Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN.I DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI RUANG


FLAMBOYANT RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

DISUSUN OLEH :

WINDY
(2017.C.09A.0916)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TA 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh:


Nama : Windy
NIM : 2017.C.09a.0916
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. I
dengan Diagnosa Medis Febris di Ruang Flamboyant RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Nia Pristina, S.Kep., Ners Arus Pandia, SST

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin, kuasa dan perlindunganNya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini
dengan judul “Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada An.I dengan
Diagnosa Medis Febris di ruang Flamboyant RSUD dr. Dorys Sylvanus
Palangkaraya”.
Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan
kepada kami oleh Dosen pengajar. Agar kami dapat mengetahui serta memahami
cara menyusun laporan dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang
telah kami peroleh.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu saya mohon saran dan kritik
yang membangun untuk perbaikan laporan ini.

Palangka Raya, 15 Juni 2020

Windy

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit 1
1.1.1 Definisi 1
1.1.2 Anatomi Fisiologi 1
1.1.3 Etiologi 5
1.1.4 Klasifikasi 5
1.1.5 Fatofisiologi (WOC) 7
1.1.6 Manifestasi Klinis 8
1.1.7 Komplikasi 8
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang 9
1.1.9 Penatalaksanaan Medis 9
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 10
1.2.1 Pengkajian Keperawatan 10
1.2.2 Dianosa Keperawatan 14
1.2.3 Intervensi Keperawatan 15
1.2.4 Implementasi Keperawatan 19
1.2.5 Evaluasi Keperawatan 19
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2 Analisa Data
2.3 Prioritas Masalah
2.4 Rencana Keperawatan
2.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Definisi
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamusNanterior.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38 C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8 C. Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 40 C disebut demam tinggi (hiperpireksia).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi
hipotalamus. Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu
oral atau aksila) atau suhu rektal.
Febris atau demam adalah istilah medis untuk menggambarkan demam atau
peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,8 C. Sebenarnya, demam merupakan pertanda
bahwa sistem kekebalan tubuh sedang melawan infeksi, baik akibat virus, bakteri
ataupun parasit.
Jadi, Febris/demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas 38 derajat celcius
yang umumnya meruoakan respons tubuh terhadap penyakit. Suhu tubuh yang
meningkat atau demam sebenarnya merupakan salah satu cara sistem kekebalan
tubuh manusia untuk memerangi infeksi.

1.1.2 Anatomi Fisiologi


Hipotalamus pada daerah dasar atau lunas ventrikel ketiga terdapat
beberapa nukleus tententu yang memiliki kegiatan fisiologik yang tertentu juga.
Fungsi-fungsi seperti pengaturan suhu tubuh, lapar dan haus diatur oleh pusat-pusat
dalam hipotalamus.
Sulkul sentralis atau fisura rolandi memisahkan lobus frontalis dari lobus
parietalis. Lobus oksipitalis terletak dibelakang lobus frontalis dan bersandar pada
tentonium seregali yaitu sebuah lipatan durameter yang memisahkan fosa kranialis

1
2
tengah, fosa kranialis posterior dibawahnya sulkul lateralis atau fisura dilurus
memisahkan lobus temporalis dari lobus frontalis pada daerah sebelah anterior dan
dari lobus parietalis pada sebelah posterior.

PROSES TERJADI DEMAM

1.1.3 Etiolgi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif,
2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi
vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,
bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2006).

1.1.4 Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
1.1.4.1 Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
3
1.1.4.2 Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
1.1.4.3 Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
1.1.4.4 Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
1.1.4.5 Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.

1.1.5 Patofisiologi
Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi)
akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang
memproduksi indogeneus pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai prototypical eR
Eps menyebabkan endothelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan
neurotransmitter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus anterior
dengan memproduksi peningkatan “set-point”. Mekanisme tubuh secara fisiologis
mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku ingn berpakaian yang
tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan
dengan adanya penggunaan pada “set-point” hipotalamus oleh karena infeksi,
alergi, endotoxin atau tumor (Suriadi, 2006).
Patofisiologi demam thypoid sendiri disebabkan karena kuman masuk ke
dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella.
Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dansebagian lagi
masuk ke usus halus. Jika responimunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik,
4
maka basil salmonella akan menembussel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju
lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak nyeri di ileum distal
dan kelenjar getah bening. Basil tersebut masuk ke aliran darah (Lestari, 2016)
5

WOC FEBRIS/DEMAM

Eksogen pirogen
(seperti : bakteri, virus, kompleks antigen antibodi)

Merangsang pembentukan sel host inflamasi


(seperti : makrofag, netrofil, sel kuffer,
makrofag splenic dan alveolar)

Memproduksi endogen pirogen


(interleukin 1, interleukin 6, faktor nekrosis tumor, dan sitokin pirogen lain)

Sintesa prostaglandin dalam hipotalamus

Merangsang hipotalamus anterior


meningkatkan titik patokan suhu (set point)

DEMAM (FEBRIS)

B1 B2 B3 B4 B5 Peningkatan
metabolisme tubuh
Infeksi bakteri, Penurunan Agen infeksius Peningkatan
VVV PH berkurang
virus kemampuan metabolisme tubuh
pembekuan darah Monosit/makrofag Pengguaan energi
meningkat
i
6

Sekresi mukus Perdarahan pteki Sitokin pirogen Peningkatan Anoreksi/muntah


B2
berlebih epilaksis evaporasi kelemahan
hematemesis i i
Mempengaruhi Intake makanan Intoleransi
melena termoregulator Pengeluaran cairan berkurang aktivitasi
Menyubat saluran
nafas hipotalamus tubuh berlebihan
Resiko shock melalui aliran Defisit nutrisi
hipovolemiki darah
Sesak nafas
i
Resiko
i Hipertermi kekurangan
Ketidakseimbang
cairan tubuh
an pola nafas
7

1.1.6 Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1.1.6.1 Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
1.1.6.2 Kulit kemerahan
1.1.6.3 Hangat pada sentuhan
1.1.6.4 Peningkatan frekuensi pernapasan
1.1.6.5 Menggigil
1.1.6.6 Dehidrasi
1.1.6.7 Kehilangan nafsu makan

1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
1.1.7.2 Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak.
1.1.7.3 Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik
1.1.7.4 Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1.1.8.1 Laboratorium
1.1.8.2 Pemeriksaan darah lengkap
1.1.8.3 Foto rontgent
1.1.8.4 USG, endoskopi atau scanning

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


1.1.9.1 Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
1. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg
8

BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2


jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4
jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari
dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga
jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu
namun untuk menurunkan suhu tubuh.
2. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak
antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai
dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4
jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki
efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran
cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
1.1.8.2 Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti (Nurarif, 2015):
1. Memberikan minuman yang banyak
2. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4. Memberikan kompres.
5.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1.2.1.1 Identitas
1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record.
9

2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat
4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat
saudara kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan
1.2.1.2 Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
2. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
3. Riwayat kesehatan yang lalu : riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien.
4. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)
5. Riwayat kehamilan
1) Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan,
pemeriksaan kehamilan.
a) Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
b) Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
c) Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir
imunisasi TT 2 kali selama kehamilan
2) Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar score,
berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan, posisi
janin waktu lahir. 10
3) Post natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan
bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums)
segera setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan
makanan ibu.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak seperti
tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
7. Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga
diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi
diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah
yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8. Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi,
lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.
9. Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan
personal hygiene.
1.2.1.2 Pemeriksaan fisik
1. Breathing
Observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap area
intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan membran
mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui adanya masa,
pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi dan fokal
fremitus. Observasi frekuensi nafas dan bunyi nafas tambahan.
2. Blood
Kaji warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra anemis
atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi: seluruh dada
terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi nadi dan oedema
11

perifer.
3. Brain
Meliputi pengkajian seluruh sistem persyarafan, seperti bagaimana pasien
melihat, mencium bauan, melakukan pergerakan setiap anggota tubuh.
Pemeriksaan kepala dan leher, raut wajah, bibir, mata, kornea.
4. Bledder
Kaji seberapa banyak urin pasien setiap harinya, warna dan bau dari urin.
Untuk mengetahui seberapa banyak cairan yang telah dikeluarka pasien.
5. Bowel
Dilakukan pengkajian untuk mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan
pada abdomen dan gerakan abdomen. Kaji frekuensi, nada dan intensitas
bising usus yang dihasilkan
Kaji adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan pekak hati. Kaji
adanya spasme otot, nyeri tekan, masa krepitasi subkutan dan organ
abdomen.
6. Bone
Kaji keadaan penampilan umum dan keadaan exstremitas. Kaji masa dan
keadaan otot, kaji adanya reflek dan kekuatan otot
1.2.2 Diagnosa Keperawatan WOC
1.2.2.1 Hipertermi b/d proses infeksi. (D.0130; 284)
1.2.2.3 Defisit Nutrisi b.d asupan nutrisi tidak adekuat. (D.0019; 56)
1.2.2.2 Resiko ketidakseimbangan cairan b.d kurangnya intake cairan. (D.0036; 87)
12

1.2.3 Intervensi Keperawatan SIKI


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional

1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi suhu tubuh 1. Mengetahui peningkatan
dengan proses infeksi keperawatan selama 3x7 suhu tubuh, memudahkan
jam, Suhu tubuh anak intervensi
2. Memberikan rasa nyaman
dalam rentang normal
dan tidak merangsang
dengan kriteria hasil : 2. Basahi dan kipasi permukaan peningkatan suhu tubuh.
tubuh 3. Untuk mencegah dehidrasi
1. Suhu tubuh antara 36
4. Untuk mencegah
– 37°C 3. Berikan cairan oral terjadinya ulkus
2. Nadi dan respirasi 4. Anjurkan tirah baring
5. Pemberian cairan sangat
dalam rentang normal
penting bagi pasien anak
3. Tidak ada perubahan
dengan suhu tubuh yang
warna kulit dan tidak 5. Kolaborasi : pemberian cairan
dan elektrolit intravena tinggi. Obat antipiretik
ada pusing
untuk menurunkan panas
tubuh pasien.
2. Deficit nutrisi berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Observasi asupan nutrisi 1. Membantu memonitor
dengan asupan nutrisi tidak selama 3x8 jam keadaan pasien
adekuat diharapkan kebutuhan 2. Timbang berat badan 2. Membantu memonitor
perkembangan berat badan
nutrisi pasien terpenuhi
pasien
dengan kriteria hasil: 3. Membantu meningkatkan
13
kebutuhan energy
1. BB meningkat 3. Ajarkan pengaturan diet yang 4. Menentukan makanan yang
tepat sesuai dengan klien
2. Nafsu makan meningkat
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Memberikan informasi dan
3. IMT normal mengurangi komplikasi
5. Edukasi pengetahuan kesehatan
tentang program diet dan
penyakit
3. Risiko ketidakseimbangan Setelah diberikan tindakan 1. Observasi tanda- tanda vital 1. Membantu mengetahui
cairan berhubungan dengan selama 3x8 jam 2. Observasi status dehidrasi keadaan umum
kurangnya intake cairan diharapkan kebutuhan 2. Membantu mengetahui
3. Observasi intake dan output status dehidrasi
cairan dan elektrolit pasien
3. Memantau keseimbangan
terpenuhi dengan kriteria 4. Timbang berat badan cairan dalam tubuh
hasil : 5. Berikan asupan cairan 4. Membantu mengetahui
kehilangan cairan
1. Turgor normal 6. Kolaborasi pemberian suplemen
5. Mengganti cairan tubuh
2. Keadaan kulit baik elektrolit yang hilang
6. Melakukan tindakan
pengobatan
14

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan keperawatan (implementasi) adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan perawatan untuk tujuan yang
berpusat pada klien (Potter & Perry, 2005). Pelaksanaan keperawatan merupakan
tahapan pemberian tindakan keperawatan untuk mengatasi permasalahan penderita
secara terarah dan komprehensif, berdasarkan rencana tindakan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah respons pasien terhadap terapi dan kemajuan mengarah
pencapaian hasil yang diharapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik dan
bagian kontrol proses keperawatan, melalui mana status pernyataan diagnostik
pasien secara individual dinilai untuk diselesaikan, dilanjutkan, atau memerlukan
perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta

Wahidiyat Iskandar. 2011. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2012, Rencana Asuhan Keperawatan

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai