al Ahzab Ayat 70-71 6

BAB III

A. DEFINISI 8
B. INDERA PENGLIHATAN 9
C. INDERA PENDENGARAN 15
D. INDERA PENCIUMAN 20
E. INDERA PENGECAP 23
F. INDERA PERABA 30

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN 32
B. SARAN 32

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam,


karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu
setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan
alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali
perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indera kepada setiap
makhluk hidup.
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang
terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup,
memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel
reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang
terjadi di dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon,
ligamentum, sendi, dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan
lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di
dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun,
kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya.
Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi
untuk mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh.
Yang termasuk eksoreseptor yaitu: (1) Indera penglihat (mata), indera ini
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti sinar, warna dan lain
sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera peraba (kulit),
indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti panas,
dingin dan lain sebagainya. (4) Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi
untuk mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan

4
lain sebagainya, (5) Indera pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti mengenali/mencium bau. Kelima
indera ini biasa kita kenal dengan sebutan panca indera.
B. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang telah


diberikan oleh Dosen, dan juga untuk menambah wawasan serta memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa II “Sistem Presepsi dan Sensori”.

5
BAB II

AYAT AL-QUR’AN

 AYAT-AYAT SUCI AL-QUR’AN PADA SISTEM PRESEPSI DAN


SENSORI

A. Surat Al-A’raf Ayat 179

‫س ۖ لَهُ ْم قُلُوبٌ اَل يَ ْفقَهُونَ بِهَا َولَهُ ْم أَ ْعي ٌُن اَل‬ ْ


ِ ‫َولَقَ ْد َذ َرأنَا لِ َجهَنَّ َم َكثِيرًا ِمنَ ْال ِجنِّ َواإْل ِ ْن‬

َ ِ‫ضلُّ ۚ أُو ٰلَئ‬


َ‫ك هُ ُم ْالغَافِلُون‬ َ ِ‫ان اَل يَ ْس َمعُونَ بِهَا ۚ أُو ٰلَئ‬
َ َ‫ك َكاأْل َ ْن َع ِام بَلْ هُ ْم أ‬ ٌ ‫صرُونَ بِهَا َولَهُ ْم آ َذ‬
ِ ‫يُ ْب‬

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)


kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai.

B. Surat An-Nisa Ayat 56

‫ت ُجلُ‚‚و ُدهُ ْم بَ َّد ْلنَاهُ ْم ُجلُ‚ودًا َغي َْرهَا ِليَ ُذوقُوا‬ ِ ‫ص‚لِي ِه ْم نَارًا ُكلَّمَا ن‬
ْ ‫َض‚ َج‬ ْ ُ‫إِ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِآيَاتِنَا َس‚وْ فَ ن‬
َ ‫ْال َع َذ‬
ِ ‫اب ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ ع‬
‫َزي ًزا َح ِكي ًما‬

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami,


kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit
mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya
mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.

6
C. Surat Al-Maidah ayat 45

ِّ ‫ف َواأْل ُ ُذنَ بِ‚اأْل ُ ُذ ِن َو‬


ِّ ِ‫الس‚ َّن ب‬
ِّ‫الس‚ن‬ ِ ‫‚ال َع ْي ِن َواأْل َ ْن‚‚فَ بِ‚اأْل َ ْن‬
ْ ‚ِ‫س َو ْال َع ْينَ ب‬ َ ‫َو َكتَبْنَا َعلَ ْي ِه ْم فِيهَا أَ َّن النَّ ْف‬
ِ ‫س بِ‚‚النَّ ْف‬
َ ِ‫ق بِ ِه فَهُ َو َكفَّا َرةٌ لَهُ ۚ َو َم ْن لَ ْم يَحْ ُك ْم بِ َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ فَأُو ٰلَئ‬
َ‫ك هُ ُم الظَّالِ ُمون‬ َ ‫ص َّد‬َ َ‫صاصٌ ۚ فَ َم ْن ت‬ َ ‫َو ْال ُجر‬
َ ِ‫ُوح ق‬

Artinya : Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At


Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung
dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka
(pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishaash)nya,
maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa
tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim.

D. Surat Al Ahzab 70-71

ِ ‫ُص‚لِحْ لَ ُك ْم أَ ْعمَالَ ُك ْم َويَ ْغفِ‚رْ لَ ُك ْم ُذنُ‚وبَ ُك ْم ۗ َو َمن ي ُِط‬


َ ‫‚ع هَّللا‬ ْ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًاي‬
‫َظي ًما‬ ِ ‫َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع‬

:ArtinyaHai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian


kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu.
Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenengan yang besar”

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam


maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ
sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang
untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.

Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang


segera atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan
dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat
otak yang sesuai dan agar individu menerima sensai.Setelah menginterpretasi
makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.

Empat komponen penting pada sensori, yaitu:

1. Stimulus (rangsangan)

2. Reseptor

3. Konduksi

4. Persepsi

Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan


menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan
gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal
dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari
organ pengindra.

8
B. INDERA PENGLIHATAN

 ANATOMI FISIOLOGI

1. Konjungtiva

Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan.

2. Sklera

Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis


dan menjadi tempat melakatnya otot mata.

3. Otot-otot

Otot-otot yang melekat pada mata :

a. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk


menutup mata.

b. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk


menutup mata.

c. Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), fungsinya


untuk menutup mata.

9
d. Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata), fungsinya
menggerakkan mata dalam (bola mata).

e. Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola


mata kebawah dan kedalam.

f. Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas


ke bawah dan keluar.

4. Kornea

Kornea berfungsi menerima cahaya yang masuk ke bagian dalam


mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat
difokuskan (memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksi cahaya).

5. Koroid

Koroid berfungsi penyuplai retina (mengandung pembuluh darah)


dan melindungi refleksi cahaya dalam mata.

6. Badan Siliaris

Badan siliaris berfungsi menyokong lensa, mengandung otot yang


memungkinkan lensa berubah bentuk, dan mensekresikan aqueous
humor (humor berair).

7. Iris (Pupil)

Iris (pupil) berfungsi mengendalikan ukuran pupil, sedangkan


pigmenya mengurangi lewatnya cahaya.

8. Lensa

Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah


bentuk lensa.

10
9. Retina

Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi


impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik (II). Pada
bagian retina, terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah
dalam setiap mata. Sel batang, sangat peka terhadap intensitas cahaya
rendah, tetapi tidak mampu membedakan warna. Oleh karena itu, kita
mampu melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam
dan putih saja. Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak
tajam. Selain sel batang terdapat juga sel kerucut (sel konus) berjumlah
sekitar 5 juta pada bagian mata. Sel kerucut sangat peka terhadap
intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan siang hari
dan untuk membedakan warna.

10. Vitreous Humor (Humor Bening)

Vitreous humor (humor bening) berfungsi menyokong lensa dan


menolong dalam menjaga bentuk bola mata.

11. Aqueous Humor (Humor Berair)

Aqueous humor (humor berair) untuk menjaga bentuk kantong


depan bola mata.

12. Alis Mata (Supersilium)

Alis mata berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi
ke mata.

13. Bulu Mata

Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda asing.

14. Kelopak Mata (Palpebra)

Kelopak mata berfungsi pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada


gangguan pada mata (menutup dan membuka mata).

11
 PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi
Dalam inpeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah bola
mata, kelopak mata, konjungtiva, sclera, dan pupil.
Cara inpeksi mata

1) Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang


pandang, dan visus.

2) Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap keadaan mata.

3) amati konjungtiva dan sclera

4) Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil . kemudian


lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya.
Normalnya bentuk pupil adalah sama besar (isokor). Pupil yang
mengecil disebut miosis, amat kecil disebut pinpoint, sedangkan
pupil yang melebar/dilatasi disebut midriasis

2. Palpasi

Palapasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui


takanan bola mata dan mengetahui adnya nyeri tekan. Untuk mengukur
tekanan bola mata secara lebih teliti diperlukan alat Tonometri yang
memerlukan keahlian khusus.

 PENGKAJIAN SISTEM PENGLIHATAN


1. Riwayat kesehatan

Sebelum melakukan pengkajian fisik mata, perawat harus mendapatkan


riwayat oftalmik, medis, dan terapi klien, dimana semuanya berperan dalam
kondisi oftalmik sekarang. Informasi yang harus diperoleh meliputi informasi
mengenai penurunan tajam penglihatan, upaya keamanan, dan semua hal yang
terkait pada alasan melakukan pemeriksaan oftalmik.

12
a. Riwayat penyakit saat ini
a. Klien ditanya tentang keluhan yang menyebabkan klien meminta
pertolongan pada tim kesehatan.
b. Apakah ada riwayat kecelakaan atau kerja
c. Apakah ada riwayat oftalmik seperti fotofobia, nyeri kepala, pusing, nyeri
okuler atau dahi, mata gatal.
d. Bila ada keluhan nyeri, dikaji sehubungan dengan lokasi, awitan, durasi,
penurunan ketajaman penglihatan, keadaan saat nyeri timbul, upaya
menguranginya dan beratnya.
e. Identifikasi penurunan gangguan tajam penglihatan atau kehilangan medan
penglihatan, apakah kondisi tersebut unilateral atau bilateral.
f. Tanyakan klien apakh pernah menjalani koreksi refraksi dan pengukuran
ketajaman penglihatan.
g. Apakah menggunakan lensa koreksi untuk penglihatan dekat atau jauh.
h. Asuhan yang pernah diberikan oleh spesialis mata dan frekuensinya.
2. Riwayat penyakit dahulu
a. Tanyakan adanya riwayat pembedahan atau adanya pukulan/ benturan
pada masa lalu yang menyebabkan keluhan saat ini.
b. Tanyakan tentang adanya kondisi seperti diabetes mellitus, hipertensi,
PMS, anemia sel sabit, AIDS, sklerosis multiple yang dapat mengenai
mata.
c. Tanaykan pada klien tentang penggunaan obat mata yang dijiaul bebas
ataupun dengan resep yang dipakai.
3. Riwayat psikososial

Pengkajian psikososial terutama penting bagi perawat untuk menanyakan


pertanyaan mengenai riwayat klien, kita harus memperhitungkan efek keadaan
oftalmik terhadap aktivitas klien pada kehidupan sehari – hari dan terhadap
pekerjaan. Hal – hal yang perlu dikaji oleh perawat antara lain :
a. Evaluasi gaya hidup klien, jenis pekerjaan, aktivitas hiburan, dan olahraga.
b. Tanaykan apakah masalah oftalmik yang dilaporkan mengganggu fungsi
yang biasa dilakukan.

13
c. Kaji bagaimana klien menghadapi masalah tersebut.
d. Tanyakan perasaan klien yang berhubungan dengan gangguan visual untuk
mengkaji keefektifan teknik koping klien.
e. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan klien tentang masalahnya untuk pemenuhan edukasi.
Gangguan pada mata dapat disebabkan oleh:
1. Gangguan di depan retina (gangguan pada media refrakta)

Media refrakta adalah bagian yang dipakai untuk membentuk


bayangan yang jelas pada retina. Media refrakta terdiri atas:

a. Kornea

Jika terdapat gangguan pada kornea, misal: keratitis (radang pada


kornea yang dapat menyebabkan kekeruhan pada kornea) maka dapat
mengganggu penglihatan.

b. Humor aquos

Jika pada humor aquos terdapat darah, maka cahaya tidak dapat
dihantarkan dengan baik.

c. Lensa kristalina

Kekeruhan pada lensa dapat mengganggu penglihatan

d. Corpus vitreum

Kekeruhan pada corpus vitreum dapat mengganggu penglihatan

2. Gangguan pada retina

Misal:
- Retinitis
- Kornea lepas dari dindingnya

14
a) Gangguan pada lintasan penglihatan: Yaitu gangguan hantaran dari
reseptor hantaran ke otak
b) Gangguan pada otak/pusat penglihatan: Misal, terdapat tumor pada
hipofisis.

C. INDERA PENDENGARAN

 ANATOMI PENDENGARAN

Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga


dalam:Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga
sampai membran timpani. Dauntelinga terdiri dari tulang rawan elastin dan
kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangkatulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiridari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 m.

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. kelenjar keringat terdapat pada
seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga danterlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. bagian atas disebut pars
flaksida & membranshrapnell', sedangkan bagian bawah pars tensa &
membran propria'. Pars flaksida hanya berlapisdua, yaitu bagian luar ialah

15
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh selkubus
bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Para tensa mempunyai satu lapis
lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan serararadier di bagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam.

Membran timpani terbagi + kuadran, dengan menarik garis searah dengan


prosesuslongus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagianatas depan, atas belakang, bawah depan serta
bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasimembran timpani. Di
dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari
luar kedalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.Tulang pendengaran di dalam
telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleusmelekat pada
membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.
Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.

Pada para flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat
aditusantrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid.Tuba eusta%hius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasofaringdengan telinga tengah. Telinga luar, telinga
tengah, telinga dalam. Potongan -rontal Telinga

Telinga tengah berbentuk kubus dengan atas luar membran timpani atas
depan: Tuba eustasius, atas bawah : vena jugularis & bulbus jugularis, atas
belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars /ertikalis, atas atas: Tegmen
timpani &meningen otak, atas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis
semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong.

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yag terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. ujung
atau puncak koklea disebut holikohtrema, menghubungkan perilimfa skala
timpani dengan skala vestibuli kanalis semisirkularis saling berhubungan
secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.

16
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala
timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. skala
vestibule dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfa. dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (reissner s
membrane ) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. pada
membran ini terletak organ corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basah melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk
organ corti.

 FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga
melalui rangkaian tulang tulang pendengaran yang akan mengimplikasi
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan
luasmembran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan kestapes yang menggerakan tingkap lonjong
sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran di teruskan melalui
membrane reisner yang mendorong endolimfa sehinga akan menimbulkan
gerak relatif antara membran basilaris dan membran tekstoria. Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan
ion bermuatan listrik dar badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40)
di lobus temporalis.

17
 PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi

1) Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran,


bentuk,hygiene, (adanya) les/massa dan kesimetrian.

2) Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut:

a. Pada orang dewasa, pegang daun telinga /heliks dan perlahan


lahan tarik daun telinga keatas dan kebelakang sehingga lurus
dan menjadi mudah diamati.

b. Pada anak-anak, tarik daun telinga kebawah.

3) Inspeksi adanya peradangan, pendarahan, dan kotoran/serumen


pada lubang telinga

2. Palpasi

Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari jaringan


lunak kejariingan keras dan catet jika ada nyeri

 PENGKAJIAN SISTEM INDRA PENDENGARAN

1. Memulai pengkajian dengan menanyakan beberapa hal berikut:


 Bagaimanakah kondisi pendengaran Bapak/Ibu/Saudara/i?
 Apakah ada gangguan pada pendengaran yang saat ini dirasakan?
2. Apabila pasien mengalami gangguan, tanyakan:
 Apakah gangguan yang dialami hanya terjadi pada 1 sisi pendengaran atau
keduanya
 Apakah gangguan terjadi secara tiba-tiba atau bertahap?
 Gejala apakah yang dirasakan?

18
3. Bedakan jenis gangguan apakah gangguan konduksi atau sensori neural:
 Pada individu dengan gangguan konduksi maka kondisi lingkungan yang
berisik akan membantu proses pendengaran.
 Individu yang dengan gangguan sensorineural akan mengalami kesulitan
memahami pembicaraan orang lain (orang lain dianggap bergumam).
Kondisi lingkungan yang berisik akan memperparah gangguan
pendengaran tersebut.
 Apakah ada kesulitan memahami percakapan orang lain yang dialami?
 Apakah ada perbedaan kondisi yang dialami dengan adanya perubahan
lingkungan?
4. Kaji tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan pendengaran:
 Nyeri pada telinga
 Tinnitus
Merupakan suara yang secara kontinyu terdengar tanpa adanya
stimulus dari luar. Gangguan ini dapat dihubungkan dengan adanya
gangguan fungsi pendengaran dan belum dapat dijelaskan secara detil
penyebabnya.
 Vertigo
Merupakan persepsi pasien dimana dirinya atau lingkungan
disekitarnya seperti berputar. Gangguan ini dapat disebabkan karena
adanya gangguan pada telinga dalam, lesi N. VIII atau adanya gangguan
pada jalur persarafan dari telinga ke SSP.
 Discharge dari telinga
Dapat berbentuk cairan kental yang merupakan debris dari proses
inflamasi yang terjadi di kanal auditorius (pada telinga luar) atau sebagai
akibat adanya perforasi pada membran tymphani.
5. Kaji penyakit lain yang dapat menimbulkan nyeri pada telinga
Gangguan pada mulut, tenggorokan, hidung atau saluran nafas bagian atas
yang berisiko menimbulkan gangguan fungsi pendengaran
6. Kaji penggunaan obat yang dapat menimbulkan risiko gangguan pendengaran

19
7. Kaji riwayat operasi dan alergi.

D. INDERA PENCIUMAN

 ANATOMI FISIOLOGI

Bagian – bagian hidung  yaitu sebagai berikut :

a. Lubang hidung mempunyai fungsi untuk keluar masuknya sebuah udara.


b. Rambut hidung mempunyai fungsi untuk menyaring sebuah udara yang
masuk ketika bernapas.
c. Selaput lendir mempunyai fungsi sebagai tempat menempelnya sebuah
kotoran dan sebagai indra pembau.
d. Serabut saraf ini mempunyai fungsi untuk mendeteksi zat kimia yang ada
pada udara pernapasan.
e. Saraf pembau ini mempunyai fungsi untuk mengirimkan bau-bauan ke
bagian otak.

 PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi

a. Hidung ekternal

20
Bentuk, ukuran, warna kulit Normalnya : simetris, warna
sama dengan wajah Abnormal: deformitas, bengkak, merah.
b. Nares Anterior 
Inspeksi warna mukosa, lesi, rabas, perdarahan (epistaksis),
bengkak Mukosa normal: pink, lembab, tanpa lesi Abnormal:
Rabas mukoid (rinitis), rabas kuning kehijauan (sinusitis) -
c. Septum & turbinat
Kepala ditengadahkan Septum diinspekssi kesejajaran,
perforasi atau perdarahan, normal septum dekat dg garis tengah,
bagian anterior lebih tebak dan padat daripada posterior Lihat
adanya polip
2. Palpasi
a. Palpasi dengan hati-hati punggung hidung dan jaringan lunak
dengan menempatkan satu jari di setiap sisi lengkung hidung dan
secara hati-hati menggerakkan jari dari batang hidung ke ujung
hidung.
b. Nyeri tekan, massa, penyimpangan.
c. Normal struktur hidung keras dan stabil.
d. Kepatenan lubang hidung dapt dikaji dg jari diletakkan disis
hidung dan menyumbat 1 lubang hidung, klien bernapas dg mulut
tertutup

 PENGKAJIAN INDRA PENCIUMAN


Pengkajian
1. Identitas Klien:
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama:hidung terasa tersumbat,sering mengeluarkan
lendir(pilek sulit berhenti).

21
Riwayat kesehatan dahulu:tidak ada riwayat penyakit
jantung,paru,kencing manis,gondok dan penyakit kanker serta penyakit
tekanan darah tinggi dan ginjal.
3. Aktivitas/Istirahat
Gejala:Kelelahan dan kelemahan
Tanda:Penurunan kekuatan,menunjukan kelelahan
4. Sirkulasi
Gejala:Lelah,pucat dan tidak ada tanda sama sekali
Tanda:Takikardi,disritmia,pucat,diaphoresis dan keringat malam
5. Integritas Ego
Gejala Masalah finansial:biaya rumah sakit, pengobatan
Tanda Berbagai perilaku ,misalnya marah ,menarik diri , pasif
6. Makanan/Cairan
Gejala:Anoreksi/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan 10% atau lebih dari berat badan dalam
6 bulan sebelumnya tanpa dengan usaha diet.
Tanda:-
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala:Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda:Fokus pada diri sendiri , perilaku berhati hati
8. Pernafasan
Gejala: Dipsnea
Tanda: Dipsnea, Takikardi, pernafasan mulut, sianosis, terdapat
pembesaran polip.
9. Istirahat
Selama indikasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering
pilek.
10. Sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek
terus menerus.

22
E. INDERA PENGECAP

 ANATOMI FISIOLOGI

1. Lidah Bagian Atas Atau Permukaan Superior

Bagian atas lidah ini memiliki bentuk seperti huruf V, huruf V


pada lidah disebut dengan sulkus terminal.Fungsi dari bagian atas lidah
adalah untuk mengecap rasa sebab  permukaan atas lidah akan
bersentuhan langsung dengan makanan atau minuman yang masuk ke
dalam mulut manusia.

2. Akar Lidah

Akar lidah letaknya di antara tulang hyoid dan juga di bagian


rahang bawah lidah. Punggung pada bagian akar memiliki posisi
duduk di bagian orofaring. Akar lidah berfungsi sebagai penggerak
lidah sebab tanpa akar, lidah tidak bisa bergerak ke sana dan kemari.

23
3. Tubuh Lidah

Bagian besar lidah dua pertiganya adalah tubuh lidah. Di dalam


tubuh lidah akan ada  permukaan kasar dengan nama papilla lingual.
Tubuh lidah akan dikelilingi oleh gigi lateral dan permukaan anterior.
Papila di bagian tubuh lidah memiliki fungsi sebagai pembantu
pengidentifikasian rasa yang berbeda dari makanan. Papila yang ada di
bagian tubuh lidah ini memiliki 4 jenis utama, yaitu adalah sebagai
berikut ini:

a. Papila filiform

Papila ini memiliki bentuk kerucut dan paling banyak


dijumpai di lidah. Letak papilla ini diatur di dalam barisan yang
teratur dan bisa berjalan dengan sejajar.

b. Papila poliate

Ciri dari papilla ini berkerumun dan menjadi dua


kelompok. Papila ini ada di setiap sisi lidah.

c. Papila fungiform 

Papila ini memiliki keterlibatan dengan sensasi rasa


makanan dan minuman, papilla tersebut juga memiliki selera yang
tertancap di setiap permukaan mereka. Rasa yang ditanggapi oleh
bagian papilla ini adalah rasa asam maupun rasa manis.

d. Papila sirkumvalata

Papila ini akan terdapat pada bagian lidah manusia,


manusia akan memiliki papilla sirkumvalata sebanyak 7 sampai
dengan 12. Pada masing-masing papilla sirkumvalata terdapat
beberapa ribu selera rasa. Bentuk dari papilla sirkumvalata ini

24
adalah bulat, terangkat dan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Papila ini diatur dalam bentuk V di bagian belakang lidah.

Tonsil Atau Amandel Tonjolan di sebelah kanan dan kiri rongga


mulut disebut dengan amandel. Amandel  bisa membesar seiring
berjalannya waktu. Jika amandel terus membesar akibatnya adalah
manuisa akan kesulitan dalam menelan makanan. Fungsi utama amandel
itu adalah sebagai  benteng pertama dalam pertahanan tubuh manusia,
sehingga amandel itu berhubungan langsung dengan sistem kekebalan
tubuh manusia. Berdasarkan letaknya dalam rongga mulut, tonsilterbagia
tas tiga jenis, yaitu:

 Tonsil Palatina, merupakan tonsil yang sering disebut sebagai amandel


dan terletak di kiri dan kanan rongga mulut.

 Tonsil faringers, disebut juga sebagai adenoid dan terletak di bagian


dinding belakang nesofaring.

 Tonsil lingulis, merupakan tonsil yang terletak pada daerah pintu


masuk saluran nafas dan saluran pencernaan.

4. Adenoid

Adenoid merupakan bagian dari lidah yang memiliki fungsi untuk


memerangi infeksi, sehingga jika ada kuman dan bakteri dicap oleh
lidah, adenoid inilah yang bertugas untuk memerangi kuman dan
bakteri tersebut.

5. Kuncup lidah

Merupakan struktur yang ada di bagian permukaan lidah. Tugas


kuncup lidah adalah sebagai  pencipta resep untuk rasa. Kuncup lidah
bisa mengecap rasa manis, asam, pahit dan asin.

6. Frenulum

25
Merupakan bagian lidah yang berbentuk berupa lapisan tipis
jaringan yang berguna untuk penghubung antara lidah dengan dasar
mulut.

7. Otot lidah

Tanpa otot, lidah tidak bisa digerakan. Otot di dalam lidah terbagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok lidah intrinsic dan juga
kelompok lidah ekstrinsik. Berikut ini adalah fungsi dari otot lidah
tersebut:

 Otot intrinsik: otot intrinsic memiliki fungsi dalam pengubahan


bentuk lidah dalam sementaran.

 Otot ekstrinsik: otot ini di dalam lidah memiliki fungsi berupa


pengubahan posisi lidah.

Fungsi Lidah adalah sebagai berikut:

1. Indra pengecap atau perasa

2. Membantu mencerna makanan

3. Membantu manusia berbicara

4. Membantu melembabkan mulut

5. Membantu gigi memproses makanan

6. Pengirim pesan makanan ke otak

7. Pengaturan suhu antara dalam tubuh dengan lingkungan

8. Pencegah bahaya yang masuk ke dalam mulut

26
9. Membantu mengeluarkan udara

10. Indikasi keadaan tubuh

 PEMERIKSAAN FISIK

Pada hakekatnya, lidah mempunyai hubungan erat dengan indera


khusus pengecap. Zat yang memberikan impuls pengecap mencapai sel
reseptor lewat pori pengecapan. Ada empat kelompok pengecap atau rasa
yaitu manis, asin, asam, dan pahit.

Gangguan indera pengecap biasanya disebabkan oleh keadaan yang


mengganggu tastants atau zat yang memberikan impuls pengecap pada sel
reseptor dalam taste bud (gangguan transportasi) yang menimbulkan
cedera sel reseptor (gangguan sensorik) atau yang merusak serabut saraf
aferen gustatorius serta lintasan saraf sentral gustatorius (gangguan
neuron).

Manifestasi klinis dari indera pengecap apabila dilihat dari sudut


pandang psikofisis, gangguan pada indera pengecap dapat digolongkan
menurut keluhan pasien atau menurut hasil pemeriksaan sensorik yang
objektif missal sebagai berikut.

1. Ageusia total adalah ketidakmampuan untuk mengenali rasa manis,


asin, pahit, dan asam.

2. Ageusia parsial adalah kemampuan mengenali sebagian rasa saja.

3. Ageusia spesifik adalah ketidakmampuan untuk mengenali kualitas


rasa pada zat tertentu.

27
4. Hipogeusia total adalah penurunan sensitivitas terhadap semua zat
pencetus rasa.

5. Hipogeusia parsial adalah penurunan sensitivitas terhadap sebagian


pencetus rasa.

6. Disgeusia adalah kelainan yang menyebabkan persepsi yang salah


ketika merasakan zat pencetus rasa.

Pasien dengan keluhan hilangnya rasa bisa dievaluasi secara


psikofisis untuk fungsi gustatorik selain menilai fungsi olfaktorius.
Langkah pertama melakukan tes rasa seluruh mulut untuk kualitas,
intensitas, dan persepsi kenyamanan dengan sukrosa, asam sitrat, kafein,
dan natrium klorida.

Tes rasa listrik (elektrogustometri) digunakan secara klinis untuk


mengidentifikasi defisit rasa pada kuadran spesifik dari lidah. Biopsi
papilla foliate atau fungiformis untuk pemeriksaan histopatologik dari
kuncup rasa masih eksperimental akan tetapi cukup menjanjikan
mengetahui adanya gangguan rasa.

 PENGKAJIAN INDRA PENGECAPAN

a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
nomor register, tanggal masuk dan nama penanggung jawab pasien selama
dirawat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan anak ke klinik, kantor, atau rumah
sakit.
2. Riwayat penyakit sekarang

28
Keluhan utama dari awitan paling awal sampai perkembangannya
saat ini. Terdapat komponen utama yaitu: rincian awitan, riwayat
interval yang lengkap, status saat ini, alas an untuk mencari bantuan
saat ini.
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
Apakah didalam keluarga ada salah satu anggota yang menderita
tumor lidah.
5. Riwayat imunisasi
c. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
1. Aktivitas
Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya
faktor- faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
2. Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
3. Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi
makanan,perubahan berat badan, perubahan kelembaban/turgor kulit.
4. Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, juling.
5. Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa
kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran.
6. Pernapasan
Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan.
7. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama
/ berlebihan, demam, ruam kulit.

29
8. Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan.
9. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung.

F. INDERA PERABA

Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus


untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa
sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk
tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor
untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat
epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya
otot dan tulang.

Bagian-bagian kulit:

30
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan
dalam atau lapisan dermis. Pada lapisan epidermis tidak terdapat
pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel
yaitu:

1. Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah


atasnya.

2. Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan


kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan
granulosum umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin).
Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau
kecoklatan.

3. Stratum lusidum merupakan lapisan yang transparan. 

4. Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar.

Didalam kulit terdapat berbagai macam organ,yaitu :

1. Rambut, akar rambut tertanam dalam dalam didermis. Ada bagian kulit
yang tidak memiliki rambut yang disebut glabrous

2. Kelenjar, terdiri dari:

 kelenjar minya, berhubungan dengan folikel rambut dan menghasilkan


minyak untuk melumasi kulit.

 kelenjar keringat, terletak pada dermis yang terbuka pada permukaan


kulit dan melepaskan air serta sisa-sisa metabolisme tubuh.

3. Panca indera

 Inter Epithelia, merupakan jaringan-jaringan yang bersama-sama


membentuk organ kulit, termasuk didalamnya jaringan saraf

31
 Jaringan pengikat mendukung dan membungkus sel-sel kulit dan
memungkinkan makanan dari dalam darah masuk ke sel. sel jaringan
ikat ini juga menyimpan lemak dan terutama terdapat dilapisan kulit
yang terbawa dan disekitar usus.

 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik indra perabaan didasarkan pada sensibilitas.


Pemeriksaan fisik sensori indra perabaan (taktil)  terbagi atas 2 jenis,
yaitu basic sensory modalities dan testing higher integrative
functions. Basic sensory modalities (pemeriksaan sensori primer) berupa
uji sensasi nyeri dan sentuhan, uji sensasi suhu, uji sensasi taktil, uji
propiosepsi (sensasi letak), uji sensasi getar (pallestesia), dan uji sensasi
tekanan. Sedangkan testing higher integrative functions (uji fungsi
integratif tertinggi) berupa stereognosis, diskriminasi 2 titik, persepsi
figure kulit (grafitesia), ekstinksi, dan lokalisasi titik.

Sensasi raba dihantarkan oleh  traktus spinotalamikus ventralis.


Sedangkan sensasi nyeri dan suhu dihantarkan oleh serabut saraf menuju
ganglia radiks dorsalis dan kemudian serabut saraf akan menyilang garis
tengah dan akan masuk menuju traktus spinotalamikus lateralis
kontralateral yang akan berakhir di talamus sebelum dihantarkan ke
korteks sensorik dan diinterpretasi.  Adanya lesi pada traktus-traktus
tersebutlah yang dapat menyebabkan gangguan sensorik tubuh.

1. Basic sensory modalities (pemeriksaan sensori primer)

a. Uji sensasi nyeri dan sentuhan

b. Uji sensasi nyeri dan sentuhan terbagi menjadi 2 macam, yaitu


nyeri superficial (tajam-tumpul) dan nyeri tekan.

1) Nyeri superficial

32
Merupakan metode uji sensasi dengan menggunakan benda
yang memiliki 2 ujung, yaitu tajam dan tumpul. Benda tersebut
dapat berupa peniti terbuka maupun jarum pada reflek hammer.
Pasien dalam keadaan mata terpejam saat dilakukan uji ini dan
dilakukan pengkajian respon melalui pertanyaan “apa yang
anda rasakan?” dan membandingkan sensasi 2 stimulus yang
diberikan. Apabila terjadi keraguan respon maupun
kesulitandan ketidakmampuan  dalam membedakan sensasi,
maka hal ini mengindikasikan adanya deficit hemisensori
berupa analgesia, hipalgesia, maupun hiperalgesia pada sensasi
nyeri. Sedangkan gangguan pada sensasi sentuhan berupa
anestesia dan hiperestesia.

2) Nyeri tekan

Merupakan metode uji sensori dengan mengkaji nyeri


melalui penekanan pada tendon dan titik saraf. Metode ini
sering digunakan dalam uji sensori protopatik (nyeri
superficial, suhu, dan raba) dan uji propioseptik (tekanan, getar,
posisi, nyeri tekan). Misalnya, berdasarkan Abadie sign pada
daerah dorsalis, tekanan ringan yang diberikan pada tendon
Achilles normalnya adalah ‘hilang’. Dengan kata lain tidak
dapat dirasakan sensasi nyeri bila diberikan tekanan ringan
pada tendon Achilles.

c. Uji sensasi suhu

Uji sensasi suhu pada dasarnya lebih direkomendasikan


apabila pasien terindikasi gangguan sensasi nyeri. Hal ini
dikarenakan pathways dari indra nyeri dan suhu saling
berbuhungan. Metode ini menggunakan gelas tabung yang berisi
air panas dan dingin. Pasien diminta untuk membedakan sensasi
suhu yang dirasakan tersebut. Apabila pasien tidak dapat

33
membedakan sensasi,maka pasien dapat diindikasikan mengalami
kehilangan “slove and stocking” (termasuk dalam gangguan
neuropati perifer).

d. Uji sensasi taktil

Uji sensasi taktil dilakukan dengan menggunakan sehelai


dawai (senar) steril atau dapat juga dengan menggunakan bola
kapas.  Pasien yang dalam keadaan mata terpejam akan diminta
menentukan area tubuh yang diberi rangsangan dengan
memberikan hapusan bola kapas pada permukaan tubuh bagian
proksimal dan distal. Perbandingan sensitivitas dari tubuh
proksimal dan distal akan menjadi tolak ukur dalam menentukan
adanya gangguan sensori. Indikasi dari gangguan sensori pada uji
sensasi taktil ini berupa hyperestetis, anastetis, dan hipestetik.

e. Uji propiosepsi (sensasi letak)

Uji ini dilakukan dengan menggenggam sisi jari pada kedua


tungkai yang disejajarkan dan menggerakkannya ke arah gerakan
jari. Namun yang perlu diperhatikan adalah menghindari
menggenggam ujung dan pangkal jari atau menyentuh jari yang
berdekatan karena lokasi sensasinya mudah ditebak (memberikan
isyarat sentuh).  Pasien yang dalam keadaan mata terpejam diminta
untuk menentukan lokasi jari yang digerakkan.

Selain itu, uji ini juga dapat dilakukan dengan menguji


posisi sensasi di sendi metakarpalia palangeal untuk telapak kaki
besar. Orang muda normal memiliki derajat diskriminasi sebesar 1
sampai 2 derajat untuk gerakan sendi distal jari dan 3 sampai 5
derajat untuk kaki besar.

f. Uji sensasi vibrasi (pallestesia)

34
Uji sensasi vibrasi  dilakukan menggunakan garpu tala
frekuensi rendah (128 atau 256 Hertz) yang diletakkan pada bagian
tulang yang menonjol pada tubuh pasien. Kemudian pasien diminta
untuk merasakan sensasi yang ada dengan memberikan tanda
bahwa ia dapat merasakan sensasi getaran. Apabila pasien masih
tidak bisa merasakan sensasi getaran, maka perawat menaikkan
frekuensi garputala sampai pasien dapat merasakan sensasi getaran
tersebut. Pasien muda dapat merasakan getaran selama 15 detik di
ibu jari kaki dan 25 deti di sendi distal jari. Sedangkan pasien usia
70 tahun-an merasakan sensasi getaran masing-masing selama 10
detik dan 15 detik.

g. Uji sensasi tekanan

Uji sensasi tekanan menerapkan kemampuan pasien dalam


membedakan tekanan dar sebuah objek pada ujung jari. Uji ini
dilakukan dengan cara menekan aspek tulang sendi dan subkutan
untuk mempersepsikan tekanan. Rekomendasi untuk uji tekanan ini
diutamakan pada penderita diabetes dan dilakukan minimal sekali
setahun.

2. Testing higher integrative functions(uji fungsi integratif tertinggi)

a. Stereognosis

Stereognosis merupakan kemampuan untuk mengenali


objek dengan perasaan. Uji ini merupakan identifikasi benda yang
dikenal dan diletakkan di atas tangan pasien sehingga pasien dapat
mengidentifikasi benda yang berada di tangannya. Adanya
kesulitan identifikasi benda (gangguan stereognosis)
mengindikasikan adanya lesi pada kolumna posterior atau korteks
sensori.

35
b. Diskriminasi 2 titik

Diskriminasi 2 titik merupakan metode identifikasi sensasi


2 titk dari penekanan 2 titik pin yang berada pada permukaan kulit.
Uji ini terus dilakukan berulang hingga pasien tidak dapat
mengidentifikasi sensasi 2 titik yang terpisah. Lokasi yang sering
digunakan untuk uji ini adalah ujung jari, lengan atas, paha, dan
punggung. Adanya gangguan identifikasi 2 titik mengindikasikan
adanya lesi pada kolumna posterior atau korteks sensori.

c. Identifikasi angka (grafitesia)

Grafitesia merupakan metode penggambaran angka di mana


nantinya pasien diminta untuk mengidentifikasi angka yang
tergambar pada telapak tangan. Metode grafitesia dapat
menggunakan ujung tumpul pulpen sebagai media stimuli.
Kesulitan pada identifikasi angka menunjukkan adanya glesi pada
kolumna posterior atau korteks sensori.

d. Ekstinksi

Ekstinksi merupakan salah satu uji sensori yang


menggunakan metode sentuhan pada kedua sisi tubuh. Uji ini
dilakukan pada saat yang sama dan lokasi yang sama pada kedua
sisi tubuh, misalnya lengan bawah pada kanan dan kiri lengan.
Apabila pasien tidak bisa menggambarkan jumlah titik lokasi
sentuhan (biasanya psien hanya merasakan satu sensasi), maka
dapat dipastikan pasien teridentifikasi adanya lesi sensoris.

e. Lokalisasi titik

Lokalisasi titik merupakan metode didentifikasi letak lokasi


sensasi stimulus. Metode ini dilakukan dengan cara memberikan
sensasi sentuhan ringan pada permukaan kulit dan meminta pasien

36
untuk menyebutkan atau menunjukkan letak sensasi yang
dirasakan. Adanya penurunan sensasi sensori dibuktikan dengan
adanya ketidak-akuratan identifikasi lokalisasi. Hal ini disebabkan
adanya lesi pada korteks sensori sehingga terjadi penurunan
maupun hilangnya sensasi sentuhan pada sisi tersebut.

 Pengkajian Pada Panca Indera Peraba pada penyakit diabetikus


1. Aktivitas/Istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, ketahanana, keterbatasan rentang gerak,
pada area yang sakit gangguannya misalnya obat perubahan tunas.
2. Sirkulasi
Tanda: Hipoksia penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang
cidera, vasokonstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit
putih dan dingin, pembentukan edema jaringan.
3. Eliminasi
Tanda: keluaran urine menurun adalah tidak adanya pada fase darurat.
Warna mungkin hitang kemerahan, bila terjadi, mengidentifikasi
kerusakan otot.
4. Makanan/cairan
Tanda: Edema jaringan umum, anoreksia, mual, dan muntah.
5. Neurosensori
Gejala: Area kebas/kesemutan.
6. Pernapasan
Gejala: Menurunnya fungsi medulla spinalis, edema medulla,
kerusakan neurologi, paralysis abdominal dan otot pernapasan.
7. Integritas ego
Gejala: Masalah keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: Ansietas, menangis, ketergantungan, menarik diri, marah.
8. Keamanan
Tanda: Adanya fraktur akibat dilokasi (jatuh,kecelakaan, kontraksi otot
tetanik, sampai dengan syok listrik).

37
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori
(panca indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk
belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal. Persepsi (dari
bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun, mengenali, dan
menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman
tentang lingkungan.

Terdapat lima presepsi sensori yaitu, indera penglihat, indera pendengar,


indera pengecap, indera pencium, indera peraba. Dengan memiliki fungsi yang
berbeda-beda.

B. Saran

Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang


membangun demi kesempurnaan makalah ini.

38
DAFTAR PUSTAKA

Hilger, PA. 1997. Hidung: Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam: Boeis Buku
Ajar Penyakit THT. Adam, Boeis, Highler (eds). Jakarta: EGC.

Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerbit: EGC.
Jakarta 2006.

https://almanhaj.or.id/3197-menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik.html.

Di akses pada tanggal 14 desember pada pukul 09:00 WIB

https://id.scribd.com/doc/211462573/Asuhan-Keperawatan-Sistem-Indera-
Penciuman

https://tafsirq.com/5-al-maidah/ayat-45. Di akses pada tanggal 14 desember pada


pukul 09:15 WIB

https://tafsirweb.com/1588-surat-an-nisa-ayat-56.html. Di akses pada tanggal 14


desember pada pukul 10:00 WIB

https://tafsirweb.com/2633-surat-al-araf-ayat-179.html. Di akses pada tanggal 14


desember pada pukul 10:30 WIB

https://www.academia.edu/20319071/Anatomi_dan_fisiologi_pendengaran.

Di akses pada tanggal 14 desember pada pukul 13:00 WIB

39
40

Anda mungkin juga menyukai