Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka menghadapi persaingan global diperlukan jenjang perawat pendidikan yang lebih tinggi.
Langkah awal yang perlu ditembuh adalah penataan pendidikan keperawatan dan memberikan
kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan
semua pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi criteria pendidikan minimal D-III
Keperawatan. Pada saat ini upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan professional
memang sedang dilakukan dengan mengonversi pendidikan SPK ke jenjang Akademi Keperawatan (D-III).
Lulusan Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang S1 Keperawatan. Semua pihak
yang menangani keperawatan harus memahami benar arti dan makna keperawatan sebagai profesi,
secara bersama memacu professionalisasi keperawatan, terutama dalam menghadapi tuntutan dan
kebutuhan pembangunan kesehatan di masa depan, dan kesiapan dalam menghadapi globalisasi yang
juga akan melanda keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah meliputi:

1.2.1. Bagaimana jenjang pendidikan dalam keperawatan?

1.2.2. Bagaimana kerangka konsep pendidikan keperawatan?

1.2.3 Apa tujuan pendidikan tinggi keperawatan?

1.2.4 Apa hakikat pendidikan tinggi keperawatan?

1.2.5. Apa peran pendidikan tinggi keperawatan?

1.2.6. Apa batang tubuh ilmu keperawatan?

1.2.7. Apa karakteristik kompetensi keperawatan?

1.2.8 Bagaimana proses dan metode pembelajaran pendidikan keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa (i) tentang hakikat
pendidikan tinggi keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus makalah ini menambah wawasan tentang hakikat pendidikan tinggi keperawatan meliputi:
1) Jenjang Pendidikan Dalam Keperawatan

2) Kerangka Konsep Pendidikan keperawatan

3) Tujuan Pendidikan Tinggi Keperawatan

4) Hakikat Pendidikan Tinggi Keperawatan

5) Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan

6) Batang Tubuh Ilmu Keperawatan

7) Karakteristik Kompetensi Keperawatan

8) Proses dan Metode Pembelajaran Pendidikan Keperawatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Pendidikan dalam Keperawatan

Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal
dan operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual
yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan
ilmu dan kiat keperawatan yang dimilikinya sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk pelayanan
professional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
Peserta didik adalah : klien (individu,keluarga,masyarakat) yang mendapatkan materi pendidikan atau
bimbingan di bidang kesehatan, sehingga klien tersebut secara mandiri mau melakukan perubahan
tingkah laku yang positif dan permanen dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

B. Sejarah dan Perkembanagan Pendidikan Keperawatan

1. Sejarah Pendidikan Keperawatan

· Zaman purbakala ( Primitif Culture )

Manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi, mempunyai kekuatan spritual/mistik yang mempengaruhi
kehidupan manusia (animisme) Sakit di sebabkan oleh kekuatan alam/kekuatan gaib (batu-batu besar,
gunung tinggi & pohon-pohon besar) serta masyarakat masih percaya pada dukun

· Zaman mesir

Masyarakat percaya dewa ibis mampu menyembuhkan penyakit di Cina, syetan sebagai penyebab
penyakit akibatnya perawat tidak di perkenankan untuk merawat.

· Pertengahan abad VI masehi

Keperawatan berkembang di benua asia tepatnya asia barat daya yaitu timur tengah seiring dengan
perkembangan agama Islam.

· Abad VII

Di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-
obatan. Keperawatan mengalami kemajuan dengan prinsip dasar kesehatan pentingnya kebersihan diri
(personal hygiene), kebersihan makanan, air & lingkungan. Tokoh yang terkenal dari dunia arab pada
masa itu adalah Rafidah.

· Permulaan abad XVI

Orientasi masyarakat pada saat terjadi perang dimana rumah ibadah banyak yang tutup yang biasanya di
gunakan untuk merawat orang sakit. Perawat di gaji rendah dengan jam kerja yang lama pada kondisi
kerja yang buruk. Sisi positif dari perang untuk perkembangan keperawatan korban banyak
membutuhkan tenaga sukarela sebagai perawat (orde-orde agama, istri yg mengikuti suami perang &
tentara-tentara yang merangkap sebagai perawat) konsep P3K.

Rumah sakit yang berperan besar tahap perkembangan keperawatan pada masa kini (zaman
pertengahan) yaitu hotel Dieu di Lion awalnya perawat mantan seks yang bertobat, tidak lama kemudian
menggunakan perawat yang terdidik dari rumah sakit tersebut.

Hotel Dieu di Paris orde agama, setelah revolusi orde agama dihapus di ganti orang-orang bebas yang
tidak terikat agama, pelapor perawat terkenal rumah sakit ini yaitu Genevieve Bouquet St. Thomas
Hospital, di dirikan tahun 1123 M Florence Nigtingale memperbaharui keperawatan.
· Pertengahan abad XVIII – XIX

Keperawatan mulai di percaya orang yaitu Florence Nigthingale.

Beliau lahir tahun 1820 dari keluarga kaya, terhormat, tumbuh & berkembang di Inggris, di terima
mengikuti kursus pendidikan perawat usia 31 tahun.

2. Perkembangan Keperawatan Di Indonesia

Masa pemerintahan Belanda

· Perawat berasal dari penduduk pribumi (Velpleger) di bantu penjaga orang sakit (Zieken Oppaser)

· Bekerja di R.S Binnen Hospital di Jakarta (1799) memelihara kesehatan staf & tentara Belanda

· Membentuk dinas kesehatan tentara & dinas kesehatan rakyat

Masa VOC (Gubenur Inggris Rafles 1812-1816)

· Kesehatan adalah milik manusia melakukan pencacaran umum.

· Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguann jiwa.

· Memperhatikan kesehatan & perawatan para tahanan.

3. Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan

Beberapa organisasi keperawatan

· ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita pertama di dunia di dirikan tgl 1
Juli 1899 / Mrs.Bedford Fenwick.

Tujuannya:

a. Memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia

b. Memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk membicarakan masalah
keperawatan.

c. Menjunjung peraturan dlm ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan
keperawatan berdasarkan kode etik profesi keperawatan.

· ANA di dirikan tahun 1800 yang anggotanya dari negara- negara bagian, berperan:

a. Menetapkan standar praktek keperawatan.

b. Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA memberikan izin praktek keperawatan
mandiri.
· NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun 1952, tujuan untuk pengembangan &
peningkatan mutu pelayanan keperawatan & pendidikkan keperawatan.

· British Nurse Association di dirikan tahun 1887, tujannya:

memperkuat persatuan & kesatuan seluruh perawat di Inggris & berusaha memperoleh pengakuan
terhadap profesi keperawatan.

· PPNI di dirikan 17 Maret 1974.

C. Tujuan Pendidikan Dalam Keperawatan

Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung
jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan
sebagainya. Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat
umum tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860) yang menganalisis tujuan
pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan:

1. Kegiatan demi kelangsungan hidup.

2. Usaha mencari nafkah.

3. Pendidikan anak.

4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.

5. Penggunaan waktu senggang.

Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut didasarkan atas apa yang dianggapnya
paling berharga dan perlu untuk setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat.

D. Fungsi Pendidikan Keperawatan

Fungsi pendidikan

Fungsi ini terdiri atas tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :

a) Peserta didik dalam hal kaulifikasi/persyaratan, mekanisme seleksi dan penerimaan, serta daya
tampung peserta didik.

b) Proses pendidikan yang mencakup tujuan pendidikan/rumusan kompetensi, kurikulum pendidikan,


proses pembelajaran/evaluasi hasil belajar, fasilitas sumber daya pendidikan, dan rumah sakit
pendidikan.
c) Lulusan yang mencakup kaulifikasi/persyaratan, mekanisme penilaian akhir/keprofesian, dan
jumlah yang diluluskan dan sebaran.

2. Fungsi penelitian

Fungsi ini mencakup :

a) Berperan aktif dalam riset dasar dan terapan, pengembangan ilmu pengetahuan ilmu keperawatan,
mengembangangkan teknologi keperawatan, meningkatkan mutu, dan memperluas jangkauan
pelayanan

b) Manfaatkan tekhnologi maju secara tepat dalam rangka meningkatkan mutu dan memperluas
jangkauan pelayanan professional

c) Melaksanakan berbagai bentuk kegiatan ilmiah yang meliputi ceramah/diskusi ilmiah, forum ilmiah,
tulisan ilmiah/majalah ilmiah dan pengawal ilmu keperawatan.

3. Fungsi pengabdian masyarakat

Fungsi ini mencakup :

a) Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan jenjang pelayanan kepada
masyarakat, serta membangun model pelayanan/asuhan keperawatan

b) Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina kemampuan masyarakat mengatasi
masalah keperawatan yang dihadapi.

c) Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan melaksanakan pelayanan/asuhan


keperawatan professional

d) Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang memerlukan

BAB III

PEMBAHASAN
A. Jenjang Pendidikan Dalam Keperawatan

Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan dengan berbagai jenis dan jenjang pendidikan tinggi,
sebagai berikut:

1. Program Pendidikan D-III Keperawatan

Program pendidikan D-III Keperawatan, menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional
pemula (ahli madya keperawatan), dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan
keprofesian yang kokoh. Lulusannya diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan professional
dengan berpedoman kepada standar asuhan keperawatan dan dengan etika keperawatan sebagai
tuntunan.

Sebagai perawat vokasional diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional, akuntabel
dalam melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri di bawah supervise Ners. Lama
pendidikan 3 tahun untuk waktu normal. Lulusan D-III Keperawatan juga diharapkan mampu mengelola
praktik keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan klien serta memiliki kemampuan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan yang maju secara tepat guna.

2. Program Pendidikan Ners

Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan ( Serjana Keperawatan) dan Profesional (Ners
= “ First professional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan professional, serta akuntabel
untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar (sampai dengan tingkat kerumitan tertentu)
secara mandiri. Sebagai perawat professional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien
dan melakukan supervise praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional pemula (D-III
Keperawatan). Selain itu, mereka dituntut untuk memiliki kemampuan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang maju secara
tepat guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang sederhana.

Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dari pada lulusan D-III Keperawatan
serta memiliki landasan keprofesian yang mentap sesuai dengan sifatnya sebagai pendidikan profesi.
Tetapi, untuk lulusan S1 Keperawatan tanpa mengikuti profesi Ners, adalah orang yang berkemampuan
akademik sebagai serjana keperawatan tetapi tidak memiliki kewenangan melakukan praktik
keperawatan atau melakukan kegiatan pada bidang non keperawatan. Sedangkan lulusan Serjana
keperawatan+Ners adalah seseorang tenaga profesional berkemampuan dan berwenang melakukan
pekerjaan dibidang pelayanan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan.

3. Program Magister Keperawatan


Program magister keperawatan menghasilkan perawat ilmuwan (scientist) dengan sikap tingkah laku dan
kemampuan sebagai ilmuwan keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan mempunyai
kemampuan berikut ini:

a. Meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan.

b. Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya.

c. Mengembangkan penampilannya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengkaitkan


ilmu/profesi serupa.

d. Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah
(Keputusan Mendikbud No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3).

4. Program Pendidikan Ners Spesialis

Program pendidikan Ners Spesialis menghasilkan perawat ilmuwan (Magister) dan Profesional (Ners
Spesialis, “ Second professional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan professional, serta
akuntabel untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan spesialistik. Ners Spesialis merupakan
ilmuwan dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab sebagai
ilmuwan klinis keperawatan klinis (SK Mendikbud No.056/U/1994)

B. Kerangka Konsep Pendidikan keperawatan

Sesuai dengan hakikatnya sebagai pendidikan profesi, maka kurikulum pendidikan tinggi keperawatan
disusun berlandaskan pada kerangka yang kokoh, mencakup:

1. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Program pendidikan keperawatan harus dilaksanakan sesuai dengan perkembangan Zaman serta dunia
keperawatan sehingga memungkinkan peserta didik memahami dan menguasai IPTEK keperawatan
sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan (standar professional) dan mengembangkan IPTEK
keperawatan. Peserta didik diharuskan menguasai body of knowledge yang diperlukan oleh seorang
perawatan professional dan menguasai berbagai metode dan teknik keperawatan yang diperlukan untuk
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.

2. Menyelesaikan Masalah Secara Ilmiah

Pengalaman belajar pada pendidikan tinggi keperawatan, terintegrasi sepenuhnya dalam penumbuhan
dan binaan peserta didik untuk memecahkan masalah secara ilmiah, dan penalaran ilmiah seperti studi
kasus. Penumbuhan dan pembinaan kemampuan ini juga dikaitkan dengan tercapainya proses
keperawatan oleh peserta didik yang merupakan pendekatan dan penyelesaian masalah keperawatan
secara ilmiah dan termasuk didalamnya pembinaan keputusan klinik.

3. Sikap dan Tingkah Laku Profesional


Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu
dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional.
Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah
tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987). Sebagai perawat
professional maka perawat harus memiliki kemampuan:

1) Berdasarkan intelektual, pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta
ilmu keperawatan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostik, menyusun
perencanaan dan memberikan asuhan keperawatan yang lainnya.

2) Teknikal, melaksanakan ASKEP dengan memperhatikan perkembangan pelayanan dan program


pembangunan kesehatan seiring dengan perkembangan IPTEK bidang kesehatan/keperawatan serta
diperlukan proses pembelajaran baik institusi pendidikan maupun pengalaman belajar klinik di rumah
sakit dan komunitas.

3) Interpersonal dan moral, Pelayanan kesehatan dihadapkan pada suatu dilema, di satu sisi harus
mengepankan kepedulian terhadap sesama serta meningkatkan mutu asuhan kesehatan disertai dengan
sikap ramah tamah, murah senyum, empati dan sebagainya.

4) Bertanggungjawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan
waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.

4. Belajar Aktif dan Mandiri

Segala bentuk pengalaman belajar dikembangkan dan dilaksanakan dengan berorientasi pada peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan belajar aktif dan mandiri. Seperti; pemecahan masalah
dengan diskusi atau studi kasus.

5. Pendidikan Berada di Masyarakat

Yaitu dengan pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL) yang diharapkan
setelah pembelajar tersebut peserta didik mampu mengambil keputusan, sesuai dengan penalaran
ilmiah dan etik keperewatan dari masalah-masalah yang nyata.

C. Tujuan Pendidikan Tinggi Keperawatan

Institusi pendidikan tinggi keperawatan diharapkan mampu melakukan hal-hal:

(1) Menumbuhkan/membina sikap dan tingkah laku professional yang sesuai dengan tuntunan profesi
keperawatan.

(2) Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.

(3) Menumbuhkan/membina keterampilan professional.


(4) Menumbuhkan/membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan mantap sebagai tuntutan
utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam kehidupan keprofesian.

D. Hakikat Pendidikan Tinggi Keperawatan

Dalam keperawatan secara umum memiliki hakikat tersendiri yaitu mencakup: Pertama, sebagai ilmu
dan seni. Merupakan suatu yang dalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan dengan menggunakan
pengetahuan, konsep dan perinsip serta mempertimbangkan seni dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia dan berbagai kelompok ilmu diantaranya ilmu alam dasar, ilmu prilaku, ilmu social, ilmu
keperawatan klinik dan komunitas serta dalam prakteknya menggunakan pendekatan ilmiah yang
berorientasi pada proses penyelesaian masalah dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Kedua, sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan, maka dalam kesehariannya keperawatan
berusaha dengan segala tindakan atau kegiatan bersifat membantu klien atau manusia dalam mengatasi
efek dari masalah sehat atau sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.

Ketiga, mempunyai tiga sarana dalam pelayanan keperawatan, di antaranya individu, keluarga dan
masvyarakat sebagai klien.

Keempat, pelayanan keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan
keperawatan bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain memberikan pelayanan kesehatan melalui
peningkautan kesehatan dan pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosa dini,
penyembuhan serta rehabilitasi dan pemmbatasan kecacatan.

Pendidikan tinggi sebagai subsistem pendidikan nasional dibentuk untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan IPTEK. System pendidikan tinggi keperawatan
sebagai landasan integral dari system pendidikan tinggi merupakan kesatuan dari staf akademik dan
peserta didik yang mempunyai kemampuan serta potensi dalam profesi, ilmiah, belajar dan kreasi yang
tinggi. Dilengkapi sarana belajar dan penelitian serta prasarana pendidikan yang secara keseluruhan
mempunyai potensi besar untuk berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara umum dan
masyarakat keperawatan kesehatan pasa khususnya.

E. Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan

1. Membina Sikap Pandangan dan Kemampuan Profesional

Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan keperawatan yang
luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan
professional secara baik dan benar (Husin,1966).

2. Meningkatkan Mutu Pelayanan/ASKEP Keperawatan dan Kesehatan

Pendidikan tinggi keperawatan menghasilkan perawat yang bersikap professional mencakup


keterampilan intelektual, dan teknikal, mampu mempertanggungjawabkan secara legal keputusan dan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi, serta dapat menjadi contoh peran
bagi perawat lain.

3. Menyelesaikan Masalah Keperawatan dan Mengembangkan Iptek Keperawatan Melalui Penelitian

Penelitian secara khusus bertujuan:

a) menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan,

b) menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk berupa teknologi atau metode baru maupun
berupa produk jasa,

c) menemukan dan menafsirkan fakta baru,

d) menguji teori berdasarkan kondisi atau fakta baru, dan

e) merumuskan teori baru (Leddy dan Pepper, 1993;Mayer, Madden dan Lawrence, 1990).

4. Meningkatkan Kehidupan Keprofesian Melalui Organisasi Profesi

Dengan pendidikan professional, perawat sebagai anggota dari suatu organisasi profesi akan lebih
memahami dan menghayati peran, tanggung jawab, dan haknya sebagai anggota organisasi profesi.

F. Batang Tubuh Ilmu Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan meyakini bahwa keperawatan merupakan pelayanan professional yang
bersifat humanism (humanistic=asas dan landasan kemanusian, nilai, dan moral manusia/kemanusiaan),
holism(holistic=melihat manusia dan lingkungan secara menyeluruh dalam satu kesatuan system), and
care(caring = focus pelayanan/ASKEP yang diberikan kepada klien/manusia),(Chity;1997). Berdasarkan
pada falsafah dan paradigma keperawatan, maka nilai/makna yang dapat dikembangkan dari
keperawatan:

1) Keperawatan Sebagai suatu Seni (art), adalah refleksi dari perasaan dan persepsi, sebab inti dan
esensi keperawatan adalah interaksi interpersonal.

2) Keperawatan Sebagai suatu Ilmu, body of knowledge adalah unsur utama dalam mengembangkan
pendidikan keperawatan.

3) Keperawatan Sebagai suatu Profesi, sampai saat ini profesi keperawatan dalam program penataan
dan pemantapan keseluruhan dari criteria profesi, sehingga akuntabilitas dan otonomi sebagai suatu
profesi dapat dilaksanakan secara optimal. Salah satunya dengan memantapkan tubuh pengetahuan ilmu
keperawatan sesuai dengan filosofi dan paradigm keperawatan.

G. Karakteristik Kompetensi Keperawatan


1. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang yang
menyebabkan munculnya suatu tindakan.

2. Bawaan, dapat berupa karakteristik fisik atau kebiasaan seseorang dalam merespons suatu
situasi atau informasi bawaaan.

3. Pengetahuan Akademik, perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik.
Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks.

4. Keahlian (skill), Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental.

H. Proses dan Metode Pembelajaran Pendidikan Keperawatan

1. Pembelajaran Praktikum (LAB), menungkinkan peserta didik belajar sambil melakukan sendiri.

2. Problem Based Learning (PBL), proses pembelajaran mengidentifikasi suatu masalah, baik yang
dihadapi secara nyata maupun telaah kasus.

3. E-Learning Dalam Keperawatan, bentuk pembelajaran dengan menggunakan media Internet,


atau media jaringan computer lain.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan tinggi sebagai subsistem pendidikan nasional dibentuk untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan IPTEK. System pendidikan tinggi keperawatan
sebagai landasan integral dari system pendidikan tinggi merupakan kesatuan dari staf akademik dan
peserta didik yang mempunyai kemampuan serta potensi dalam profesi, ilmiah, belajar dan kreasi yang
tinggi. Dilengkapi sarana belajar dan penelitian serta prasarana pendidikan yang secara keseluruhan
mempunyai potensi besar untuk berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara umum dan
masyarakat keperawatan kesehatan pada khususnya.

B. Saran

Pentingnya mahasiswa (i) mempelajari hakikat pendidikan tinggi dalam keperawatan sehingga mampu
berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Erda, S. 2012. Pendidikan Tinggi Keperawatan. http://pendidikan-tinggi-dalam-keperawatan.html(diakses
30 November 2013).

Ns. Roymond H Simamora, M.Kep. 2010. Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Iwel. 2011. Artikel Kesehatan: Hakikat Keperawatan. http://www.hakikat-keperawatan.html(diakses 30


November 2013).

Anda mungkin juga menyukai