Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul
kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks
lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim (Rohani, 2011).
Persalinan spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai penyulit( Rohani, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 angka
kematian ibu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
359/100.000 kelahiran (Kemenkes RI, 2014).Penyebab terbesar kematian ibu di
Indonesia sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 adalah perdarahan.
Berdasarkan data dari Direktorat Kesehatan Ibu, perdarahan menduduki posisi
pertama penyebab kematian ibu yaitu pada tahun 2010 dari 5 (perdarahan,
hipertensi, infeksi, partus lama, abortus dan lain-lain)perdarahan sebesar 35,1
%, pada tahun 2011 perdarahan sebesar 31,9%, pada tahun 2012 perdarahan
30,1% dan pada tahun 2013 perdarahan sebesar 30,3%. Dapat dilihat bahwa
perdarahan merupakan penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia (Kemenkes
RI, 2014).
Sedangkan angka kematian ibu di Provinsi Kalimantan Tengah masih
sama seperti tahun- tahun sebelumnya yaitu tercatat Dinamika Kesehatan, Vol 9
No. 2 Desember 2018 dari tahun 2012 sampai dengan 2014 mengalami
peningkatan. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Palangka Raya
tahun 2012 jumlah kasus kematian ibu sebesar 63 kasus (142,8%) dari 44.133
kelahiran hidup, pada tahun 2013 jumlah kasus kematian ibu mengalami
peningkatan yaitu sebesar 75 kasus (177,6%) dari 42.240 kelahiran hidup dan
pada tahun 2014 kembali kematian ibu mengalami peningkatan yaitu sebesar
101 kasus (184,9%) dari 54.605 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian
ibu adalah perdarahan pada saat persalinan (Dinas Kesehatan Provinsi KalTeng,
2013).
Berdasarkan survei data yang dilakukan di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya tahun 2014 didapatkan kasus dengan perdarahan postpartum
sebanyak 62 kasus dari 764 persalinan,pada tahun 2015 didapatkan kasus
dengan perdarahan postpartum sebanyak 106 kasus dari 1369 persalinan, dan
pada tahun 2016 didapatkan kasus dengan perdarahan postpartum sebanyak 86
kasus dari 1360 persalinan. Hal ini menunjukan kasus perdarahan
postpartumdari tahun ke tahun mengalami peningkatan (Profil RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, 2016).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan
abdominal. Kondisi dalam persalinan menyulitkan untuk menentukan jumlah
perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebut sebagai
perdarahan yang lebih dari normalyang telah menyebabkan perubahan tanda
vital, yaitu ibu mengeluh lemah, pucat, limbung, berkeringat dingin, menggigil,
hiperpnea, tekanan sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 x/menit, kadar Hb <
8 g/dL (Joseph, 2010).
Pembangunan milenium mempunyai tujuan ( Millenium Development
Goals, MDGs) : 1) Pengurangan kemiskinan dan kelaparan, 2) Peningkatan
pendidikan dasar yang universal, 3) Keadilan gender dan pemberdayaan
perempuan, 4) Peningkatan kesehatan ibu, 5) Penurunan angka kematian anak,
6) Pemberantasan TB, malaria dan HIV/AIDS, 7) Keserasian lingkungan yang
berkelanjutan, dan 8) Kemitraan global dalam pembangunan.
Upaya pembangunan bidang kesehatan tidak hanya terfokus pada upaya
penyembuhan saja, tetapi juga berkembang kearah promotif, preventif dan
rehabilitatif. Salah satu upaya pembangunan bidang kesehatan diwujudkan
dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan para ibu post partum karena
banyaknya komplikasi yang ditimbulkan setelah melahirkan diantaranya yaitu
perdarahan, infeksi puerperalis, endometritis, mastitis, trombosis, emboli dan
post partum depresi. Dimana perdarahan merupakan penyebab terbanyak
kematian wanita selama periode post partum.
Berdasarkan penelitian diperoleh informasi bahwa angka kematian ibu di
Indonesia karena perdarahan post partum mempunyai peringkat yang tinggi,
salah satu penyebab perdarahannya adalah Atonia uteri atau tidak adanya
kontraksi pada uterus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan setelah terjadi persalinan dan 50% kematian nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Bobak, 2005).
Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul, maka
diperlukan pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif.
Yang paling utama dalam asuhan keperawatan pada periode pascapartum
dini ialah membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak. Pendekatan perawatan ibu pasca melahirkan telah berubah dari model
perawatan orang sakit menjadi suatu perawatan yang berorientasi pada
kesehatan ( Bobak, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka
diperoleh rumusan masalah “Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. S
dengan Post Partum Spontan G1 P1 A0 Hari Ke-1 Di Ruang VK BLUD UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya ?’’.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran
asuhan keperawatan dengan post partum spontan.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan tentang konsep dasar teori post partum spontan.
b. Menggambarkan pengkajian keperawatan maternitas pada Ny.S dengan
post Partum spontan.
c. Menggambarkan diagnosa keperawatan maternitas pada Ny.S dengan
post partum spontan.
d. Menggambarkan rencana keperawatan maternitas pada Ny.S dengan
post partum spontan.
e. Menggambarkan tindakan keperawatan maternitas pada Ny. S dengan
post partum spontan.
f. Menggambarkan evaluasi keperawatan maternitas pada Ny. S dengan
post partum spontan.
g. Menggambarkan dokumentasi keperawatan maternitas pada Ny. S
dengan post partum spontan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010:492)
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2009)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali
ke keadaan normal sebelum hamil ( Bobak, 2010).
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal,2012).

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang
terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang
menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak,
2010).
1. Stuktur eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai
ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa
pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis
selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada
wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di
bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau
pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora.
Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen
lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar
dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia
mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora
terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama
rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang
ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora
juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia
minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai
glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi
lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas
wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat
klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan
dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi
orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium
ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur
ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10
cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama
oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan
fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi
yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen
uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk
lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,
membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada
persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di
ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau
bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden
infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.

2.1.3 Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan untuk multigravida 8 jam. (Manuaba,
2010; hal. 173).
Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu :
1) Fase laten berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lamban sampai servik membuka sampai 3 cm
2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan cm menjadi 5 cm.
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
cepat dari 5 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali dalam 2 jam
pembukaan 9 cm menuju lengkap (10 cm).
b. Kala II
Kala II dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir sampai bayi lahir. Kala II disebut juga kala pengeluaran
bayi. (JNPK-KR Depkes RI, 2008; hal. 77).
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multigravida (Yeyeh, 2009; hal. 6)
c. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Saifuddin, 2008; hal. 101)
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; hal. 96) tanda- tanda
lepasnya plasenta yaitu adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali
pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
d. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum. (Saifuddin, 2008; hal. 101)
Observasi yang harus dilakukan adalah :
1) Tingkat kesadaran
2) Tanda-tanda vital
3) Kontraksi uterus
4) Adanya perdarahan
5) Kandung kencing
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin,
dan faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2013, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28
minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya ( Oxorn, 2013).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan
kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum hampir selalu
terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono,
2014).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan
dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2014). Ibu mungkin
merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu
(JHPIEGO, 2012).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2011).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan
melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah
tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi
jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2011).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu
(Dorland, 2012).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya
adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi
bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2013).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna.
Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan
bregma dengan penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian
terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang
(Oxorn, 2013).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan
penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi
bokong dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi
bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi bokong
kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2013).
c. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat
vacum yang dipasang di kepalanya ( Mansjoer,
2012).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer,
2012). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi
forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur
perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina
(Oxorn, 2013).
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu
pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar
untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2012).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat
cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada
keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat
his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat
kuat (Cunningham, 2012).

2.1.4 Klasifikasi Ruptur Perineum


Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur
perineum dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
1 Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah:
a Vagina
1) Komisura posterior
2) Kulit perineum
2 Ruptur perineum derajat dua, dengan robekan yang mengalami robekan
adalah :
a Mukosa Vagina
1) Komisura posterior
2) Kulit perineum
3) Otot perineum
3 Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah:
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
4 Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum

2.1.5 Patofisiologi (Patway)


Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
1 Post partum daini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2 Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3 Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
2.1.6 Manifestasi Klinis
1 Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
2 Keluar darah segar terus menerus setelah persalinan
3 Nyeri yang hebat
4 Peningkatan suhu
5 Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan mengosongkan
6 Perluasan hematoma
7 Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.

2.1.7 Komplikasi
1 Pembengkakan payudara
2 Mastitis (peradangan pada payudara)
3 Endometritis (peradangan pada endometrium)
4 Post partum blues
5 Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam
persalinan atau sesudah persalinan.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
1 Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2 Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3 Payudara: air susu, putting
4 Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5 Sekres yang keluar atau lochea
6 Keadaan alat kandungan

Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001


1 Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
2 Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
2.1.1 Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1 Pengkajian Fisik
a. Riwayat kesehatan sebelumnya
b. Tanda-tanda Vital
c. Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, management
engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
d. Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.
e. Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
f. Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
g. Rektum: hemoroid, dll.
h. Aktivitas sehari-hari.
2 Pengkajian Psikologis
a. Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan
b. Spesifik: depresi postpartum.
c. Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.
2.2.3 Diagnose keperawatan
1 Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2 Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
3 Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4 Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;
involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5 Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6 Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
7 Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan - Lakukan - Mengetahui tingkat
injuri fisik askep selama …x 24 pengkajian nyeri pengalaman nyeri klien
(peregangan jam, diharapkan secara dan tindakan
perineum; luka nyeri berkurang komprehensif keperawatan yang akan
episiotomi; involusi Kriteria Hasil : termasuk lokasi, dilakukan untuk
uteri; hemoroid;v Mampu mengontrol karakteristik, mengurangi nyeri
pembengkakan nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi, - Reaksi terhadap nyeri
payudara). nyeri, mampu kualitas dan faktor biasanya ditunjukkan
menggunakan tehnik presipitasi dengan reaksi non
nonfarmakologi (PQRST) verbal tanpa disengaja.
untuk mengurangi - Observasi reaksi - Mengetahui
nyeri, mencari nonverbal dari pengalaman nyeri
bantuan) ketidaknyamanan - Penanganan nyeri tidak
v Melaporkan bahwa - Gunakan teknik selamanya diberikan
nyeri berkurang komunikasi obat. Nafas dalam dapat
dengan terapeutik untuk membantu mengurangi
menggunakan mengetahui tingkat nyeri
manajemen nyeri pengalaman nyeri - Mengetahui keefektifan
v Mampu mengenali pasien control nyeri
nyeri (skala, - Ajarkan tentang - Mengurangi rasa nyeri
intensitas, frekuensi teknik non - Menentukan intervensi
dan tanda nyeri) farmakologi keperawatan sesuai
v Menyatakan rasa - Evaluasi skala nyeri.
nyaman setelah nyeri keefektifan kontrol - Mengidentifikasi
berkurang nyeri penyimpangan dan
v Tanda vital dalam - Motivasi untuk kemajuan berdasarkan
rentang normal meningkatkan involusi uteri.
TD : 120-140 /80 – asupan nutrisi yang - Mengurangi ketegangan
90 mmHg bergizi. pada luka perineum.
RR : 16 – 24 x/mnt - Tingkatkan - Melatih ibu mengurangi
N   : 80- 100 x mnt istirahat bendungan ASI dan
   T    : 36,5o C – 37,5 - Latih mobilisasi memperlancar
o
C miring kanan pengeluaran ASI.
miring kiri jika - Mencegah infeksi dan
kondisi klien mulai kontrol nyeri pada luka
membaik perineum.
- Kaji kontraksi - Mengurangi intensitas
uterus, proses nyeri denagn menekan
involusi uteri. rangsnag nyeri pada
- Anjurkan pasien nosiseptor.
untuk membasahi
perineum dengan
air hangat sebelum
berkemih.
- Anjurkan dan latih
pasien cara
merawat payudara
secara teratur.
- Jelaskan pada ibu
tetang teknik
merawat luka
perineum dan
mengganti PAD
secara teratur
setiap 3 kali sehari
atau setiap kali
lochea keluar
banyak.
- Kolaborasi dokter
tentang pemberian
analgesic
Resiko defisit volume Setelah dilakukan - Obs Tanda-tanda - Mengidentifikasi
cairan b/d askep selama …x 24 vital setiap 4 jam. penyimpangan indikasi
pengeluaran yang jam, Pasien dapat - Obs Warna urine. kemajuan atau
berlebihan; mendemostrasikan - Status umum penyimpangan dari
perdarahan; diuresis; status cairan setiap 8 jam. hasil yang diharapkan.
keringat berlebihan. membaik. - Pertahankan - Memenuhi kebutuhan
Kriteria evaluasi: tak catatan intake dan cairan tubuh klien
ada manifestasi output yang akurat - Menjaga status balance
dehidrasi, resolusi - Monitor status cairan klien
oedema, haluaran hidrasi - Memenuhi kebutuhan
urine di atas 30 ( kelembaban cairan tubuh klien
ml/jam, kulit membran mukosa, - Temuan-temuan ini
kenyal/turgor kulit nadi adekuat, menandakan
baik. tekanan darah hipovolemia dan
ortostatik ), jika perlunya peningkatan
diperlukan cairan.
- Monitor masukan - Mencegah pasien jatuh
makanan / cairan ke dalam kondisi
dan hitung intake kelebihan cairan yang
kalori harian beresiko terjadinya
- Lakukan terapi IV oedem paru.
- Berikan cairan - Mengidentifikasi
- Dorong masukan keseimbangan cairan
oral pasien secara adekuat
- Beritahu dokter dan teratur.
bila: haluaran urine
< 30 ml/jam, haus,
takikardia, gelisah,
TD di bawah
rentang normal,
urine gelap atau
encer gelap.
- Konsultasi dokter
bila manifestasi
kelebihan cairan
terjadi.
- Pantau: cairan
masuk dan cairan
keluar setiap 8
jam.

Perubahan pola Setelah dilakukan - Kaji haluaran - Mengidentifikasi


eleminasi BAK askep selama …x 24 urine, keluhan penyimpangan dalam
(disuria) b/d trauma jam, Pola eleminasi serta keteraturan pola berkemih pasien.
perineum dan saluran (BAK) pasien pola berkemih. - Ambulasi dini
kemih. teratur. - Anjurkan pasien memberikan
Kriteria hasil: melakukan rangsangan untuk
eleminasi BAK ambulasi dini. pengeluaran urine dan
lancar, disuria tidak - Anjurkan pasien pengosongan bladder.
ada, bladder kosong, untuk membasahi - Membasahi bladder
keluhan kencing perineum dengan dengan air hangat dapat
tidak ada. air hangat sebelum mengurangi ketegangan
berkemih. akibat adanya luka pada
- Anjurkan pasien bladder.
untuk berkemih - Menerapkan pola
secara teratur. berkemih secara teratur
- Anjurkan pasien akan melatih
untuk minum pengosongan bladder
2500-3000 ml/24 secara teratur.
jam. - Minum banyak
- Kolaborasi untuk mempercepat filtrasi
melakukan pada glomerolus dan
kateterisasi bila mempercepat
pasien kesulitan pengeluaran urine.
berkemih. - Kateterisasi membantu
pengeluaran urine
untuk mencegah stasis
urine.

Perubahan pola Setelah dilakukan - Kaji pola BAB, - Mengidentifikasi


eleminasi BAB askep selama …x 24 kesulitan BAB, penyimpangan serta
(konstipasi) b/d jam, Pola eleminasi warna, bau, kemajuan dalam pola
kurangnya mobilisasi; (BAB) teratur. konsistensi dan eleminasi (BAB).
diet yang tidak Kriteria hasil: pola jumlah. - Ambulasi dini
seimbang; trauma eleminasi teratur, - Anjurkan ambulasi merangsang
persalinan. feses lunak dan dini. pengosongan rektum
warna khas feses, - Anjurkan pasien secara lebih cepat.
bau khas feses, tidak untuk minum - Cairan dalam jumlah
ada kesulitan BAB, banyak 2500-3000 cukup mencegah
tidak ada feses ml/24 jam. terjadinya penyerapan
bercampur darah dan - Kaji bising usus cairan dalam rektum
lendir, konstipasi setiap 8 jam. yang dapat
tidak ada. - Pantau berat badan menyebabkan feses
setiap hari. menjadi keras.
- Anjurkan pasien - Bising usus
makan banyak mengidentifikasikan
serat seperti buah- pencernaan dalam
buahan dan sayur- kondisi baik.
sayuran hijau. - Mengidentifiakis
adanya penurunan BB
secara dini.
- Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan -Kaji toleransi - Parameter
ADL b/d askep selama …x 24 pasien terhadap menunjukkan respon
immobilisasi; jam, ADL dan aktifitas fisiologis pasien
kelemahan. kebutuhan menggunakan terhadap stres aktifitas
beraktifitas pasien parameter berikut: dan indikator derajat
terpenuhi secara nadi 20/mnt di atas penagruh kelebihan
adekuat. frek nadi istirahat, kerja jnatung.
Kriteria hasil: catat peningaktan - Menurunkan kerja
-   Menunjukkan TD, dispnea, nyeri miokard/komsumsi
peningkatan dalam dada, kelelahan oksigen , menurunkan
beraktifitas. berat, kelemahan, resiko komplikasi.
-   Kelemahan dan berkeringat, pusing - Stabilitas fisiologis
kelelahan berkurang. atau pinsan. pada istirahat penting
-   Kebutuhan ADL -Tingkatkan untuk menunjukkan
terpenuhi secara istirahat, batasi tingkat aktifitas
mandiri atau dengan aktifitas pada dasar individu.
bantuan. nyeri/respon - Komsumsi oksigen
-   frekuensi hemodinamik, miokardia selama
jantung/irama dan Td berikan aktifitas berbagai aktifitas dapat
dalam batas normal. senggang yang meningkatkan jumlah
-   kulit hangat, merah tidak berat. oksigen yang ada.
muda dan kering - Kaji kesiapan Kemajuan aktifitas
untuk bertahap mencegah
meningkatkan peningkatan tiba-tiba
aktifitas contoh: pada kerja jantung.
penurunan - Teknik penghematan
kelemahan/kelelah energi menurunkan
an, TD stabil/frek penggunaan energi dan
nadi, peningaktan membantu
perhatian pada keseimbangan suplai
aktifitas dan dan kebutuhan oksigen.
perawatan diri. - Aktifitas yang maju
- Dorong memberikan kontrol
memajukan jantung, meningaktkan
aktifitas/toleransi regangan dan mencegah
perawatan diri. aktifitas berlebihan.
- Anjurkan keluarga
untuk membantu
pemenuhan
kebutuhan ADL
pasien.
- Jelaskan pola
peningkatan
bertahap dari
aktifitas, contoh:
posisi duduk
ditempat tidur bila
tidak pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar
berdiri dst.
Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan - Pantau: vital sign, - Mengidentifikasi
trauma jalan lahir. askep selama …x 24 tanda infeksi. penyimpangan dan
jam, Infeksi tidak - Kaji pengeluaran kemajuan sesuai
terjadi. lochea, warna, bau intervensi yang
Kriteria hasil: tanda dan jumlah. dilakukan.
infeksi tidak ada, - Kaji luka - Mengidentifikasi
luka episiotomi perineum, keadaan kelainan pengeluaran
kering dan bersih, jahitan. lochea secara dini.
takut berkemih dan - Anjurkan pasien - Keadaan luka perineum
BAB tidak ada. membasuh vulva berdekatan dengan
setiap habis daerah basah
berkemih dengan mengakibatkan
cara yang benar kecenderunagn luka
dan mengganti untuk selalu kotor dan
PAD setiap 3 kali mudah terkena infeksi.
perhari atau setiap - Mencegah infeksi
kali pengeluaran secara dini.
lochea banyak - Mencegah kontaminasi
- Pertahnakan silang terhadap infeksi.
teknik septik
aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka
perineum,
merawat payudara,
merawat bayi).

2.2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian :
S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan
O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi
keperawatan.
A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan
standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan
klien.
P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :
1 Rasa nyeri teratasi
2 Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
3 Pemenuhan ADL terpenuhi.
4 Resiko cidera tidak terjadi
5 Infeksi tidak terjadi.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2 juni 2020, pukul
10.00 WIB. Di ruang VK BULD UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya,
dengan tehnik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan data
dari buku keperawatan klien, di dapatkan data-data sebagai berikut.

3.1.1 Identitas Klien & Penanggung Jawab


3.1.1.1 Identitas Klien:
Nama Ny. S, tempat/tanggal lahir Tumbang gugup, 18 Juli 1995, agama
Kristen, suku bangsa Dayak, pendidikan terakhir SMK, pekerjaan IRT,
golongan darah B, alamat Jl. Haka 6 No. 251, diagnosa medis G1 P1 A0,
tanggal kunjungan ke Puskesmas 1 juni 2020, tanggal pengkajian 2 juni
2020.
3.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab:
Nama Tn. J, umur 27 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Kristen, suku
bangsa Banjar, pendidikan terakhir SMK, pekerjaan swasta, golongan darah
A: alamat Jl. Haka 6 No. 251, hubungan dengan klien suami.

3.1.2 Status Kesehatan


3.1.2.2 Alasan Kunjungan / Keluhan Utama :
Klien mengatakan “Perutnya terasa nyeri (kontraksi), keluar cairan bening
berlendir.
3.1.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) :
Klien mengatakan sebelum di bawa oleh keluarga ke Puskesmas Pahandut
klien merasakan nyeri pada perut dan keluar sedikit cairan bening berlendir
dari jalan lahir sejak pukul 05.00 WIB. Karena nyeri yang dirasa semakin kuat
klien pun meminta keluarga untuk di bawa ke Puskesmas Pahandut. Sampai di
Puskesmas pada tanggal 2 juni 2020 pukul 07.00 wib klien di minta berbaring
untuk dilakukan pemeriksaan DJJ dan VT, setelah dilakukan VT oleh bidan di
dapatkan hasil Ny. S sudah masuk pembukaan 5, DJJ: 120x/menit lalu klien
disarankan untuk berbaring miring ke kiri dan dilakukan pemasangan infus
RL 20 tpm di tangan kiri dan pemasangan oksigen nasal kanul 3 lpm sambil
menunggu proses lahiran.
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami :
Pada kehamilan pertama klien mengalami tekanan darah tinggi.
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menular seperti HIV, HbsAg, TB Paru, dan lain-lain.

3.1.3 Riwayat Obstetric Dan Ginekologi


3.1.3.1 Riwayat Ginekologi:
1. Riwayat Menstruasi :
Menarche: 12 tahun, Siklus: 28 hari, Lamanya Haid: 5-7 hari, Banyaknya:
3-4 x/hari ganti pembalut, Sifat Darah (warna, bau, cair/gumpalan,
dysmenorhoe): merah tua, bau amis, dan cair, Gangguan sewaktu
menstruasi tidak ada, Gejala pre menstruasi keputihan dan nyeri pada
payudara, HPHT: 19 september 2019, Taksiran Persalinan: 20 juni 2020.
2. Riwayat Perkawinan (suami dan isteri):
Usia Pernikahan 1,5 tahun, Lamanya Pernikahan 1,5 tahun, Pernikahan Ke-
1.
3. Riwayat Keluarga Berencana:
Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil tidak ada, Waktu dan
lamanya penggunaan tidak ada, Apakah ada masalah dengan cara tersebut
tidak ada, Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan
sekarang KB Suntik, Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga
3.

3.1.3.2 Riwayat Obstetri :


1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G1 P1 A0
2. Riwayat Kehamilan Sekarang:
Amenorhoe: tidak ada, Keluhan waktu hamil pusing, Gerakan anak
pertama di rasakan 20 mgg, Imunisasi : tidak pernah, Penambahan BB
selama hamil 10 kg, Pemeriksaan kehamilan : teratur, Tempat pemeriksaan
dan hasil pemeriksaan Puskesmas Pahandut dengan hasil baik
3. Riwayat persalinan sekarang:
P: satu A: tidak ada, tanggal melahirkan 2 juni 2020 jam 10.00 WIB,
jenis persalinan normal, lamanya persalinan 1 jam, penyulit persalinan
tidak ada, perdarahan tidak ada, jenis kelamin bayi perempuan, BB 2,8 kg
APGAR score 10 normal.

3.1.4 Pemeriksaan Fisik


Subjektif Objektif
1. Keadaan Umum Suhu 36,7 0C
BB sebelum hamil 52 kg Nadi 92 x/menit
Pernafasan 21x/menit
Tekanan Darah 120/80 mmHg
BB 62 kg
Tinggi Badan 154 cm
Kesadaran : Compos Menthis
Turgor kulit : Baik
2. Kepala Warna rambut : Hitam
Oedema : tidak ada
3. Muka Hyperpigmentasi : Tidak ada
Rasa bengkak : tidak ada Cloasma gravidarum : tidak ada
Edema : Tidak ada
Muka tampak simetris
4. Mulut
Mukosa mulut & bibir : lembab
Keluhan : Tidak ada
Keadaan gigi : Utuh
Fungsi pengecapan : Normal
Keadaan mulut : Bersih
Fungsi menelan : Baik
5. Mata Ukuran Pupil : 4 mm
Keluhan : Tidak ada Konjungtiva : tidak anemis
Sklera: Putih
Fungsi Penglihatan : Baik
6. Hidung Reaksi alergi : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Pernah Flu : Pernah
7. Telinga Keadaan : Bersih
Pendengaran: Baik
8. Leher Pembesaran kel. Tyroid : Tidak ada
Pembengkakan : Tidak ada Distensi Vena Jugularis : Tidak ada
Sesak nafas : Tidak ada
9. Daerah dada Batuk : Tidak ada
Jantung dan paru-paru : Normal Sakit dada : Tidak ada
Suara napas : Vesikuler
Bunyi jantung : S1, S2 Tunggal
10. Payudara Bentuk : Simetris
Keadaan puting susu : Menonjol
Hyperpigmentasi aerola : ada
Keadaan/kebersihan : bersih
Cairan yang keluar : ASI (Colostrum)
11. Abdomen Tinggi TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi Uterus : Ada
Striae gravidarum : Ada
Bising usus : 12 x/m
Oedema : Tidak ada
12. Genitalia Eksterna
Varises : Tidak ada
Hemoroid : Tidak ada
13. Anus
14. Ekstermitas Refleks patela : tidak dikaji
Varises : tidak ada
Oedema : tidak ada
15. Pemeriksaan Dalam Vulva/vagina :
- Edema/tumor/penyempitan :
Tidak ada

Portio :
- Konsistensi : Cair
- Pendataran : 5/5
- Pembukaan : lengkap
- Hodge/bagian terendah : 1
- Selaput Ketuban : Utuh (+)
- Presentasi : Kepala
- Posisi : Presentasi Kepala

3.1.5 Pola Aktivitas Sehari-Hari


3.1.5.1 Pola Nutrisi :
Frekuensi makan: 3 x/ hari, Jenis makanan: lauk, sayur dan nasi, Makanan
yang disukai: sop, Makanan yang tidak disukai: makanan yang pahit, Makanan
pantang / alergi: tidak ada, Nafsu makan: baik, Porsi makan: 1 porsi, Minum (jumlah
dan jenis): 1500 cc air putih
3.1.5.2 Pola Eliminasi
1. Buang Air Kecil (BAK):
Frekuensi: 4-5 x/hari, Warna: kuning kecoklatan, Bau: khas amoniak,
Masalah / Keluhan: tidak ada masalah
2. Buang Air Besar (BAB):
Frekuensi: 1x/ hari, Warna: coklat, Bau: khas, Konsistensi: lembek,
Masalah / Keluhan: tidak ada
3.1.5.3 Pola tidur dan istirahat:
Waktu tidur: siang dan malam, Lama tidur/hari: siang 1-2 jam, malam 7-8
jam, Kebiasaan pengantar tidur: tidak ada, Kebiasaan saat tidur: tidak ada, Kesulitan
dalam tidur: tida ada
3.1.5.4 Pola aktivitas dan latihan:
Kegiatan dalam pekerjaan: hanya menyapu rumah dan memasak, Olah raga:
jalan- jalan di sekitar rumah, Mobilisasi dini: -, Kegiatan di waktu luang: berkunjung
ke rumah keluarga
3.1.5.5 Personal Hygiene :
Kulit: bersih, Rambut: bersih, Mulut & Gigi: bersih, Pakaian: rapi, Kuku:
bersih Vulva Hygiene:-
3.1.5.6 Ketergantungan fisik :
Merokok: tidak ada, Minuman keras: tidak ada, Obat-obatan: tidak ada, Lain-
lain: tidak ada

3.1.6 Aspek Psikososial Dan Spiritual


3.1.6.1 Pola pikir dan persepsi
a. Apakah ibu telah mengetahui cara memberi ASI dan merawat bayi: ya
b. Apakah klien merencanakan pemberian ASI pada bayinya: ya
c. Jenis kelamin yang diharapkan: perempuan
d. Siapa yang membantu merawat bayi di rumah: suami
e. Apakah hamil ini diharapkan: ya
3.1.6.2 Persepsi diri
a. Hal yang amat dipikirkan saat ini : memikirkan
janinnya lahir dengan selamat dan sehat.
b. Harapan setelah menjalani perawatan : agar cepat pulih
dan kembali beraktivitas seperti biasanya
c. Perubahan yang dirasa setelah hamil: Terasa perut
semakin membesar.
3.1.6.3 Konsep diri
a. Body Image : Klien dapat
menerima proses persalinannya
b. Peran : Klien sebagai istri dan
ibu untuk anak-anaknya
c. Ideal Diri : Klien ingin cepat
pulih dan beraktifitas lagi
d. Identitas Diri : Klien seorang
perempuan dan ibu rumah tangga
e. Harga Diri : Klien menghargai
dirinya dan orang sekitarnya
3.1.6.4 Hubungan/komunikasi
a. Bicara : jelas
b. Bahasa utama : Indonesia, Bahasa daerah Banjar
c. Yang tinggal serumah : orang tua, suami, dan saudara
d. Adat istiadat yang dianut : Adat Banjar
e. Yang memegang peranan penting dalam keluarga: Tn. J
f. Motivasi dari suami : Tetap semangat
g. Apakah suami perokok : -
h. Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada kesulitan
3.1.6.5 Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual :Tidak ada gangguan
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : ya klien mengerti
3.1.6.6 Sistem Nilai – Kepercayaan
a. Siapa dan apa sumber kekuatan : Tuhan Yang Maha Esa.
b. Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda :Ya sangat
penting
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi)
sebutkan : Sholat
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,
sebutkan: berdoa di atas tempat tidur
3.1. Pengobatan
No. Terapi obat Indikasi Dosis Rute Golongan
1. Paracetamol Acetaminophen atau paracetamol 3x1 Oral B
adalah obat untuk penurun
demam dan pereda nyeri, seperti
nyeri haid dan sakit gigi.
2. Fe Membantu memenuhi kebutuhan 1x1 Oral B
zat besi dan asam folet tubuh,
serta mengatasi anemia
3 Vitamin C Ascorbic acid atau vitamin 3x1 Oral
C adalah nutrisi pembentuk
kolagen, yaitu zat yang
dibutuhkan untuk
memperbaiki kulit, tulang, 
dan gigi.

4 Vitamin B Vitamin B12 adalah vitamin yang 3x1 Oral


kompleks bermanfaat untuk pembentukan
protein, sel darah, dan jaringan.
Kebutuhan vitamin B12 harian
bisa didapatkan melalui makanan
atau suplemen tambahan.
5 Vitamin A Vitamin A adalah salah satu 1x1 Oral
vitamin yang berfungsi
untuk perkembangan dan kinerja
berbagai organ tubuh, seperti
mata, kulit, organ reproduksi,
dan sistem kekebalan tubuh.

6 Amoxicillin Amoxicillin adalah obat untuk 3x1 Oral


mengatasi berbagai jenis infeksi
bakteri. Obat antibiotik ini
tersedia dalam bentuk tablet
maupun sirup.
7 Inf. RL Ringer Laktat adalah cairan infus 20 IV
sebagai sumber elektrolit dan air tpm
untuk hidrasi.

Palangka Raya, 2 juni 2020


Mahasiswa

Aprianto untung
3.2. ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Kehamilan (37-40 minggu) Keletihan
- K
lien mengatakan badannya Tanda-tanda inpartu
terasa lemas
DO : Proses persalinan
- K
lien tampak lemas Kala I Fase Aktif
- K
lien tampak Kontraksi uterus
- T
anda-tanda vital
- T
D : 120/80 mmHg
- N
: 92 x/menit
- R
R : 21x/menit
- S
: 36,7 ˚C
- T
erpasang infus RL 20 tpm
di tangan kiri
- D Kehamilan (37-40 minggu) Resiko Gangguan
s: integritas jaringan
- D Tanda-tanda inpartu
o:
- K Proses persalinan
erusakan jaringan/ lapis an
kulit perineum Kala II
- A
danya ruptur pada Kontraksi kuat, cepat
perineum
- H Pembukaan lengkap
ecting dalam 6 jahitan
- H Reflek mengedan
ecting luar 8 jahitan
- T Kontraksi
anda-tanda vital
- T Pelebaran vulva dan
D : 120/80 mmHg penonjolan perineum
- N
: 92 x/menit Episiotomi/rupture
- S
: 36,7OC
- R
R : 21x/menit

Ds: Kehamilan (37-40 minggu) Nyeri Melahirkan


- P
: Nyeri pada vagina bekas Tanda-tanda inpartu
jahitan
- Q Proses persalinan
: nyeri terasa nyut-nyutan
- R Kala III
: nyeri dirasakan di daerah
perineum Perlukaan
- S
: skala nyeri 3 (ringan) Respon fisiologis setelah
- T melahirkan
: nyeri dirasakan ± 2 menit
Do:
- K
lien tampak meringis
- K
lien tampak tidak nyaman
- T
anda-tanda vital
- T
D : 120/80 mmHg
- N
: 92 x/menit
- S
: 36,7OC
- R
R : 21x/menit

3.3. PRIORITAS MASALAH


1. Keletihan berhubungan dengan kontraksi uterus dibuktikan dengan klien tampak
lemas, tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N : 92 x/m, S : 36,7OC, RR :
21x/menit terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri.
2. Resiko gangguan integritas jaringan berhubungan dengan ruptur dibuktikan
dengan kerusakan jaringan/ lapisan kulit perineum, adanya ruptur pada perineum,
hecting dalam 6 jahitan, hecting luar 8 jahitan, tanda-tanda vital: TD : 120/80
mmHg, N : 92 x/m, S : 36,7OC, RR: 21x/menit.
3. Nyeri melahirkan berhubungan dengan respon fisiologis setelah melahirkan
dibuktikan dengan klien tampak meringis, klien tampak tidak nyaman, tanda-tanda
vital: TD : 120/80 mmHg, N : 92 x/m, S : 36,7OC, RR : 21x/menit.
3.4. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.S
Ruang Rawat : VK BULD UPT Puskesmas Pahandut

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Keletihan Setelah dilakukan tindakan 1) Ukur tanda-tanda vital klien 1) Mengetahui keadaan umum
berhubungan keperawatan selama 1x7 2) Anjurkan untuk rileks dan klien
dengan kontraksi jam diharapkan klien tidak istirahat diantara kontraksi 2) Mengurangi keletihan
uterus merasa lemas dengan 3) Anjurkan suami atau 3) Memberikan kekuatan dan
kriteria hasil: keluarga untuk mendampingi motivasi bagi klien
1) Klien tidak tampak klien 4) Memberi lebih energi dan
lemas 4) Berikan makanan dan menambah asupan cairan
2) Klien tampak rileks minuman
3) Tanda-tanda vital dalam
rentang normal:
TD : 120-80 mmHg
N: 60-100 x/m
S: 36,5-37,5oC
RR : 20x/menit
2. Resiko gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Ukur tanda-tanda vital klien 1) Mengetahui keadaan umum
integritas jaringan keperawatan selama 1 x 7 2) Bantu klien dengan posisi klien
berhubungan jam diharapkan luka tepat, pernafasan, dan upaya 2) Dengan posisi yang tepat,
dengan ruptur membaik kriteria hasil: untuk rileks pernafasan yang baik membantu
1) Luka membaik 3) Bantu klien mengangkat kaki meningkatkan peregangan
2) Tidak adanya bekas luka secara simultan, hindari bertahap dari perineal dan
3) Tanda-tanda vital dalam tekanan pada poplitea, sokong jaringan vagina dan mencegah
rentang normal: telapak kaki terjadinya trauma atau laserasi
TD : 120-80 mmHg 4) Bantu sesuai kebutuhan serviks
N: 60-100 x/m dengan manufer tangan, 3) Menurunkan renggangan otot
S: 36,5-37,5oC berikan tekanan pada dagu mencegah tekanan pada batis,
RR : 20 x/menit janin melalui perineum ibu dan ruang poplitea yang dapat
saat tekanan pengeluaran pada menyebabkan tromboplebitis
oksiput dengan tangan lain pasca partum
5) Bantu dengan episiotomy 4) Memungkinkan melahirkan
garis tengah mediolateral k/p lambat saat kepala bayi telah
distensi di perineum 5 cm
sehingga menurunkan trauma
pada jaringan ibu
5) Epiostomy dapat mencegah
robekan perineum pada kasus
bayi besar, persalinan cepat, dan
ketidakcukupan relaksasi
perineal.
3. Nyeri Melahirkan Setelah dilakukan tindakan 1) Ukur tanda-tanda vital klien 1) Mengetahui keadaan umum
berhubungan keperawatan selama 1 x 7 2) Observasi skala nyeri klien klien
dengan respon jam diharapkan nyeri 3) Berikan kompres air dingin 2) Mengetahui skala nyeri klien
fisiologis setelah hilang/berkurang dengan pada perineum setelah 3) Mengkonstriksikan pembuluh
melahirkan kriteria hasil: melahirkan darah, menurunkan edema dan
1) Skala nyeri berkurang 2- 4) Ajarkan tehnik relaksasi memberikan kenyamanan dan
1 5) Kolaborasi dalam pemberian anastesi lokal
2) Wajah tampak tenang obat 4) Membantu mengalihkan
3) Klien tidak meringis perhatian langsung dari rasa
4) Klien tampak rileks ketidaknyamanan
4) Tanda-tanda vital dalam 5) Mengurangi nyeri
rentang normal:
TD : 120-80 mmHg
N: 60-100 x/m
S: 36,5-37,5oC
RR : 20 x/menit
3.5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 2 juni 1. Mengukur tanda-tanda vital klien S: Klien mengatakan badannya terasa
2020 2. Menganjurkan untuk rileks dan istirahat lemas
Pukul 10.00 WIB diantara kontraksi O:
3. Menganjurkan suami atau keluarga untuk - Tanda-tanda
mendampingi klien vital
4. Memberikan makanan dan minuman - TD : 120/80 Aprianto untung
mmHg
- N : 92 x/m
- S : 36,7OC
- RR :
21x/menit
- Klien tampak
rileks
- Klien
didampingi oleh suami
- Klien makan
dan minum seperti biasanya
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Senin, 2 juni 1. Mengukur tanda-tanda vital klien S: -


2020 2. Membantu klien dengan posisi tepat, O:
Pukul 10.00 WIB pernafasan, dan upaya untuk rileks - Tanda-tanda
3. Membantu klien mengangkat kaki secara vital
simultan, hindari tekanan pada poplitea, - TD : 120/80
sokong telapak kaki mmHg Aprianto untung
4. Membantu sesuai kebutuhan dengan - N : 92 x/m
manufer tangan, berikan tekanan pada - S : 36,7OC
dagu janin melalui perineum ibu saat - RR :
tekanan pengeluaran pada oksiput 21x/menit
dengan tangan lain - Meminta klien
untuk menarik nafas dan mengeluarkan
dari mulut
- Membantu
menyokong telapak kaki ibu
- Membantu
menahan perineum agar memudahkan
pengeluaran janin dan mencegah
terjadinya ruptur
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Senin, 2 juni 1. Mengukur tanda-tanda vital klien S: Klien mengtakan nyeri pada daerah
2020 2. Mengobservasi skala nyeri klien perineum
Pukul 10.00 WIB 3. Memberikan kompres air dingin pada O:
perineum setelah melahirkan - Tanda-tanda
4. Mengajarkan tehnik relaksasi vital Aprianto Untung
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat - TD : 120/80
mmHg
- N : 92 x/m
- S : 36,7OC
- RR :
21x/menit
- Skala nyeri
klien 3 (ringan)
- Klien mampu
melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai