Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila
Dosen Pengampu: Dr. H. Metroyadi, SH., M.Pd
Zain Ahmad Fauzi, M.Pd

Disusun oleh:
Kelas 1D PGSD
Kelompok 3
Fadhil Aimarudin (2110125310047)
Jamilatur Rahmah (2110125220056)
Muhammad Riduan (2110125210067)
Muhamad Yusri (2110125210027)
Nursyifa (2110125320022)
Rezka Mahfuzah (2110125220061)
Rosiha ilma (2110125220077)
Yulia Khairuna (2110125220096)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini, adapun penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pancasila yang berjudul “Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan
Bangsa”.

Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan,


sampai penulisan kami mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari
banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami
ucapkan terima kasih terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Pancasila
yakni Bapak Dr. H. Metroyadi, SH., M.Pd dan Bapak Zain Ahmad Fauzi, M.Pd
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari Bapak untuk perbaikan
dimasa yang akan datang, dan kami juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman. Demikian kata pengantar kami sampaikan atas
perhatian bapak dan pembaca sekalian penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Barabai, 19 Agustus 2021

i
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
D. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Pancasila.........................................................................................3
B. Zaman Kutai.....................................................................................................4
C. Kerajaan Sriwijaya............................................................................................4
D. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Majapahit................................................5
E. Zaman Penjajahan Majapahit............................................................................6
F. Zaman Penjajahan.............................................................................................7
G. Kebangkitan Nasional.......................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................10
B. Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila menjadi dasar negara baru disahkan oleh PPKI pada


tanggal 18 Agustus 1945. Namun jauh sebelum di sahkan pada tanggal 18
Agustus 1945, nilai-nilai Pancasila sudah ada pada kehidupan masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia menjadi sebuah
negara di mana nilai-nilai tersebut berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan serta religius. Nilai-nilai yang ada kemudian diambil dan
dirumuskan oleh para pendiri negara yang untuk nantinya dijadikan dasar
negara Indonesia. Oleh karena itu untuk memahami Pancasila secara utuh
dan kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, diperlukan pemahaman
sejarah bangsa Indonesia dalam membentuk suatu negara dan dijadikannya
Pancasila sebagai dasar negara karena semua itu berhubungan dengan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu:


Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan. Dalam
kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum berdirinya negara ini. Proses terbentuknya
negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan
pada abad ke IV, ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah
mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya
di bawah Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan
Majapahit di Jawa Timur serta berlanjut ke kerajaan-kerajaan lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan Pancasila dengan konteks sejarah perjuangan


bangsa Indonesia?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hubungan antara Pancasila dengan konteks sejarah


perjuangan bangsa Indonesia

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
materi “Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa” yang
nantinya akan berguna untuk ke depannya.
2. Bagi Dosen
Dosen dapat mengetahui kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan materi “Pancasila Dalam Konteks Perjuangan Sejarah
Bangsa” dan sebagai bahan pertimbangan dosen dalam mencegah
kesalahan mahasiswa dalam mengerjakan tugas untuk ke depannya,
serta dosen dapat menemukan langkah-langkah yang tepat dalam
memperbaiki strategi belajar mengajar pada materi “Pancasila Dalam
Konteks Perjuangan Sejarah Bangsa”.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Pancasila telah menjadi dasar negara dan ideologi negara bagi


bangsa Indonesia dan menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Namun masih ada warga negara yang tidak
mengetahui arti Pancasila, baik dalam perspektif etimologis (asal usul
katanya), proses perumusannya (historis), dan perkembangan dari
rumusan-rumusan Pancasila, sehingga penetapan rumusan Pancasila yang
benar secara yuridis (terminologi).

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama


Pancasila ini terdiri dari dua kata sansekerta. Panca berarti lima dan sila
berarti prinsip atau asas. Di samping perkembangan arti istilahnya,
penulisannya pun mengalami proses perkembangan. Menurut ejaan aslinya
ditulis huruf latin pertama-tama, ditulis dengan Panca-syila. Kemudian
disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia lama menjadi Pantja-sila.
Karena istilah Pancasila dipakai nama dasar filsafat negara yang isinya
merupakan suatu kesatuan, maka menurut Prof. Notonagoro penulisannya
tidak dapat dipisahkan, tetapi harus dirangkai jadi satu yaitu “Pantjasila”.
Dan selanjutnya menurut ejaan yang disempurnakan, penulisannya
menjadi “Pancasila”.

Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa


dan bernegara bagi seluruh masyarakat Indonesia. Lima sendi utama
penyusun Pancasila merupakan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
Yang Adil Dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
tercantum pada paragraf ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

3
B. Zaman Kutai

Sejarah bangsa Indonesia diduga dimulai dengan temuan bukti


tertulis pada tahun 400 M, dengan ditemukannya prasasti berupa 7 yupa
(tiang batu) di Kutai, Kalimantan Timur. Isi prasasti pada intinya
menginformasikan bahwa raja Mulawarman sebagai keturunan dari raja
Aswawarman, yang juga keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman
mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana, dan
para Brahmana membangun yupa sebagai tanda terima kasih kepada raja
yang dermawan. Berdasarkan isi prasasti tersebut, dapat diduga bahwa
Kerajaan Kutai telah membuka sejarah bangsa Indonesia dan
menggambarkan khususnya kerajaan dan masyarakat Kutai tentang nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, pemerintahan dan keadilan
dalam bentuk kerajaan, kenduri, sedekah kepada para Brahmana.

Dalam zaman kuno (400-15000) monumen terpenting dari era


Kerajaan Hindu-Budha yang berpusat di Jawa adalah kerajaan Budha
Sriwijaya dan Kerajaan Hindu Majapahit. Karena keduanya menunjukkan
kejayaan bahari Nusantara yang secara politik menjadi dua imperium
besar sepanjang abad 7 hingga abad 15 (Latif, 2011:131,259,260).

C. Kerajaan Sriwijaya
Sejak abad ke-7, kerajaan Sriwijaya telah menjadi kekuatan dagang
dan budaya yang mengagumkan. Walaupun bahasa Sansekerta digunakan
oleh kerajaan ini, namun bahasa yang umum dipakai secara luas adalah
bahasa Melayu. Salah satu warisan Sriwijaya yang dinilai sangat penting
adalah konsolidasi suatu zona yang berjangkauan besar dengan
penduduknya yang berbahasa melayu di kedua sisi Selat Malaka. Dalam
sistem pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda
kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan
gedung-gedung dan patung-patung suci, sehingga pada saat itu kerajaan
dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai
Ketuhanan (Suwarno, 1993:10; Kaelan, 2000:30).

4
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu
universitas agama Budha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia.
Banyak musafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih dahulu
di universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa
Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Bahkan banyak guru-
guru besar tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya
Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara
tercermin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua
criwijaya dhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur) (Sulaiman, tanpa tahun : 53).

Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan sejarawan


tidak mengetahui keberadaan kerajaan ini. Eksistensi Sriwijaya diketahui
secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Coedes dari
Ecole francaise d'Extreme-Orient. Sekitar 1992 hingga 1993, Pierreyves
Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi
antara Bukit Seguntabg dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera
Selatan, Indonesia).

D. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Majapahit

Jauh sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan


yang memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah berdiri kerajaan-
kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan
Kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut
membantu membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah
wihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah bersama dengan
dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX). Selain kerajaan-kerajaan di Jawa
Tengah tersebut, munculah kerajaan di Jawa Timur seperti kerajaan Isana
(pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X) demikian juga kerajaan
Airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan
dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama
yang diakui oleh kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu dan agama
Syiwa yang hidup berdampingan secara damai (Toyyibin, 1997 : 26).

5
Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan
dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan Champa hal ini
menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula Airlangga
mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun 1019 para
pengikutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan
untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi
istana, sebagai nilai-nilai sila keempat.

Dengan masuknya agama atau kepercayaan Buddha ke Indonesia,


ajaran Buddha yang tergambar dalam istilah Pancasila mempengaruhi
kebiasaan dan juga kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Jawa,
yang mana dikenal larangan “Ma-lima” yaitu Mateni (membunuh), Maling
(mencuri), Madon (berzina), Main (bermain judi), dan Madat/Mabuk (Rozi
Fahrizal: 2021).Dengan adanya Pancasila Krama dan larangan “Ma-Lima”
ini sedikit banyak membuktikan bahwa nilai -nilai Pancasila pada zaman
dahulu telah diaplikasikan oleh masyarakat Indonesia dengan tanpa
disadari. Nilai-nilai sederhana itulah yang menjadi jiwa Pancasila sekarang
ini.

E. Zaman Penjajahan Majapahit


Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai
zaman kejayaannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan
Mahapatih Gajah Mada yang di bantu oleh Laksamana Nala dalam
memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Kerajaan Majapahit
menguasai sebagian besar wilayah pantai Nusantara, bahkan meluas ke
arah Barat hingga bagian tertentu di Vietnam Selatan dan ke arah Timur
sampai bagian Barat Papua (Mulyana, 2008: Latif, 2011:260).

Semasa kerajaan Majapahit, kehidupan beragama antara agama


Hindu dan Budha berlangsung damai. Empu Prapanca menulis
Negarakertagama (1365), di dalam buku tersebut diungkapkan istilah
“Pancasila Krama” sebagai “Lima dasar tingkah laku”, yakni tidak boleh
melakukan kekerasan, tidak boleh mencuri, tidak boleh berjiwa dengki,
tidak boleh berbohong, dan tidak boleh mabuk minuman keras

6
(Darmodiharjo, 1983: 17-18). Empu Tantular mengarang buku Sutasoma,
yang menulis juga tentang seloka, yang sekarang menjadi moto persatuan
nasional bangsa Indonesia, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, yang seloka
lengkapnya adalah “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”
artinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya, sebab tidak ada agama
yang memiliki Tuhan yang berbeda. Bahkan salah satu daerah kekuasaan
Majapahit, yaitu Pasai, justru memeluk agama Islam. Toleransi positif
dalam bidang agama dijunjung tinggi sejak zaman dulu. Bhinneka Tunggal
Ika merupakan konsep pengelolaan keragaman bangsa Indonesia, konsep
ini telah 600 tahun mendahului konsep multikulturalisme yang sekarang
diperkenalkan Barat.

F. Zaman Penjajahan

Setelah kerajaan Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka


berkembanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama
dengan itu muncul pulalah kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan
Demak, dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di nusantara.
Mereka itu antara lain orang Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-
orang Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah.

Kedatangan Portugis disusul pula oleh gabungan pedagang


Belanda (VOC) pada akhir abad ke 17, memasuki Nusantara. Kedatangan
VOC berhasil merebut Ambon pada tahun 1605, dan menyingkirkan
saingannya Portugis 47 di Maluku. Kemudian VOC beranjak menuju
Bandar Jayakarta, setelah berhasil menaklukkan perlawanan, akhirnya
bandar Jayakarta diduduki, dan dirubah menjadi Batavia (1619). Setelah
itu VOC hingga menjadi Pemerintahan Hindia Belanda, satu-persatu
menguasai daerah Nusantara. Penguasaan Belanda terhadap wilayah
Nusantara, tidak berjalan mudah, tetapi mendapat perlawanan dari bangsa
Indonesia di daerah-daerah yang dipimpin oleh kalangan raja, sultan,
pangeran, dan ulama dari kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

7
Pada abad ini sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan
gigih ingin memperkuat dan memperluas kekuasaannya di seluruh
Indonesia. Melihat hal tersebut maka munculah perlawanan yang masih
bersifat kedaerahan. Seperti di Maluku (1817), Imam Bonjol (1821-1837),
Pangeran Diponegoro dan masih banyak lainnya. Dorongan akan cinta
tanah air menimbulkan semangat untuk melawan penindasan dan
penyiksaan Belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan
persatuan di antara mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan
terebut senantiasa gagal dan menimbulkan banyak korban.

G. Kebangkitan Nasional

Menjelang akhir abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda


menguasai hampir seluruh Indonesia, perlawanan Aceh dan Lombok baru
dapat dipadamkan menjelang awal abad ke-20. Perlawanan dari abad ke-
17 sampai abad ke-19 tidak mampu mengusir penjajah Belanda, karena
tidak adanya persatuan dan kesatuan, terpisah-pisah (sporadis),
mengakibatkan perlawanan dengan kekerasan senjata tidak selalu berhasil.
Setelah era Tanam Paksa, terjadilah perubahan politik di Belanda. Kaum
liberal melihat potensi Indonesia dari perspektif perkebunan, dengan
komoditi yang berkelanjutan, seperti perkebunan kopi, teh, dan tebu.
Pabrik memerlukan tenaga-tenaga yang tidak hanya fisik, tetapi juga
memerlukan pekerja yang terampil dalam menulis, membaca dan
berhitung. Dengan dalih Politik Etika, balas budi atas banyaknya kekayaan
Indonesia yang dieksploitasi dan mampu memperkaya Belanda di Eropa,
maka dilaksanakan 49 politik balas budi dengan asas trilogi (Darmodiharjo
1983:23), yaitu irigasi, emigrasi, dan edukasi.

Politik di bidang edukasi adalah memajukan pendidikan rakyat,


sehingga dapat mengejar kemajuan melalui sekolah-sekolah. Padahal di
dalamnya terdapat usaha terselubung, yakni dihasilkanlah tenaga terpelajar
untuk administrasi kolonial yang ditujukan untuk melayani kepentingan
kolonial Belanda. Meskipun tujuan pengadaan sekolah-sekolah untuk
kepentingan melayani administrasi kolonial Belanda, namun dari sinilah

8
muncul suatu lapisan masyarakat yang sebenarnya tidak diinginkan oleh
Belanda sendiri, yakni kaum intelektual yang mempelopori kebangkitan
nasional Indonesia. Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional
untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan
kemerdekaan dan kekuatannya sendiri. Di antaranya adalah Budi Utomo
yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada 20 Mei 1908,
kemudian Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909 serta Partai Nasional
Indonesia (PNI) tahun 1927 yang didirikan oleh Soekarno, Cipto
Mangunkusumo, Sartono serta tokoh lainnya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila tidak lahir secara instan tetapi melalui perjalanan panjang


dari masa ke masa, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan
diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berpegang teguh
pada kepribadian bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri. Negara Republik Indonesia termasuk dalam golongan muda dalam
barisan negara-negara di dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah
dan kebudayaannya yang tua, melalui masa kejayaan kerajaan-kerajaan di
Indonesia, kemudian mengalami masa penjajahan selama tiga setengah
abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan
bangsa untuk merebut kembali kemerdekaan negaranya sama tuanya
dengan sejarah penjajahan itu sendiri.

Berbagai babak sejarah telah dilampaui dan berbagai jalan telah


dilalui dengan cara yang bermacam-macam, mulai dengan cara yang lunak
sampai cara yang keras, mulai dari gerakan kaum cendikiawan yang kala
itu terbatas sampai pada gerakan yang menghimpun kekuatan rakyat
banyak, mulai dari bidang pendidikan, kesenian daerah, perdagangan
sampai pada gerakan-gerakan politik. Bangsa Indonesia lahir sesudah
melalui perjuangan yang sangat panjang, dengan memberikan segala
pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia
lahir dengan cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan
hasil dari proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-
cita hidup di masa datang, yang secara keseluruhan membentuk
kepribadiannya sendiri. Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan
kepribadiannya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan

10
negara ini, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar
negara, yaitu “Pancasila”.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan. Penulis


menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pendidik terkhusus
dosen dan para mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep tentang
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa dan dapat
mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gesmi, Irwan, Yun Hendri. 2018. Buku Ajar Pendidikan Pancasila. Ponorogo.
Uwais Inspirasi Indonesia

Kaelan. 2004, Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi, Yogyakarta. Paradigma


Offset

Kaelan. 2008, Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi, Yogyakarta. Paradigma


Offset

Sarbaini, Reja Fahlevi. 2018. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Aswaja


Pressindo

Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan


Bangsa: Dilengkapi Dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil
Amandemen. Jakarta. Grasindo

Wasitaatmadja, Fuad Fokky, Jumanta Hamdayama, Heri Herdiawanto.


Spiritualisme Pancasila. 2018. Prenadamedia Grup

Anda mungkin juga menyukai