Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. Z DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL GINJAL


KRONIKDI RUANG HEMODIALISA

Oleh:

Nama : Veronika

NIM : 2017.C.09a.0912

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Veronika

NIM :2017.C.09a.0912

ProgramStudi : SarjanaKeperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan KeperawatanPada Ny.Z


Dengan Diagnosa Medis CKD On HD Di RuangHemodialisa
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Rimba Aprianti,S.Kep.,Ners.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Veronika
NIM :2017.C.09a.0912
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan KeperawatanPada Ny.
Z Dengan Diagnosa Medis CKD On HD
DiRuangHemodialisa
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Studi Kasus ini telah disetujui oleh :

Mengetahui,
Ketua ProdiSarjanaKeperawatan PembimbingAkademik

MeilithaCarolina,Ners.,M.Kep. RimbaAprianti,S.Kep.,Ners.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. Z Dengan Diagnosa CKD On HD di
ruangHemodialisa”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi
kasus ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutamakepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap
PalangkaRaya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.

3. Ibu RimbaAprianti, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing akademik yang telah


memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian
asuhan keperawatan dan laporan pendahuluanini.
4. IbuIka Paskaria S.Kep.,Ners.Selaku Koordinator PPKIV
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam halmaterial.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 08 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tinjauan Umum 3
1.4 Tinjauan khusus 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1KonsepPenyakit
2.1.1Anatomi Fisiologi 5
2.1.2 Definisi 9
2.1.3 Etiologi 9
2.1.4.Patofisiologi 10
2.1.6 ManifestasiKlinis 10
2.1.7 Komplikasi 12
2.1.8 PemeriksaanPenunjang 13
2.1.9 PenatalaksanaanMedis 15
2.2 Cara kerja Cara Kerja AlatHemodialisa 16
2.3 ManajemenAsuhanKeperawatan 18

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.1 Pengkajian Keperawatan 20


3.1.2 Diagnosan Keperawatan 22
3.1.3 Intervensi Keperawatan 23
3.1.4.Implementasi Keperawatan 24
3.1.6 Evaluasi Keperawatan 26
DAFTAR PUSTAKA

ii
1.1 LatarBelakang BAB 1
PENDAHULUAN

Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD)


merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali,
dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada
pasien gagal ginjal kronik mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa
disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa hemodialisis, dialisis
peritoneal, transplantasi ginjal dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama
(Black & Hawks, 2014). Gagal ginjal kronik saat ini telah menjadi suatu masalah
kesehatan publik di seluruh dunia. Hal ini diakui sebagai suatu kondisi umum
yang dikaitkan dengan peningkatan penyakit jantung dan gagal ginjal kronik
(Jevuska, 2012). Gagal ginjal kronik memiliki prevalensi global yang tinggi
dengan prevalensi GGK global yang konsisten antara (11%) sampai (13%) dengan
mayoritas stadium tiga (Hill dkk., 2016). Pada Desember 2014, terdapat 678.383
kasus ESRD, berdasarkan prevalensi yang tidak disesuaikan (proporsi kasar)
terdapat 2.067 orang per sejuta penduduk Amerika Serikat. (United State Renal
Data System [USRDS], 2016). Pada akhir tahun 2013, ada sekitar 3,2 juta pasien
yang dirawat karena penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) di seluruh dunia.
Jumlah ini meningkat sekitar (6%) setiap tahunnya.
Penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan
pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Dari data di beberapa pusat nefrologi
di Indonesia diperkirakan insidens dan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-
masing berkisar 100-150/ 1 juta penduduk dan 200-225/ 1 juta penduduk. (Prima
Astiawati, 2013). Penderita acute kidney injury di Indonesia, menurut Suhardjono
(2013), jumlahnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan masyarakat
Amerika Serikat, sekitar 1200 per 1 juta penduduk.Beberapa laporan dunia
menunjukkan insidens AKI yang bervariasi antara 0,5-0,9% pada komunitas, 0,7-
18% pada pasien yang dirawat di rumah sakit, hingga 20% pada pasien yang
dirawat di unit perawatan intensif (ICU), dengan angka kematian yang dilaporkan
dari seluruh dunia berkisar 25% hingga 80% (Robert Sinto,2012)

1 2

Keadaan yang menimbulkan terjadinya kerusakan ginjal biasanya


menghasilkan gejala-gejala serius yang tidak berhubungan dengan ginjal. Sebagai
contoh, demam tinggi, syok, kegagalan jantung dan kegagalan hati, bisa terjadi
sebelum kegagalan ginjal dan bisa lebih serius dibandingkan gejala gagal ginjal.
Setelah penyebabnya ditemukan, tujuan pengobatan adalah untuk
mengembalikan fungsi ginjal biasanya. Masukan Jumlah cairan sangat dibatasi
tergantung dari seberapa banyak urine yang dapat dihasilkan oleh ginjal.Makanan
3

juga harus dipilih jangan sampai meracuni ginjal , protein harus dikurangi sampai
batas tertentu ,rendah garam dan potasium , untuk karbohidrat dapat lebih leluasa
diberikan. Dialisis mungkin diperlukan sebagai tatalaksana gagal ginjal.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
“Bagaimana laporan pendahuluan dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Gagal ginjal kronik dan akut di ruang Hemodialisa?”.
1.3 TujuanUmum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan laporan studi kasus adalah untuk
menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan dengan diagnosa
medis Gagal ginjal kronik dan akut di ruang Hemodialisa.
1.3.1 TujuanKhusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Gagal ginjal kronik danakut.
2. Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan diagnosa medis Gagal
ginjal kronik danakut.
3. Membuat intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Gagal
ginjal kronik dan akut dengan diagnosakeperawatan.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Gagal
ginjal kronik danakut.
5. Melakukan evaluasi pada klien dengan diagnosa medis Gagal ginjal kronik
danakut.
6. Mampu membuat dokumentasi tindakan pada klien dengan diagnosa medis
Gagal ginjal kronik danakut.
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pemikiran mau pun sebagai rujukan referensi bagi para perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Gagal ginjal
kronik danakut.
1.4.2 Praktis
1. Bagi ProfesiKeperawatan
4

Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan


keperawatan dasar manusia pada klien dengan diagnosa medis Gagal ginjal kronik
dan akut. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan yang paling penting adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Bagi InstitusiPendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, serta menjadi bahan atau dasar bagi mereka
yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
3. BagiPuskesmas
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada klien
dengan diagnosa medis Gagal ginjal kronik dan akut.
4. Mahasiswa
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta untuk memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan
dengan diagnosa medis Gagal ginjal kronik dan akut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep PenyakitChronic kidney disease(CKD)
2.1.1 AnatomiFisiologi
Menurut Pearce dan Wilson (2016), adalah:
2.1.1.1 Anatomi ginjal

Anatomi ginjal menurut price dan Wilson (2016), ginjal merupakan organ
berbentuk seperti kacang yang terletak pada kedua sisi kolumna vertebralis.Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh
hati.Katub atasnya terletak setinggi iga kedua belas.Sedangkan katub atas ginjal kiri
terletak setinggi iga kesebelas.Ginjal dipertahankan oleh bantalan lemak yang tebal
agar terlindung dari trauma langsung, disebelah posterior dilindungi oleh iga dan
otot-otot yang meliputi iga, sedangkan anterior dilindungi oleh bantalan usus yang
tebal.Ginjal kiri yang berukuran normal biasanya tidak teraba pada waktu
pemeriksaan fisik karena dua pertiga atas permukaan anterior ginjal tertutup oleh
limfa, namun katub bawah ginjal kanan yang berukuran normal dapat diraba secara
bimanual.
Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula renis.
Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan
peritoneum.Disebelah posterior organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks
bawah.Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari
dalam ginjal melalui vena renalis.Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan
vena renalis membawa darah kembali kedalam vena kava inferior. Pada orang
dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7-5,1 inci) lebarnya 6 cm
(2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan beratnya sekitar 150 gram. Permukaan anterior
dan posterior katub atas dan bawah serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung
sedangkan tepi lateral ginjal berbentk cekung karena adanya hilus.

5
6

Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi menjadi dua


bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian dalam.Medulla terbagi-bagi
menjadi biji segitiga yang disebut piramid, piranidpiramid tersebut diselingi oleh
bagian korteks yang disebut kolumna bertini.Piramid-piramid tersebut tampak
bercorak karena tersusun oleh segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron.
Papilla (apeks) dari piramid membentuk duktus papilaris bellini dan masukke dalam
perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut kaliks minor dan bersatu membentuk
kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvis ginjal Ginjal tersusun dari beberapa
nefron. Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal, jumlahnya sekitar satu juta pada setiap ginjal yang pada dasarnya
mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula
bowmen yang mengintari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri ke duktus
pengumpul.Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus proksimal.

Terdapat ruang yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan kapsula
bowman dan ruang yang mengandung urine ini dikenal dengan nama ruang
bowmen atau ruang kapsular. Kapsula bowman dilapisi oleh sel-sel epitel. Sel epitel
parielalis berbentuk gepeng dan membentuk bagian terluar dari kapsula, sel epitel
veseralis jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan juga melapisi
bagian luar dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan-tonjolan atau
kakikaki yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan dengan membrana
basalis pada jarak-jarak tertentu sehingga terdapat daerah-daerah yang bebas dari
kontak antar sel epitel. Daerah-daerah yang terdapat diantara pedosit biasanya
disebut celah pori-pori.
7

Vaskilari ginjal terdiri dari arteri renalis dan vena renalis.Setiap arteri renalis
bercabang waktu masuk kedalam hilus ginjal. Cabang tersebut menjadi arteri
interlobaris yang berjalan diantara pyramid dan selanjutnya membentuk arteri arkuata
yang melengkung melintasi basis piramid-piramid ginjal. Arteri arkuata kemudian
membentuk arteriolaarteriola interlobaris yang tersusun oleh parallel dalam korteks,
arteri ini selanjutnya membentuk arteriola aferen dan berakhir pada rumbai-rumbai
kapiler yaitu glomerolus.Rumbai-rumbai kapiler atau glomeruli bersatu membentuk
arteriola eferen yang bercabang-cabang membentuk sistem portal kapiler yang
mengelilingi tubulus dan kapiler peritubular.

Darah yang mengalir melalui sistem portal akan dialirkan ke dalam jalinan
vena menuju vena intelobaris dan vena renalis selanjutnya mencapai vena kava
inferior. Ginjal dilalui oleh darah sekitar 1.200 ml permenit atau 20%-25% curah
jantung (1.500 ml/menit).
2.1.1.2 Fisiologi ginjal
Dibawah ini akan disebutkan tentang fungsi ginjal dan proses pembentukan urin
menurut Syaeifudin (2006).
a. Fungsi ginjal
Menurut Price dan Wilson (2005), ginjal mempunyai berbagai macam fungsi
yaitu ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi diantaranya adalah :
8

1) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan


mengubah-ubah ekskresi air.
2) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
3) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+
dan membentuk kembali HCO3 4) Mengekresikan produk akhir nitrogen
dari metabolisme protein, terutama urea, asam urat dan kreatinin.
Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah:
1) Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.
2) Menghasilkan eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi
sel darah merah oleh sumsum tulang.
3) Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4) Degradasi insulin.
5) Menghasilkan prostaglandin.
1.1.2.2 Fisiologi pembentukan urine
Pembentukan urine diginjal dimulai dari proses filtrasi plasma pada glomerolus.
Sekitar seperlima dari plasma atau 125 ml/menit plasma dialirkan di ginjal melalui
glomerolus ke kapsula bowman. Halini dikenal dengan istilah laju filtrasi
glomerolus/glomerular filtration rate (GFR) dan proses filtrasi pada glomerolus
disebut ultrafiltrasi glomerulus. Tekanan darah menentukan beberapa tekanan dan
kecepatan alirn darah yang melewati glomeruls.Ketika darah berjalan melewati
struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat
sementara molekul-molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah.
Cairan disaring melalui dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan
memasuki tubulus, cairan ini disebut filtrate. Filrat terdiri dari air, elektrolit dan
molekul kecil lainnya.Dalam tubulus sebagian substansi ini secara selektif diabsobsi
ulang kedalam darah.Substansi lainnya diekresikan dari darah kedalam filtrat ketika
filtrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Filtrate akan dipekatkan dalam tubulus
distal serta duktus pengumpul dan kemudian menjadi urine yang akan mencapain
pelvis ginjal. Sebagian substansi seperti glukosa normalnya akan diabsorbsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urine. Berbagai substansi
yang secara normal disaring oleh glomerulus, diabsorbsi oleh tubulus dan diekresikan
kedalam urine mencakup natrium, klorida, bikarbinat, kalium, glukosa, ureum,
kreatinin dan asam urat.
Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan
urine, yaitu :
8

1) Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi menyaring


darah dalam glomerus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat
bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat
glomerus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna
bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misal glukosa, asam
amino dan garam-garam.
2) Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat
dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan
filtrat tubulus (urine sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.
Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsornsi aktif ion
3) Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsornsi aktif
ionNa+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+ . Di tempat sudah terbentuk urine
yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya
akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis. Perbandingan jumlah
yang disaring oleh glomerulus setiap hari dengan jumlah yang biasanya
dikeluarkan kedalam urine maka dapat dilihat besar daya selektif sel
tubulus:Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang berperan
dalam pengaturan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, maka sel-sel
otot polos meningkatkan pelelepasan reninnya.
Apabila tekanan darah naik maka sel-sel otot polos mengurangi
pelepasan reninnya. Apabila kadar natrium plasma berkurang, maka sel-sel
makula dansa memberi sinyal pada sel-sel penghasil renin untuk
meningkatkan aktivitas mereka. Apabila kadar natrium plasma meningkat,
maka sel-sel makula dansa memberi sinyal kepada otot polos untuk
menurunkan pelepasan renin. Setelah renin beredar dalam darah dan bekerja
dengan mengkatalisis penguraian suatu protein kecil yaitu angiotensinogen
menjadi angiotensin I yang terdiri dari 10 asam amino, angiotensinogen
dihasikan oleh hati dan konsentrasinya dalam darah tinggi.Pengubahan
angiotensinogen menjadi angiotensin I berlangsung diseluruh plasma, tetapi
terutama dikapiler paru-paru.
Angoitensin I kemudian dirubah menjadi angiotensin II oleh suatu
enzim konversi yang ditemukan dalam kapiler paru-paru. Angiotensin II
9

meningkatkan tekanan darah melalui efek vasokontriksi arteriola


perifer dan merangsang sekresi aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron
akan merangsang reabsorbsi natrium dalam tubulus distal dan duktus
pengumpul selanjutnya peningkatan reabsorbsi natrium mengakibatkan
peningkatan reabsorbsi air, dengan demikian volume plasma akan
meningkat yang ikut berperan dalam peningkan tekanan darah yang
selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal.
2.1.2 Definisi
Pada dasarnya pengelolaan CKD tidak jauh beda dengan chronic renal
failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka
untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD
dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/merasa masih dalam stage – stage
awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage)
menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1
sampai stage 5. Sedangkan CRF (chronic renal failure) hanya 3 stage. Secara
umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan
terminal stage bila menggunakan istilah CRF.Gagal ginjal kronis adalah suatu
sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi
glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2015)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
(Smeltzer & Bare, 2015).
2.1.3 Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
10

tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal


polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni uropati
obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2015
dalam Price & Wilson, 2015). Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di Indonesia tahun 2016 menunjukkan glomerulonefritis menjadi
etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes
melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan
8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2016).
2.1.4 Klasifikasi
Pengukuran fungsi ginjal terbaik adalah dengan mengukur Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG). Melihat  nilai laju filtrasi glomerulus ( LFG ) baik secara
langsung atau melalui  perhitungan berdasarkan nilai pengukuran kreatinin,  jenis
kelamin dan umur seseorang. Pengukuran LFG tidak dapat dilakukan secara
langsung, tetapi hasil estimasinya dapat dinilai melalui bersihan ginjal dari suatu
penanda filtrasi. Salah satu penanda tersebut yang sering digunakan dalam praktik
klinis adalah kreatinin serum.

Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global Outcomes (CKD


KDIGO) proposed classification, dapat dibagi menjadi :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
2.1.5 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak.Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.
11

Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance
turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.( Barbara C Long, 2013, 368)Fungsi
renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelahdialisis.(Brunner & Suddarth, 2013).
2.1.5.1 Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium 
1) Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.
2) Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3) tadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
4) K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :
5) Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
6) Stadium 3    : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
7) Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
8) Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
9) Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin
Test ) dapat digunakan dengan rumus :  Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-
umur ) x berat badan ( kg )) / ( 72 x creatini serum )Pada wanita hasil tersebut
dikalikan dengan 0,85. (Corwin, 2015)
12

2.1.6 ManifestasiKlinis
Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
1) Manifestasikardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
2) Manifestasidermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3) ManifestasiPulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4) ManifestasiGastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5) ManifestasiNeurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahanperilaku
6) ManifestasiMuskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7) Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofitestikuler
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2011) serta Suwitra
(2011) antara lain adalah :
1) Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata
bolisme, dan masukan diitberlebih.
2) Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidakadekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensinaldosteron.
4) Anemia akibat penurunaneritropoitin.
13

5) Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar


kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal
dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan
ionanorganik.
6) Uremia akibat peningkatan kadar uream dalamtubuh.
7) Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yangberlebihan.
8) Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9) Hiperparatiroid, Hiperkalemia, danHiperfosfatemia.
2.1.8 PemeriksaanPenunjang
1) Radiologi
(1) Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasiginjal.
(2) Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihanbagianatas.
(3) Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosishistologis.
(4) Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvisginjal.
(5) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asambasa.
2) Foto PolosAbdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
3) Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal
ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
4) USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5) Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
6) Pemeriksaan RadiologiJantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
14

7) Pemeriksaan radiologiTulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
8) Pemeriksaan radiologiParu
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
9) Pemeriksaan PielografiRetrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
10) EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11) Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologinya.
12) Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagalginjal
(1) Laju endapdarah
(2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak
ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus
/ nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor,
warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan
porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
(3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10
mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu5).

(4) Hiponatremia
(5) Hiperkalemia
(6) Hipokalsemia danhiperfosfatemia
15

(7) Hipoalbuminemia danhipokolesterolemia


(8) Gula darahtinggi
(9) Hipertrigliserida
(10) Asidosis metabolik
2.1.9 PenatalaksanaanMedis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1) Konservatif
(1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah danurin
(2) Observasi balancecairan
(3) Observasi adanyaodema
(4) Batasi cairan yangmasuk
2) Dialysis
(1) Peritoneal dialysisbiasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis)
(2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :

(3) AV fistule : menggabungkan vena danarteri

(4) Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke


jantung )

3) Operasi
(1) Pengambilanbatu
(2) Transplantasiginjal
16

2.2 Cara Kerja AlatHemodialisa

Prinsip dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis dan


ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pada hemodialisis, darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin
dialiser ( yang berfungsi sebagai ginjal buatan ) untuk dibersihkan dari zat-zat
racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis
(dialisat). Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan
tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di
dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Proses
hemodialisis melibatkan difusi solute (zat terlarut) melalui suatu membrane
semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa metabolisme) dari kompartemen darah
akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut
dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah

dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalamtubuh.


17

Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan


larutan dialisat, dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan
darah dari tempat tusukan vaskuler ke alat dializer. Dializer adalah tempat dimana
proses HD berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah
dan dialisat. Sedangkan tusukan vaskuler merupakan tempat keluarnya darah dari
tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita.
Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit. Lokasi pompa darah
biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan dialisat.
Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C sebelum dialirkan kepada
dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun melebihi suhu tubuh
dapat menimbulkan komplikasi. Sistem monitoring setiap mesin HD sangat
penting untuk menjamin efektifitas proses dialisis dankeselamatan.
Pada saat proses Hemodialisa, darah kita akan dialirkan melalui sebuah
saringan khusus (Dialiser) yang berfungsi menyaring sampah metabolisme dan air
yang berlebih.Kemudian darah yang bersih akan dikembalikan kedalam
tubuh.Pengeluaran sampah dan air serta garam berlebih akan membantu tubuh
mengontrol tekanan darah dan kandungan kimia tubuh jadi lebih seimbang.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang ukurannya
lebih besar mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya akan
memindahkan lebih banyak padatan daripada dialisator yang ukurannya lebih
kecil, khususnya dalam tingkat aliran darah yang tinggi. Kebanyakan jenis
dialisator memiliki permukaan membran area sekitar 0,8 sampai 2,2 meter persegi
dan nilai KoA memiliki urutan dari mulai 500-1500 ml/min. KoA yang
dinyatakan dalam satuan ml/min dapat diperkirakan melalui pembersihan
maksimum dari dialisator dalm tekanan darah yang sangat tinggi dari grafik
tingkat alirannya. Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam
hemodialisis adalah konsep fluida bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan
tidak viskous (tidak ada geseran dalam), keadaan tunak (steady state) atau melalui
lintasan tertentu, mengalir secara stasioner, dan tidak termampatkan
(incompressible) serta mengalir dalam jumlah cairan yang sama besarnya
(kontinuitas).
18

2.3 Manajemen AsuhanKeperawatan


2.3.1 PengkajianKeperawatan
1) IdentitasPasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status
perkawinan, suku, agama, pekerjaan, diagnose medis dan tanggal
masuk rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan /Perawatan
a. KeluhanUtama
Biasanya urine output sedikit sampai tidak ada BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, anoreksia, mual, muntah, mulut
terasa kering, rasa lelah, nafas berbau ( Ureum ), dan gatal
padakulit.
b. Riwayat KesehatanSekarang
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat
di anamnesa, penurunan kesadaran, kaji pola nafas, kelemahan
fisik, dan pemenuhan nutrisi, dan kaji kemana saja pasien
meminta pertolongan untuk mengatasimasalahnya.
c. Riwayat PenyakitDahulu
Kaji adanya penyakit sebelumnya, penggunaan obat-obatan
dan tindakan apa saja yang pernahdilakukan.
d. Riwayat KesehatanKeluarga
Mengkaji ada atau tidaknya salah satu keluarga yang
mengalami penyakit yang sama.
2.3.2 DiagnosaKeperawatan
1) Kelebihan volumecairan.
2) Perubahan polanapas.
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh.
4) Gangguan perfusi jaringanperifer.
5) Intoleransiaktivitas
2.3.3 IntervensiKeperawatan
Diagnosa 1 :Kelebihan volume cairan.
19

Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


volume cairan seimbang dengan kriteria hasil :
1) Terhindar dariEdema
2) Bunyi nafas bersih
Intervensi:
1) Monitor intake danoutput
2) Batasi masukancairan
3) Identifikasi sumber potensialcairan
4) Jelaskan kepada pasien dan keluarganya rasional pembatasancairan
5) Kolaborasi pemberian cairan sesuaiterapi

Diagnosa 2 :Perubahan pola napas.


Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pola
napas adekuat dengan kriteria hasil :
1) Pola napas efektif
Intervensi :
1) Monitor polanapas
2) Berikan alat bantu napasoksigen
3) Berikan posisisemi-fowler
4) Auskultasi suaranapas
5) Kolaborasi pemberian bronkodilator
Diagnosa 3 :Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nutrisi seimbang dengan kriteria hasil :
1) Nafsu makan normal ( meningkat)
2) BB meningkat
Intervensi:
1) Monitor asupanutrisi
2) Lakukan oral hygiene sebelummakan
3) Berikan makanan sedikit tapisering
4) Kolaborasi dengan ahligizi
20

Diagnosa 4 :Gangguan perfusi jaringan perifer.


Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :
1) Membran mukosa merah muda
2) Konjungtiva tidakanemis
3) Akral hangat
Intervensi:
1) Kaji secara komprehensif sirkulasiperifer
2) Evaluasi nadi perifer danedema
3) Ubah posisi setiap 2jam
4) LakukanROM
5) Kolaborasi pemberian anti platelet atau antipendarahan

Diagnosa 5 :Intoleransi aktivitas.


Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
aktivitas adekuat dengan kriteria hasil :
1) Mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Intervensi :
1) Observasi aktivitaspasien
2) ObsrvasiTTV
3) Berikan lingkungantenang
4) Ubah posisi pasien denganperlahan
5) Bantu pasien memilih aktivitas sesuai kebutuhan dankemampua
21

2.3.4 ImplementasiKepwerawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Nursalam,2015)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan dimana
dalamtahap ini dapat menentukan keberhasilan pemberian asuhan keperawatan.
Evaluasipada dasarnya adalah membandingkan status kesehatan pasien dengan tujuan
ataukriteria hasil yang telah ditetapkan (Tarwoto& Wartonah, 2015).
Evaluasikeperawatan ini akan dicatat dan disesuaikan dengan setiap
diagnosekeperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnose keperawatan meliputi data
subjektif(S) dan objektif (O), analisa permasalahan (A) yang dialami klien
berdasarkandata S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa
diatas.

Adapun kriteria evaluasi untuk diagnose keperawatan nausea berdasarkan


SLKI adalah :

1. Nafsu makan meningkat


2. Keluhan mual menurun
3. Perasaan ingin muntah menurun
4. Sensasi panas menurun
5. Sensasi dingin menurun
6. Frekuensi menelan menurun
7. Diaphoresis menurun
8. Jumlah saliva menurun
9. Pucat membaik
10. Takikardi membaik
11. Dilatasi pupil membaik
WOC Vesikuler

Infeksi Arterio Skerosis Zat Toksik Obstruksi Saluran Kemih

Reaksi Antigen Antibodi Suplai Darah Ginjal Turun Tertimbun Diginjal Retensi Urin

GFR Turun

Gagagl Ginjal Kronik

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Retensi Na
Sekresi eritropoitin Retensi air dan NA Obstruksi Ginjal Sekresi protein terganggu Sindrom Uremik

Tek. Kapiler naik Produksi Hb Turun Penurunan Retensi Fungsi Ginjal Menurun Gangguan Keseimbangan
Urin Asam Basa Respon
Beban Jantung Naik Oksigen Hemoglobin GFR musculoskeletal
Turun Iritasi Saluran Asam Lambung Naik ureum pada jaringan
Tek. Vena Kencing
pulmonalis Retensi air dan otot meningkat
Suplai O2 natrium Iritasi Lambung
Intoleransi Aktivitas Keram otot,
kasar turun
Kapiler paru naik kelemahan fisik
Mual, muntah
Kelebihan
Edema Paru Gangguan Perfusi Volume Cairan Intoleransi
Jaringan Gangguan Nutrisi Aktivitas

Gangguan
pertukaran
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian dilakukan pada tanggal 08Oktober 2020 di Ruang hemodialisa
pukul 11.50 rumah sakit RSD. Sumber informasi didapatkan dari pasien dan
keluarga pasien.
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.z
Umur :35Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Katolik
Bangsa/suku : Dayak/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :Swasta
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Puruk cahu
Tanggal Masuk : 7 Oktober 2020
Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Kronik
3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN PRE HD
1. Keluhan Utama/Alasan HD
Pasien mengatakan Sesak nafas.
2. Riwayat penyakit Sekarang
Pasien mengatakan masuk rumah sakit tanggalPada tanggal 07Oktober 2020,
pasien mengalami sesak nafas serta nyeri dada dan nyeri P :pada saat pasien
banyak beraktivitas Q :Nyeri seperti ditusuk R: lokasi nyeri dibagian dada S:
skala 4 T:pada saat pasien banyak beraktivitas, selama diIGD, dilakukan
tindakan keperawatan Ttv TD: 140/90 RR:30x/menit S: 36,7 N:95x/menit,,
BB Pre HD bbk 75 kg bb pre HD 75 kgterapi infus Line NS 500ml 20 Tpm,
Inj. Furosemide 1 Ampl (IV) Terapi 02 nasal canul 3 lpm, Lalu pasien
dianjurkan dirawat inap diruang bougenvil/ kamar 5 untuk perawatan intensif.
3. Riwayat penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan memiliki penyakit asma dan ginjal
4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami sakit yang
sama seperti pasien.
GENOGRAM KELUARGA :

Ket:
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Perempuan : Meninggal
: Pasien

3.1.3.Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit (Nyeri dada), kesadaran : Composmentis, terpasang
Stopper sebelah kananPenampilan : Kurang rapi, terpasang Oksigen Nasal
canul 3 lpm

2. Tanda tanda vital


Saat pengkajian 08Oktober 2020, pukul 11:50WIB Suhu tubuh pasien36,7ºC
tempat pemeriksaan axilla, nadi/HR 95 x/menit, pernapasan/RR 30 x/menit,
tekanan darah/TD 140/90 mmHg.
Masalah Keperawatan :Nyeri Akut
3. INTRA HD
Pemeriksaan suhu tubuh pasien 36,70C pemeriksaan axilla , nadi 95 x/menit ,
pernapasan 30x/menit , tekanan darah 140/90 mm Hg ,
Keluhan selama HD
Pasien mengeluh sesak napas
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif
4. Nutrisi
a. Jenis Makanan : nasi , lauk , sayur
Jumlah : ½ porsi porsi (tidak habis)

b. Jenis Minuman : air putih


Jumlah : 220 ml

5. Catatan lain,pasien terpasang O2 nasal kanul 3 Lpm

Uf removed QB Vital Sigh Setting mesin

12.00 WIB 200 S: 36,3 3,5 jam


N: 95X/menit Heparin : 4000
RR : 30X/menit
TD : 140/90
mmHg

13.00 WIB 200 S: 36,7 3,5 jam


N : 99x/Menit Heparin : 4000
RR : 30x/Menit
TD:140/90
mmHg

14.00 WIB 200 S: 36,5 3,5 jam


N: 105x/Menit Heparin : 4000
RR :30x/Menit
TD :
140/90mmHg

Mulai : 12.00 WIB

UF Target : 3

3.1.4 POST HD

1. Keadaan Umum :
Pasien tampak lemah,Kesadaran composmentis terpasang stopper sebelah
kanan,penampilan lumayan rapi,terpasang O2 nasal kanul 3lpm,Terdapat
odem di kaki kiriTerdapat edema pada ekstremitas bawah bagian kiri
Pitting edema berada pada derajat 3 dengan kedalaman 5 mm dan waktu
kembali 6 detik.
Masalah Keperawatan : Kelebihan Volume Cairan
2. Tanda-tanda Vital :
Pemeriksaan suhu tubuh pasien 36,50C pemeriksaan axilla , nadi 100
x/menit , pernapasan 30x/menit , tekanan darah 150/90 mm Hg ,
BB Pre HD bbk 75 kg
bb pre HD 75 kg masukkan di pre
bb post HD 73 kg ,
Parameter mesin : conductivity : 14,3 mS/cm,
suhu mesin 370C dialisat flow :95 ml/mnt,
luas membran : 1,8 m2,volume priming : 95 ml,
jenis membrane :high flux.

Uf removed QB Vital Sigh Setting mesin

12.00 WIB 200 S: 36,3 3,5 jam


N: 95X/menit Heparin : 4000
RR : 30X/menit
TD : 140/90
mmHg
13.00 WIB 200 S: 35,7 3,5 jam
N : 99x/Menit Heparin : 4000
RR : 30x/Menit
TD:140/90
mmHg

14.00 WIB 200 S: 36,3 3,5 jam


N: 105x/Menit Heparin : 4000
RR :30x/Menit
TD : 140/90
mmHg

1) Mulai : 12.00 WIB


2) UF Target : 3

Heparinisasi Tanggal 08 Oktober 2020

a. Awal : 2000 international unit


b. Continue : 1000 international unit/jam
c. Total : 4000 international unit
Masalah keperawatan : kelebihan cairan dan elektrolit
3.1.5 Perencanaan Pulang (Discharge Planning) :

1. Obat-obatan yang disarankan/ dibawa pulang:

1. amlodipine adalah mengobati tekanan darah tinggi dan nyeri dada

2. calosadalah digunakan untuk membantu pencegahan dan terapi untuk

gangguan metabolism atau kekurangan calcium

3.amicixiilin,adalah obat antibiotik serbagai infeksi bakteri

4. isosorbit dinitrat,adalah obat untuk mencegah dan meredakan nyeri

2. Makanan/ Minuman yang dianjurkan (jumlah):

Makanan tinggi kalium


1. Kacang kacangan

2. Buah buahan seperti melon,pisang dan jeruk

3. Sayuran seperti bayam,sawi,tomat,dan labu

i. Rencana HD/ Kontrol selanjutnya:

Hari selasa dan kamis minggu depan

ii. Catatan lain:

Tidak ada

Palangka Raya 08 Oktober2020


Mahasiswa

VERONIKA
3.1.10 Analisa data
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF

DS : Pasien mengatakan Invansi bakteri Pola nafas tidak


sesak nafas tuberkulosis efektif
DO :- pasien tampak
lemah
- Terpasang Stopper Infeksi primer
- TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 95x/menit Reaksi infeksi/ inflamasi.
RR : 30x/menit Kavitar, dan merusak
S : 36,7ºC parenkim paru
- Terpasang O2
nasal kanul 3
lpm,bentuk dada Sesak napas
simetris,tife
pernapasan dada
dan perut,suara Pola nafas tidak efektif
napas vesikuler.

- TTV
Pre HD

TD :140/90 mmHg
RR : 30x/menit

N : 99x/menit

S : 36.3

Implus atau penekanan


DS : pasien mengatakan pada saraf nyeri

nyeri dada
Nyeri akut
- Keadaan nyeri yang Inflamasi

dialami pasien :
P :pada saat pasien Iskemia
banyak beraktivitas
Q :Nyeri seperti ditusuk
R: lokasi nyeri dibagian Prosedur operasi

dada
S: skala 4 (sedang) Nyeri akut
T:pada saat pasien banyak
beraktivitas
DO : TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 95x/menit
RR : 30x/menit
S : 36,7ºC
- Tanggaln08
Oktober2020 HB :
2.5 (g/dL)
- TTV
Pre HD

TD :140/90 mmHg

RR : 30x/menit

N : 99x/menit
S : 36.3ºC

DS :Pasien mengatakan Hipertensi Kelebihan Volume


kakinya bengkak dan Cairan
Meningkatnya volume
membesar. darah ke ginjal
DO :

- Terdapat edema Ginjal tidak mampu


pada ekstremitas menyaring darah yang
bawah bagian kiri terlalu banyak
- Pitting edema
berada pada
derajat 3 dengan
Kerusakan pada ginjal
kedalaman 5mm
dan waktu
kembali 6 detik.
- BB pre HD : 73 GFR menurun
kg
Gagal ginjal kronik
- Minuman :±550
cc/hari.
- BAK : Sedikit,
tidak menentu Kerusakan glomelurus
±200cc/hari
- Intake
AM : 5x73kg Angiotensin II
÷24jam metrangsang korteks
= adrenal untuk
365cc/kg/jam mengeluarkan aldosterone
= 365 x 12 jam Aldosterone
meningkatkan retensi
=126,24cc/12jam
natrium dan air
Minuman/Minum : Volume interstisil
±250cc meningkat
Output
IWL : 15x73kg
÷24jam Retansi Na dan air
=45.625cc/jam
= 45.625 x 12 jam
= 547cc/12jam
Edema
BAB/BAK : ±120cc
Balance cairan
Intake – output
= (126,24+450) –
(626+120)

=
= + 150,04 cc

- Hasil pemeriksaan
23 September
2020
Ureum = 239 mg/dL

Creatinin = 5,30
mg/dL

- TTV
Pre HD

TD :140/90 mmHg

RR : 30x/menit

N : 99x/meni

S : 36.3

Kurang informasi tentang


penyakit yang diderita
Defisit pengetahuan
DS : klien menanyakan
masalah penyakit yang Pasien dan keluarga tidak
dihadapi mengerti mengenai
pembatasan cairan
DO :
Cemas dengan kondisi
Ds : keluarga pasien pasien
mengatakan tidak
mengetahui tentang Defisit pengetahuan
pembatasan cairan pada
penderita gagal ginjal
kronik

Do : - Tampak pasien dan


Keluarga pasien bingung
saat ditanya apa itu gagal
ginjal kronik dan adanya
pembatasan cairan pada
pasien.

- Kurangnya terpapar
informasi tentang
penyakit pasien (gagal
ginjal kronik)

- pasien tampak
kebingungan dengan
masalah yang dihadapi

Apakah data di
pengkajian ada,
karena saya tidak
melihat ada
masalah defisit
dipengkajian
3.1.11 Prioritas masalah
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan O2 dibuktikan dengan
sesak nafas
Pasien mengatakan sesak nafas, pasien tampak lemah, Terpasang Stopper,
tanda-tanda vital TD : 140/90 mmHg,N : 95x/menit, RR : 30x/menit, S :
36,3ºC.
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringandibuktikan
dengan nyeri dada
P :pada saat pasien banyak beraktivitas Q :Nyeri seperti ditusuk R: lokasi nyeri
dibagian dada S: skala 4 T:pada saat pasien banyak beraktivitas
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan adanya edema dibuktikan dengan
edema pada ekstremitas bawah kiri dengan pitting edema berada pada derajat 3
dengan kedalaman 5 mm dan waktu kembali 6 detik, BB pre HD : 73 kg,
minuman : ±550 cc/hari, BAK : Sedikit, tidak menentu±240 cc/hari, balance
cairan = +150,04 cc, hasil pemeriksaan 23 September 2020: Ureum = 239
mg/dL; Creatinin = 5,30 mg/dL;, TTV Pre HD: TD : 140/90mmHg; N :
99x/menit; RR 30: x/menit; S : 36,3oC.
4. Defisit pengatahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik dibuktikan dengan
keluarga pasien mengatakan tidak mengetahui tentang pembatasan cairan pada
penderita gagal ginjal kronik
- Tampak pasien dan Keluarga pasien bingung saat ditanya apa itu gagal ginjal
kronik dan adanya pembatasan cairan pada pasien.
- Kurangnya terpapar informasi tentang penyakit pasien (gagal ginjal kronik)
- pasien tampak kebingungan dengan masalah yang dihadapi
3.1 Diagnosa Keperawatan
3.2 Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny.Z
Ruang Rawat : Hemodialisa
Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil)
Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Ukur TTV klien 1. Untuk
efektif tindakan keperawatan 2. Observasi mengetahui
berhubungan selama 1x7 jam frekuensi keadaan umum
dengan penurunan diharapkan : kedalaman klien
O2Pasien Kriteria Hasil : pernapasan dan 2. Untuk
mengatakan sesak 1. TTV dalam batas ekspansi dada. mengetahui
nafas, Klien normal : 3. Berikan posisi frekuensi dan
tampak lemah, TD:120/80mmHg semi fowler kedalaman
Terpasang Stopper, N : 60-100x/menit 4. Ajarkan teknik pernapasan
tanda-tanda vital RR : 16-24x/menit relaksasi 3. Untuk
S : 36,5-37,2 ºC 5. Kolaborasi meningkatkan
TD : 140/90 mmHg
2. Sesak nafas dalam ekspansi paru
,N : 95x/menit, berkurang pemberian 4. Mengajarkan
3. Ekspansi paru terapi O2 teknik relaksasi
RR : 30x/menit,
maksimal untuk
S : 36,7ºC. mengurangi
sesak
5. Untuk
memaksimalkan
pernapasan dan
menurunkan
kerja nafas

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi 1. hubungan yang


berhubungan dengan tindakan keperawatan tanda-tanda baik membuat
trauma/diskontinuitas selama 1x7 jam vital. klien dan
jaringan diharapkan : 1. Kaji tingkat keluarga
Nyeri didada, Terasa Kriteria Hasil : intensitas dan kooperatif
didada, skala Nyeri 4 1. Nyeri berkurang frekuensi 2.untuk mengetahui
(Nyeri sedang), nyeri skala 1-3 atau nyeri perkembangan
dirasakan sewaktu- hilang 2. Lakukan klien
waktu dengan durasi 2. pasien tampak pendekatan 3.tingkat intensitas
tidak menentu. tenang.. pada klien dan nyeri dan
3. Tanda-tanda vital keluarga frekwensi
normal 3. jelaskan pada menunjukkan
klien skala nyeri
penyebab dari 4.memberikan
nyeri penjelasan akan
4. kolaborasi menambah
dengan tim pengetahuan
medis dalam klien tentang
pemberian nyeri
obat 5.Mengajarkan
teknik relaksasi
untuk
mengurangi nyeri
6.merupakan
tindakan
dependent
perawat, dimana
analgesik
berfungsi untuk
memblok
stimulasi nyeri.

Kelebihan Setelah dilakukan 1. Observasi intake 1. Mengetahui seberapa besar


volume tindakan output klien keseimbangan intake dan
keperawatan 2. Observasi output klien. Kelebihan
cairan
selama 1x4jam, adanyaedema volume cairan salah satu
berhubungan diharapkan
padaekstermitasat penyebab karena
kelebihan volume
denganadany asdanbawah. ketidakseimbangan intake
cairan dapat
a edema teratasi dengan 3. Observasi tekanan dan output.
kriteria hasil : darah. 2. Adanyaoedemmerupakanke
dibuktikan
1. Edema 4. Anjurkanpada lebihan volume cairan (air
dengan berkurang klien dannatrium)
edema pada (derajat I untukmematuhi dalamruangekstraseluler.
dengan diet yang 3. Salah satu cara untuk
ekstremitas
kedalaman 1 – sudahditentukan, mengetahui peningkatan
bawah kiri 3 mm) sepertimembatasi jumlah cairan yang dapat
dengan 2. Tidak adanya minum klien. diketahui dengan
pitting edema 5. Jelaskan kepada meningkatnya beban kerja
pitting edema berkurang klien tentang diet jantung akibat peningkatan
berada pada 3. Tidak adanya
tanpa garam dan TD.
suara nafas
derajat 3 tambahan diet rendah protein 4. Dialisis akan menurunkan
dengan 4. Balance cairan tinggi kalori. volume cairan yang
seimbang 6. Kolaborasi berlebih.
kedalaman 5 5. TTV dalam dengan dokter 5. Natrium meningkatkan
mm dan rentang untuk program retensi cairan dan
normal: HD dengan UF meningkatkan volume
waktu TD:120/80mm
Goal 2,0 L (2000 plasma. Diet rendah protein
kembali 6 Hg ml) dalam waktu untuk menurunkan
detik, BB pre N: 60- 4,20 jam. insufisiensi ginja dan retensi
HD : 73 kg, nitrogen yang akan
100x/menit
meningkatkan BUN (Blood
minuman : RR: 16- Urea Nitrogen). Diet tinggi
±550 cc/hari, 24x/menit kalori untuk cadangan
BAK : energi dan mengurangi
S : 36,5-37,2
Sedikit, tidak katabolisme protein.
ºC 6. Membuang bahan sisa yang
menentu±240
bersifat racun di dalam
cc/hari,
tubuh.
balance
cairan =
+150,04 cc,
hasil
pemeriksaan
8oktober
2020:
Ureum = 239
mg/dL;
Creatinin =
5,30 mg/dL;,
TTV Pre
HD: TD :
140/90mmHg
;N:99x/menit
;R:30x/menit;
S : 36,3oC.

Diagnosa 4
Defisit 1.Untuk pasien dan keluarga
1.Identifikasi
pengetahuan Setelah dilakukan penerima informasi
kemampuan pasien
pendidikan dan keluarga 2.Untuk mempermudah pasien
penerima informasi
kesehatan mengerti tentang meteri yang
2. persiapkan
diharapkan pasien materi dan media disampaikan
edukasi (tentang
dan keluarga 3.Untuk pasien dan keluarga
pembatasan cairan)
mampu : 3. Jelaskan mengetahui definisi, penyebab
tentang definisi,
1. Mengerti gagal ginjal kronik
penyebab gagal ginjal
dengan penyakit kronik 4.Untuk mengetahui cara
4. Jelaskan cara
yang di alami penanganan pencegahan
penanganan
2. perilaku sesuai pencegahan Edema Edema (misalnya pembatasan
(misalnya
yang di anjurkan cairan)
pembatasan cairan)
3.bisanmenjelaska 5. Intruksikan 5.Untuk mengetahui apakah
pasien dan keluarga
n kembali apa pasien dan keluarga sudah
untuk menjelaskan
yang sudah di kembali mengeti tentang materi yang
definisi,penyebab,pen
jelaskan sdah dijelaskan
anganan dan
pencegahan Edema.
3.3 Implementasi keperawatan
3.4 Evaluasi keperawatan
Nama Pasien : Ny.Z
Ruang Rawat : Hemodialisa
Tanda
tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama
Perawat
Kamis, 08-10- 1. Mengukur TTV pasien S : Pasien mengatakan Veronika
2020 2. Mengobservasi frekuensi sesak nafas
kedalaman pernapasan O :- Pasien tampak lemah
Jam : 12.00 wib
dan ekspansi dada - Terpasang Stopper
Diagnosa 1 3. Memberikan posisi semi - TTV :
fowler TD : 140/90 mmHg
4. Ajarkan teknik relaksasi N : 95x/menit
5. Berkolaborasi dalam RR : 30x/menit
pemberian terapi O2 : S : 36,7ºC
Nasal kanul 3 lpm - Terpasang O2
nasal kanul 3 lpm
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

kamis , 08 -10- 1. Mengobservasi tanda-tanda S : pasien mengatakan

2020 vital. nyeri dada Veronika


2. Mengkaji tingkat intensitas O : - Keadaan nyeri yang
Jam : 12:00 wib dan frekuensi nyeri dialami pasien:
Diagnosa 2 4. Melakukan pendekatan - nyeri terasa saat
pada pasien dan keluarga beraktivitas dan
5. Menjelaskan pada pasien saat istirahat, Nyeri
penyebab dari nyeri didada, Terasa
6. Berkolaborasi dengan tim didada, skala Nyeri
medis dalam pemberian 3 (Nyeri ringan),
obat
nyeri dirasakan
sewaktu-waktu
dengan durasi tidak
menentu
- TTV :
TD : 140/99 mmHg
N : 95x/menit
RR : 30x/menit
S : 36,7ºC

A : Masalah belumteratasi
P : lanjutkan intervensi

Kamis, 08-10 S: pasien mengatakan Veronika


2020 1. Mengobservasi
kakinya masih bengkak
tekanandarah.
12: 15 WIB 2. Mengobservasi adanya O : TTV intra HD
edemapada ekstermitas
TD : 140/90 mmHg
Diagnosa 3 bawah.
3. Menganjurkan pada klien N : 95x/menit
untuk mematuhi diet yang
RR : 25x/menit
sudah ditentukan, seperti
membatasi minum klien. S : 36,7ºC
4. Berkolaborasi dengan
pitting edema berada pada
dokter untuk program HD.
Time : 3,5 jam derajat 3 dengan
UF Goal : 2,00 L kedalaman 5 mm dan
UF Rate : 0.47 L/h
waktu kembali 6 detik,
QB : 200 ml/menit
BB pre HD : 73 kg,
minuman : ±550 cc/hari,
BAK : Sedikit, tidak
menentu±240 cc/hari,
balance cairan = +150,04
cc, hasil pemeriksaan 23
September 2020: Ureum =
239 mg/dL; Creatinin =
5,30 mg/dL;,
TTV Pre HD: TD :
140/90mmHg; N :
99x/menit; R : 30 x/menit;
S : 36,3oC.

Kamis, 08-10
2020 1.Mengidentifikasi S : Pasien dan keluarga
kemampuan pasien dan mengatakan mengerti
12: 20WIB dengan penyakit yang Veronika
keluarga penerima informasi
diderita
Diagnosa4 2.mempersiapkan materi dan
O:
media edukasi (tentang
pembatasan cairan) - pasien dan keluarga
tampak siap menerima
3.menjelaskan tentang
informasi kesehatan
definisi, penyebab gagal
- pasien dan keluarga
ginjal kronik
tampak paham dengan
4.menjelaskan cara penyakit apa yang
penanganan pencegahan sebenarnya dialami
pasien
Edema (misalnya pembatasan
cairan) A : Masalah keperawatan
teratasi
5.mengintruksikan pasien dan
keluarga untuk menjelaskan P : Intervensi dihentikan
kembali
definisi,penyebab,penanganan
dan pencegahan Edema.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


A. Topik : Diet Untuk Penyakit Gagal Ginjal Kronik
B. Sasaran
1. Program : Pasien dan Keluarga
2. Penyuluhan : melalui aplikasi zoom/virtual
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Pasien dan Keluarga mampu memahami
tentang pencegahan Gagal Ginjal Kronik
3. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penyuluhan sebagai berikut :
1) Pasien Dan Keluarga Mampu Mengetahui Definisi Gagal Ginjal Kronik
2) Pasien Dan Keluarga Mampu Mengetahui Macam-macam Gagal Ginjal Kronik
3) Pasien Dan Keluarga Mampu MengetahuiTanda dan gejala Gagal Ginjal Kronik
4) Pasien Dan Keluarga Mampu MengetahuiPenyebab Gagal Ginjal Kronik
5) Pasien Dan Keluarga Mampu MengetahuiPencegahan Gagal Ginjal Kronik
D. Materi : Pencegahan Gagal Ginjal Kronik
E. Metode : Bimbingan dan penyuluhan, Individu dan
Ceramah.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal :
2. Pukul : 09.00-10.00 wib
3. Alokasi Waktu : 25 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
.
1. Pembuka dan Perkenalan ( Perkenalan ) 2 Menit Secara langsung
2. Menyampaikan Kontrak 1 Menit Secara langsung
(Menyampaikan tujuan)
3. Menyampaikan Materi Penyuluhan 10 Menit Secara langsung
( Penyampaian Materi oleh Leader )
4. Evaluasi (Tanya Jawab oleh Leader ) 5 Menit Secara langsung
5. Mempraktekan cara mencuci tangan 5 menit Secara langsung
6. Dokumentasi 2 Menit Secara langsung

H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator :Veronika
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan diri dan dosen pembimbing
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Veronika
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Veronika
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
5. Membagikan konsumsi
4) Demonstrator : Veronika
1. Memberikan contoh cara melakukan Pencegahan Gagal Ginjal Kronik
5) Dokumentator :Veronika
1. Mendokumentasikan setiap kegiatan

MATERI PENKES
1.1pengertian diet

Diet bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi,mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh agar menjaga tubuh pasien beraktifitas seperti biasanya yang mempunyai
kualitas hidup cukup baik.

1.2 Tujuan di berikan diet

a. untuk mencukupi gizi sesuai kebutuhan pasien agar kasus gizi normal

b menghindari terjadinya penumpukan cairan di dalam tubuh

c.pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari

1.3 Syarat Diet

Batasi garam apalagi terjadi penimbunan cairan di dalam tubuh (edema) dan tekanan darah
tinggi

1.4 Prinsip Diet Papa Pasien Gagal Ginjal Krobis


a. Diet nasi lunak atau biasa
b. Sebagai sumber karbohidrat :gula pasir,selai,sirup,dan permen
c. Sebagai sumber protein ,di utamakan protein hewani,misalnya susu daging dan ikan
d. Sebagai sumber lemak,di utamakan lemak tidak jenuh dengan kebutuhan sekita 25%
dari total energi yang di perlukan.
e. Untuk kebutuhan air,di anjurkan sesuai jumlah urine 24 jam,sekitar 500 ml melalui
mibuman dan makanan
f. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi (darah tinggi ) atau edema begkak

1.5 Makanan Yang Harus Di Batasi

a. Sumbe karbohdrat seperti nasi,kentang,macaroni dan pasta


b. Protein hewani,seperti daging kakbing,ayam,ikan,hati,keju,udang,telur,
c. Sayuran dan buah buahan tinggi kalsium seperti apel,alpukat,jeruk,pisang,papaya,dan
daun papaya,seledri,kembang kol,kubis.

DIET UNTUK GINJAL KRONIK


PENYAKIT GAGAL
sehinggaterjadi uremia 6. Tekanandarahmen
atau azotemia ingkatkarenakeleb
ihancairan

Apa Penyebabnya?

1. Untukmengaturkesei
mbangancairan dan
elektrolitdalamtubuh.
.

Di Susun Oleh : 2. Untukmenjaga agar


penderitadapatberakti
Veronika
vitasseperti
Prinsip diet pada orang
penderita CKD
1. TidakTanda dan Gejala
nafsu normal.
YAYASAN EKA HARAP makan
PALANGKA RAYA 2. Penumpukan
SEKOLAH TINGGI cairan di  Diet
ILMU KESEHATAN bagiankulit,
PRODI S1 contohnya nasilunakataubiasa.
KEPERAWATAN pembengkakan di  Sebagaisumberkar
TAHUN 2020 bagiankulit kaki, bohidrat:
betis, dan area
yang gulapasir, selai,
tidakbiasanya. sirup, dan permen.
Apa Itu Chronic Kidney Disease (CKD)
3. Hemoglobinmenur  Sebagai sumber
undrastis pada
kondisidimanaginj protein,
kisaran 6-9
almengalamipenurunanf 4. Lemas dan diutamakan
ungsisecaralambat, tidakkuatuntukberj protein hewani,
progresif, irreversibel, alan kaki
misalnya: susu,
dalamwaktu yang
dan samar (insidius) lama sapi,daging, dan
dimanakemampuantubu 5. Sulitbuang air ikan.
hgagaldalammempertah kecil, jika volume
Banyaknyasesuaid
ataukuantitasbuan
ankanmetabolisme, engankegagalanfu
g air
cairan, dan kecilmenurun, ngsiginjalpenderit
keseimbanganelektrolit, perludiwaspadai. a.
 Sebagai sumber dagingkambing,
lemak, diutamakan ayam, ikan, hati,
lemak tidak jenuh, keju, udang, telur.
dengan kebutuhan 3. Sayuran dan buah-
sekitar 25% dari buahantinggikalium,
total energi yang seperti: apel, alpukat,
diperlukan. jeruk, pisang, pepaya
 Untukkebutuhan air, dan daunpepaya,
dianjurkansesuaideng seledri, kembangkol,
anjumlahurin 24 jam; peterseli, buncis
sekitar500 ml
melaluiminuman dan
makanan.
 Membatasiasupan
garam
dapurjikaadahiperten
si( darahtinggi ) atau
edema ( bengkak ).

Makanan yang seharusnya


dibatasi

1. Sumberkarbohidratse
perti: nasi, jagung,
kentang, makaroni,
pasta, hevermout,
ubi.
2. Protein hewani,
seperti:
Volume 2, No. 1
e-ISSN : 2685-1997
April, 2019

REAL in Nursing Journal (RNJ)

Research of Education and Art Link in Nursing Journal

https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index

Korelasi Lama Hemodialisa Dengan Fungsi


Kognitif

Aria Wahyuni, Imelda Rahmayunia Kartika, Imelda


Firdausy Asrul & Eka Gusti

Program Studi Pendidikan Ners

STIKes Fort de Kock Bukittinggi, Indonesia


REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019). RNJ. 2(1) : 1-
9

Korelasi Lama Hemodialisa Dengan Fungsi Kognitif

REAL in
Nursing Aria Wahyuni1), Imelda Rahmayunia Kartika2), Imelda
Firdausy Asrul 3)& Eka Gusti4)
Journal
(RNJ)

ABSTRACT
https://ojs.fdk.ac.id/inde

Hemodialysis can remove uremic toxins for cognitive process improvement in


x.php/Nursing/index hemodialysis patients. This study aims to determine the long-standing
relationship of hemodialysis to the cognitive function of patients with chronic
renal failure. This type of research is descriptive analytic with a cross sectional
study design. The population in this study were patients who underwent
hemodialysis with the sampling technique used was total sampling totaling 83
respondents. The study was conducted in May - June 2018 in the
Keywords: hemodialysis unit. The instrument used to measure cognitive function is MMSE
(Mini Mental State Exam). Data analysis used was univariate analysis and
Cognitive bivariate analysis using correlation test. The results showed that the duration
Function, of hemodialysis was the lowest 1 week and the highest 96 months with a mean
Hemodialysis duration of 21 months hemodialysis, the lowest cognitive function score 7 and
the highest 30 scores with the average cognitive function was 18. Relationship
analysis showed no long association of hemodialysis with function cognitive (p
Value = 0.375; r = 0.099). This study provides recommendations for further
research related to factors that influence cognitive impairment in hemodialysis
Korespondensi: Aria patients and it is expected that nurses improve the quality of cognitive function
Wahyuni nursing care in hemodialysis patients at risk of cognitive impairment
ariawahyuni@fdk.ac.id

1, 2 & 3 Stikes
Fort
DeKock
Bukittinggi

4 RSUD
Achmad
Mochtar
Bukittinggi
ABSTRAK

Hemodialisa bisa mengangkat racun uremik untuk perbaikan proses kognitif pada pasien
hemodialisa.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama hemodialisa dengan fungsi kognitif
pasien penyakit gagal ginjal kronik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross
sectional study.Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisa dengan teknik
pengambilan sampling yang digunakan adalah total sampling berjumlah 83 responden.Penelitian dilakukan
pada bulan Mei – Juni 2018 di unit hemodialisa.Instrumen yang digunakan untuk mengukur fungsi kognitif
adalah MMSE (Mini Mental State Exam).Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis
bivariat menggunakan uji korelasi. Hasil penelitian didapatkan lama menjalani hemodialisa terendah 1
minggu dan tertinggi 96 bulan dengan rata-rata lama hemodialisa 21 bulan, skor fungsi kognitif terendah 7
dan tertinggi 30 skor dengan rata-rata fungsi kognitif adalah 18. Analisa hubungan menunjukkan tidak ada
hubungan lama hemodialisa dengan fungsi kognitif (p Value = 0.375; r = 0.099). Penelitian ini memberikan
rekomendasi untuk meneliti lebih lanjut terkait dengan faktor yang mempengaruhi gangguan kognitif pada
pasien hemodialisa dan diharapkan kepada perawat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan fungsi
kognitif pada pasien hemodialisa yang beresiko gangguan kognitif

Kata Kunci : Fungsi Kognitif, Hemodialisa

1|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019). RNJ. 2(1) : 1-
9

ribu orang dengan penyebabnya adalah


hipertensi (Ali, Masi, &
PENDAHULUAN

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu proses


patofisiologi dengan penyebab yang beragam,
mengakibatkan penuruan fungsi ginjal yang
progresif dan biasanya berakhir dengan gagal
ginjal. GGK dapat menyebabkan gangguan
pada organ tubuh.Hal ini terjadi karena toksin
yang seharusnya dikeluarkan oleh ginjal tidak
dapat dikeluarkan karena keadaan ginjal yang
mengalami gangguan. Salah satu hal yang
terjadi karena rusaknya ginjal adalah
peningkatan kadar ureum dalam tubuh yang
dapat merusak semua sel termasuk sel neuron.
Kasus penyakit ginjal kronik saat ini meningkat
dengan cepat terutama di negara-negara
berkembang.GGK telah menjadi masalah
kesehatan utama di seluruh dunia, karena
selain merupakan faktor resiko terjadinya
penyakit jantung dan pembuluh darah,
meningkatkan angka kesakitan dan kematian
dari penyakit bukan infeksi. Gagal Ginjal Kronik
juga akan menambah beban sosial dan
ekonomi baik bagi penderita dan keluarga
(Manus, Moeis, & Mandang, 2015)

Menurut Annual Data Repert United


StatesRenal Data System yang
memperkirakanprevelensi GGK mengalami
peningkatan hampir dua kali lipat dalam kurun
waktu tahun 1998-2008 yaitu sekitar 20-25 %
setiap tahunnya (USRD,2008). Badan
kesehatan dunia menyebutkan pertumbuhan
penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah
meningkat 50% dari tahun
sebelumnya.Indonesia merupakan negara
dengan tingkat penderita gagal ginjal yang
cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh
perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri)
diperkirakan ada sekitar 12,5 % dari populasi
atau sebesar 25 juta penduduk Indonesia
mengalami penurunan fungsi ginjal. Jumlah
penderita gagal ginjal di Indonesia sekitar 150
membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti
hemodialisis, peritoneal dialisis, dan
Kallo, 2017). Prevelensi GGK meningkat tajam transplantasi ginjal (Maksum,
pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%),
diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55- 2015). Hemodialisis merupakan terapi
74 tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur pengganti ginjal yang dilakukan dengan
≥75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal
(0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), buatan yang bertujuan untuk mengeliminasi
sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi
prevalensi lebih tinggi pada masyarakat gangguan keseimbangan elektrolit antara
perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), kompartemen dialisat melalui membran
pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh semipermeable. Hemodialisis perlu dilakukan
(0,3%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah untuk mengganti fungsi ekskresi ginjal sehingga
dan menengah bawah masing-masing 0,3 tidak terjadi gejala uremia yang lebih berat
persen. Rata-rata prevalensi GGK di Indonesia (Manus et al., 2015)
adalah 0.2%, prevalensi ini sama dengan yang
ada di Provinsi Sumatera Barat yang mencakup
hemodialisa (Kemenkes, 2013). KidneyDisease Data yang didapat dari Pusat dan informasi
Outcomes Quality Initiative membagiGGK Perhimpunan Rumah Sakit seluruh Indonesia,
menjadi lima stadium berdasarkan glomerular menyebutkan bahwa jumlah penderita gagal
filtrate rate (GFR) dimana End Stage Renal ginjal kronis di Indonesia yang menjalani terapi
Disease (ESRD) merupakanstadium akhir dari hemodialisa adalah lima puluh juta orang per
GGK yang ditandai dengan kerusakan ginjal satu juta penduduk (Desnauli, Nursalam, &
secara permanen dan irreversibel. Seluruh
individu yang sudah mencapai stadium ini

2|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019). RNJ. 2(1) : 1-
9

kelainan metabolik yang mengikutinya


(Hailpern, Melamed, Cohen, & Hostetter, 2007)
Efendi, 2011). Tujuan utama hemodialisis
menghilangkan gejala yaitu mengendalikan

uremia, kelebihan cairan dan


ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada
pasien penyakit ginjal kronik. Dosis
hemodialisis yang diberikan umumnya 2 kali
dalam seminggu dengan setiap hemodialisis 5
jam atau sebanyak 3 kali seminggu dengan
setiap hemodialisis selama 4 jam. Lamanya
hemodialisis berkaitan erat dengan efisiensi
dan adekuasi hemodialisis, sehingga lama
hemodialisis juga dipengaruhi oleh tingkat
uremia akibat progresivitas perburukan fungsi
ginjalnya dan faktor-faktor komorbiditasnya,
serta kecepatan aliran darah dan kecepatan
aliran dialisat (Rahman, Kaunang, & Elim,
2016).

Penelitian Renal Failure Clinical Study Effect


ofHemodialysis on Cognitive Function in ESRD

Patients, didapatkan hemodialisa


bisamengangkat racun uremik yang nantinya
untuk perbaikan proses kognitif. Jadi, disimpulkan
sebelum dan sesudah dilakukan hemodialisa
proses kognitif menjadi meningkat (Madan,
Agarwal, Kalra, & Tandon, 2007). Menurut data
yang dikumpulkan prevalensi internasional,
hemodialisis dengan karakteristik kognitif rata-
rata usia 60 tahun hanya mengalami penurunan
nilai kognitif sebesar 4%, nilai ini lebih rendah dari
prevalensi dalam usia populasi umum. Angka
kejadian yang tinggi dari gangguan kognitif dan
demensia telah banyak dilaporkan pada berbagai
penelitian pada pasien penyakit ginjal kronik.
Faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap
gangguan fungsi kognitif pada pasien penyakit
gagal ginjal kronik antara lain tingginya prevalensi
faktor resiko kardiovaskuler yang menyebabkan
kerusakan subklinis, uremia dan hubungannya
dengan
Dua penelitian yang dilakukan oleh Murray et al
(2008) dan Kurella (2004) dalam (Herman,
Fungsi kognitif mencakup proses berfikir, 2016) menunjukkan prevalensi yang tinggi
kapasitas memori dan kemampuan untuk terjadinya gangguan kognitif pada penderita
memperhatikan sesuatu, gangguan berpikir, penyakit ginjal kronik tahap akhir. Penelitian
memori, dan perhatian merupakan karakteristik terhadap pasien penyakit ginjal kronik dan
utama gangguan kognitif. Gangguan kognitf hemodialisis oleh Kurella pada 80 pasien
(delirium, dimensia, amnestik) dicirikan dengan hemodialisis (usia rata-rata 61,2 tahun), 38%
kemunduran kognitif yang merupakan hasil dari memiliki penurunan fungsi eksekutif dan 33%
kasus-kasus trauma otak, penyakit atau gangguan memori berat. Hasil ini sama dalam
penelitian yang dikerjakan oleh Murray, 2008
dari 338 subjek hemodialisis didapatkan 37%
berhubungan dengan zat-zat yang
dari subjek memiliki gangguan kognitif berat,
mengandung racun (Rendy, 2012). Diagnosis
36% moderate dan 14% penurunan kognitif
gangguan kognitif tersebut menjadi sangat
ringan, hanya 13% memiliki fungsi kognitif yang
penting karena diasosiasikan dengan resiko
normal. Murray menyimpulkan bahwa pasien
mortalitas yang meningkat pada pasien dialisis
hemodialisis memiliki tiga kali kemungkinan
dan menurunkan kualitas hidupnya (Shadifat &
lebih besar mengalami gangguan kognitif berat
Manaf, 2012). Kualitas hidup yang baik berarti
dibanding pasien yang tidak menderita penyakit
bahwa responden merasa puas dan sebagian
ginjal kronis, namun kesadaran klinis mengenai
besar kebutuhan sehari-harinya dapat dipenuhi,
mengenai gangguan kognitif pada penyakit
yang meliputi hubungan fisik, psikologis, sosial,
ginjal kronis masih rendah hal ini dibuktikan
dan lingkungan pasien (Kartika & Juwita, 2018)
dengan pencatatan rekam medis mengenai

3|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019). RNJ. 2(1) : 1-
9

gangguan kognitif pada penyakit ginjal kronis


yaitu 2,9%. Mini Mental State Examination pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
(MMSE) meliputi 30 pertanyaan sederhana hemodialisa di unit hemodialisa. Dimana jumlah
untuk memperkirakan kognisi utama pada populasi sebanyak 83 orang pasien gagal ginjal
orang-orang tua.Pemeriksaan ini dapat kronik yang menjalani hemodialisa sementara
dikerjakan dalam waktu 10-15 menit, dapat teknik pengambilan sampel yaitu total sampling.
dikerjakan oleh dokter, perawat, atau pekerja Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
sosial tanpa memerlukan latihan khusus. Hasil fungsi kognitif adalah MMSE, yang merupakan
positif palsu dapat diperoleh dari penderita usia instrumen yang umum digunakan untuk menilai
tua dengan depresi. Skor MMSE berkisar fungsi kognitif (Folstein, Folstein, & McHugh,
antara 0 sampai 30. Orang lanjut usia, normal 1975). Penggunaan MMSE cocok untuk
menunjukkan skor 24-30. Depresi dengan golongan usia 18-85 tahun. Rentang skor yang
gangguan Kognitif mempunyai skor 9-27. bisa diperoleh pada pengukuran MMSE adalah
Penderita dengan skor 24 atau kurang benar- nol sampai 30; skor 27–30 dikategorikan
benar menunjukkan gangguan Kognitif sebagai kognitif normal; 21–26 demensia
(Harsono, 2009) ringan; 10–20 demensia sedang/moderat; dan
Berdasarkan survey awal dan wawancara serta <10 demensia berat (Komalasari, 2014).
observasi peneliti pada tanggal 17 Oktober Penelitian dianalisa melalui dua tahap yaitu
2017 kepada Kepala Ruangan Hemodialisa, univariat untuk mengetahui rata-rata lama
terdapat 83 orang pasien yang mengalami hemodialisa dan fungsi kognitif sedangkan
GGK mulai dari umur 25 tahun. Selain itu, analisa bivariat untuk mengetahui korelasi lama
peneliti melakukan wawancara pada 4 orang
pasien umur 40 - 45 tahun yang sedang
hemodialisa dengan fungsi kognitif
menjalani hemodialisa, pasien tersebut sudah
menggunakan uji korelasi. Etika penelitian
melakukan HD selama 3 bulan lebih. Pasien
diawali dengan perizinan baik dari institusi
mengatakan mengalami penurunan daya ingat,
pendidikan maupun rumah sakit dan
seperti pasien lupa akan jadwal makannya,
menggunakan prinsip etik informed
daya ingat merupakan indikator fungsi kognitif.
concent,anonimity, dan confidentialit
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak
menggunakan pendekatan desain
83 orang yang diambil dengan total sampling
“Crosssectional study”.Penelitiandilakukan di
yaitu semua pasien yang menjalani
Ruanghemodialisa pada bulan Mei – Juni tahun
hemodialisa. Data yang dikumpulkan dengan
2018. Populasi dalam penelitian ini adalah
cara menggunakan kuesioner MMSE
seluruh
(MiniMental State Examination) dengan hasil
sebgaiberikut:

Tabel 1

Rata-rata Lama Hemodialisa dan Fungsi Kognitif Pasien Hmodialisa


Variabel Mean Median Standar Deviasi Minimal-Maksimal

Lama Hemodialisa 20.58 18 18.24 0.3 – 96

Fungsi Kognitif 18.70 18 4,6 7–30

4|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019). RNJ. 2(1) : 1-
9

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil rata-rata lama


hemodialisa adalah 21 bulan (1 tahun 9 bulan), lama hemodialisa termasuk kategori lama. Rata-
nilai terendah 0.3 bulan (1 minggu) dan tertinggi rata skor fungsi kognitif adalah 18.70, nilai
96 bulan (8 tahun) dengan median 18 bulan (1 terendah 7 dan tertinggi 30. Hasil perhitungan
tahun 6 bulan) standar deviasi 18.24 (1 tahun 6 distribusi frekuensi menghasilkan skor rata-rata
bulan). Apabila dikategorikan bahwa rata-rata 18,70 dengan median 18, standar deviasi 4,6.

Tabel 2

Korelasi Lama Hemodialisa dengan Fungsi Kognitif

Lama Hemodialisa Fungsi Kognitif

Lama Hemodialisa 1 -0,099

Fungsi Kognitif -0,099 1

p = 0,375

ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis


Hasil analisa data diperoleh nilai koefisien korelasi dan ultra filtrasi (Rendy, 2012)
“r” antara lama hemodialisa dengan fungsi kognitif
adalah 0,099.Nilai ini menginformasikan bahwa
hubungan antara lama hemodialisa dengan fungsi Perbandingan Fungsi Kognitif Sebelum Dan
kognitif merupakan hubungan lemah (tidak ada Sesudah Dialisis Pada Subjek Penyakit Ginjal Kronik
hubungan). Hasil ini juga sesuai dengan nilai p Yang Menjalani Hemodialisis ditemukan 30 pasien
0,375 artinya tidak ada hubungan yang bermakna PGK yang menjalani hemodialisis di Unit
antara lama hemodialisa dengan fungsi kognitif Hemodialisis Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP
pada pasien penyakit gagal ginjal kronik Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang sesuai dengan
PEMBAHASAN kriteria inklusi. Proporsi responden dengan jenis
kelamin perempuan (56,7%) lebih besar
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai dibandingkan dengan laki-laki (43,3%). Umur
terapi pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah menusia seperti air, natrium,
kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan
zat-zat lain melalui membran semi permeable
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada
kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 37 orang
(50%), dan kelompok umur lebih dari 50 tahun
maksimal yang didapat 80 tahun dan minimal sebanyak 19 orang (25,5%). Hal ini disebabkan
umur 30 tahun dengan nilai rerata 53 tahun karena penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada
(Manus et al., 2015). usia 30 tahun keatas. Kemudian pada usia 60
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tahun akan terjadi perubahan proses fisiologis
Herman (2016) Hubungan Lama Hemodialisis berupa berkurangnya populasi nefron dan tidak
dengan Fungsi Kognitif Pasien Penyakit Ginjal adanya kemampuan regenerasi maka akan terjadi
Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD penurunan fungsi ginjal menjadi 50% dari usia 30
Abdul Moeloek Bandar Lampung karakteristik tahun.
subjek penelitian dari 74 pasien penyakit ginjal Pada penelitian ini lamanya hemodialisa yang
kronik yang menjalani hemodialisis dengan durasi kurang 6 bulan sebanyak 24 orang dan lebih 6
rata-rata 3-4 jam dan frekuensi 2 kali per minggu bulan sebanyak 59 orang. Sementara bagi
adalah pasien dengan kelompok umur antara 21- responden yang baru menjalani hemodialisa
30 tahun sebanyak 2 orang (3%), kelompok umur
31-40 tahun sebanyak 16 orang (21,5%),
5|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019). RNJ. 2(1) : 1-
9

mempengaruhi fungsi kognitif, seperti depresi,


penyakit serebrovaskular, atau penggunaan obat
disebabkan karena mereka baru terdiagnosa gagal
ginjal terminal, dan sebelumnya telah melakukan
berbagai upaya untuk mengobati masalah pada
ginjal tersebut, ataupun pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal berjalan lambat, sehingga
mereka mengalami episode yang panjang sejak
tidak ada keluhan sampai timbul keluhan-keluhan
ringan yang kemudian menjadi keluhan berat.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, Lawati, &
Gusti (2019) terkait dengan lamanya hemodialisa
bahwa rata-rata hemodialisa sebagian besar yaitu 21
bulan atau lebih 6 bulan.

Pada penelitian (Herman, 2016) Hubungan Lama


Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani


Hemodialisis di RSUD Abdul Moeloek Bandar
Lampung, responden lebih banyak pada pasien
yang berjenis kelamin laki-laki daripada
perempuan.Pasien berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 41 orang (56%) dan berjenis kelamin
perempuan sebanyak 33 orang (44%).Perempuan
memiliki resiko terkena penyakit ginjal lebih
rendah karena memiliki hormon estrogen lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hormon
estrogen dapat mempengaruhi kadar kalsium
dalam tubuh dengan menghambat pembentukan
cytokine tertentu yang dapat menghambat
osteoklas sehingga tidak berlebihan dalam
menyerap tulang dan kadar kalsium menjadi
seimbang. Kalsium memiliki efek protektif dengan
mencegah penyerapan oksalat yang dapat
membentuk batu ginjal sebagai salah satu
penyebab terjadinya gagal ginjal kronik.

Data suatu penelitian menunjukkan 30%


pasien dengan penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodilisis tiga kali seminggu menderita
gangguan kognitif sedang hingga berat. Hal ini

mungkin dipengaruhi oleh sisa bersihan ureum,


efek samping frekuensi hemodialisis tiga kali
seminggu, atau kondisi lain yang dapat
Menurut asumsi peneliti, distribusi fungsi kognitif
tertentu. Pasien penyakit ginjal kronik akan
pasien berbeda antara satu sama lainnya. Dari 83
mengalami gangguan fungsi kognitif seiring
orang pasien menjalani hemodialisa kebanyakan
dengan bertambah parahnya kerusakan ginjal.
pasien hemodialisa gangguan kognitifnya ringan
Pada penelitian Manus et al., (2015) Frekuensi dan sedang karena pasien yang menjalani
gangguan fungsi kognitif pada pasien PGK sangat hemodialisa kebanyakan usia produktif. Umur 60 –
tinggi. Salah satu penyebab yang diduga 80 tahun pasien tergolong lansia sebanyak 17
memperberat gangguan fungsi kognitif tersebut orang dengan fungsi kognitif sedang hanya 1
ialah sindrom azotemia yang terjadi karena orang pasien perempuan dengan gangguan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam kognitif berat dan 65 orang tergolong ringan dan
darah. Melati (2015) dalam penelitiannya sedang. Umur 25 – 58 tahun pasien tergolong usia
menyatakan terdapat hubungan bermakna antara produktif dengan gangguan kognitif ringan dan
fungsi kognitif dan ureum sedang. Pemeriksaan gangguan fungsi kognitif
kreatinin.Uremicencephalopathy adalah gangguan menggunakan MMSE yang meliputi 30 pertanyaan
otak yangdisebabkan oleh gagal ginjal kronis. sederhana untuk memperkirakan kognitif utama
Kelainan ini merupakan proses yang kompleks dan pada orang-orang tua. Skor normal menunjukkan
terdapat kaitan dengan toksin yang terjadi pada skor 24-30, sedangkan gangguan kognitif ringan
gagal ginjal. Manifestasinya meliputi gejala ringan 18-23, gangguan kognitif sedang dengan skor 10-
seperti menurunnya fungsi kognitif, kelemahan dan 17, dan gangguan berat dengan skor <10.
kelelahan sampai gejala yang lebih berat seperti
koma.Tingkat keparahan Uremic encephalopathy
tergantung dari laju penurunan fungsi ginjal.

6|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019).RNJ. 2(1) : 1-9

terlepas dari peran keluarga dan juga petugas


kesehatan yang sering berkomunikasi serta
Penyebab gangguan kognitif bisa karena kadar
mengajak pasien untuk bercerita tentang situasi di
ureum dalam darah yang meningkat (uremia).
sekitarnya, sehingga pasien masih memiliki

Keadaan uremia menyebabkan aktivitas


pembuatan hormon eritropoetin tertekan, sehingga

menyebabkan gangguan pada sistem


hematopoesis yang berakibat pada penurunan
jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin.
Selain itu meningkatnya gangguan kognitif yang
terkait dengan CKD mungkin terkait dengan
penyakit pembuluh darah kecil otak dan
penurunan keseluruhan dalam integritas materi
putih (white matter integrity) (Bronas, Puzantian, &
Hannan, 2017). Penyebab gangguan kognitif pada
pasien hemodialisa disebabkan semakin tinggi
kadar methylglyoxal semakin berat gangguan
kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa (Roslaini, 2017)

Masalah fungsi kognitif yang paling banyak dialami


pasien adalah orientasi berkaitan dengan musim,

kemampuan mengingat kembali untuk


menyebutkan 3 nama benda, dan kemampuan
bahasa untuk melaksanakan 3 perintah sekaligus.
Kurangnya kemampuan kognitif tersebut bisa
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan atau
informasi yang mereka peroleh tentang musim
sehingga tidak mengetahui musim yang sedang
berjalan.Kemampuan mengingat dan kemampuan
bahasa yang kurang bisa disebabkan karena
mereka tidak terbiasa untuk mengingat banyak
benda atau perintah dalam satu waktu.

Kemampuan kognitif yang banyak dimiliki


responden adalah orientasi tempat tinggal yaitu
negara, kota dan rumah sakit. Kemampuan ini
dimiliki responden karena sudah lumrah diketahui
oleh setiap orang, serta menunjukkan bahwa
pasien tidak mengalami penurunan kemampuan
kognitif yang sangat buruk. Hal ini tentunya tidak
kebanyakan usia produktif. Umur 60 – 80 tahun
pasien tergolong lansia sebanyak 17 orang
orientasi tempat yang sangat baik. Pasien yang dengan fungsi kognitif sedang dan hanya 1 orang
menjalani hemodialisa mempunyai beberapa pasien perempuan dengan gangguan kognitif berat
pengalaman yang berbeda dari keadaan sebelum selebihnya tergolong ringan dan sedang. Umur 25
sakit. Pasien juga mendapat hambatan selama HD – 58 tahun pasien tergolong usia produktif dengan
tetapi ini dapat diminimalkan dengan adanya gangguan kognitif ringan dan sedang.
motivasi dari keluarga dan diri sendiri yang Pemeriksaan gangguan fungsi kognitif
memiliki keinginan untuk tetap sehat (Juwita & menggunakan MMSE yang meliputi 30 pertanyaan
Kartika, 2019) sederhana untuk memperkirakan kognitif utama
pada orang-orang tua. Skor normal menunjukkan
skor 24-30, sedangkan gangguan kognitif ringan
18-23, gangguan kognitif sedang dengan skor 10-
Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan
17, dan gangguan berat dengan skor <10.
lama menjalani hemodialisa dengan fungsi kognitif
pasien gagal ginjal kronik karena masalah fungsi
kognitif tidak hanya dialami oleh pasien dengan
masa hemodialisa yang lama, dan sebaliknya Ada juga pasien yang menjalani hemodialisa
cukup banyak pasien yang baru menjalani selama 6 bulan dari umur 25 tahun sehingga
hemodialisa tetapi memiliki masalah fungsi pasien sudah terbiasa dengan terapi hemodialisa
kognitif. Dari 83 orang pasien menjalani dan belum ada tanda – tanda terjadi gangguan
kognitif.Hal ini dapat dilihat dari karakteristik
pasien yang memiliki skor fungsi kognitif tertinggi
hemodialisa kebanyakan pasien hemodialisa
dan skor terendah. Pasien yang memiliki skor
dengan gangguan kognitif ringan dan sedang
fungsi kognitif 30, berjenis kelamin laki-laki dengan
karena pasien yang menjalani hemodialisa

7|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019). RNJ. 2(1) : 1-
9

Ucapan Terima Kasih kami haturkan kepada pihak


institusi pendidikan STIKes Fort De Kock dan
lama menjalani hemodialisa 6 – 12 bulan.
Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum
Sementara pasien dengan skor fungsi kognitif
Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi yang mana sudah
terendah adalah 7 (1 orang) dan 10 (1 orang).
memfasilitasi peneliti dalam melakukan penelitian.
Dilihat dari karakteristiknya, skor terendah ini
dimiliki oleh pasien perempuan, dengan lama
hemodialisa 12 bulan dan 48 bulan, serta
termasuk golongan lansia. Kebanyakan tidak ada
penyakit penyerta pada pasien yang menjalani
hemodialisa, terdapat 4 orang yang mempunyai
penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes
mellitus.Pada penelitian ini juga terdapat 1 orang
pasien yang baru menjalani hemodialisa selama 1
minggu, tetapi memiliki masalah fungsi kognitif
dengan skor 25.Pasien ini berjenis kelamin
perempuan dan berusia lanjut.Dapat disimpulkan
bahwa pasien yang baru menjalani hemodialisa
bisa memiliki masalah fungsi kognitif dan juga bisa
tidak.

SIMPULAN

Hasil penelitian terhadap 83 orang pasien gagal


ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD
dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018, dapat
disimpulkan hasil perhitungan distribusi frekuensi
menghasilkan rata-rata lama hemodialisa 21 bulan
(2 tahun 5 bulan) dengan rata-rata skor kognitif
18,70. Analisa uji atatistik didapatkan tidak ada
hubungan lama hemodialisa dengan fungsi kognitif
pasien penyakit gagal ginjal kronik (p Value =
0.375; r = 0.099). Penelitian ini memberikan
rekomendasi untuk meneliti lebih lanjut terkait
dengan faktor yang mempengaruhi gangguan
kognitif pada pasien hemodialisa dan diharapkan
kepada perawat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan fungsi kognitif pada pasien
hemodialisa yang beresiko gangguan kognitif

UCAPAN TERIMA KASIH


Hailpern, S. M., Melamed, M. L., Cohen, H. W., &
Hostetter, T. H. (2007). Moderate Chronic
REFERENSI
Kidney Disease and Cognitive Function in
Adults 20 to 59 Years of Age : Third National
Ali, A. R. B., Masi, G. N. M., & Kallo, V. (2017). Health and Nutrition Examination Survey (
Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik Dengan Comorbid Faktor NHANES III ), 2205–2213.
Diabetes Melitus Dan Hipertensi Di Ruangan
Hemodialisa RSUP Prof Dr R.D Kandou
MAnado. E-Jurnal Keperawatan, 5(2). https://doi.org/10.1681/ASN.2006101165

Bronas,U. G., Puzantian, H., & Hannan, M. (2017). Harsono. (2009). Kapita Selekta Neurologi.
Cognitive impairment in chronic kidney
disease: Vascular milieu and the potential Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
therapeutic role of exercise. BioMed

Herman, I. (2016). Hubungan Lama Hemodialisis


Research International,
2017(Mci).https://doi.org/10.1155/2017/2726
369 Dengan Fungsi Kognitif Pasien Penyakit

Desnauli, E., Nursalam, & Efendi, F. (2011). Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di
Indikator Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Kronis Yang Menjalani Hemodialisa
Berdasarkan Strategi Koping.Jurnal Ners,
Universitas Lampung.
6(2).

Folstein, M., Folstein, S., & McHugh, P. (1975). Juwita, L & Kartika, I. R. (2019).Pengalaman
Menjalani Hemodialisa Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis.Jurnal Endurance: KajianIlmiah
[Mini-mental state examination Problema Kesehatan, 4(1), 97-106.
(MMSE)scoring method]. Journal Psychiatric

Kartika, I. R., & Juwita, L. (2018). Quality of Life on


Res, 398–402. Retrieved
fromhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/243
141 03

8|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Wahyuni, A., Kartika, I.R., Asrul, I.F. & Gusti, E. (2019). RNJ. 2(1) : 1-
9

Rahman, M. T. S. A., Kaunang, T. M.


D., & Elim, C. (2016).Hubungan
Chronic Renal Patients Who Running
Antara Lama Menjalani
Hemodialisis Dengan Kualitas
Hemodialysis: A Descriptive Study. Jurnal Hidup Pasien Yang Menjalani
Hemodialisis di Unit
INJEC, 3(1), 22–27. Hemodialisis.Jurnal E-Clinic (ECl,
4(1), 36– 40.

Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar.


Rendy, C. M. (2012). Asuhan
KeperawatanMedikal Bedah Penyakit
Jakarta. Retrieved from Dalam. Yogyakarta:
http://www.depkes.go.id/resources/download/
general/Hasil Riskesdas 2013.pdf
Nuha Medika.

Komalasari,R. (2014). Domain Fungsi Kognitif


Roslaini. (2017). Korelasi Kadar
Setelah Terapi Stimulasi
Methylglyoxal
Kognitif.JurnalKeperawatan Indonesia, 17(1),
11–18.
Dengan Fungsi Kognitif Pada
Madan, P., Agarwal, S., Kalra, O. P., & Tandon, O. Pasien
P. (2007).Effect of hemodialysis on cognitive
function in ESRD patients.Renal Failure, Penyakit Ginjal Kronik Yang
Menjalani
29(6), 699–703.
Hemodialisa. Universitas Andalas.
https://doi.org/10.1080/08860220701460103
Shadifat, E. A., & Manaf, M. R. A.
Maksum,M. (2015). The Relations Between (2012). Quality of Life of
Hemodialysis Adequacy And The Life Quality Caregivers and Patients
Of Patiens. Medical Journal of Undergoing Haemodialysis at
LampungUniversity, 4, 39–43. Retrieved Ministry of
fromhttp://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.p
hp/m ajority/article/view/499

Manus,S., Moeis, E., & Mandang, V. (2015).


Perbandingan Fungsi Kognitif Sebelum Dan
Sesudah Dialisis Pada Subjek Penyakit
Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Hemodialisis.Jurnal E-Clinic (Ecl), 3(3), 816–
819.
Department of Community Health National University of
Malaysia Department of Community Health National
University of Malaysia, 2(3), 75–85.

Wahyuni, A., Lawati, U. Z., & Gusti, E. (2019). Korelasi Lama


Menjalani Hemodialisa Dengan Pruritus Pada Pasien
Hemodialisa,
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN NERS
JalanBeliang No.110 Palangka Raya Telp. (0536) 3327707

LEMBAR KONSUL
Nama Mahasiswa : VERONIKA
NIM : 2017.C.09a.0912
Angkatan : IX(Sembilan)
TahunAjaran/Semester : 2020/2021
Pembimbing : Rimba Aprianti, S. Kep.,Ners
Hari/Tgl/W Catatan Pembimbing TandaTangan
No.
aktu Pembimbing Mahasiswa
1 Jumat, 10 1. Bimbingan Pre Conference
Oktober
2. Perbaiki Sistematika
2020
Penulisan
3. Perbaiki urutan dari sub tema
4. Masukkan gambar anatomi
ginjal
5. Perbaiki patway
6. Cari referensi 10 tahun
terakhir
7. Masukkan Jurnal terkait
minimal 1
Sarjana Keperawatan 4B is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting
Topic : Bimbingan Pre
conference PPK IV Kel. 3 kelas
4B Pembimbing Rimba Aprianti
Ruang Hemodialisa
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/97734811967?
pwd=NjZUYjVZYXUvelFxVkdz
NVhCR005dz09
Meeting ID: 977 3481 1967
Passcode: jBn1RB
Kamis 15
Oktober
2020
1. Bimbingan Askep
2. Perbaiki Askep sesuai saran
3. Tambahkan diagnosa defisit
pengetahuan
4. perhatikan sistematika
penulisan
5. lanjut buat SAP, tinjauan teori,
leaflet
Topic: Bimbingan Askep PPK IV
Kel. 3 R. hemodialisa
Pembimbing Rimba Aprianti
Time: Oct 15, 2020 04:00 PM
Jakarta
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/93730031440?
pwd=K3BwTDg1d1JTUWJEWD
RVZzMvNlNXZz09

Meeting ID: 937 3003 1440


Passcode: Z7Rmv0
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2015. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito. 2013. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan


masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:


Upper Saddle River

Kasuari.2012. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan


Patofisiology.Magelang. Poltekes Semarang PSIK Magelang

Mansjoer, A dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New


Jersey: Upper Saddle River

Anda mungkin juga menyukai