Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan

prioritas. Tingkatan yang pertama yaitu kebutuhan fisiologis, seperti udara, air

dan makanan. Tingkatan yang ke dua yaitu kebutuhan keselamatan dan

keamanan. Tingkat yang ketiga yaitu kebutuhan cinta dan rasa memiliki.

Tingkat yang ke empat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri. Tingkat

yang terakhir adalah kebutuhan aktualitas diri (Potter dan Perry, 2009).

Salah satu efek dari terganggunya termoregulasi adalah demam atau

hipertermi. Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk

mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan

peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam yang berhubungan dengan infeksi

kurang lebih hanya 29-52%, sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4% dengan

penyakit metabolik, 11-12% dengan penyakit lain (Avin, 2010).

Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi atau

bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi pertanda

bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011). Demam

bukan merupakan penyakit melainkan reaksi yang menggambarkan adanya suatu

proses dalam tubuh. Saat terjadi kenaikan suhu, tubuh bisa jadi sedang
2

memerangi infeksi sehingga terjadi demam atau menunjukan adanya proses

inflamasi yang menimbulkan demam (Arifianto, 2012). Protokol Kaiser

Permanente Appointment and Advice Call Center mendefinisikan demam yaitu

temperatur rektal diatas 38°C, aksilar 37,5°C dan diatas 38,2°C dengan

pengukuran membrane tympani. Sedangkan dikatakan demam tinggi apabila

suhu tubuh >41°C (Kania, 2010). Demam pada anak terjadi ketika suhu tubuh

anak diatas 38°C (Arifianto, 2012). American Academy of Pediatrics (AAP)

menyebutkan bahwa demam sering terjadi pada anak usia sekolah yaitu 5-11

tahun yang disebabkan oleh infeksi virus seperti batuk, flu, radang tenggorokan,

common cold (selesma) dan diare.

Di Indonesia ada sekitar dua pertiga anak yang mendapatkan bantuan

penyediaan perawatan kesehatan atas alasan kondisi demam atau febris dalam

dua tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada

bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik

(Rudolph, 2009.) Rincian diagnosis yang ditemukan pada anak dengan suhu

tubuh tinggi meliputi febris typoid (23,1%), observasi febris (30%), GE (17%),

DHF (20%), diare sedang (6,6%) dan kejang demam serta asma (3,3%).

Normalnya suhu tubuh berkisar 36º-37º C, suhu tubuh dapat diartikan

sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang

dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk

memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi

panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab,
3

misalnya penyakitatau setres. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas

maupun dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2009).

Oleh sebab itu klien harus dirawat di rumah sakit agar mendapatkan

perawatan yang intensif dari perawat, agar terhindar dari kematian

Tabel 1.1

Distribusi frekuensi diagnosa diruang perawatan anak

Arafah II

Rumah Sakit Islam Assyifa

Periode November 2018– Maret 2019

No Penyakit Distribusi Frekuensi


1 Bronchopneumonia 146 23,7%
2 Gastroenteritis 116 18,8%
3 Bacterial Infection 88 14,2%
4 Kejang deman kompleks 59 9,6%
5 Kejang demam 48 7,8%
sederhana
6 TF 46 7,4%
7 ISPA 34 5,6%
8 Febris 33 5,3%
9 Asma 27 4,3%
10 Typoid 21 3,3%
Jumlah 321 100%
Sumber : laporan ruangan Arafah II Rumah Sakit Islam Assyifa 2019

Pada tabel 1.2 febris berada pada urutan ke 8, febris sendiri sering terjadi

pada gejala awal dalam 10 besar penyakit yang sering terjadi, dampak yang

terjadi apabila febris tidak ditangani secara intensif bisa menyebabkan

menyebar ke penyakit lain, kecacatan otak dan bahkan bisa menyebabkan

kematian.
4

Peran perawat dalam kasus ini sangat diperlukan untuk memberikan

asuhan keperawatan pada febris, dengan pemberian asuhan keperawatan seperti

kompres hangat, pemberian cairan, dan perawatan intensif pada klien.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis dan

mengkaji kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Anak dengan Febris di ruangan Arafah II Rumah Sakit Islam

Assyifa Kota Sukabumi.”

B. Tujuan

1. Umum

Untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada An.A dengan prioritas

masalah gangguan termoregulasi.

2. Khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian febris

b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan febris

c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan febris

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan febris

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada febris

f. Mampu membandingkan antar konsep dengan kenyataan febris


5

C. Metode dan Cara Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan studi kasus

ini adalah metode deskriptif partisipasi yaitu metode penulisan yang berdasarkan

pada gambar masalah yang ada dan penulis mengkaji langsung pada klien,

dengan cara studi kasus dan studi pustaka.

Pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, perencanaan,

implementasi, evaluasi. Adapun teknik penulisan yaitu pengumpulan data

dengan melakukan observasi kemudian menggambarkannya dengan

memaparkan dalam bentuk karya tulis ilmiah, sedangkan untuk mengumpulkan

data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode komunikasi yang direncanakan dan

meliputi Tanya jawab antara perawat dengan kedua orang tua klien yang

berhubungan dengan masalah klien.

b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengganti perilaku dan keadaan klien

untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan klien.

c. Studi dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang didapat dengan cara mempelajari langsung

rekam medik pasien diruangan.


6

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk memperoleh data

subjektif dan objektif dari riwayat kesehatan klien. Tujuan pemeriksaan fisik

untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah, dan

mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan, cara

yang di pakai penulis yaitu dengan cara persistem.

e. Studi kepustakaan

Pengumpulan data dengan cara studi kepustaan yaitu yang di dapat dari

literatur yang menunjang terhadap kasus dan data-data yang sudah di peroleh

dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

D. Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,

yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang konsep dasar penyakit yang meliputi

pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, manajemen

medik.
7

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan proses asuhan keperawatan yaitu meliputi

pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan dan catatan perkembangan

keperawatan. Dan sedangkan pembahasan menjelaskan tentang perbedaan dan

kesamaan antara teori dan kenyataan di ruangan keperawatan yang di bahas

secara sistematis.

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisikan penutup yang menjelaskan tentang kesimpulan yang

mengacu pada tujuan dan saran yang menekankan pada asuhan yang sifatnya

lebih operasional dari karya tulis ilmiah.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Febris adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di

hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan febris jika suhu orang

menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2009). Febris terjadi karena

pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang

oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau

merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu

infeksi (Sjaifoellah Noer, 2009). Febris berarti suhu tubuh diatas batas

normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh

zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit

bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Febris adalah keadaan dimana terjadi

kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil

batasan lebih dari 37,8⁰C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C

disebut Febris tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2010).

Maka dari itu penulis mengambil kesimpulan bahwa febris adalah

keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih, dan dari

banyak contoh kasus febris, semuanya sangat berbahaya bagi tubuh

manusia, bisa jadi dapat mengakibatkan kematian, dan dimulai dari febris

ini sendiri dapat terjangkit ke penyakit lain, karena febris ini adalah awal
9

mula dari berbagai macam penyakit, maka dari itu klien yang menderita

febris ini harus di rawat intensif di rumah sakit, karena bisa jadi berbahaya

bila tidak mendapatkan perawatan intensif.

Tipe febris yang mungkin kita jumpai antara lain:

a. Febris septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada

malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering

disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila febris yang tinggi tersebut

turun ketingkat yang normal dinamakan juga febris hektik.

b. Febris remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai

suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai

dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat febris septik.

c. Febris intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam

dalam satu hari. Bila febris seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut

tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan

febris disebut kuartana.

d. Febris kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.

Pada tingkat febris yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

e. Febris siklik
10

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti

oleh beberapa periode bebas febris untuk beberapa hari yang kemudian

diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe febris kadang-kadang

dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe febris intermiten

untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat

dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses,

pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak

dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek

90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya

merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit

virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap

waspada terhadap infeksi bakterial.


11

Tabel 2.1

Jenis-Jenis Febris

Jenis Demam Ciri-ciri


Febris septik Malam hari suhu naik sekali, pagi
hari turun hingga diatas normal,
sering disertai menggigil dan
berkeringat
Febris remitten Suhu badan dapat turun setiap hari
tapi tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai
2 derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Febris intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam terjadi dua hari
sekali disebut tertiana dan apabila
terjadi 2 hari bebas demam diantara
2 serangan demam disebut kuartana.
Febris kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat febris yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

.
12

2. Etiologi

Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2010

bahwa etiologi febris,diantaranya :

a. Suhu lingkungan.

Sebab suhu lingkungan yang tidak baik sangat berpengaruh pada

kondisi tubuh manusia, yang bisa menyebabkan suhu tubuh menjadi

tidak normal.

b. Adanya infeksi.

Adanya infeksi pada tubuh dapat menyebabkan suhu tubuh menjadi

tidak normal yang disebabkan oleh bakteri yang ada pada infeksi

tersebut.

c. Imunisasi

Pemberian imunisasi pada anak dapat menyebabkan panas atau

demam, yang disebabkan oleh, tubuh membentuk sistem kekebalan

tubuh barugabungan dari vaksin imunisasi yang dimasukan ke

dalam tubuh, sehingga menyebabkan suhu tubuh meningkat.


13

3. Anatomi Fisiologi

A. Anatomi Fisiologi
1. Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian kecil tapi penting dari otak. Ini
berisi beberapa inti yang kecil dengan berbagai fungsi. Itu
memainkan peran penting dalam sistem saraf serta sistem endokrin.
Yang terhubung ke kelenjar kecil dan penting lain disebut kelenjar
hipofisis.
Gambar 2.1

Hipotalamus terletak di bawah thalamus dan tepat di atas batang


otak. Membentuk bagian anterior diencephalon. Semua vertebrata
otak berisi hipotalamus. Pada manusia, itu adalah kira-kira ukuran
almond
.
2. Fungsi hipotalamus
Hipotalamus sangat penting untuk hidup seperti itu memainkan
peran yang sangat penting. Kontrol proses metabolisme tertentu dan
kegiatan lainnya dari sistem saraf otonom. Mengsintesiskan dan
mengeluarkan neurohormones, sering disebut hipotalamus
mengeluarkan hormon. Melepaskan hormon ini membantu
mengontrol dan mengatur sekresi hormon hipofisis.
Fungsi hipotalamus dapat terdaftar sebagai:
14

a) mengontrol pelepasan hormon utama 8 oleh kelenjar hipofisis


b) kontrol suhu tubuh
c) kontrol dari asupan makanan dan air, lapar dan Haus
d) kontrol seksual perilaku dan reproduksi
e) kontrol siklus harian di fisiologis negara dan perilaku juga
dikenal sebagai ritme sirkadian
f) mediasi tanggapan emosional

3. Anatomi dan tindakan


Hipotalamus berisi sejumlah besar inti dan serat traktat.
Sel-sel dalam dua inti utama mensekresikan vasopresin (ADH,
hormon antidiuretic), oxytosin dan CRH (corticotropin melepaskan
hormon). Dua besar inti adalah inti supraoptic dan paraventricular.
ADH dan oxytosin kemudian diangkut ke bawah akson dari sel-sel
dalam inti supraoptic dan paraventricular melalui infundibulum
untuk neurohypophysis (posterior pituitari), dimana mereka
dilepaskan ke dalam aliran darah. Jalur ini disebut saluran
supraopticohypophysial.
Kerusakan hipotalamus anterior blok produksi ADH. Hal
ini menyebabkan kondisi yang mana gagal ginjal untuk menghemat
air dan kondisi ini disebut diabetes insipidus. CRH dirilis oleh
paraventricular inti dan diambil oleh sistem portal mana memiliki
tindakan pada lobus anterior hipofisis. Ada hubungan dengan mata
dan otak. Hubungan antara retina ke inti suprachiasmatic berkaitan
dengan sinkronisasi irama harian juga dikenal sebagai ritme
sirkadian. Setiap lesi atau penyakit hipotalamus sehingga
mempengaruhi siklus tidur-bangun (Setiadi, 2009).

Keadaan febris sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai

petanda penyakit. Suhu penderita biasanya diukur dengan termometer air


15

raksa dan tempat pengambilannya dapat diaksila, oral atau rektum. Suhu

tubuh normal berkisar antara 36,5 oC – 37,2 oC. Suhu sub normal dibawah

36 oC. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh diatas 37,2 oC.

Hiperpireksia adalah suhu kaadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi

41,2 oC atau lebih, hipertermi adalah keadaan suhu tubuh dibawah 35,5 oC.

Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu tubuh di aksila, oral

dan rektum. Dalam keadaan biasa perbedaan ini berkisar sekitar 0,5 oC, suhu

rektal lebih tinggi dari pada suhu oral. Febris terjadi karena pelepasan

pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen

oksigen yaag dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil

reaksi imunologi yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga

bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin 1.

Didalam hipotalamus, zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat serta

mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat

menyebabkan suatu pireksia (Soeparman, 2012 ).

4. Patofisiologi

Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon

imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam

tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan

merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.

Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
16

(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal

dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik

terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein,

pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas

oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh

menyebabkan demam selama keadaan sakit.

Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh

terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan

akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit

pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil

pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen

leukosit.

Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima

(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur

panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang

pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi

prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu

tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat

sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah

ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang

menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang

aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk

memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang


17

menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi

atau sistem kekebalan tubuh.

5. PATHWAY
Gambar 2.2
Pathway
Pathway Demam

Bakteri Virus

Reaksi obat Infeksi Endotoksin Zat peradangan Pirogenik lain

Monosit makrofag
sel kupfer

Respon hipotalamus
anterior Kesan psikis tidak enak

Gangguan psikis

Penigkatan titik
penyetelan suhu Demam Dx. Cemas

Vasidolatasi
kulit Berkeringat
18

6. Manifestasi Klinik

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi

tergantung pada fase demam yang meliputi :

Fase I (Dingin/Menggigil) tanda dan gejalanya:

- Peningkatan denyut jantung

- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan

- Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

- Peningkatan suhu tubuh

- Pengeluaran keringat berlebih

- Rambut pada kulit berdiri

- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase II (Proses demam) tanda dan gejalanya :

- Proses menggigil lenyap

- Kulit terasa hangat/panas

- Merasa tidak panas/dingin

- Peningkatan nadi

- Dehidrasi

- Kelemahan

- Kehilangan nafsu makan (Jika demam meningkat)

- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein

Fase III (Pemulihan) tanda dan gejalanya:

- Kulit tampak merah dan hangat


19

- Berkeringat

- Menggigil ringan

- Kemungkinan mengalami dehidrasi

7. Komplikasi

a. Dehidrasi : demam meningkat penguapan cairan tubuh

b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering

terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24

jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang

demam ini juga tidak membahayakan otak.

8. Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji coba darah

Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,

hipokloremia, SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin

meningkat reverse alkali menurun

2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus

rutin

3. Dalam tahan biopsy melalui tempat-tempat yang dicurigai juga dapat

dilakukan pemeriksaan lain seperti anginografi, aortografi atau

limfangiografi

4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning masih dapat dilakukan

9. Penatalaksanaan

1. Secara Fisik

a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal


20

b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal

c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air

meningkat

d. Memberikan kompres dengan menggunakan air hangat bukan air

dingin atau es, kompres dibagian perut, dada dengan

menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi air hangat

2. Obat-obatan Antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat

pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah

pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim

cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali

menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas

normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk

pemberian antipiretik:

a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok teh sirup parasetamol

b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½

sendok teh sirup parasetamol

c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok

teh sirup parasetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu

dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas ini

diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran

5 ml setiap sendoknya. Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan


21

pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya

pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal

kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang

berisiko kejang demam.

Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari

golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan

kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.

Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan

pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim

cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol

yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis

dalam susunan saraf pusat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Febris

Dalam asuhan keperawatan klien dengan Febris menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap, yaitu:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau lanngkah awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Tujuan pengkajian keperawatan adalah

pengumpulan data mengelompokan serta menganalisan dan merumuskan

diagnose keperawatan. Pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien Febris

sebagai berikut:
22

a. Identitas pasien dan penanggung jawab

1) Identitas pasien

Identitas pasien merupakan nama, umur, agama, suku bangsa,

jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik, tangal masuk rumah sakit

serta tanggal pengkajian.

2) Identitas penanggung jawab

Yaitu kedua orang tua atau keluarga lain yang dekat dengan klien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,

alamat dan hubungan dengan pasien.

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dikaji, keluhan yang

biasanya terjadi pada Febris adalah terjadi peningkatan suhu tubuh atau

demam.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang bisa

ditemukan.

2) Riwayat kesehatan keluarga

Petugas kesehatan menanyakan tentang status kesehatan anggota

keluarga terdekat dengan mengkaji apakah ada anggota keluarga yang

mengalami penyakit yang sama atau penyakit meluar lainnya.


23

d. Genogram

Merupakan gamabaran struktur keluarga pasien dan gambaran pola

asuh pasien.

e. Riwayat kehamilan dan persalinan

Merupakan informasi kesehatan danibu mulai prenatal, intranatal dan

postnatal.

1) Antenatal

Apakah pada saat kehamilan ibu klien selalu melakuan

pemeriksaan kehamilannya.

2) Intranatal

Merupakan lamanya usia mengandung ibu klien.

3) Postnatal

Kondisi klien pada saat pertama kali dilahirkan

f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan

Meliputi perkembangan klien secara fisik seperti berat badan,

tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, pertumbuhan gigi

dan aktivitas klien.

2) Perkembangan

Meliputi perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik

halus, perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa.

g. Riwayat imunisasi

Jenis imunisasi apa saja yang telah diberikan kepada klien.


24

h. Riwayat pemberian makan

Makanan dan asupan gizi yang diberikan kepada klien

i. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola nutrisi

Yang perlu dikaji pada klien Febris adalah jenis, frekuensi serta

keluahan .

2) Pola eliminasi

Yang perlu dikaji pada febris adalah BAB (frekuensi, jumlah,

konsistensi, bau dan warna), BAK (frekuensi, jumlah, bau dan

warna).

3) Pola istirahat

Pada kasus febris biasanya pasien akan mengalami

ketidaknyamanan pada waktu istirahat.

4) Pola aktivitas

Pada kasus febris pasien akan terlihat lemas.

5) Personal hygiene

Saat dirawat apakah sudah terpenuhi personal hygine atau belum.

j. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Pada febris keadaanya klien lemah dan tingkat kesadaran tinggi.

2. Tanda-tanda vital

a. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,5 oC)


25

b. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)

c. Nadi :Frekuensi = Normal: 60-100x/menit; Takikardia:

>100; Bradikardia: <60.Keteraturan= Normal : teratur.

d. Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba;

2+: Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap; 3+: denyutan

kuat dan mudah teraba.

e. PernafasanFrekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea;

<15 bradipnea.Keteraturan= Normal : teratur. Kedalaman:

dalam/dangkal. Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal :

tidak ada

3. Pemeriksaan head to toe

a. Kepala

1. Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan,

adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala,

warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.

2. Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur

rambut.

b. Mata

Dalam inspeksi mata, bagian-bagian mata yang perlu diamati

adalah bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil.

Pada palpasi mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui

tekanan bola mata dan mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk


26

mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti, diperlukan alat

tonometri yang memerlukan keahlian khusus.

c. Hidung

1. Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna,

kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan,

pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda-tanda

infeksi).

2. Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak,

nyeri, dan septum deviasi).

d. Mulut

1. Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut

dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.

2. Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi

lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/radang gusi,

kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit-

langit.

e. Telinga

1. Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,

integritas, posisi telinga, warna, liang telinga

(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.

2. Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus

f. Leher

1. Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.


27

g. Thorax

1. Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas

(frekuensi, irama, kedalaman, dan

upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu

pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/

penonjolan.

2. Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,

tractile fremitus (perawat berdiri dibelakang pasien,

instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-

tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan

dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien).

h. Abdomen

1. Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi,

scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan

umbilicus, dan gerakan dinding perut.

2. Palpasi : periksa adanya nyeri irregular, lokasi, dan

nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih

dahulu.

i. Genetalia

Kaji apakah ada lesi disekitarnya, kaji keluaran buanag air

kecil dan buang air besar serta kaji kebersihannya. Biasanya


28

akan ditemukan penurunan produksi urin akibat ketidak

seimbangan cairan tubuh.

j. Ekstrimitas

Perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan

syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

4. Data psikososial

Dikaji apakah keadaan psikososial orang tua terhadap kondisi

anaknya sekarang.

5. Analisa data

Menghubungakn data yang diperoleh dari teori dan prinsip asuah

keperawatan yang relevan dengan kondisi klien. Melalui pengasahan

data, pengelompokan data dengan membandingkan data, menentukan

dan menafsirkan kesenjangan serta membuat kesimpulan tentang

masalah yang ada.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

pasien, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah. North American

Nursing Diagnosis Association (NANDA) menyatakan bahwa diagnosis

keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon individu (klien dan

masyarakat) tentang masalah kesehatan actual; atau potensial sebagai dasar


29

seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuahn keperwatan

sesuai dengan kewenangan perawat (Nursalam, 2013). Pada kasus Febris

akan muncul diagnosa sebagai berikut :

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi.

2. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

3. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak

adekuat dan diaphoresis.


30

Menurut NIC-NOC diagnosa adalah :

Tabel 2.2

Diagnosa NIC-NOC

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
berhubungan dengan keperawatan selama…x24jam  Monitir suhu sesering mungkin
proses infeksi, proses klien menunjukkan temperatur  Monitor IWL
penyakit. dalam batas normal dengan  Monitor warna dan suhu kulit
Batasan karakeristik : kriteria hasil:  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 Kenaikan suhu  Suhu Tubuh dalam batas  Monitor penurunan tingkat kesadaran
normal
tubuh diatas rentang  Monitor WBC, HB dan HCT
 Bebas dari kedinginan
normal  Monitor intake dan output
 Suhu tubuh stabil 36,50-
 Serangan atau  Kolaborasikan pemberian antipiretik
37,50c
konvulsi (kejang)  Berikan pengobatan untuk mengatasi
 Termoregulasi dbn
 Kulit kemerahan penyebab demam
 Nadi dbn
 Pertambahan RR <1 bln : 90-170  Selimuti pasien
 Takikardi <1 thn : 80-160  Berikan cairan intravena
 Saat disentuh 2 thn : 80-120  Kompres pasien pada lipat paha dan
tangan terasa hangat 6 thn : 75-115 aksila
10 thn : 70-110  Tingkatkan sirkulasi udara
14 thn : 65-100  Berikan pengobatan untuk mencegah
>14thn : 60-100 terjadinya menggigil
 Respirasi dbn Temperature regulation
BBL : 30-50 x/m  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Anak-anak : 15-30 x/m  Rencanakan monitoring suhu secara
Dewasa : 12-20 x/m kontinyu
 Monitor TD, nadi dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
 Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu dan RR
31

 Catat adanya fluktuasi tekanan darah


 Monitor VS pada saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
 Monitor TD , nadi, RR, sebelum,
selama dan sesudah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama dari
pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan abnormal
 Monitor warna, suhu dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan  Sediakan lingkungan yang aman untuk
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam pasien
infeksi anak bebas dari cidera dengan  Identifikasi kebutuhan keamanan
mikroorganisme. kriteria hasil: pasien sesuai dengan kondisi fisik dan
 Menunjukan homeostatis fungsi kognitif pasien dan riwayat
 Tidak ada perdarahan mukosa penyakit terdahulu pasien
dan bebas dari komplikasi lain  Menghindari lingkungan yang
berbahaya misalnya memindahkan
perabotan
 Memasang side rail tempat tidur
 Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang cukup
 Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
3. Resiko kurang cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
32

berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam  Pertahankan catatan intake dan output
intake yang kurang volume cairan adekuat dengan yang akurat
dan diaphoresis,faktor kriteria hasil:  Monitor status dehidrasi (kelembaban
yang mempengaruhi  Mempertahankan urine membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
kebutuhan cairan output sesuai dengan usia dan darah ortostatik)
(hipermetabolik). BB, BJ urine normal, HT normal  Monitor vital sign
 Tekanan darah, nadi, suhu  Monitor asupan makanan/ cairan dan
tubuh dalam batas normal hitung intake kalori harian
 Tidak ada tanda- tanda  Lakukan terapi IV
dehidrasi, elastisitas turgor kulit  Monitor status nutrisi
baik, membrane mukosa  Berikan cairan
lembab, tidak ada rasa haus  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
yang berlebihan.  Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nasogastrik
sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
 Anjurkan minum kurang lebih 7-8
gelas belimbing perhari
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
 Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan  Kaji dan identifikasi serta luruskan
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24jam informasi yang dimiliki klien/keluarga
hipertermi, efek ansietas klien/keluarga hilang mengenai hipertermi
proses penyakit dengan kriteria hasil:  Berikan informasi pada klien/keluarga
 Klien/keluarga dapat yang akurat tentang penyebab hipertermi
mengidentifikasi hal-hal yang  Validasi perasaan klien/keluarga dan
dapat meningkatkan dan yakinkan klien/keluarga bahwa kecemasan
menurunkan suhu tubuh merupakan respon yang normal
 Klien/keluarga mau  Diskusikan dengan klien/keluarga
berpartisipasi dalam setiap rencana tindakan yang dilakukan
tidakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan
keadaan penyak
33

Tabel 2.3
Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa kep Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
1 Hipertermia Setelah dilakukan  Monitir suhu  Menimbulkan rasa
berhubungan tindakan keperawatan sesering saling percaya
dengan proses selama 3x24jam klien mungkin terhadap klien
infeksi, proses menunjukkan  Monitor IWL
 Merupakan data
penyakit. temperatur dalam batas  Monitor warna
utama, untuk
normal dengan kriteria dan suhu kulit
Batasan  Monitor menentukan
hasil:
karakeristik : tekanan darah, intervensi
Suhu Tubuh dalam nadi dan RR selanjutnya yang
Kenaikan suhu
batas normal  Monitor akan dilakukan oleh
tubuh diatas
penurunan perawat
rentang normal Bebas dari kedinginan
tingkat  Untuk menurunkan
Serangan atau Suhu tubuh stabil kesadaran
gejala penyakit
konvulsi (kejang) 36,50-37,50c  Monitor intake
dan output klien
Kulit kemerahan Termoregulasi dbn  Kolaborasikan  Mengetahui data
pemberian penunjang penyakit,
Pertambahan RR Nadi dbn
antipiretik dan membantu
Takikardi <1 bln : 90-170  Kompres perawat dalam
pasien pada menentukan
Saat disentuh <1 thn : 80-160 lipat paha dan
tangan terasa intervensi yang akan
2 thn : 80-120 aksila
hangat dilakukan.
6 thn : 75-115
10 thn : 70-110
14 thn : 65-100
>14thn : 60-100
· Respirasi dbn
BBL : 30-50 x/m
Anak-anak : 15-30 x/m
Dewasa : 12-20 x/m
34

 Kolaborasi dengan  Membantu


Ketidakseimbangan Setelah dilakukan ahli gizi untuk dalam
2
nutrisi : Kurang tindakan keperawatan menentukan jumlah pemenuhan
dari kebutuhan selama 3x 24 jam kalori dan nutrisi kebutuhan gizi
tubuh berhubungan nutrisi kurang teratasi yang dibutuhkan klien
dengan intake yang dengan indikator: pasien
tidak adekuat  Monitor turgor kulit
 Albumin serum
 Monitor pucat,
 Pre albumin serum kemerahan, dan
 Hematokrit kekeringan jaringan
 Hemoglobin konjungtiva
 Jumlah limfosit  Kelola pemberan
anti emetik
3 Risiko volume Setelah dilakukan  Pertahankan  Membantu dalam
cairan berhubungan tindakan keperawatan catatan intake pemenuhan
dengan selama 2 x24jam dan output kebutuhan cairan
peningkatan volume cairan adekuat yang akurat
klien
permeabilitas dengan kriteria hasil:  Monitor status
dehidrasi  Meningkatkan
pembuluh darah,
perdarahan.  Mempertahankan (kelembaban cairan tubuh dan
urine output sesuai membrane mempercepat efek
dengan usia dan BB, mukosa, nadi obat
BJ urine normal, HT adekuat,
normal tekanan darah
 Tekanan darah, nadi, ortostatik)
suhu tubuh dalam  Monitor vital
batas normal sign
 Tidak ada tanda-  Anjurkan
tanda dehidrasi, minum kurang
elastisitas turgor lebih 7-8 gelas
kulit baik, belimbing
membrane mukosa perhari
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
35

3. Perencanaan tindakan keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada

diagnosis keperwatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis

keperawatan dan menyimpulan rencana dokumentasi. Secara sederhana

rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan

dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi keperawatan. Adapun

kriteria tersebut harus berpedoman pada SMART yaitu:

a. Berpokus pada klien, yaitu apa yang akan dilakukan, kapam dan

sejauh mana tindakan yang akan dilakukan


dan
b. Singkat jelas, dapat memudahkan perawat untuk mengidentifikasi

tujuan dan rencana tindakan.

c. Dapat diobservasi dan diukur, menjelaskan perilaku klien atau

keluarga yang diharapakan jika tujuan telah tercapai.

d. Ada batas waktu pencapaian hasil harus dinyatakan dalam penulisan

kriteria hasil.

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah

direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri

adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat

serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan

kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil

keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. Tujuan dari
36

implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2013).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh tingkat keberhasilan dari

diagnose keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya. Tahap

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kesalahan yang terjadi

selama tahap pengkajian, analisa, perencanaa impelementasi intervensi.


37

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. PENGKAJIAN

a. Pegumpulan Data

1) Identitas Klien

Nama : An. A

Tempat, tanggal lahir : Sukabumi, 18 Maret 2014

Umur : 5 Tahun 10 Hari

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

\]Pendidikan : Pelajar

Suku bangsa : Indonesia

Alamat : Jalan Raya Cibolang RT.20 RW.06,

Cibatu, Cisaat

Diagnosa medis : Febris

No. RM : 337695

Tanggal masuk : 27 Maret 2019

Tanggal pengkajian : 28 Maret 2019

2) Identitas Orang Tua / Penanggung Jawab

Nama : Tn. J

Umur : 35 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Swasta


38

Pendidikan : S1

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Cibolang RT.20 RW.06,

Cibatu, Cisaat
b. Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan demam (febris)

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang

Alasan masuk di bawa kerumah sakit ibu klien mengatakan anak

nya sudah demam di sertai batuk dan pilek kurang lebih 7 hari, klien

nampak lemas, frekuensi makan dan minum menurun, terkadang diseratai

buang air besar yang cair, kemudian pada tanggal 27 Maret klien dibawa

ke Rumah Sakit Islam ASSYIFA untuk menjalani perawatan, kemudian

di temukan masalah demam dengan panas tinggi disertai batuk dan pilek

pada klien. Pada saat di kaji tanggal 28 Maret 2019, data yang diperoleh

pada saat di kaji klien nampak lemas, suhu tubuh klien meningkat 38,5°C

disertai batuk dan pilek.

2) Riwayat penyakit dahulu

Ibu klien mengatakan belum pernah mempunyai riwayat penyakit

sebelumnya.
39

3) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami

penyakit yang sama seperti klien serta tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit keturunan seperti asma dan diabetes mellitus.

d. Genogram

Gambar 3.1

Genogram

Keterangan :

: laki- laki

: perempuan

: klien

: garis keturunan

-------- : tinggal serumah


40

e. Riwayat kehamilan dan persalinan

1) Antenatal

Pada saat kehamilan ibu klien mengatakan selalu memeriksakan

diri dengan bidan, trisemester ketiga dua kali melakukan pemeriksaan

dengan bidan.

2) Intranatal

Ibu klien mengatakan bayi terlahir dengan spontan dan pada saat

persalinan di bantu oleh bidan pada umur kehamilan 9 bulan.

3) Postnatal

Pada saat lahir keadaan tubuh klien normal, tidak ada kelainan,

berat badan lahir 3,6 kg panjang badan saat lahir 52 cm.

f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan :

Berat badan sekarang 17 kg, tinggi badan 113 cm, lingkar kepala

52 cm, lingkar lengan atas 15 cm, pertumbuhan gigi klien baik, dan klien

sudah bisa beraktifitas di luar rumah, bermain dengan kawan sebayanya.


41

2) Perkembangan :

a. Personal sosial

Pasien sudah mampu cuci dan mengeringkan tangan,menyebut

nama teman dan memakai baju

b. Motorik halus

Pasien mampu menggoyangkan ibu jari serta meniru garis

vertikal

c. Bahasa

Pasien mampu mengetahui dua kegiatan,menyebut empat

gambar serta menunjuknya

d. Motorik kasar

Paien mampu berdiri 1 kaki selama 1 detik, loncat jauh dan

melempar bola keatas

Kesmipulan: Tidak ada kelainan perkembangan.


42

g. Riwayat imunisasi

Tabel 3.1

Riwayat imunisasi

No Jenis Usia diberikan Tempat Reaksi


imunisasi
1 Hepatitis 1 Saat lahir Puskesmas Demam
2 Hepatitis 2 2 bulan Puskesmas Demam
3 BCG <2 bulan Puskesmas Demam
4 DPT 1 <2 bulan Puskesmas Demam
5 DPT 2 3 bulan Puskesmas Demam
6 DPT 3 4 bulan Puskesmas Demam
7 Polio 1,2,3 2-4 bulan Puskesmas Demam

h. Pola kebiasaan sehari-hari

Tabel 3.2

Pola kebiasaan sehari-hari

No Kebiasaan sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit


1. Pola nutrisi
- Frekuensi Sering Jarang
- Jenis Nasi Bubur
- Porsi 1 Piring ½ Piring
- Keluhan Tidak ada Demam
2. Pola eliminasi
Eliminasi urin
- Frekuensi Tidak dikaji Tidak dikaji
- Jumlah Tidak dikaji Tidak dikaji
- Bau Khas urine Khas urine
- Warna Bening Bening
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi alvi
- Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Konsistensi Padat Padat
- Bau Khas tinja Khas tinja
43

- Warna Kuning Kuning


- Keluhan Tidak ada Tidak ad
3. Pola istirahat tidur
- Jumlah jam tidur siang 4-6 jam 2-4 jam
- Jumlah jam tidur 7-9 jam 7-8 jam
malam
- Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
4. Pola aktivitas
- Jenis bermain Bermain di luar Istirahat total di
rumah dan di kamar
dalam rumah
- Respon Aktif Lemas
Personal hygiene
- Berpakaian 2x/hari 1x/hari
- Mandi 2x/hari 1x/hari

i. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Klien nampak berbaring lemas dengan posisi kepala lebih tinggi

dari badan, ekstremitas atas terpasang infus di tangan kanan

dengan jenis cairan RL 20 tetes / menit.

Kesadaran : Composmentis

TTV : RR : 25x/menit (nilai normal 20 s/d 25)

N : 100 x/menit S : 38,5°C


44

2) Antropometri

Lingkar kepala : 52 cm

Lingkar lengan atas : 15 cm

Berat badan : 17 Kg

Tinggi badan : 113 cm

BB (Kg)
IMT = TB (m)x TB (m)

17
=
1,13 𝑥 1,13
17
= 1.28

= 13,28
Jadi hasil dari penghitungan IMT (Indek Masa Tubuh) klien

termasuk dalam kategori normal

3) Pemeriksaan head to toe

a. Kepala

Bentuk kepala normal, kulit kepala tampak bersih, rambut

berwarna hitam, distribusi merata, tidak terdapat lesi, tidak

terdapat benjolan dan nyeri tekan.

b. Mata

Bentuk simetris, antara kiri dan kanan, sclera berwarna putih,

pupil isokor dan berkontraksi ketika diberi cahaya ukuran pupil

mengecil ketika diberi kontraksi cahaya, konjungtiva anemis,

bentuk palpebral normal, tidak ada tanda peradangan.


45

c. Hidung

Bentuk hidung simetris antara kanan dan kiri, keadaan bersih,

tidak terdapat secret dan pendarahan pada cuping hidung, fungsi

penciuman baik dengan bisa mencium bau kayu putih dan tidak

ada nyeri tekan pada hidung.

d. Mulut

Bentuk mulut simetris antara atas dan bawah, keadaan bibir

kering berwarna merah muda tidak terdapat pendarahan di sekitar

gusi dan tidak dapat pemebesaran tonsil dan tidak ada nyeri

tekan.

e. Telinga

Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, keadaan telinga

bersih, fungsi pendengaran baik, ditandai dengan anak bisa

merespon ketika dipanggil.

f. Leher

Bentuk leher simetris, keadaan kulit bersih dan tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening, tidak ditemukan tanda deviasi

trakea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.


46

g. Dada/thorax

1. Inspeksi : simetris, ekspansi dada simetris

2. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

3. Perkusi : terdengar resonan disemua lapang paru

4. Aukultasi : bunyi jantung S1 S2 reguler

h. Abdomen

Keadaan kulit bersih, turgor kulit kembali <3 detik,

ditemukan distensi abdomen dan nyeri tekan, bising usus

8x/mnit.

i. Genetalia

Bentuk vagina normal tidak ditemukan kelainan, tidak

tampak lesi, atau tanda peradangan tampak labia mayora dan

minora, meatus uretra dan lubang anus

j. Ektrimitas

1. Atas

Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada

edema, ROM aktif, tangan kanan terpasang infus RL 15

tpm.

2. Bawah

Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk, pergerakan

bebas, ROM aktif.


47

4) Data psikososial anak

a) Ibu klien mengatakan anaknya tinggal serumah dengan

orang tua serta kakaknya.

b) Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya berada di

perkampungan

c) Ibu klien mengatakan hubungan antar anggota keluarga

terjalin harmonis

d) Ibu klien mengatakan pengasuh anaknya yaitu orang

tuanya dan kakaknya.

5) Pemeriksaan penunjang

Tabel 3.3

Pemeriksaan penunjang

No Tanggal Pemeriksaan Hasil Hasil Interpretasi


penunjang Rujukan
1. 27-02- Hemoglobin 10,8 g/Dl 10.1-12.9 Normal
2018
2. Leukosit 8.900 4.000- Normal
/uL 10.000
3. Hematokrit 34 % 31-43 Normal
4. Trombosit 189.000 150.000- Normal
/uL 450.000
48

6) Pengobatan atau therapi

Tabel 3.4

Pengobatan

No Tanggal Nama Obat Dosis Rute


1 27-03-2019 RL 20 tetes/menit Intra Vena
Pct drop 3x1 Per Oral
2 28-03-2019 Pct 3 x 1 cc Per Oral
RL 20 tetes/menit Intra Vena
3 29-03-2019 Pct 3 x 1 cc Per Oral
49

Tabel 3.5
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Orang tua klien Bakteri / Virus Hypertermi
mengatakan klien selama 3 hari
mengalami panas tinggi Infeksi
DO :
- Bibir kering
Demam
- Suhu badan 38,5 derajat
- Mengigil
- Kulit kering
2 DS: Ibu klien mengatakan Hipertermi Kurang pengetahuan
kurang paham dengan cara
perawatan dan pencegahan
febris Proses penyakit
DO:
- Kurang mengerti Keterbatasan
pencegahan febris kognitip
- Kurang mengerti cara
menangani penyakit
febris Kurang
pengetahuan

3 DS : Orang tua klien Infeksi Cemas


mengatakan klien sering rewel.
DO :
Demam
- Klien sering menangis
- Sulit tidur
Cemas
50

4 DS: Ibu klien mengatakan klien Mikro organisme Devisit volume


BAB 4x/hari cairan
DO:
Membentuk toksin
- BAB 4x/hari
- Feses encer Mengganggu
- Intake : 500 cc/24 jam absorbsi usus
menimbulkan
minum 400 cc sekresi berlebih
dari air dan
makan 100 cc elektrolit
- Autput : 815 cc/24jam
urin 500 cc Diare
feses 100 cc
cairan yang keluar yang Devisit Volume
tidak disadari 17 cc Cairan
( kekurangan cairan)

Tabel 3.6
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO MASALAH / DIAGNOSA TGL TGL TERATASI


DITEMUKAN
1. Hipertermi berhubungan 27 Maret 2019 30 Maret 2019
dengan proses infeksi
2. Resiko kekurangan volume 27 Maret 2019 30 Maret 2019
cairan berhungan dengan
intake yang kurang dan
deperosis
3. Cemas berhubungan dengan 27 Maret 2019 30 Maret 2019
hipertermi
51

Tabel 3.7
RENCANA KEPERAWATAN

TGL NDX. DAN DATA TUJUAN DAN RENCANA


PENUNJANG KRITERIA HASIL TINDAKAN
28/03/2019 DS : Orang tua klien Setelah dilakukan - Pantau suhu klien
mengatakan klien tindakan keperawatan (derajat dan pola)
selama 3 hari selama 3 x 24 jam perhatikan
mengalami panas klien menujukan menggigil/diafor
tinggi temperatur dalan - Pantau suhu
DO : batas normal dengan lingkungan
- Bibir kering kriteria: - Berikan kompres
- Suhu badan 38,5- Bebas dari hangat hindri
derajat kedinginan penggunaan akohol
- Mengigil - Suhu tubuh stabil - Berikan miman sesuai
- Kulit kering 36-37 C kebutuhan
- Kolaborasi untuk
pemberian antipiretik dan
antibiotik

DS : Orang tua klien Setelah dilakukan - Ukur/catat haluaran


29/03/2019 mengatakan klien tindakan perawatan urine dan berat jenis.
selama 3 hari selama 3 x 24 jam Catat ketidak seimbangan
mengalami panas volume cairn adekuat masukan dan haluran
tinggi dengan kriteria: kumulatif
DO : - tanda vital dalam - Pantau tekanan darah
- Suhu badan : 38,5 batas normal dan denyut jantung ukur
derajat - nadi perifer teraba CVP
- Mengigil kuat - Palpasi denyut perifer
- Banyak - haluran urine
berkeringat adekuat - Kaji membran mukosa
- tidak ada tanda- kering, tugor kulit yang
tanda dehidrasi kurang baik dan rasa
haus
- Kolaborasi untuk
pemberian cairan IV
sesuai indikasi
- Pantau nilai
laboratorium, Ht/jumlah
sel darah merah,
BUN,cre, Elek,LED,
GDS

30/03/2019 DS : Orang tua klien Setelah dilakukan - Kaji dan identifikasi


52

mengatakan klien tindakan perawatan serta luruskan informasi


sering rewel. selama 2 x 24 jam yang dimiliki klien
DO : cemas hilang dengan mengenai hipertermi
- Klien sering kriteria: - Berikan informasi
menangis - klien dapat yang akurat tentang
- Sulit tidur mengidentifikasi hal- penyebab hipertermi
hal yang dapat - Validasi perasaan
meningkatkan dan klien dan yakinkan klien
menurunkan suhu bahwa kecemasam
tubuh merupakan respon yang
- klien mau normal
berpartisipasi dalam - Diskusikan rencana
setiap tidakan yang tindakan yang dilakukan
dilakukan berhubungan dengan
- klien hipertermi dan keadaan
mengungkapkan penyakit
penurunan cemas
yang berhubungan
dengan hipertermi,
proses penyakit
53

Tabel 3.8
TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL KODE JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN PARAF


NDX (WIB) HASIL
28/03 1 15.00- Memantau suhu klien (derajat dan pola)
perhatikan menggigil/diaforsis
- Memantau suhu lingkungan
- Memberikan kompres hangat hindri
- Memberikan minum sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
pemberian antipiretik dan antibiotic

Mengukur/mencatat haluaran urine dan


2 15.00 berat jenis.
- Mencatat ketidak seimbangan masukan
dan haluran kumulatif
- Memantau tekanan darah dan denyut
jantung ukur CVP
- Meraba denyut perifer
- Mengkaaji membran mukosa kering,
tugor kulit yang kurang baik dan rasa haus
- Kolaborasi untuk pemberian cairan IV
sesuai indikasi
- Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah
sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

3 15.00- Mengkaji dan mengidentifikasi serta ALIF


meluruskan informasi yang dimiliki orang
tua klien mengenai hipertermi
- Memberikan informasi yang akurat
tentang penyebab hipertermi
- Memvalidasi perasaan klien dan
meyakinkan klien bahwa kecemasam
merupakan respon yang normal
- Mendiskusikan rencana tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan hipertermi
dan keadaan penyakit
54

29/03 1 20.00- Memantau suhu klien (derajat dan pola)


perhatikan menggigil/diaforsis
- Memantau suhu lingkungan
- Memberikan kompres hangat hindri
- Memberikan minum sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
pemberian antipiretik dan antibiotic

Mengukur/mencatat haluaran urine dan


2 20.00 berat jenis.
- Mencatat ketidak seimbangan masukan
dan haluran kumulatif
- Memantau tekanan darah dan denyut
jantung ukur CVP
- Meraba denyut perifer
- Mengkaaji membran mukosa kering,
tugor kulit yang kurang baik dan rasa haus
- Kolaborasi untuk pemberian cairan IV
sesuai indikasi
- Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah
sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

3 20.00- Mengkaji dan mengidentifikasi serta ALIF


meluruskan informasi yang dimiliki orang
tua klien mengenai hipertermi
- Memberikan informasi yang akurat
tentang penyebab hipertermi
- Memvalidasi perasaan klien dan
meyakinkan klien bahwa kecemasam
merupakan respon yang normal
- Mendiskusikan rencana tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan hipertermi
dan keadaan penyakit

30/03 1 07.00- Memantau suhu klien (derajat dan pola)


perhatikan menggigil/diaforsis
- Memantau suhu lingkungan
- Memberikan kompres hangat hindri
- Memberikan minum sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
pemberian antipiretik dan antibiotik
55

2 07.00- Mengukur/mencatat keluaran urine dan


berat jenis.
- Mencatat ketidak seimbangan masukan
dan haluran kumulatif
- Memantau tekanan darah dan denyut
jantung ukur CVP
- Meraba denyut perifer
- Mengkaaji membran mukosa kering,
tugor kulit yang kurang baik dan rasa haus
- Kolaborasi untuk pemberian cairan IV
3 07.00 sesuai indikasi ALIF
- Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah
sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

- Mengkaji dan mengidentifikasi serta


meluruskan informasi yang dimiliki orang
tua klien mengenai hipertermi
- Memberikan informasi yang akurat
tentang penyebab hipertermi
- Memvalidasi perasaan klien dan
meyakinkan klien bahwa kecemasam
merupakan respon yang normal
- Mendiskusikan rencana tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan hipertermi
dan keadaan penyakit
56

Tabel 3.9
CATATAN PERKEMBANGAN

TGL KODE JAM EVALUASI SOAP


NDX (WIB)
28/03 1 20.00S : S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah
berkurang
O : - bibir agak kering
- T : 38
- Sedikit menggil
- Kulit tidak kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah


2 berkurang
O : - Suhu badan 38
- - Masih berkeringat
- - Menggil berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

3 S : S : orang tua klien mengatakan bahwa rewel klien sudah berkurang


O : - klien menangis tetapi sudah jarang
- klien masih sering terbangun pada waktu tidur
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

29/03 1 07.00S : S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
O : - bibir kering (–)
- Suhu 37
- Tidak mengigil
- Kulit normal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
57

2 S :orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
O : - Suhu 37
- Tidak mengigil
- Tidak berkeringat
A : Masalah teratasi
3 P : Hentikan Intervensi
S : orang tua klien mengataka bahwa klien sudah tidak rewel
O : - klien tidak pernah menangis
- Tidurnya nyenyak
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
58

B. PEMBAHASAN

Selama melakukan asuhan keperawatan pada An.A dengan Febris di

Ruang Arafah II RSI ASSYIFA dari tanggal 28 Maret 2019 sampai dengan 30

Maret 2019. Penulis menerapkan proses keperawatan dimulai dari tahap

pengkajian, perencanaan, implementasi, catatan perkembangan dan evaluasi.

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan penulis berusaha sebaik mungkin

memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas terhadap klien, penulis

mendapatkan dukungan dari perawat ruangan dan bimbingan akademik, penulis

juga menemukan beberapa kesenjangan dan hambatan dalam pemberian asuhan

keperawatan.

Adapun dalam pelaksanaan keperawatan tersebut, penulis membahas

kesenjangan dan membandingkan Antara di teori dengan kenyataan yang penulis

temukan selama praktik di RSI ASSYIFA.

1. Pengkajian

Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan tahap

awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien.

Pada hasil pengkajian pada An.A masalah kesehatan yang muncul adalah

anak mengalami kenaikan suhu tubuh yang tinggi disertai batuk, pilek, serta

buang air yang cair, dari hasil analisa antara teori dan kasus terdapat

kesenjangan ataupun masalah yang tidak muncul. Pada hasil pengkajian

penulis demam yang tinggi antara 39°𝐶 − 40°𝐶 kadang disertai kejang dan

terjadi penurunan produksi urine karena demam tinggi. Hal ini terjadi karena
59

klien sudah mendapatkan perawatan sehingga saat penulis melakukan

pengkajian muncul masalah demam tetapi dengan suhu 38°C. Adapun analisa

penulis dengan melakukan pengkajian kebutuhan An.A selama 24 jam dalam

hal ini penulis bekerja sama dengan perawat ruangan dan keluarga klien untuk

memantau keadaan klien, lalu kesulitan lain adalah dalam hal berkomunikasi

dengan klien, karena klien masih terbaring lemas dan hanya bisa menjawab

seadanya, ditambah pula faktor umur yang masih berusia 5 tahun, faktor ini

menghambat proses pengkajian secara menyeluruh dalam mengatasi hal ini

penulis melakukan pendekatan secara berkelanjutan terhadap keluarga klien.

2. Diagnosa keperawatan

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan

toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan

pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya

untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:

ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,

observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta

penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan

pada demam adala cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan

dan gejala lain yang menyertai demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu

keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 1

minggu dan suhu badan diatas 38,5 derajat celcius dan tetap belum didapat

penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan

menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.


60

Adapun diagnosa yang muncul dari hasil pengkajian An.A adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermi

b. Risiko gangguan cairan

c. Cemas akibat hipertermi

d. Devisit volume cairan

3. Intervensi keperawatan

Intervensi merupakan tahap selanjutnya dari diagnosa keperawatan,

setelah merumuskan diagnosa keperawatan dan di klasifikasikan, maka

muncul maslaah prioritas yaitu masalah yang mengancam jiwa dan masalah

itu harus segera di intervensikan oleh perawat lalu masalah aktual dan

potensial. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis melakukan

perencanaan tindakan keperawatan yang didasari dari hasil diagnosa

keperawatan dan landasan teori serta masing-masing diagnosa keperawatan

tersendiri. Perencanaaan keperawatan penulis dalam mengatasi masalah klien

yaitu mengkaji kenaikan suhu tubuh klien, kolaborasi pemberian terapi obat

dan kompres hangat, melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan

pencegahan penyakit. Untuk mengatasi Peningkatan suhu tubuh penulis

melakukan perencanaan yaitu : Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam sekali,

pantau warna kulit dan suhu, berikan dorongan untuk minum sesuai pesanan,

lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya kompres hangat,

kolaborasi pemberian antipiretik. Adapun intervensi yang dilakukan penulis

menyesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang muncul dan keadaan klien

dilapangan yaitu masalah peningkatan suhu tubuh, resiko perubahan nutrisi,

dan kurangnya pengetahuan.


61

4. Implementasi

Implementasi adalah bagian dari proses keperawatan yang tidak dapat

dipisahkan. Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat untuk mengatasi masalah kesehatan klien dan mencapai tujuan

yang spesifik yang telah direncanakan dalam intervensi keperawatan. Dalam

setiap diagnosa keperawatan memiliki rencana tindakan keperawatan sesuai

dengan rencana keperawatan yang telah tercantum dalam perencanaan.

Adapun tindakan keperawatan yang dilakukan penulis dalam mengatasi

masalah bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu : mengkaji kenaikan suhu

tubuh klien, mengatur posisi nyaman, berkolaborasi pemberian terapi obat,

melakukan kompres hangat, melakukan pendidikan kesehatan tentang

penyakit dan pencegahan penyakit. Dalam mengatasi kurang pengetahuan

penulis melakukan tindakan menjelaskan tanda dan gejala penyakit,

menjelaskan tentang pentingnya istirahat yang adekuat, menjelaskan tentang

pengobatan dan perawatan di rumah. Dalam melakukan tindakan keperawatan

penulis tidak mengalami kesulitan karena sudah terbangun saling percaya

antara penulis dan keluarga klien. Adapun hambatan penulis dalam

melaksanakan implementasi secara menyeluruh, mengatasi hal tersebut

penulis bekerja sama dengan perawat ruangan untuk melaksanakan

implementasi keperawatan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah

direncanakan.
62

5. Evaluasi keperawatan

Menurut ( Riyadi & Sukarmin, 2009 ) evaluasi keperawatan merupakan

tahap akhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan untuk mengajukan

apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil

dari standar masing-masing masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan

rencanakan yang ditetapkan dapat di proleh hasil sebagai berikut : masalah

belum tertasi, masalah teratasi, dan masalah teratasi sebagian. Penulis

meninjau kembali hasil asuhan keperawatan, keberhasilan dalam memberikan

asuhan keperawatan dapat dibuktikan dengan tercapainya tujuan dalam

perencanaan asuhan keperawatan dan disetai dengan tercapainya kriteria hasil

yang di inginkan dalam waktu yang telah di tetapkan.


63

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Sebelum melakaukan pengkajian penulis melakukan kontrak terlebih

dahulu dengan keluarga klien sehingga terjalin trust yang baik, data yang

dikumpulkan melalui wawancara baik dengan klien, observasi pemeriksaan fisik,

studi dokumentasi serta tim kesehatan yang terkait. Pada tahap pengkajian pada

An. A pada tanggal 28 Maret 2019 samapai dengan 30 Maret 2019, dalam

pengumpulan data dengan metode wawancara, penulis tidak mendapatkan banyak

kesulitan karena menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai pendekatan

kepada klien dan keluarga, setra tim kesehatan yang terkait dalam proses asuhan

keperawatan. Pada tahap pemeriksaan fisik, penulis juga tidak mengalami

kesulitan karena dibantu oleh keluarga yang cukup kooperatf.

2. Diagnosa

Ada beberapa masalah keperawatan yang mengalami kesenjangan pada

kasus yang ditemukan, yaitu : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

kemudian adanya resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake

yang kurang dan deperosis serta adanya peningkatan permeabilitas pembuluh

darah, juga timbul kecemasan yang berhubungan dengan hipertermi.


64

3. Perencanaan

Rencana tindakan keperawatan berorientasi pada tujuan mengatasi

permasalahan yang dialami oleh klien. Hipertermi teratasi dengan kriteria hasil

suhu tubuh dalam batas normal, resiko kekurangan volume cairan teratasi dengan

klien mau minum banyak serta kecemasan teratasi dengan klien mau

berpartisipasi dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas medis.

4. Implementasi

Penulis melakukan asuhan keperawatan selam empat hari dengan fokus

melakukan penatalaksanaan yang terdapat pada perencanaan. Mengobservasi

tanda-tanda vital, menganjurkan banyak minum, mengobservasi intake output dan

memonitor suhu klien

5. Evaluasi

Berdasarkan ke tiga diagnosa yang muncul semua masalah teratasi.

Hipertermi dapat teratasi pada hari ke tiga , resiko kekurangan volume cairan

teratasi pada hari ketiga, kecemasan teratasi pada hari ke tiga.

B. Rekomendasi

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari di ruang

Arafah II RSI ASSYIFA kota Sukabumi, penulis mendapatkan banyak

pengalaman sehingga dapat mengetahui kekurangan ataupun yang perlu

dipertahankan. Dengan demikian pada kesempatan ini penulis menyampaikan

beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada :


65

1. Untuk institusi rumah sakit

Untuk RSI ASSYIFA diharapkan untuk lebih meningkatkan SOP klien

dengan keluhan Febris, juga untuk perawat ruangan diharapakan perawat

dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk setiap asuhan dan

diharapkan perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan dalam

proses pencegahan dan perawatan anak Febris dirumah.

2. Untuk institusi pendidikan

Untuk pihak program studu D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Sukabumi diharapakan untuk lebih melengkapi literatur terbaru khususnya

literatur untuk kasus Febris agar mudah dalam melakukan pendokumentasian,

sehingga mahasiswa bias dengan mudah mencari literatur dan pengetahuan

dan wawasan mahasiswa serta meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan,

Anda mungkin juga menyukai