BAB I
PENDAHULUAN
prioritas. Tingkatan yang pertama yaitu kebutuhan fisiologis, seperti udara, air
keamanan. Tingkat yang ketiga yaitu kebutuhan cinta dan rasa memiliki.
Tingkat yang ke empat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri. Tingkat
yang terakhir adalah kebutuhan aktualitas diri (Potter dan Perry, 2009).
Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi atau
bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi pertanda
bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011). Demam
proses dalam tubuh. Saat terjadi kenaikan suhu, tubuh bisa jadi sedang
2
temperatur rektal diatas 38°C, aksilar 37,5°C dan diatas 38,2°C dengan
suhu tubuh >41°C (Kania, 2010). Demam pada anak terjadi ketika suhu tubuh
menyebutkan bahwa demam sering terjadi pada anak usia sekolah yaitu 5-11
tahun yang disebabkan oleh infeksi virus seperti batuk, flu, radang tenggorokan,
penyediaan perawatan kesehatan atas alasan kondisi demam atau febris dalam
dua tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada
bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik
(Rudolph, 2009.) Rincian diagnosis yang ditemukan pada anak dengan suhu
tubuh tinggi meliputi febris typoid (23,1%), observasi febris (30%), GE (17%),
DHF (20%), diare sedang (6,6%) dan kejang demam serta asma (3,3%).
sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang
dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk
memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi
panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab,
3
misalnya penyakitatau setres. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas
Oleh sebab itu klien harus dirawat di rumah sakit agar mendapatkan
Tabel 1.1
Arafah II
Pada tabel 1.2 febris berada pada urutan ke 8, febris sendiri sering terjadi
pada gejala awal dalam 10 besar penyakit yang sering terjadi, dampak yang
kematian.
4
mengkaji kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Febris di ruangan Arafah II Rumah Sakit Islam
B. Tujuan
1. Umum
2. Khusus
ini adalah metode deskriptif partisipasi yaitu metode penulisan yang berdasarkan
pada gambar masalah yang ada dan penulis mengkaji langsung pada klien,
a. Wawancara
meliputi Tanya jawab antara perawat dengan kedua orang tua klien yang
b. Observasi
c. Studi dokumentasi
d. Pemeriksaan fisik
subjektif dan objektif dari riwayat kesehatan klien. Tujuan pemeriksaan fisik
e. Studi kepustakaan
Pengumpulan data dengan cara studi kepustaan yaitu yang di dapat dari
literatur yang menunjang terhadap kasus dan data-data yang sudah di peroleh
D. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
medik.
7
secara sistematis.
mengacu pada tujuan dan saran yang menekankan pada asuhan yang sifatnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2009). Febris terjadi karena
infeksi (Sjaifoellah Noer, 2009). Febris berarti suhu tubuh diatas batas
normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh
bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Febris adalah keadaan dimana terjadi
kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil
batasan lebih dari 37,8⁰C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C
keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih, dan dari
manusia, bisa jadi dapat mengakibatkan kematian, dan dimulai dari febris
ini sendiri dapat terjangkit ke penyakit lain, karena febris ini adalah awal
9
mula dari berbagai macam penyakit, maka dari itu klien yang menderita
febris ini harus di rawat intensif di rumah sakit, karena bisa jadi berbahaya
a. Febris septik
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila febris yang tinggi tersebut
b. Febris remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat febris septik.
c. Febris intermiten
dalam satu hari. Bila febris seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan
d. Febris kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat febris yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Febris siklik
10
oleh beberapa periode bebas febris untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe febris kadang-kadang
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek
90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
Tabel 2.1
Jenis-Jenis Febris
.
12
2. Etiologi
a. Suhu lingkungan.
tidak normal.
b. Adanya infeksi.
tidak normal yang disebabkan oleh bakteri yang ada pada infeksi
tersebut.
c. Imunisasi
3. Anatomi Fisiologi
A. Anatomi Fisiologi
1. Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian kecil tapi penting dari otak. Ini
berisi beberapa inti yang kecil dengan berbagai fungsi. Itu
memainkan peran penting dalam sistem saraf serta sistem endokrin.
Yang terhubung ke kelenjar kecil dan penting lain disebut kelenjar
hipofisis.
Gambar 2.1
raksa dan tempat pengambilannya dapat diaksila, oral atau rektum. Suhu
tubuh normal berkisar antara 36,5 oC – 37,2 oC. Suhu sub normal dibawah
36 oC. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh diatas 37,2 oC.
41,2 oC atau lebih, hipertermi adalah keadaan suhu tubuh dibawah 35,5 oC.
dan rektum. Dalam keadaan biasa perbedaan ini berkisar sekitar 0,5 oC, suhu
rektal lebih tinggi dari pada suhu oral. Febris terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
oksigen yaag dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi imunologi yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga
4. Patofisiologi
imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam
tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan
Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
16
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein,
pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
5. PATHWAY
Gambar 2.2
Pathway
Pathway Demam
Bakteri Virus
Monosit makrofag
sel kupfer
Respon hipotalamus
anterior Kesan psikis tidak enak
Gangguan psikis
Penigkatan titik
penyetelan suhu Demam Dx. Cemas
Vasidolatasi
kulit Berkeringat
18
6. Manifestasi Klinik
- Peningkatan nadi
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Berkeringat
- Menggigil ringan
7. Komplikasi
8. Pemeriksaan Diagnostik
rutin
limfangiografi
9. Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
meningkat
2. Obat-obatan Antipiretik
pemberian antipiretik:
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas ini
1. Pengkajian
sebagai berikut:
22
1) Identitas pasien
jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik, tangal masuk rumah sakit
Yaitu kedua orang tua atau keluarga lain yang dekat dengan klien
b. Keluhan utama
biasanya terjadi pada Febris adalah terjadi peningkatan suhu tubuh atau
demam.
c. Riwayat kesehatan
ditemukan.
d. Genogram
asuh pasien.
postnatal.
1) Antenatal
pemeriksaan kehamilannya.
2) Intranatal
3) Postnatal
1) Pertumbuhan
2) Perkembangan
g. Riwayat imunisasi
1) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada klien Febris adalah jenis, frekuensi serta
keluahan .
2) Pola eliminasi
warna).
3) Pola istirahat
4) Pola aktivitas
5) Personal hygiene
j. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
tidak ada
a. Kepala
rambut.
b. Mata
c. Hidung
infeksi).
d. Mulut
langit.
e. Telinga
f. Leher
g. Thorax
penonjolan.
h. Abdomen
dahulu.
i. Genetalia
j. Ekstrimitas
4. Data psikososial
anaknya sekarang.
5. Analisa data
2. Diagnosa keperawatan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
Tabel 2.2
Diagnosa NIC-NOC
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam Pertahankan catatan intake dan output
intake yang kurang volume cairan adekuat dengan yang akurat
dan diaphoresis,faktor kriteria hasil: Monitor status dehidrasi (kelembaban
yang mempengaruhi Mempertahankan urine membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
kebutuhan cairan output sesuai dengan usia dan darah ortostatik)
(hipermetabolik). BB, BJ urine normal, HT normal Monitor vital sign
Tekanan darah, nadi, suhu Monitor asupan makanan/ cairan dan
tubuh dalam batas normal hitung intake kalori harian
Tidak ada tanda- tanda Lakukan terapi IV
dehidrasi, elastisitas turgor kulit Monitor status nutrisi
baik, membrane mukosa Berikan cairan
lembab, tidak ada rasa haus Berikan cairan IV pada suhu ruangan
yang berlebihan. Dorong masukan oral
Berikan penggantian nasogastrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
Anjurkan minum kurang lebih 7-8
gelas belimbing perhari
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Kaji dan identifikasi serta luruskan
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24jam informasi yang dimiliki klien/keluarga
hipertermi, efek ansietas klien/keluarga hilang mengenai hipertermi
proses penyakit dengan kriteria hasil: Berikan informasi pada klien/keluarga
Klien/keluarga dapat yang akurat tentang penyebab hipertermi
mengidentifikasi hal-hal yang Validasi perasaan klien/keluarga dan
dapat meningkatkan dan yakinkan klien/keluarga bahwa kecemasan
menurunkan suhu tubuh merupakan respon yang normal
Klien/keluarga mau Diskusikan dengan klien/keluarga
berpartisipasi dalam setiap rencana tindakan yang dilakukan
tidakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan
keadaan penyak
33
Tabel 2.3
Rencana Tindakan Keperawatan
a. Berpokus pada klien, yaitu apa yang akan dilakukan, kapam dan
kriteria hasil.
4. Implementasi
serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. Tujuan dari
36
5. Evaluasi
BAB III
A. Laporan Kasus
1. PENGKAJIAN
a. Pegumpulan Data
1) Identitas Klien
Nama : An. A
Agama : Islam
\]Pendidikan : Pelajar
Cibatu, Cisaat
No. RM : 337695
Nama : Tn. J
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Cibatu, Cisaat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
nya sudah demam di sertai batuk dan pilek kurang lebih 7 hari, klien
buang air besar yang cair, kemudian pada tanggal 27 Maret klien dibawa
di temukan masalah demam dengan panas tinggi disertai batuk dan pilek
pada klien. Pada saat di kaji tanggal 28 Maret 2019, data yang diperoleh
pada saat di kaji klien nampak lemas, suhu tubuh klien meningkat 38,5°C
sebelumnya.
39
penyakit yang sama seperti klien serta tidak ada anggota keluarga yang
d. Genogram
Gambar 3.1
Genogram
Keterangan :
: laki- laki
: perempuan
: klien
: garis keturunan
1) Antenatal
dengan bidan.
2) Intranatal
Ibu klien mengatakan bayi terlahir dengan spontan dan pada saat
3) Postnatal
Pada saat lahir keadaan tubuh klien normal, tidak ada kelainan,
1) Pertumbuhan :
Berat badan sekarang 17 kg, tinggi badan 113 cm, lingkar kepala
52 cm, lingkar lengan atas 15 cm, pertumbuhan gigi klien baik, dan klien
2) Perkembangan :
a. Personal sosial
b. Motorik halus
vertikal
c. Bahasa
d. Motorik kasar
g. Riwayat imunisasi
Tabel 3.1
Riwayat imunisasi
Tabel 3.2
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
2) Antropometri
Lingkar kepala : 52 cm
Berat badan : 17 Kg
BB (Kg)
IMT = TB (m)x TB (m)
17
=
1,13 𝑥 1,13
17
= 1.28
= 13,28
Jadi hasil dari penghitungan IMT (Indek Masa Tubuh) klien
a. Kepala
b. Mata
c. Hidung
penciuman baik dengan bisa mencium bau kayu putih dan tidak
d. Mulut
gusi dan tidak dapat pemebesaran tonsil dan tidak ada nyeri
tekan.
e. Telinga
f. Leher
g. Dada/thorax
h. Abdomen
8x/mnit.
i. Genetalia
j. Ektrimitas
1. Atas
tpm.
2. Bawah
perkampungan
terjalin harmonis
5) Pemeriksaan penunjang
Tabel 3.3
Pemeriksaan penunjang
Tabel 3.4
Pengobatan
Tabel 3.5
ANALISA DATA
Tabel 3.6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tabel 3.7
RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3.8
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tabel 3.9
CATATAN PERKEMBANGAN
29/03 1 07.00S : S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
O : - bibir kering (–)
- Suhu 37
- Tidak mengigil
- Kulit normal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
57
2 S :orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
O : - Suhu 37
- Tidak mengigil
- Tidak berkeringat
A : Masalah teratasi
3 P : Hentikan Intervensi
S : orang tua klien mengataka bahwa klien sudah tidak rewel
O : - klien tidak pernah menangis
- Tidurnya nyenyak
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
58
B. PEMBAHASAN
Ruang Arafah II RSI ASSYIFA dari tanggal 28 Maret 2019 sampai dengan 30
keperawatan.
1. Pengkajian
awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
Pada hasil pengkajian pada An.A masalah kesehatan yang muncul adalah
anak mengalami kenaikan suhu tubuh yang tinggi disertai batuk, pilek, serta
buang air yang cair, dari hasil analisa antara teori dan kasus terdapat
penulis demam yang tinggi antara 39°𝐶 − 40°𝐶 kadang disertai kejang dan
terjadi penurunan produksi urine karena demam tinggi. Hal ini terjadi karena
59
pengkajian muncul masalah demam tetapi dengan suhu 38°C. Adapun analisa
hal ini penulis bekerja sama dengan perawat ruangan dan keluarga klien untuk
memantau keadaan klien, lalu kesulitan lain adalah dalam hal berkomunikasi
dengan klien, karena klien masih terbaring lemas dan hanya bisa menjawab
seadanya, ditambah pula faktor umur yang masih berusia 5 tahun, faktor ini
2. Diagnosa keperawatan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan
pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya
penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan
pada demam adala cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan
dan gejala lain yang menyertai demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu
minggu dan suhu badan diatas 38,5 derajat celcius dan tetap belum didapat
penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan
Adapun diagnosa yang muncul dari hasil pengkajian An.A adalah sebagai berikut:
3. Intervensi keperawatan
muncul maslaah prioritas yaitu masalah yang mengancam jiwa dan masalah
itu harus segera di intervensikan oleh perawat lalu masalah aktual dan
yaitu mengkaji kenaikan suhu tubuh klien, kolaborasi pemberian terapi obat
melakukan perencanaan yaitu : Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam sekali,
pantau warna kulit dan suhu, berikan dorongan untuk minum sesuai pesanan,
4. Implementasi
oleh perawat untuk mengatasi masalah kesehatan klien dan mencapai tujuan
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu : mengkaji kenaikan suhu
direncanakan.
62
5. Evaluasi keperawatan
apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
dahulu dengan keluarga klien sehingga terjalin trust yang baik, data yang
studi dokumentasi serta tim kesehatan yang terkait. Pada tahap pengkajian pada
An. A pada tanggal 28 Maret 2019 samapai dengan 30 Maret 2019, dalam
kepada klien dan keluarga, setra tim kesehatan yang terkait dalam proses asuhan
2. Diagnosa
3. Perencanaan
permasalahan yang dialami oleh klien. Hipertermi teratasi dengan kriteria hasil
suhu tubuh dalam batas normal, resiko kekurangan volume cairan teratasi dengan
klien mau minum banyak serta kecemasan teratasi dengan klien mau
4. Implementasi
5. Evaluasi
Hipertermi dapat teratasi pada hari ke tiga , resiko kekurangan volume cairan
B. Rekomendasi
dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk setiap asuhan dan