Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat

pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang

kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan

kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat

yang bertempat tinggal dalarn suatu wilayah tertentu (Azrul Azwar, 1996).

Motivasi berasal dari kata motif. Motif dalam bahasa Inggris disebut motive,

yang berasal dari kata mation artinya gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam artian

lain motif berarti dorongan, rangsangan, atau pengerak terjadinya suatu tingkah laku.

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong, atau pendorong seseorang untuk bertingkah

laku untuk mencapai tujuan tertentu (Astuti, 2016).

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu Puskesmas dan

sebagainya. Masa kerja seseorang dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja

merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja, misalnya dikaitkan

dengan produktivitas kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin tinggi pula

produktivitasnya karena ia semakin berpengalaman  dan mempunyai keterampilan yang

baik dalam menyelesaikan tugasnya yang dipercayakan kepadanya, menurut (Siagian,

1989).

Pengertian masa kerja adalah sebagai pengalaman kerja, yaitu lamanya

seseorang bekerja di suatu instansi atau organisasi yang dihitung sejak pertama kali

bekerja. Semakin lama bekerja seseorang, tenaga kerja akan semakin dianggap

berpengalaman.
2

Sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah, Puskesmas telah terdapat di

semua Kecamatan tetapi masih menghadapi permasalahan pemerataan dan

keterjangkauan serta terbatasnya sarana pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal

Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Bagi masyarakat di DTPK, keterbatasan

akses juga disebabkan oleh kondisi geografis yang sulit, keterbatasan transportasi dan

infrastruktur (Kemenkes RI, 2010).

Rendahnya kinerja pusat kesehatan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di

Bungku Selatan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain masih

rendahnya kemampuan Puskesmas dalam memberikan pelayanan secara handal, akurat

dan konsisten sesuai dengan yang dijanjikan; masih kurang baiknya citra Puskesmas

(mutu dan penampilan fisik yang kurang bersih dan nyaman), belum tersedianya sumber

daya Puskesmas yang memadai (SDM, sarana dan prasarana kesehatan),belum

memadainya kemampuan dan kemauan petugas, serta kurangnya tanggung jawab,

motivasi, dedikasi, loyalitas petugas Puskesmas. (Mattulada dkk, 2006).

Dengan demikian, pada dasarnya rendahnya kinerja Puskesmas dalam pelayanan

kesehatan di Bungku Selatan Sulawesi Tengah disebabkan oleh rendahnya motivasi dan

kompetensi tenaga kesehatan yang ada. (Depkes, 2010).

Kecamatan Bungku Selatan adalah salah satu Kecamatan yang memiliki banyak

pulau terpencil yang terdiri dari 33 pulau kecil yang terpisah-pisah, tepatnya berada di

wilayah Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dengan waktu tempuh dari

Kecamatan Bungku Selatan ke Kabupaten Morowali yaitu 6 sampai dengan 7 jam. Dari

data ke pendudukan kantor Kecamatan Bungku Selatan terdapat data penduduknya

sebanyak 14.378 jiwa, dimana laki–laki terdiri dari 7.208 jiwa dan perempuan terdiri

dari 7.071 jiwa. Dengan infrastruktur seperti jalan, jembatan, signal, maupun Puskesmas

masih jauh dari kata baik. Untuk persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar
3

61% dari target 78 %, presentase Puskesmas yang melakukan orientasi program

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) sebesar 52 % dari target 83

%.Sedangkan alat transportasi yang digunakan di Kecamatan Bungku Selatan dari pulau

ke pulau lainnya masih menggunakan transportasi laut yaitu kapal, penghasilan

masyarakat Kecamatan Bungku Selatan sebagian besar yaitu nelayan.(Profil Puskesmas

Kaleroang,2016).

Di Kecamatan Bungku Selatan hanya terdapat 1 (satu) Puskesmas tepatnya

berada di desa Kaleroang dengan sarana dan prasarana yang masih terbilang sangat

kurang. Termasuk salah satunya adalah ketidak lengkapan alat-alat kesehatan,

laboratorium dan obat-obatan, sehingga pelayanan terhadap pasien menjadi tertunda.

Jika ada pasien yang memerlukan perawatan darurat pihak Puskesmas lebih merujuk ke

Kabupaten Morowali, jarak yang jauh antara Kecamatan Bungku Selatan dengan

Kabupaten Morowali. Selain jarak yang jauh juga, tentang masalah jadwal kapal yang

berangkat ke Kabupaten Morowali hanya beroperasi dua kali seminggu. Cuaca juga

merupakan faktor penghambat dimana kapal tersebut tidak bisa digunakan saat cuaca

buruk.

Luas wilayah Kerja Puskesmas Kaleroang ± 403,90 km², Kepadatan Penduduk

rata-rata 35/km², terletak di daerah terpencil wilayah Perbatasan dan Kepulauan yang

sebagian besar terdiri dari Laut dan Pulau-Pulau Kecil serta 2 (dua) desa yang berada di

daratan Sulawesi. Dengan sarana Pusling Laut 2 Buah, Roda Dua (Motor Darat) 8 Buah,

Roda Empat (Mobil Pusling) 1 Buah. (Profil Puskesmas Kaleroang,2016).

Simamora (2002) mengatakan kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai

oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara
4

legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Menurut Mathis,

Robert. L dan Jackson J. H (2006).

Kinerja dapat ditentukan oleh tujuh faktor yaitu kompetensi, motivasi, tujuan,

standar, umpan balik, alat atau sarana dan peluang. Tetapi dua diantaranya mempunyai

peran sangat penting yaitu tujuan dan motivasi. Tujuan yang ditetapkan oleh CMHN

dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas sudah jelas tetapi motivasi petugas

tergantung dari dorongan yang didapatkan baik dari diri mereka sendiri maupun dari

luar diri mereka. Faktor terpenting yang mempengaruhi pencapaian kinerja yang baik

adalah faktor motivasi karena motivasi berperan untuk mengubah perilaku seorang

pekerja. Menurut (Wibowo, 2009).

Pada observasi dan hasil wawancara petugas kesehatan yang dilakukan penulis

di Puskesmas kaleroang, 8 dari 10 petugas mengatakan terdapat masalah yang salah

satunya yaitu masalah kinerja, masalah kinerja ini di pengaruhi oleh motivasi yang

cenderung menurun di karenakan kurangnya semangat untuk bekerja dan juga di batasi

oleh sarana prasarana yang tidak begitu memungkinkan apalagi jarak antara rumah

dengan tempat tugas lumayan jauh dan mayoritas mereka harus menyebrangi lautan

menggunakan kapal laut atau perahu. Sehingga pada kondisi ini banyak petugas

kesehatan yang sudah lama bekerja atau senior kurang lebih 5 – 7 tahuan masa kerja

tidak lagi atau jarang untuk bekerja di puskesmas tersebut, dan terkadang hadir hanya

cenderung untuk mendampingi petugas-petugas baru dalam melakukan tindakan,

sehingga kinerja dari petugas yang lama atau senior kian menurun.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dalam melakukan penelitian

tentang Hubungan Motivasi, Jarak, Masa Kerja Dan Sarana Prasarna Dengan Kinerja

Petugas Kesehatan Di Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten

Morowali Tahun 2018.


5

B. Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang, maka peneliti merumuskan indikator masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan motivasi dengan kinerja petugas kesehatan di Puskesmas

Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali tahun 2018?

2. Apakah ada Hubungan Jarak Dengan Kinerja Petugas Kesehatan Di Puskesmas

Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali Tahun 2018?

3. Apakah ada hubungan masa kerja dengan kinerja petugas kesehatan di Puskesmas

Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali tahun 2018?

4. Apakah ada hubungan sarana prasarana dengan kinerja petugas kesehatan di Puskesmas

Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali tahun 2018?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Motivasi, Jarak, Masa Kerja dan Sarana Prasarna

Dengan Kinerja Petugas Kesehatan Di Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku

Selatan Kabupaten Morowali Tahun 2018.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Petugas Kesehatan Di

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali Tahun 2018.

b. Untuk mengetahui Hubungan Jarak Dengan Kinerja Petugas Kesehatan Di

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali Tahun 2018.

c. Untuk mengetahui Hubungan Masa Kerja Dengan Kinerja Petugas Kesehatan Di

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali Tahun 2018.


6

d. Untuk mengetahui Hubungan Sarana Prasarana Dengan Kinerja Petugas Kesehatan

Di Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali Tahun

2018.

D. Manfaat Penelitian

2. Manfaat Teoritis

a. Manfaat bagi peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah

dibidang keperawatan dalam bentuk penelitian ilmiah mengenai hubungan motivasi,

Jarak, Masa Kerja dan sarana prasarana Dengan Kinerja petugas kesehatan di

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali tahun 2018.

b. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambah pustaka atau informasi

tambahan bagi peleliti-peneliti selanjutnya untuk mengkaji masalah yang relevan

dengan penelitian ini, dan merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dalam

mengaplikasiakan ilmu yang didapat dalam menambah wawsan pengetahuan.

1. Manfaat praktis

a. Manfaat Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Mandala Waluya Kendari. Dan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan

penelitian dibidang keperawatan lebih lanjut.

b. Manfaat bagi Puskesmas Kaleroang sebagai masukan bagi manajemen Puskesmas

agar lebih meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang lebih baik.


7

E. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Penelitian Variabel Desain Perbedaan

Penelitian Penelitian

1. Muh. Pengaruh motivasi Variabel bebas : Penelitian Tempat

Nawawi 2012 dan kompetensi Motivasi dan ini bersifat dan waktu.

tenaga kesehatan kopetensi kuantitatif Variabel :

terhadap kinerja dengan Jarak, masa

pusat kesehatan Variabel terikat : survey kerja dan

masyarakat Kinerja ekplonatory sarana

prasarana

2. Achmad Hubungan tingkat Variabel bebas : Penelitian Tempat

Faizin 2008 pendidikan dan lama Tingkat ini bersifat dan waktu.

kerja perawat dengan pendidikan dan analitik Variabel :

kinerja perawat di lama kerja deskriptif Motivasi,

RSU pandang arang dengan jarak, dan

boyolali Variabel terikat : pendekatan sarana

Kierja cross prasarana

sectional

3. Rahmawati .S Analisis pengaruh Variabel bebas : Penelitian Tempat

Latio 2016 kepuasan, motivasi Kepuasan, ini bersifat dan waktu.

dan stress kerja motivasi dan level of Variabel :

terhadap kinerja stress kerja explanation Jarak, masa

tenaga paramedis dengan kerja dan

keperawatan di Variabel terikat : cross sarana

RSUD kabupaten
8

morowali Kinerja sectional prasarana

4. Ida Yunasari Pengaruh sarana Variabel bebas : Penelitian Tempat

Ristiani 2017 prasarana dan Sarana prasarana ini bersifat dan waktu.

kualitas pelayanan dan kualitas desktiptif Variabel :

terhadap pasien rawat pelayanan studi kasus Motivasi,

jalan poliklinik IPDN jarak, masa

jatinangor Variabel terikat : kerja dan

Pasien rawat kinerja

inap

5. Yuniarti 2012 Kinerja petugas Variabel bebas : Penelitian Tempat

penyuluh kesehatan Kinerja ini bersifat dan waktu.

masyarakat dalam explanatory Variabel :

praktek promosi Variabel terikat : research Motivasi,

kesehatan di dinas Praktek promosi dengan jarak, masa

kabupaten pati cross kerja, dan

sectional sarana

prasarana

6. Oka Beratha Hubungan Variabel bebas : Penelitian Tempat

2013 karakteristik,motivasi Karakteristik, ini bersifat dan waktu.

dan dana BOK motivasi dan cross Variabel :

denagn kinerja dana BOK sectional Jarak, masa

petugas KIA studi kerja, dan

puskesmas di Variabel terikat : sarana

kabupaten gianyar Kinerja prasarana

7. Chikita.R Hubungan antara Variabel bebas : Penelitian Tempat


9

Batas 2017 ketersediaan sarana Ketersediaan ini bersifat dan waktu.

prasarana dengan sarana prasarana suvey Variabel :

penyuluh kesehatan analitik Motivasi,

yang diberikan Variabel terikat : dengan jarak, dan

petugas kesehatan Penyuluh cross masa kerja

terhadap perilaku kesehatan sectional

hidup bersih dan

sehat tataan rumah

tangga dalam lingkup

kerja puskesmas

wawonasa kota

manado

8. Nova Faktor- faktor yang Variabel bebas : Penelitian Tempat

Silviyani berhubungan dengan Kinerja kader, ini bersifat dan waktu.

2011 kinerja posyandu sumber explanatory Variabel :

lansia diwilayah pendanaan, research Motivasi,

puskesmas miroto sosialisasi, jarak, masa

semarang pelayanan dan kerja dan

sarana prasarana sarana

prasarana

Variabel terikat :

Kinerja

posyandu

9. Prima Desi Pengaruh faktor- Variabel bebas : Penelitian Tempat

Handayani faktor motivasi Motivasi ini bersifat dan waktu.


10

2014 terhadap kinerja sematik Variabel :

pegawai dinas bima Variabel terikat : Jarak, masa

marga dan sumber Kinerja kerja dan

daya air di kota bogor sarana

prasaran

10 Ake. R. C Hubungan faktor Variabel bebas : Penelitian Tempat

. Langingi internal dan eksternal Instrinsit dan ini bersifat dan waktu.

2011 dengan kinerja ekstrinsit cross Variabel :

perawat pelaksana di sectional Motivasi,

instalasi rawat inap Variabel terikat : studi jarak, masa

CRSUP Prof Dr R D Kinerja kerja dan

sarana

prasarana

BAB II
11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana pelayanan

kesehatan yang menjadi andalan atau tolak ukur dari pembangunan kesehatan,

sarana peran serta masyarakat, dan pusat pelayanan pertama yang menyeluruh dari

suatu wilayah.

Puskesmas merupakan unit teknis pelayan dinas kesehatan Kabupaten atau Kota

yang bertanggng jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu

atau sebagian wilayah Kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat

pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat

pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi

Puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan bidang kesehatan (menurut

Muninjaya 2014).

Kecamatan Bungku Selatan adalah salah satu Kecamatan yang memiliki banyak

pulau terpencil yang terdiri dari 33 pulau kecil yang terpisah-pisah, tepatnya berada

di wilayah Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dengan waktu tempuh

dari Kecamatan Bungku Selatan ke Kabupaten Morowali yaitu 6 sampai dengan 7

jam. Dari data ke pendudukan kantor Kecamatan Bungku Selatan terdapat data

penduduknya sebanyak 14.378 jiwa, dimana laki–laki terdiri dari 7.208 jiwa dan

perempuan terdiri dari 7.071 jiwa. Dengan infrastruktur seperti jalan, jembatan,

signal, maupun Puskesmas masih jauh dari kata baik.

Luas wilayah Kerja Puskesmas Kaleroang ± 403,90 km², Kepadatan Penduduk

rata-rata 35/km², terletak di daerah terpencil wilayah Perbatasan dan Kepulauan

yang sebagian besar terdiri dari Laut dan Pulau-Pulau Kecil serta 2 (dua) desa yang
12

berada di daratan Sulawesi. Dengan sarana Pusling Laut 2 Buah, Roda Dua (Motor

Darat) 8 Buah, Roda Empat (Mobil Pusling) 1 Buah. (Profil Puskesmas

Kaleroang,2016).

2. Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang (Permenkes No. 75 Tahun 2014):

a. Memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.

c. Hidup dalam lingkungan sehat.

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat.

3. Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas dalam melaksanakan dapat mewujutkan empat misi

pembangunan kesehatan yaitu penggerakan pembangunan Kecamatan yang

berwawasan pembangunan, mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk

hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,

kelompok dan masyarakat serta lingkungan (menurut Notoadmodjo 2003).

Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, fungsi Puskemas adalah :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.


13

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan. dan Memberikan rekomendasi terkait

masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem

kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

4. Upaya Penyelenggaraan Puskesmas

Dalam mencapai visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yaitu

terwujudnya Kecamatan sehat menuju Indonesia sehat. Puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari system kesehatan nasional merupakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a.Upaya kesehatan perorangan dilaksanakan dalam bentuk :

1). Rawat jalan.

2).Pelayanan gawat darurat.

3). Pelayanan satu hari (one day care).

4). Home care

5). Rawat Inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

b. Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut adalah:


14

1). Pelayanan promosi kesehatan

2). Pelayanan kesehatan lingkungan

3). Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana

4). Pelayanan gizi

5). Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

c. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan.

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya kesehatan

masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan

bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas

masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerjan dan potensi sumber daya yang

tersedia di masing-masing Puskesmas.

Untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan,

Puskesmas harus menyelenggarakan:

1). Manajemen Puskesmas

2). Pelayanan Laboratorium

3). Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

4). Pelayanan kefarmasian (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

5. Organisasi Puskesmas

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Puskesmas bergantung dari beban tugas masing

masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di suatu wilayah

Kabupaten atau Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota,

sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah.

Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas

sebagai berikut :
15

1). Kepala Puskesmas.

2). Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu kepala Puskesmas dalam

pengelolaan :

a). Data dan Informasi.

b). Perencanaan dan penilaian.

c). Umum dan kepegawaian.

d). Unit pelaksanaan teknis fungsional Puskesmas.

e). Upaya kesehatan masyarakat termasuk pembinaan terhadap UKBM.

f). Upaya kesehatan perorangan.

g). Jaringan pelayanan perorangan.

h).Unit Puskesmas pembantu.

i). Unit Puskesmas keliling.

j). Unit bidan di desa atau komunitas(Permenkes No. 75 Tahun 2014).

3). Kriteria Personalia

Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas

disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit

Puskesmas.Khusus untuk Kepala Puksesmas kriteria tersebut dipersyaratkan

harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya

mencakup kesehatan masyarakat (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

4). Eselon Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di

tingkat Kecamatan, sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya

peran kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di

tingkat Kecamatan maka jabatan kepala Puskesmas adalah jabatan struktural

eselon IV.
16

Apabila tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat, maka ditunjuk

pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria kepala Puskesmas yakni

seorang sarjana dibidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang

setara dengan pejabat tetap (Permenkes No. 75 tahun 2014).

5). Tata Kerja Puskesmas

a). Dengan Kantor Kecamatan

Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi

dengan kantor Kecamatan melalui pertemuan berkala yang

diselenggarakan di tingkat Kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup

perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian

serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya

masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor Kecamatan

mencakup pula kegiatan fasilitas.

b). Dengan Dinas Kabupaten atau Kota

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten

atau Kota.Dengan demikian secara teknis dari administraif, Puskesmas

bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.

Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota bertanggung jawab

membina serta memberikan bantuan administratif dan teknis kepada

Puskesmas.

c). Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Sebagai mitra pelayanan strata pertama yang dikelola oleh lembaga

masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerja sama termasuk

penyelenggara rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan.

Sedangkan sebagai Pembina upaya kesehatan bersumber daya


17

masyarakat, Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan

dan rujukan sesuai kebutuhan.

d). Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan

berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan

perorangan, jalinan kerja sama tersebut diselenggarakan dengan berbagai

sarana pelayanan kesehatan perorangan, seperti rumah sakit ( Kabupaten

atau Kota ) dan berbagai balai kesehatan masyarakat ( balai pengobatan

penyakit paru-paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai kesehatan

kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan

jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat).

Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama

diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat

rujukan seperti Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai

bagian kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan

melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi

Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.

e). Dengan Lintas Sektor

Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah

menyelenggarakan tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Untuk hasil optimal,

penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dikoordinasikan

dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada ditingkat Kecamatan.


18

Diharapkan disatu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di

Kecamatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait,

sedangkan di pihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor

lain ditingkat Kecamatan berdampak positif terhadap kesehatan.

f). Dengan Masyarakat

Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif

dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan.Dukungan aktif

tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas

(BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat seperti tokoh

masyarakat, tokoh agama, LSM dan serta kemasyarakatan (Permenkes

No. 75 tahun 2014).

B. Tinjauan Umum Tentang Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif. Motif dalam bahasa Inggris disebut motive,

yang berasaldari kata mation artinya gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam artian

lain motif berarti dorongan, rangsangan, atau pengerak terjadinya suatu tingkah laku.

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong, atau pendorong seseorang untuk bertingkah

laku untuk mencapai tujuan tertentu (Astuti, 2016).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela mengerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau

ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang

menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian

tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan (Siagian, dalam Zulkarnain

2012).
19

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang telah berfungsi dengan sendirinya yang

berasal dari dalam diri seseorang tersebut tanpa adanya dorongan atau rangsangan dari

pihak luar (Astuti 2016).

Beberapa faktor yang berkaitan dengan motivasi intemal, yaitu:

1. Kepentingan yang khusus bagi seseorang, menghendaki, dan menginginkan

adalah merupakan hal yang unik baginya.

2. Kepentingan keinginan dan hasrat seseorang adalah juga unik karena

kesemuanya ditentukan oleh faktor yang membentuk kepribadiannya, penampilan

biologis, psiologis dan psikologisnya (Hicks, & Gullet, dalam Juliana 2008).

Kualitas masing-masing individu dan perbedaan kepentingan serta

keinginannya, beberapa kepentingan dan keinginan tertentu berada dalam

keadaan yang sama untuk memungkinkan seseorang menggunakan dan

membentuk organisasi yang umum untuk mencapai kepuasan hatinya. Terdapat

beberapa teori yang menjelaskan kepentingan yang menjadi umum bagi semua

individu. Dengan disadarinya kepentingan umum ini, para manajer dapat

berusaha mendorong para karyawannya agar bekerja untuk menguntungkan

perusahaan meskipun terdapat keunikan pribadi para karyawan dengan berbagai

kepentingannya. Suatu pengertian dengan adanya kepentingan akan

memungkinkan para karyawan untuk memenuhi berbagai kepentingannya itu

dalam struktur organisasi. Kedua-duanya, baik organisasi maupun para

anggotanya memperoleh keuntungan dari keberhasilan memenuhi kepentingan

tersebut.

Faktor intrinsik disebut juga motif atau pendorong, Jika dua faktor ada

yaitu intrinsik dan extrinsik, maka pekerja dapat mencapai kepuasan kerja tetapi

jika tidak ada bukan berarti kepuasan kerja tidak tercapai. yang termasuk dalam
20

faktor intrinsik adalah pencapaian, penguatan, tanggung jawab, peningkatan

status tugas itu sendiri dan kemungkinan berkembang. (Hicks, & Gullet, dalam

Juliana, 2008)

Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena adanya

dorongan dari pihak luar atau orang lain (Astuti 2016).

Teori motivasi eksternal meliputi kekuatan yang ada di luar diri

individu seperti halnya faktor pengendalian oleh manajer juga meliputi hal-hal

yang berkaitan dengan pekerjaan seperti gaji atau upah, keadaan kerja,

kebijaksanaan dan pekerjaan yang mengandung penghargaan, pengembangan dan

tanggung jawab.

1. Jenis – Jenis Motivasi

Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya. Secara

umum motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yang satu  sama lain

memberi warna terhadap aktivitas manusia.

Danim  (2001),  menyatakan bahwa  motivasi yang diberikan digolongkan  

menjadiempat bagian:

a. Motivasi positif adalah proses pemberian motivasi atau usaha  membangkitkan

motif, dimana   hal itu diarahkan pada usaha  mempengaruhi  orang lain agar

dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara memberikan  keuntungan

tertentu kepadanya.

b. Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang   bersumber dari    

rasa  takut.  Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat organisasi  tidak

mampu mencapai tujuan.

c. Motivasi dari dalam timbul pada diri  pekerja waktu dia menjalankan  tugas -

tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri.
21

d. Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya 

pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.

2. Alat Motivasi

Memotivasi tenaga kesehatan seorang manajer harus dapat menggerakkan

bawahannya dengan menggunakan teknik atau alat yang dapat berupa sebagai

berikut:

a. Insentif material, yaitu insentif yang berupa uang, barang, dan sebagainya.

b. Insentif Non Material, yaitu berupa promosi jabatan, piagam penghargaan,

penghormatan dan sebagainya.

3. Prinsip-prinsip Motivasi Kerja            

Menurut Mangkunegara (2000), terdapat beberapa prinsip dalam

memotivasi kerja pegawai yaitu:

a. Prinsip partisipasi. Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu

diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang

akan dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip Komunikasi.  Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu

yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi

yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan.  Pemimpin mengakui bahwa bawahan

(pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan

pengakuan  tersebut, pegawai akan lebih  mudah dimotivasi kerjanya.

d. Prinsip pendelegasian wewenang. Pemimpin yang memberikan otoritas

atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat

mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan


22

membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk

mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.

e. Prinsip memberi perhatian. Pemimpin memberikan perhatian terhadap

apa yang diinginkan bawahannya, dengan demikian bawahannya akan

bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan.

4. Hasil Dari Motivasi

Pekerjaan motivasi pada dasarnya adalah melakukan penyesuaian

kebutuhan–kebutuhan organisasi dengan kebutuhan karyawan, penyesuaian

kegiatan yang dimiliki oleh organisasi dengan kegitatan karyawan serta

penyesuaian tujuan yang dimiliki oleh organisasi dengan tujuan karyawan.

Kebutuhan karyawan pada dasarnya adalah identik dengan meredakan

ketegangan (tension), maka haruslah diupayakan kegiatan yang diharapkan

untuk dilakukan oleh karyawan adalah kegiatan yang tidak meningkatkan

ketegangan. Hanya apabila kedua hal ini dapat dilakukan dengan baik, akan

dapat dijamin keberhasilan pekerjaan administrasi. Sebaliknya jika ketegangan

tersebut tidak berhasil dikurangi, dalam diri karyawan akan timbul dua keadaan

yang tidak menguntungkan, yakni : Frustasi (Frustation), yang pada gilirannya

dapat menghambat tercapainya tujuan dan pertentangan (Conflict) yang dapat

menimbulkan keadaan yang lebih parah yakni gagalnya segala upaya yang

dilakukan (Azwar, 1996).

C. Tinjauan Umum Tentang Jarak

Jarak adalah angka yang menunjukan seberapa jauh suatu benda berubah posisi

melalui suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam pengertian sehari-hari, jarak

dapat berubah estimasi jarak fisik dari dua buah posisi berdasarkan kriteria tertentu
23

(jarak tempuh antara palu kendari). Dalam bidang matematika jarak haruslah memenuhi

kriteria tertentu.

Berbeda dengan kooordinasi posisi, jarak tidak mungkin negatif. Jarak

merupakan besaran skala, sedangkan perpindahan merupakan besaran vektor. Jarak

yang ditempuh oleh kendaraan (biasanya ditunjukan dalam spidometer), orang atau

objek, haruslah dibedakan dengan jarak antara titik satu dengan yang lainnya.

Jarak adalah fungsi yang menunjukan seberapa jauh suatu subjek berhubungan

dengan objek yang lain. Jarak adalah jarak tempuh dari tempat tinggal masyarakat

ketempat pelayanan kesehatan. Puskesmas berperan dalam meningkatkan mutu

masyarakat dibidang kesehatan maka kemudahan untuk menjangkau lokasi puskesmas

merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan kesehatan yang terlalu jauh lokasinya dengan

tempat baik secara fisik mapun psikologis tentu tidak mudah dicapai. Jarak dapat

mempengaruhi frekuensi kunjuangan ditempat pelayanan kesehatan, makin dekat

tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan makin besar jumlah kungjungan dipusat

pelayanan tersebut, begitupun sebaliknya.(Razak,2007)

Dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan terkadang faktor jarak yang bisa

ditempuh dengan roda dua,roda empat dan kapal laut, tetapi faktor ekonominya atau

biaya transportasi Lebih menjadi hambatan bagi masyarakat khususnya masyarakat

kurang mampu yang tempat tinggalnya jauh dari puskesmas.

Jarak antara tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan sanngat mempengaruhi

ibu untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegaitan pelayanan kesehatan. Hal tersebut

sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lawrence Green dalam Notoatmodjo,S (2010)

bahwa faktor lingkungan fisik atau letak geografis berpengaruh terhadap perilaku

seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Sebagai contoh ibu balita tidak datang
24

kepelayanan kesehatan disebabkan karena rumah balita tersebut jauh denga pelayanan

kesehatan sehingga ibu balita tersebut tidak datang untuk mengikuti kegitan dalam

pelayanan kesehatan.

Demikian juga sesuai yang dikemukakan oleh WHO dalam Notoatmodjo,S

(2005) yang menyatakan bahwa sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung

dari situasi pada saat itu. Masyarakat datang kepelayanan kesehatan tetapi karna

jaraknya jauh atau situasi kurang mendukung maka mereka tidak berkunjung

kepelayanan kesehatan.

D. Tinjauan Tentang Masa Kerja

Masa kerja atau lama kerja adalah jumlah waktu yang digunakan dalam

melakukan aktivitas atau kegiatan dengan waktu yang telah ditentukan yaitu pada jam

kerja yang telah disetujui.

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu Puskesmas dan

sebagainya. Masa kerja seseorang dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja

merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja, misalnya dikaitkan

dengan produktivitas kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin tinggi pula

produktivitasnya karena ia semakin berpengalaman  dan mempunyai keterampilan yang

baik dalam menyelesaikan tugasnya yang dipercayakan kepadanya, menurut (Siagian,

1989).

Masa kerja ikut menentukan hasil kerja seseorang, karena semakin banyak

pengalaman yang dimiliki seseorang, maka semakin banyak pula keterampilan yang

pernah dimilikinya. Sehingga hal ini memberikan rasa percaya diri ketika menghadapi

suatu pekerjaan atau persoalan sehingga kualitas kerja akan lebih baik. Makin lama

kerja seseorang kecakapan mereka akan lebih baik, karena mereka sudah menyesuikan

diri dengan pekerjaannya. Disisi lain waktu kerja sesorang demikian besar peranya
25

dalam mempengaruhi produktifitas kerjanya juga dapat mempengaruhi organisasi yang

ada di dalamnya. (Hafid,1995).

E. Tinjauan tentang Sarana Prasarana

Sarana prasarana pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai proses

kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana kesehatan secara efektif dan

efisien untuk memberikan layanan secara profesional dibidang sarana dan prasarana

dalam proses pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien pula (Muhammad, 2010).

Kelengkapan sarana prasarana yang baik merupakan hal yang sangat penting

dalam menciptakan kepuasan pelanggan. Clow (1998) dalam Febriani (2012) yang

menyatakan bahwa kualitas jasa lebih sukar untuk dievaluasi dibandingkan dengan

kualitas barang.

F. Tinjauan Tentang Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan (achievement) suatu

program kegiatan perencanaan strategis dan operasional organisasi (efforts) oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitas dan

kualitas , sesuai dengan kewenangan dantugas tanggung jawabnya, legal dan tidak

melanggar hukum, etika, dan moral ( Nursalam, 2015).

Menurut Simamora (2009), kinerja kerja menunjukkan pencapaian target

kerja yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Pencapaian kinerja kerja

tersebut dipergunakan oleh kecakapan dan motivasi. Kinerja kerja yang optimum

akan tercapai jika organisasi dapat memilih karyawan yang memungkinkan mereka

agar dapat bekerja secara maksimal.

Menurut Robbins (2009), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang
26

dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

atau etika. Kinerja merupakan upaya (aktifitas) ditambah hasil kerja ( Supriyanto

dan Ratna, 2007 dalam Nursalam, 2015 ).

2. Penilaian Kinerja

Simamora. H (2006) penilaian kinerja adalah alat yang berfaedah tidak hanya

untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan

dan memotivasi kalangan karyawan.

Dalam penilaian kinerja mencakup semua aspek seperti kemampuan, kerajinan,

disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugas seorang pegawai.

Menurut Handoko. T Hani (2007), penilaian prestasi kinerja merupakan proses

organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kinerja karyawan. Manfaat

penilaian prestasi kinerja sebagai berikut:

a. Perbaikan kinerja

Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis

personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.

b. Penyesuaian kompensasi

Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambilan keputusan dalam

menentukan siapa yang seharusnya menerima kenaikan upah, dan pemberian

bonus.

c. Keputusan penempatan

Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada

kinerja masa lalu dan antisipatif.

d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan


27

Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan

pelatihan kembali.

e. Perencanaan dan pengembangan karir

Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang

karir positif karyawan.

f. Defisiensi proses penempatan staf

Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan

dalam prosedur penempatan staf

g. Ketidakakuratan informasi

Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis

pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen personal.

h. Kesalahan rancangan pekerjaan

Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah gejala dari rancangan pekerjaan

yang keliru.

i. Kesempatan kerja yang sama

Penilaian kinerja yang akurat yang secara aktual menghitung kaitannya

dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal

bukanlah sesuatu yang bersifat diskriminasi

j. Tantangan-tantangan eksternal

k. Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan pekerjaan.

l. Umpan balik SDM

Kinerja yang baik dan buruk diseluruh organisasi mengindikasikan

bagaimana baiknya fungsi departemen SDM diterapkan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja


28

Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja

seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu

lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang

bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka

keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal

maupun tempat kerjanya.

Faktor yang mempengaruhi kinerja sesuai dengan konsep kinerja (Robbins,

2002). Faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (Motivation) adalah sebagai

berikut :

1. Human performance = ability+motivation

2. Motivation= attitude+situation

3. Ability= knowledge+skill

a. Kemampuan (ability) seseorang akan turut serta menentukan perilaku dan

hasilnya. Yang dimaksud kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat

pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara phisik atau mental yang

iaperoleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman.

b. Motivasi diartikan pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan

organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situas kerjanya akan

menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif

(kontra) terhadap situasi kerjanya akan memunjukan motivasi kerja yang

rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja,

fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pemimpin, pola kepemimpinan kerja dan

kondisi kerja.

c. Situasional
29

Situasional dapat di artikan sebagagai kondisi dimana gaya kepemimpinan

seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para

pengikutnya atau bawahanya.

d. Knowledge

Menurut Notoatmodjo,S (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu

dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan

raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

e. Skill

Skill berarti mengembangkan pengetahuan yang didapatkan melalui

training dan pengalaman dengan melaksanakan beberapa tugas.

Menurut Robbins (2000), keterampilan dibagi menjadi 4 kategori yaitu:

1. Basic Literacy Skill: Keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh setiap

orang seperti membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan.

2. Technical Skill: Keahlian secara teknis yang didapat melalui pembelajaran

dalam bidang teknik seperti mengoperasikan komputer dan alat digital lainnya.

3. Interpersonal Skill: Keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi satu

sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan bekerja

secara tim.

4. Problem Solving: Keahlian seseorang dalam memecahkan masalah dengan

menggunakan loginya.

f. Attitude
30

Attitude adalah sikap suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif

dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: simbul, prase, slogan,

orang, lembaga, cita-cita dan gagasan.

Menurut Gibson 1997 dalam Nursalam 2015, Faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja tersebut adalah:

a. Faktor Individu

Dalam hal ini meliputi Kemampuan, keterampilan, latar belakang

keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial, dan demografi seseorang.

b. Faktor psikologis

Dalam hal ini meliputi persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan

kepuasan kerja

c. Faktor organisasi

Dalam hal ini meliputi struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan ( reward system ).

g. Human Performance

Human performance adalah kinerja merupakan suatu proses peningkatan

kompetensi oleh manusia dan organisasi guna meningkatkan

produktivitas dan efisiensi hasil kerja yang didasarkan pada

pengembangan system yang sistemik dan sistematis.

B. Tinjauan Empiris

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menjadikan pembanding dalam

penelitian ini, seperti yang sudah dilakukan oleh peneliti lain.

1. Muh.Nawawi (2012), pengaruh motivasi dan kompetensi tenaga kesehatan terhadap

kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

dengan metode survey eksplanatori, sampel dalam penelitian ini sebanyak 275
31

responden, sampel penelitian diambil denga tehnik cluster sampling, analisis data yang

digunakan adalah analisis inferensia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa denagan

besaran pengaruh atau efek 0.60, berada dengan interval 0,60 – 0,799. Hasil ini

menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi tenaga kesehatan maka tingkat

kinerja Puskesmas dalam pelayanan kesehatan juga akan semakin tinggi.

2. Achmad Faizin (2008),hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan

kinerja perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali, Jenis penelitian yang

digunakan adalah analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional study, sampel

penelitian sebanyak 107 responden, sampel penelitian diambil dengan tehnik solvin,

analisis yang digunakan adalah uji chi square, hasil penelitian ini menunjukan bahwa

ada hubungan tingkat pendidikan perawat terhadap kinerja perawat di RSU Pandan

Arang Kabupaten Boyolali di tinjukan dengan nilai chi square sebesar 17,47 dan taraf

signifikan kurang dari 5% yaitu p=0,002, dan lama kerja chi square 19,99 dan taraf

signifikan yang dihasilakan kurang dari 5% yaitu p=0,000.

3. Rahmawati . S Latiho (2016), Analisis pengaruh kepuasan, motivasi, dan stress kerja

terhadap kinerja tenaga paramedis keperawatan di RSUD Kabupaten Morowali, jenis

penelitian ini menggunakan ekplanasi ( level of explanation), sampel penelitian 68

responden, sampel penelitian ini diambil menggunakan individu, analisis yang

digunakan adalah regresi linear berganda, hasil penelitian ini menunjukan konstanta

2,775, X1=0,029, X2=0,095 X3=0,025, berarti dari ketiga X1,X2 , dan X3 terjadi pengaruh

yang positif antara kepuasan, motivasi, dan stress kerja pegawai.

4. Ida Yunasari Ristiani (2017),pengaruh sarana prasarana dan kualitas palayanan terhadap

pasien rawat jalan unit poliklinik IPDN jatinangor, jenis penelitian yang digunakan

adalah deskriptif studi kasus, sampel penelitian ini sebanyak 99 responden, sampel

penelitian diambil dengan tehnik solvin, analisis yang digunakan adalah kuantitatif
32

dengan metode analisis regresi, hasil penelitian ini menunjukan bahwa besarnya

pengaruh sarana prasarana dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien masuk

kategori kuat sebesar 77,90%.

5. Yuniarti (2012), Kinerja petugas penyuluh kesehatan masyarakat dalam praktek promosi

kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, jenis penelitian ini menggunakan

explanatory research method, sampel penelitian 87 responden, sampel penelitian ini

diambil menggunakan wawancara dan koesioner, analisis yang digunakan adalah

univariat dan bivariat dengan uji chi square, hasil penelitian ini menunjukan kinerja

petugas penyuluh kesehatan masyarakat dengan praktek promosi kesehatan di Dinas

Kesehatan Kabupaten Pati adalah termasuk kurangnya yaitu sebesar 56,3% dan yang

mempunyai kinerja baik hanya 43,7%.

6. Oka Beratha (2013), hubungan karakteristik, motivasi, dan dana BOK dengan kinerja

petugas KIA Puskesmas di Kabupaten Gianyar, jenis penelitian ini menggunakan cross

sectional, sampel penelitian 70 responden, sampel penelitian ini menggunakan

systematic random sampling, analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat

dengan uji chi square, hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden

41(58,6%), berumur rendah dan masa kerja pendek 39 (55,7%), sebagian besar

pendidikan tinggi 57 (81,4%) dan sebanyak 36 (51,4%), sudah pernah mendapatkan

pelatihan program KIA. Motivasi petugas sebagian besar 42(62%) masih rendah

sehingga sebagian responden mengganggap dana BOK untuk program KIA masih

kurang 47(67,1%), petugas KIA didapatkan sebagian besar sudah tinggi 40(57,1%).

7. Chikita. R Batas (2017), Hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan

penyuluh kesehatan yang diberikan petugas kesehatan terhadap perilaku hidup bersih

dan sehat tataan rumah tangga dalam lingkup kerja Puskesmas Wawonasa Kota

Manado, jenis penelitian ini menggunakan survei analitik, sampel penelitian 100
33

responden, sampel penelitian ini menggunakan koesioner, analisis penelitian ini

menggunakan univariat dan bivariat dengan uji chi square, hasil penelitian ini

menunjukan bahwa ketersediaan sarana prasarana memiliki nilai p=8,882. (Pvalue ≥ 0,05).

Sarana prasarana memiliki kategori baik 94 (94%) dan hasil penelitian mennunjukan

bahwa penyuluhan kesehatan memiliki nilai p= 0,005 (Pvalue ≤ 0.05). penyuluhan

kesehatan memiliki kategori baik 77 (77%), dan masyarakat yang memiliki PHBS

kategori baik sebanyak 78 responden (78%).

8. Nova Silviyani (2011), Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Posyandu

Lansia diwilayah Puskesmas Miroto Semarang, jenis penlitan ini menggunakan

explanatory research,sampel penelitian 67 responden, sampel penelitian ini

menggunakan simple random sampling, analisis penelitian ini menggunakan analisis

data dengan uji chi square, hasil peneltian ini menunjukan sebagian besar kinerja kader

baik 61,2%, sumber pendanaan baik 82,1%, sosialisasi tidak baik 68,7%, pelayanan baik

65,7%, sarana prasarana baik 65,7%, dan kinerja posyandu baik 59,7%. Hasil anlisis

menunjukan kinerja kader berhubungan dengan kinerja posyandu (p=0,0001).

9. Prima Desi Handayani (2014), Pengaruh faktor- faktor motivasi terhadap kinerja

pegawai Dinas Bina Marga dan sumber daya air Kota Bogor, jenis peneltian ini

menggunakan skala sematik, jumlah sampel 84 responden, sampel penelitian ini

menggunakan probability sampling tehnik proportionate stratified random sampling,

analisis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, hasil penelitian ini

menunjukan faktor-faktor motivasi kerja ekstrinsik lebih berpengaruh terhadap kinerja

pegawai dibandingkan dengan faktor-faktor motivasi kerja intrinsik.

10. Ake . R. C. Langingi (2011), Hubungan faktor internal dan eksternal dengan kinerja

perawat pelaksana di instalasi rawat inap C RSUP Prof,Dr.R.D. Kandou Manado, jenis

penelitian ini menggunakan cross sectional study, sampel penelitian ini 90 responden,
34

sampel dalam penelitian ini menggunakan koesioner, analisis penelitian ini

menggunakan univariat, bivariat dan multivariat dengan uji chi square, hasil univariat

penelitian ini menunjukan bahwa kinerja perawat baik (66,7%), motivasi kerja

baik(53,3%), kopetensi baik (66,7%), displin kerja baik (75,6%),supervisi kepala

ruangan baik (65,6%). Hasil bivariat menunjukan bahwa motivasi kerja (p=0,000),

kopetensi perawat (p=0,000), disiplin kerja (p=0,001), supervise kepala ruangan

(p=0,001), berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil analisi multivariate

diketahui motivasi kerja adalah variabel paling berhubungan dengan kinerja perawat

dengan OR=7,388 (CI 95%=2,145-25,441).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela mengerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau

ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang

menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian

tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan.


35

Jarak adalah angka yang menunjukan seberapa jauh suatu benda berubah posisi

melalui suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam pengertian sehari-hari, jarak

dapat berubah estimasi jarak fisik dari dua buah posisi berdasarkan kriteria tertentu

(jarak tempuh antara palu kendari).

Masa kerja atau lama kerja adalah jumlah waktu yang digunakan dalam

melakukan aktivitas atau kegiatan dengan waktu yang telah ditentukan yaitu pada jam

kerja yang telah disetujui.

Sarana prasarana pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai proses

kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana kesehatan secara efektif dan

efisien untuk memberikan layanan secara profesional dibidang sarana dan prasarana

dalam proses pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien pula.

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal,

tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral atau etika. Kinerja merupakan upaya

(aktifitas) ditambah hasil kerja.

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi

Jarak

Kinerja Petugas Puskesmas


Masa Kerja

Pendidikan
Sarana Prasarana
36

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen yang diteliti

: garis yang diteliti

Gambar 1.Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Independen)

Variabel independen pada penelitian ini adalah motivasi, Jarak, masa kerja dan

sarana prasarana.

2. Variabel terikat (Dependen)

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Motivasi Kerja

a. Definisi Operasional

Motivasi berasal dari kata motif. Motif dalam bahasa Inggris disebut motive,

yang berasaldari kata mation artinya gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam

artian lain motif berarti dorongan, rangsangan, atau pengerak terjadinya suatu tingkah

laku. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong, atau pendorong seseorang untuk

bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu (Astuti, 2016).

b. Kriteria Objektif

Kriteria atau cara pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan skala

Likert (Sugiyono, 2012), jumlah pertanyaan 15 nomor dan setiap pertanyaan

mempunyai 5 pilihan jawaban dengan skor nilai :

a. Sangat Baik (SB) :1


37

b. Baik ( B) :2

c. Cukup (C) :3

d. Kurang (K) :4

e. Sangat Kurang (SK) :5

R
I=
K

Keterangan:

I = Interval Kelas

R = Range atau kisaran yaitu nilai tertnggi – nilai terendah = 100% - 20% = 80%

K = Jumlah kategori, jumlah kategori sebanyak 2 yaitu baik dan kurang.

Jawaban tertinggi berbobot 5 dan terendah berbobot 1

Skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x bobot tertinggi

= 15 x 5 = 75 (100 %)

Skor terendah = Jumlah pertanyaan x bobot terendah

= 15 x 1= 15 (20%)

Skor antara = skor tertinggi – skor terendah

= 100% - 20%

= 80%

Kriteria Objektif sebanyak 2 kategori : baik dan kurang

Interval = skor antara atau kategori

= 80%/2

= 40%

Skor Standar = 100% - 40%

= 60%

kriteria obyektif :
38

Baik : Jika hasil jawaban responden memperoleh nilai ≥ 60 % dari total skor.

Kurang : Jika hasil jawaban responden memperoleh nilai < 60 % dari total skor.

2. Jarak

a. Definisi Operasional

Jarak adalah angka yang menunjukan seberapa jauh suatu benda berubah posisi

melalui suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam pengertian sehari-hari, jarak

dapat berubah estimasi jarak fisik dari dua buah posisi berdasarkan kriteria tertentu.

b. Kriteria Objektif

Kriteria atau cara pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan skala

Likert (Sugiyono, 2012), jumlah pertanyaan 15 nomor dan setiap pertanyaan

mempunyai 5 pilihan jawaban dengan skor nilai :

a. Sangat Tidak Setuju (STS) :1

b. Tidak Setuju (TS) :2

c. Kurang Setuju (KS) :3

d. Setuju (S) :4

e. Sangat Setuju (SS) :5

R
I=
K

Keterangan:

I = Interval Kelas

R = Range atau kisaran yaitu nilai tertnggi – nilai terendah = 100% - 20% = 80%

K = Jumlah kategori, jumlah kategori sebanyak 2 yaitu baik dan kurang.


39

Jawaban tertinggi berbobot 5 dan terendah berbobot 1

Skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x bobot tertinggi

= 15 x 5 = 75 (100 %)

Skor terendah = Jumlah pertanyaan x bobot terendah

= 15 x 1= 15 (20%)

Skor antara = skor tertinggi – skor terendah

= 100% - 20%

= 80%

Kriteria Objektif sebanyak 2 kategori : baik dan kurang

Interval = skor antara atau kategori

= 80%/2

= 40%

Skor Standar = 100% - 40%

= 60%

kriteria obyektif :

Baik : Jika hasil jawaban responden memperoleh nilai ≥ 60 % dari total skor.

Kurang : Jika hasil jawaban responden memperoleh nilai < 60 % dari total skor.

3. Masa Kerja
40

a. Definisi Operasional

Masa kerja ikut menentukan hasil kerja seseorang, karena semakin banyak

pengalaman yang dimiliki seseorang, maka semakin banyak pula keterampilan yang

pernah dimilikinya. Sehingga hal ini memberikan rasa percaya diri ketika

menghadapi suatu pekerjaan atau persoalan sehingga kualitas kerja akan lebih baik.

Makin lama kerja seseorang kecakapan mereka akan lebih baik, karena mereka sudah

menyesuikan diri dengan pekerjaannya. Disisi lain waktu kerja sesorang demikian

besar peranya dalam mempengaruhi produktifitas kerjanya juga dapat mempengaruhi

organisasi yang ada di dalamnya. (Hafid,1995).

b. Kriteria Objektif

Kriteria atau cara pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan skala

Likert (Sugiyono, 2012), jumlah pertanyaan 15 nomor dan setiap pertanyaan

mempunyai 5 pilihan jawaban dengan skor nilai :

a. Sangat Baik (SB) :1

b. Baik ( B) :2

c. Cukup (C) :3

d. Kurang (K) :4

e. Sangat Kurang (SK): 5

R
I=
K

Keterangan:

I = Interval Kelas

R = Range atau kisaran yaitu nilai tertnggi – nilai terendah = 100% - 20% = 80%

K = Jumlah kategori, jumlah kategori sebanyak 2 yaitu baik dan kurang


41

Jawaban tertinggi berbobot 5 dan terendah berbobot 1

Skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x bobot tertinggi

= 15 x 5 = 75 (100 %)

Skor terendah = Jumlah pertanyaan x bobot terendah

= 15 x 1= 15 (20%)

Skor antara = skor tertinggi – skor terendah

= 100% - 20%

= 80%

Kriteria Objektif sebanyak 2 kategori : baik dan kurang

Interval = skor antara atau kategori

= 80%/2

= 40%

Skor Standar = 100% - 40%

= 60%

kriteria obyektif :

Baik : Jika hasil jawaban responden memperoleh nilai ≥ 60 % dari total skor.

Kurang : Jika hasil jawaban responden memperoleh nilai < 60 % dari total skor.

4. Sarana Prasarana

a. Definisi operasional

Sarana prasarana pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai proses

kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana kesehatan secara efektif dan
42

efisien untuk memberikan layanan secara profesional dibidang sarana dan prasarana

dalam proses pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien pula.(Muhammad:2010).

b. Kriteria Objektif

Kriteria atau cara pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan skala

Likert (Sugiyono, 2012), jumlah pertanyaan 15 nomor dan setiap pertanyaan

mempunyai 5 pilihan jawaban dengan skor nilai :

a. Sangat Memadai (SM) :1

b. Memadai ( M) :2

c. Cukup Memadai (CM) :3

d. Kurang Memadai (KM) :4

e. Sangat Kurang Memadai (SKM) : 5

R
I=
K

Keterangan:

I = Interval Kelas

R = Range atau kisaran yaitu nilai tertnggi – nilai terendah = 100% - 20% = 80%

K = Jumlah kategori, jumlah kategori sebanyak 2 yaitu baik dan kurang

Jawaban tertinggi berbobot 5 dan terendah berbobot 1

Skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x bobot tertinggi

= 15 x 5 = 75 (100 %)

Skor terendah = Jumlah pertanyaan x bobot terendah

= 15 x 1= 15 (20%)

Skor antara = skor tertinggi – skor terendah


43

= 100% - 20%

= 80%

Kriteria Objektif sebanyak 2 kategori : baik dan kurang

Interval = skor antara atau kategori

= 80%/2

= 40%

Skor Standar = 100% - 40%

= 60%

kriteria obyektif :

Baik : Jika hasil jawaban responden memperoleh nilai ≥ 60 % dari total skor.

Kurang : Jika hasil jawaban responden memperoleh nilai < 60 % dari total skor.

5. Kinerja Petugas Kesehatan Di Puskesmas

a. Definisi Operasional

Kinerja kerja menunjukkan pencapaian target kerja yang berkaitan dengan

kualitas, kuantitas dan waktu. Pencapaian kinerja kerja tersebut dipergunakan oleh

kecakapan dan motivasi. Kinerja kerja yang optimum akan tercapai jika organisasi

dapat memilih karyawan yang memungkinkan mereka agar dapat bekerja secara

maksimal.

b. Kriteria Objektif

Kriteria atau cara pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan

Observasi untuk menilai Kinerja Petugas Kesehatan di Puskesmas Kaleroang.

E. Hipotesis Statistik
44

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Motivasi Kerja

H0 : Tidak ada hubungan Motivasi kerja dengan kinerja petugas Kesehatan di

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

Ha : Ada hubungan Motivasi kerja dengan kinerja petugas Kesehatan di Puskesmas

Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

2. Jarak

H0 : Tidak ada hubungan Jarak dengan kinerja petugas Kesehatan di Puskesmas

Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

Ha : Ada hubungan Jarak dengan kinerja petugas Kesehatan di Puskesmas

Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

3. Masa Kerja

H0 : Tidak ada hubungan Motivasi kerja dengan kinerja petugas Kesehatan di

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

Ha : Ada hubungan Motivasi kerja dengan kinerja petugas Kesehatan di Puskesmas

Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

4. Sarana Prasarana

H0 : Tidak ada hubungan sarana prasarana dengan kinerja petugas Kesehatan di

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

Ha : Ada hubungan sarana prasarana dengan kinerja petugas Kesehatan di

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali


45

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan Cross

sectional study yang dimaksudkan untuk mengetahui Hubungan Motivasi, Jarak, Masa

Kerja dan Sarana Prasarana petugas kesehatan di Puskesmas Kaleroang tahun 2018

(Notoatmodjo,S 2012).

Populasi

Sampel

Faktor Resiko (+) Faktor Resiko (-)


1. Motivasi 1. Motivasi
2. Jarak 2. Jarak
3. Masa Kerja 3. Masa Kerja
4. Sarana Prasarana 4. Sarana Prasarana

Efek (+) Efek (-)

Kinerja (+) Kinerja (-) Kinerja (+) Kinerja (-)


46

Gambar 2. Bagan Cross sectional

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli

tahun 2018.

2. Tempat penelitian

Puskesmas Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subyek yang

diteliti (Notoatmodjo,S 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas

kesehatan di Puskesmas Kaleroang berjumlah 51 orang

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi petugas kesehatan di Puskesmas

Kaleroang, Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 35 responden (Notoadmodjo,S 2012)

yaitu :

a. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling

dengan tehnik simple random sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel

dimana setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih atau diseleksi

sebagai sampel (Notoatmodjo, S. 2012, hal 120). Untuk menentukan sampel pada

penelitian ini yaitu diseleksi atau dipilih dengan cara menggunakan lot.

b. Besar Sampel
47

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan Susanto, N (2010, hal 34) sebagai berikut :

Z12- a / 2 P(1 – P) N
n =
d2 (N – 1) + Z12-a / 2 P(1 – P)

Keterangan:

n = Besar sampel

Z1-a / 2 = Tingkat kemaknaan 95%=1.96

d = Pendugaan (presisi) 0.1

P = Perkiraan proporsi 50% = 0.5

N = Besar populasi

Dengan menggunakan rumus diatas, maka sampel berjumlah :

Z12-a / 2 P(1 – P) N
n =
d2 (N – 1) + Z12-a / 2 P(1 – P)

1.962 . 0,5 (1 – 0,5) 51


n =
0,12 (51– 1) + 1,962 . 0,5 (1-0,5)

3.8416 . 0,5 (0,5) 51


n =
0,01(50) + 3,8416 . 0,5 (0,5)

1,9208 . 25,5
n =
48

0,5 + 1,9208 (0,5)

49.9804
n =
0,5 + 0,9604

49.9804
n =
1,4604

n = 34,22, dibulatkan menjadi 35 sampel

Jadi sampel yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian adalah sebesar 35

tehnik sampel.

Kriteria sampel terdiri dari :

a. kriteria inklusi:

1) Petugas kesehatan di Puskesamas Kaleroang

2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Esklusi :

1) Petugas yang tidak bekerja sebagai petugas kesehatan di Puskesmas

Kaleroang

2) Petugas kesehatan yang cuti selama waktu penelitian misalnya hamil.

3) Tidak bersedia menjadi responden

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner

tentang motivasi, masa kerja dan sarana prasarana serta observasi untuk mengukur kinerja

petugas kesehatan. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan memberikan

pertanyaan pada responden melalui lembar pertanyaan yang berhubungan dengan variabel

penelitian dengan pilihan jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti sendiri selama dua minggu.


49

Kuisioner diisi oleh petugas kesehatan yang sebelumnya diberikan penjelasan pada

responden dimasing-masing di Puskesmas tentang cara pengisian lembar kuisioner serta

diperkenankan mengisi lembar informed consent dan dikumpulkan, peneliti memeriksa

kembali jawaban apabila ada yang kurang, untuk memastikan bahwa jawaban telah terisi

semua atau belum.

E. Sumber Data Dan Cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah ada dan peneliti tinggal memilih

saja data yang hendak digunakan. data sekunder yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data yang diperoleh dari rekam medik, dan profil Puskesmas Kaleroang.

2. Cara Pengumpulan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap

yaitu :

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES-MW Kendari.

b. Melakukan pendekatan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan

manfaat penelitian.

c. Memberikan lembar persetujuan (Informed consent) untuk ditandatangani oleh

calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian

d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.


50

e. Memberikan kesempatan kepada responden utuk bertanya kepada peneliti apabila

ada yang tidak jelas dengan kuesioner

f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner

g. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk

diperiksa

h. Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai dengan variabel

penelitian .

F. Pengolahan dan Analisis data

1. Pengolahan data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilapangan dengan

menggunakan kuesioner dan lembar observasi di olah dengan menggunakan komputer

yaitu dengan menggunakan SPSS versi 16 yang disajikan dalam bentuk tabel dan

dianalisis langkah-langkah pengolahan data meliputi :

a. Penyuntingan data yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti

kelengkapan, penyelesaian makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar

hasil pengamatan di kuesioner dan lembar observasi.

b. Mengkode yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan

data

c. Entry data yaitu memasukan data untuk diolah menggunakan komputer

d. Tabulasi yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti agar

mudah di jumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis (Murdiyanti,

2016).

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul mulai beberapa tahap

ditandai dengan edditing untuk memeriksa kelengkapan identitas responden,


51

kemudian data diberi coding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis

data. Selanjutnya entery data dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan komputer serta program SPSS versi 16.

1. Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. (Notoatmodjo, S. 2012, hal 182). Adapun

variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah motivasi dan masa kerja,dan

sarana prasarana Sedangkan variabel dependent (terikat) dalam penelitian ini adalah

kinerja petugas kesehatan. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

statistik (analisis frekuensi) dengan dengan rumus Chandra. B (2008) yaitu :

n
X= ×K

Keterangan :

X = variabel yang diteliti

n = jumlah variable yang diteliti

∑ = jumlah keseluruhan dari sampel

K = konstanta (100%)

b. Analisis Inferensial

Analisis   Inferensial adalah analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan dua

variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, S. 2012, hal

183). Untuk mengetahui hubungan dari hasil penelitian maka data dianalisis dengan
52

menggunakan uji Chi-square (X2) kontigensi 2x2 dengan menggunakan aplikasi SPSS

versi 16.0 dan diaplikasikan ke dalam rumus (Sugiono,2012) sebagai berikut :

2
X =∑¿ ¿

Keterangan :

X 2 : nilai chi square

f o−¿¿ : frekuensi observasi (yang diamati)

f h : frekuensi ekspektasi (yang diamati) frekuensi harapan

∑ : jumlah

Pengujian hipotesis diambil dari uji hubungan tersebut dilihat dari nilai chi

square dibandingkan dengan nilai x table chi square dan nilai signifikan p.

1) apabila kebalikannya yaitu chi square hitung ( X 2 hitung) < nilai table chi square ( X 2

tabel) dan nilai p > 0,1 maka hipotesis ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara kedua variable penelitian.

2) apabila nilai chi square hitung ( X 2 hitung) > nilai table chi square (X2 tabel) dan

nilai p < 0,1 maka terdapat hipotesis alternative diterima artinya ada hubungan

antara kedua variable penelitian yang signifikan

2. Uji Keeratan Hubungan

selanjutnya untuk melihat keeratan hubungan antara variabel digunakan uji

koefisien phi dengan rumus :


2
X
p=
n

Keterangan :

X2 : nilai chi square hasil perhitungan

n : besar sampel
53

p : nilai phi

Dengan interpretasi sebagai berikut :

1) Nilai 0.010 – 0,199 = Hubungan sangat lemah

2) Nilai 0,200 – 0,399 = Hubungan lemah

3) Nilai 0,400 – 0,599 = Hubungan sedang

4) Nilai 0,600 – 0,799 = Hubungan kuat

5) Nilai 0,800 – 1,000 = Hubungan sangat kuat

6)

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti sebelumnya mengajukan permohonan izin

kepada Kepala Puskesmas Kaleroang untuk mendapat persetujuan melakukan penelitian.

Kemudian peneliti melakukan serangkaian kegiatan penelitian dengan menekankan pada

masalah etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent)

Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Jika subjek bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan dan

menolak maka peneliti menghormati hak subjek

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar instrumen dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3.  Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasian dari hasil penelitian baik

informasi masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin


54

kerahasiaanya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan

sebagai hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai