Disusun Oleh :
Kelompok 2
PGMI/4C
TAHUN 2023
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
membahas tentang “Karakteristik Dan Kebutuhan Anak Didik Usia Pendidikan Dasar”,
tepat terselesaikan pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Mata Kuliah
Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan
informasi tentang Karakteristik Dan Kebutuhan Anak Didik Usia Pendidikan Dasar yang
dapat diterapkan ketika Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
terutama dalam pencarian data sebagai referensi dan penulisan referensi dalam pembuatan
makalah ini. Namun dengan kerja sama kelompok kami, tantangan itu bisa teratasi.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sehingga
kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah yang selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat, menambah
pengetahuan, dan pengalaman bagi pembaca. Aamiin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2
BAB I ................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Karakteristik Siswa..................................................................................... 5
2.2 Jenis-Jenis Karakteristik Siswa .................................................................................... 6
2.3 Kebutuhan Siswa Sekolah Dasar .................................................................................. 7
2.4 Aplikasi Pemenuhan Kebutuhan Siswa Disekolah ...................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................... 13
PENUTUP .......................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
3.2 Saran ......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Karakteristik Siswa
2. Untuk mengetahui dan memahami Jenis-jenis Karakteristik Siswa
3. Untuk mengetahui dan memahami Kebutuhan Siswa Sekolah Dasar
4. Untuk mengetahui dan memahami Aplikasi Pemenuhan Kebutuhan Siswa Disekolah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada
siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-citanya. (Sudirman: 1990).
Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari
minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang
dimiliki. (Hamzah. B. Uno: 2007).
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru,
agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai
guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka
sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain
karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik.
Karakteristik anak usia pendidikan dasar yaitu senang bermain, bergerak, bekerja dalam
kelompok dan senang memperagakan sesuatu secara langsung. Pada masa kanak-kanak
sering terjadi gangguan-gangguan dalam perkembangan dan pendidikan yaitu gangguan
belajar, gangguan membaca, gangguan berhitung, dan gangguan menulis. Oleh karena itu,
guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,
memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Anak Sekolah Dasar kelas rendah memiliki ciri-ciri/karakteristik yang berbeda dengan
anak Sekolah Dasar kelas tinggi. Ciri-ciri anak masa kelas rendah Sekolah Dasar meliputi:
adanya hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah; suka memuji diri
sendiri; apabila tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan
itu dianggapnya tidak penting; suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu
menguntungkan dirinya; serta suka meremehkan orang lain. Disisi lain, ciri-ciri/karakteristik
anak Sekolah Dasar kelas tinggi meliputi: perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis
sehari-hari; ingin tahu, ingin belajar dan realistis; munculnya minat kepada pelajaran-
5
pelajaran khusus; anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah; dan anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup
untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya (Rita Eka
Izzaty, 2013: 115)
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik siswa sekolah
dasar yaitu kemampuan anak berpikir berkembang dari konkret menuju abstrak, dimana
anak tidak boleh dipaksakan menuju tahap perkembangan berikutnya. Anak harus paham
terlebih dahulu materi yang telah disampaikan sebelumnya, kemudian guru baru boleh
melanjutkan ke tahap selanjutnya. Selain itu, anak membutuhkan kegiatan belajar melalui
pengalaman langsung karena cocok untuk anak di tingkat sekolah dasar melalui
konstruktivistik. Anak SD itu unik. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda
sehingga guru tidak dapat memaksakan seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu hal
yang tidak disukai anak tersebut. Karakteristik yang lain yaitu dari egosentris mulai
berempati. Sebagian besar anak SD masih suka mementingkan dirinya sendiri (egois),
namun dalam prosesnya semakin lama anak akan sadar bahwa ia tidak bisa hidup sendiri.
Oleh karena itu, anak akan mengerti pentingnya membantu orang lain dalam hidupnya.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran
hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan
pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya
dan Keterampilan (SBK).
Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang
paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk
duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
6
Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspek‐aspek
yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan‐aturan kelompok,
belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar
menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif),
mempelajari olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta
belajar keadilan dan demokrasi.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa
untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3‐4 orang untuk mempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
Langsung.
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep‐konsep baru dengan
konsep‐konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep‐konsep tentang
angka, ruang, waktu, fungsi‐fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi
anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak
melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan
demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang
arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk
langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara
persis dari arah mana angina saat itu bertiup.
7
Pertama-tama peru dijelaskan istilah “kebutuhan”, “Dorongan” dan “motif” Definisi
dorongan atau motif adalah suatu keadaan alasan pada diri seseorang untuk memicu untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan Kebutuhan lebih sering digunakan untuk mengacu pada
keadaan fisiologis seseorang. Sehingga dorongan atau motif lebih merupakan akibat
psikologis dari suatu kebutuhan (Sumadi, 1970 ; Lefton, 1982).
Sedangkan Thompson (1987) mendefinisikan need atau kebutuhan sebagai istilah yang
sering di gunakan untukmenunjuk suatu drive atau dorongan. Contohnya: manusia
membutuhkan tidur, hingga dapat di simpulkan bahwa kata need atau kebutuhan bersifat fisik
dan mendasar, sedangkan drive atau dorongan lebih merupakan kebutuhan yang jenjangnya
lebih tinggi dan berisfat psikologis. Pada dasarnya kebutuhan dibedakan menjadi 2 keompok
besar yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, atau
perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan sekunder untuk
mengembangkan kepribadian seseorang contohnya: kebutuhan untuk di kasihi, kebutuhan
untuk memiliki sesuatu, dimana kebutuhan psikologis itu lebih bersifat rumit dan suit
diidentifikasi segera.
Maslow (1954) membagi berbagai aspek kebutuhan secara berjenjang menjadi 7 aspek
kebutuhan, yang dapat diihat di bawah ini:
Sesuai dengan perkembangan fisik anak usia SD yang bersifat individual, pada masa tumbuh
kembang tersebut, kebutuhan anak akan bervariasi misalnya seperti porsi makan dan
minuman meningkat dan juga membutuhkan makanan yang bergizi agar perkembangan fisik
dan intelektualnya tak terhambat.
Berkaitan dengan kebutuhan pemeliharaan dan pertahanan diri, anak usia SD memasuki
tahapan moral dan social yang memperhatikan pemuasan keinginan dan kebutuhannya sendiri
tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang.
Pada anak usia SD terutama yang sudah duduk di kelas besar SD, sudah ingin memiliki
teman-teman tetap. Perkembangan tersebut sejalan dengan kebutuhan untuk disayangi dan
menyayangi teman. Dan tidak hanya terhadap teman tapi juga terhadap benda. Pada anak-
8
anak yang duduk di kelas tinggi ( 4, 5 atau 6) mulai masuk pada masa bersosialisasi dan
meninggalkan keegoisannya, hingga dapat menerima orang tua dan guru sebagai suatu yang
wajar. Hingga mulai membutuhkan perlakuan yang objektif dari orang memegang otoritas
pada masa ini akan sensitif dan mudah mengenali sikap pilih kasih dan ketidakadilan,
sehingga guru dan orang tua harus bertindak bijaksana dan proporsional dalam memutuskan
suatu tindakan.
Pada masa usia di kelas rendah SD, anak-anak sudah mulai meninggalkan dirinya sebagai
pusat perhatian. Namun, anak-anak kelas rendah di SD masih suka memuji diri sendiri, dan
membandingkan dirinya dengan teman. Sehingga kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki
masih dominan.
Namun demikian pada masa ini, anak masih menggantungkan dirinya kepada orang yang
dirasa mempunyai keunggulan dan kekuatan bila berada di dalam kelompoknya, atau
tergantung pada pemegang otoritas yang di senangi seperti guru di kelas.
Kebutuhan ini mulai dominan pada anak-anak usia tinggi di SD. Dimana anak mulai ingin
merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga anak berusaha memenuhi
kebutuhan dengan sikap bersaing atau berusaha mewujudkan keinginannya. Salah satu
kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan berprestasi atau
need for achievement. Hingga dapat di simpulkan kebutuhan kebutuhan yang berbeda dapat
saling mengisi terhadap setiap masing-masing anak dan sejalan dengan perbedaan
perkembangan mereka.
Guru harus dapat mengenali kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dan harus dimiliki oleh
setiap peserta didik agar tidak adanya kegagalan-kegagalan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dan sehingga nantinya peserta didik dapat menjadi seseorang yang memiliki kemampuan dan
jalan hidup yang sesuai dengan minatnya, sehingga diperoleh the right man in the right place.
(Sardiman, A.M. 2011)
9
2.4 Aplikasi Pemenuhan Kebutuhan Siswa Disekolah
Pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu sudah dikenal luas, namun
aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya belum mendapat
perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah
seyogianya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.
Berikut ini ringkasan tentang beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam
mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow.
Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan intereres terhadap
siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.
Guru dapat menerapkan pembelajaran individua dan dapat memahami siswanya
(kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya)
Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada
yang negatif.
10
Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan
setiap siswanya.
Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan
terhadap siswanya.
Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat
saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.
Mengembangkan program “star of the week”
Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang
diperoleh siswa.
11
Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa untuk memiliki
sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik.
Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait
dengan kepentingan para siswa itu sendiri.
d. Estetik
Demikian, beberapa contoh Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow di Sekolah. Tentu banyak hal
lain yang bisa diupayakan untuk menjadikan sekolah sebagai sekolah yang menyenangkan
guna membangun dan mengembangkan kehidupan pribadi dan sosial siswa yang lebih sehat
dan well adjusted.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakteristik siswa sekolah dasar yaitu kemampuan anak berpikir berkembang dari
konkret menuju abstrak, dimana anak tidak boleh dipaksakan menuju tahap perkembangan
berikutnya. Karakteristik anak usia pendidikan dasar yaitu senang bermain, bergerak,
bekerja dalam kelompok dan senang memperagakan sesuatu secara langsung. Pada masa
kanak-kanak sering terjadi gangguan-gangguan dalam perkembangan dan pendidikan yaitu
gangguan belajar, gangguan membaca, gangguan berhitung, dan gangguan menulis.
Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan
siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.
Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD
dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan
waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan
anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah
dan guru seyogiyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya
dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa. Sepeti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis,
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan,
Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri , Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri.
3.2 Saran
Sebagai calon guru hendaknya kita tahu dan memahami siapa sebenarnya anak didik kita,
agar nantinya dalam kegiatan belajar tidak terjadi salah arah. Hendaknya kita bisa menjadi
panutan yang baik untuk anak-anak didik kita,karena segala tingkah laku kita akan mudah
sekali ditiru oleh peserta didik kita.
Dengan materi yang kami sajikan dalam makalah ini, kami berharap saudara-saudara
dapat menjadikan referensi untuk bekal kelak saudara dalam mengetahui dan memahami
karakteristik dan kebutuhan anak didik usia pendidikam dasar. Sehingga nanti pada saat anda
mengajar anda dapat melakukan proses pembelajaran berdasarkan karakteristik dan
kebutuhan anak didik usia pendidikam dasar tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan Nursidik, karakteristik dan kebutuhan pendidikan anak usia Sekolah dasar , 15
oktober 2007 :
http://sdnpurwodadi2mlg.sch.id/index.php?id=artikel&kode=26
A. Partanto, Pius and M. Dahlan Al Barry. 2001. Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Arkola.
Sudirman, 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Buku Perkembangan Peserta Didik Karya Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Devianti, Rika dan Suci Lia Sari. 2020. URGENSI ANALISIS KEBUTUHAN
PESERTADIDIK TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN. Jurnal Al-Aulia.
06(01), 21-35.
14