A. PENDAHULUAN
Pengajaran sastra disekolah tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran yang
mandiri,melainkan menjadi bagian mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Sastra yang
dalam kurikulum di tegaskan dengan sebutanapresiasi bahasa dan sastra Indonesia hanya
merupakan salah satu pokok bahasan dari sejumlah pokok bahasan yang lain yang terdapat
dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian, seorang guru bahasa
Indonesia juga berarti guru apresiasi sastra. Ia bertugas mengukur hasil belajar bahasa dan sastra
siswa yang menjadi asuhannya. Hal itu juga berarti ia di tuntut untuk mampu menyusun tes
kebahasaan dan kesastraan sebagai salah satu sarana mengungkap hasil belajar siswa.
Penggabungan sastra ke dalam pengajaran bahasa memang wajar dan dapat dimengerti.
Sebab, bahasa merupakan sarana pengucapan sastra, bahasa merupakan salah satu unsur bentuk
sastra yang sangat penting. Bahkan secara lahiriah, aspek formal yang nampak, wujud sastra
adalah bahasa. Sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa yang unsur-unsur
keindahannya menonjol. Akan tetapi sebagai sebuah karya seni, sastra tidak semata-mata hanya
berurusan dengan unsur bahasa saja, melainkan juga unsur sastra yang lain yang juga tak kalah
pentingnya. Perpaduan yang harmonis antara berbagai unsur sastra yang secara sederhana dapat
dibedakan ke dalam unsur bentuk dan unsur isi akan menghasilkan karya sastra yang bernilai
tinggi.
Untuk memahami karya sastra yang merupakan salah satu cara atau langkah dalam usaha
mengapresiasi karya sastra, penguasaan terhadap bahasa yang bersangkutan merupakan suatu hal
yang tidak bisa ditawar. Walau demikian, penguasaan bahasa saja belum menjamin seseorang
untuk memahami sastra dengan baik. Untuk memahami sastra dengan baik, disamping
penguasaan kode bahasa juga diperlukan pengetahuan tentang kode sastra dan kode budaya.
Idealnya terjadi kaitan yang erat antara pengajaran bahasa dengan pengajaran sastra yang bersifat
saling mengisi dan menunjang.
semuanya mencakup dalam wadah apresiasi. Kemampuan siswa untuk mengapresiasi sastra akan
lebih berarti daripada sekedar pengetahuan tentang sastra. dengan bekal kemampuan itu, siswa
akan mampu menimba berbagai pengalaman kehidupan melalui berbagai karya sastra, sendiri
dan langsung tidak terbatas pada lingkup dan waktu di sekolah.
kegiatan mengikuti lomba penulisan puisi, cerpen, esai, pentas drama dan lain-lain. Tugas tes
apresiasi sastra juga bertingkat, dlam arti ada tingkatan yang sederhana dan ada tingkatan yang
lebih kompleks. Ada dua macam tingkatan tes kesastraan berdasarkan dua pendekatan yang
berbeda. yang pertama adalah tingkatan tes kesastraan berdasarkan taksonomis bloom seperti
halnya tes kebahasaan, sedangkan yang kedua adalah tingkatan tes kesastraan berdasarkan
pengkategorian moody dengan modifikasi seperlunya. (Nurgiantoro,2001.53-55)
mengatakan bahwa aspek kognitif akan memperoleh pengetahuan tentang apa dan
bagaimana-nya sastra. kemampuan dalam memahami ini akan berdampak pada aspek
afektifnya berupa menghargai dan mencintai sastra yang pada gilirannya akan mendorong pada
ranah psikomotornya untuk mengapresiasikan sastra tersebut. Untuk lebih memahami tentang
alat penilaian dari sastra maka akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Penilaian Ranah Kognitif
Hasil belajar sastra yang bersifat kognitif lebih banyak berhubungan dengan
kemampuan dan proses berpikir. Ini dibedakan ke dalam beberapa tingkatan yang
hierarki. Berikut tingkatan tes kesastraan menurut model taksonomi Bloom
(Nurgiyantoro, 2001: 301-308; Wahyuni, 38-39).
a) Tes kesastraan tingkat ingatan (C1)
Tes ini sekedar mengungkap kembali fakta, konsep, definisi, deskripsi, nama
pengarang, nama angkatan, dan sebagai macamnya.
b) Tes kesastraan tingkat pemahaman (C2)
Tes ini menghendaki subjek didik mampu membedakan, memahami, menjelaskan,
tahu hubungan konsep dan lain-lain yang sifatnya sekedar mengingatkan.
c) Tes kesastraan tingkat penerapan (C3)
Tes ini menuntut subjek didik menerapkan pengetahuan teoritik ke dalam kegiatan
praktis yang konkret. Artinya subjek didik menuntut benar-benar untuk
memperlakukan karya sastra secara nyata. Kemampuan aplikatif ini, antara lain
berupa: mengubah, memodifikasi, mendemontrasikan, mengoperasikan, dan
menerapkan sesuatu hal.
d) Tes kesastraan tingkat analisis (C4)
Pada tes ini siswa dituntut untuk membaca dan memahami dari karya sastra
tertentu yang diharapkan mampu melakukan kerja analisis terhadap karya sastra yang
telah ditentukan.
Tugas kemampuan analisis antara lain berupa identifikasi dan analisis terhadap
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra, analisis terhadap unsur bentuk dan isi;
membedakan, menyeleksi, memilih, dan merinci lebih lanjut unsur-unsur karya sastra.
Tentu saja semua analisis tersebut harus disertai dengan bukti yang kongkret yang
terdapat dalam karya sastra yang bersangkutan.
5
SS
AS
TS
SS
AS
TS
STS
STS
YA
TIDAK
YA
TIDAK
c) Prosedur nominasi
Pengukuran dengan prosedur nominasi dapt dilakukan dengan menyuruh siswa
menyebutkan judul-judul buku, nama pengarang, tema cerita, pengalaman, dan lainlain yang paling disukainya. Selain itu bisa juga dengan menyediakan sejumlah
pernyataan yang merupakan tanggapan atas pernyataan yang dikemukakan
sebelumnya. Berikut contohnya:
- lima orang sastrawan terpenting dewasa ini yakni ,,,....,. , ..
- lima judul buku yang ceritanya paling menarik dan terasa wajar adalah ,,
sebelumnya. Siswa diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang paling sesuai
dengan pandangannya. Berikut dicontohkan sebuah pernyataan yang dimaksud.
Pada bulan April yang akan datang, diadakan ceramah kesastraan di IKIP oleh salah seorang tokoh sastra
yang dikenal. Rencana saya adalah:
o Mengikuti kegiatan ceramah karena hal itu penting artinya untuk dapat mengikuti perkembangan kehidupan
sastra Indonesia dewasa ini
o Mengikuti kegiatan ceramah karena ada sangkut pautnya dengan salah satu mata kuliah yang sedang
ditempuh.
o Mengikuti kegiatan ceramah karena pasti akan diwajibkan oleh ketua jurusa.
o Mengikuti kegiatan ceramah sekedar untuk menampakkan diri agar kelihatan aktif di mata kawan atau dosen.
o Meninggalkan kegiatan di IKIP mumpung ada kesempatan dan dapat untuk melakukan kegiatan lain yang
lebih penting
Sayangnya, prosedur penilaian di atas belum disertai alasan. Padahal subjek didik
menyenangi karya sastra tertentu itu yang tak boleh dilupakan dalam proses
pengajaran. Menurut Endraswara (2005:241), keterkaitan terhadap suatu karya dan
kebosanan tentu ada sejumlah argumentasi yang sifatnya kejiwaan. Oleh sebab itu
dia menyarankan agar ranah afektif ini harus diupayakan untuk menambahkan alasan
tertentu yang jelas. Jika argumentasi mereka dapat diterima, tentu pengajar pun
menggangguk setuju.
Sementara itu, untuk penyekoran pengukuran afektif biasanya dengan
menjumlahkan seluruh skor untuk tiap pernyataan. Pernyataan untuk pengukuran ranah
afektif biasanya disusun dari yang positif ke negative, misalnya dari sangat senang ke
tidak senang. Skor jawaban yang bersifat skala, misalnya dalam rentang 5-1 atau 1-5
tergantung arah pertanyaan. Jawaban sangat senang diberi skor 5, dan tidak senang 1.
skor siswa diperoleh dengan menjumlah seluruh skor untuk tiap pertanyaan. Jika
pertanyaan itu berjumlah 10 butir, kemungkinan skor tertinggi seseorang adalah 50
(5x10), dan terendah 10 (1x10). Jika ditafsirkan ke dalam lima kategori seperti
pertanyaan yang diberikan, skor 10 berarti tidak senang, 11-20 kurang senang, 21-30
biasa-biasa saja, 31-40 senang, dan 41-50 sangat senang
3. Penilaian ranah psikomotorik
Kemamapuan psikomotorik dapat dipahami sebagai kemampuan melakukan
aktifitas tertentu sesuai dengan kompetensi pelajaran (Endraswara, 2005:244).
Meskipun demikian, aspek kognitif dan psikomotorik menjalin satu kesatuan, dan hanya
secara teoritis saja dapat dipisahkan. Dalam penilaian hasil pembelajaran pemisahan itu
dapat dilakukan dengan penekanan pada konteks yang dikerjakan.
8
Penilaian hasil belajar psikomotoris harus juga dilakukan dengan alat tes berupa tes
perbuatan. Nurgiyantoro (2001:299), memberikan contoh yakni: tugas berdeklamasi,
membaca puisi, cerpen, drama, dan dramatisasi. Aspek yang dinilai dari contoh tersebut
antara lain: pemahaman, penghayatan, intonasi, ekspresi, dan kewajaran.
Sementara itu, Endraswara (2005: 245-247) penilaian unjuk kerja kesastraan siswa
sebagai hasil pembelajaran juga dilakukan lewat keempat kemampuan berbahasa ,
yakni:
a) Menyimak
Kemampuan menyimak adalah kemampuan memahami gagasan pihak lain
yang disampaiakan lewat suara, baik langsung maupun tak langsung lewat
media tertentu. Pelaksanaan pengukuran kemampuan meyimak dapat
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara
khusus yang sengaja dirancang untuk maksud itu. Bahan yang diperdengarkan
tentulah yang berakaitan dengan wacana kesastraan. Pengukuran kompetensi
kesastraan menyimak yang dilakuakan secara khusus dapat dilakukan antara
lain dengan cara: setelah mendengarkan wacana, siswa diberi soal ujian
objektif.
b) Berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan gagasan
kepada pihak lain secara lisan. Tugas ini dapat dilakukan misalnya dengan
cara mengungkapkan atau menceritakan kembali secara lisan isi teks sastra
yang diperdengarkan dan atau yang dibaca dan kemudian diikuti tugas
berdiskusi
c) Membaca
Kemampuan membaca adalah kemampuan memahami gagasan pihak lain
yang disampaiakan lewat tulisan. Kemampuan membaca yang ditugaskan
untuk teks-teks kesastraan dapat berupa membaca puisi, deklamasi, membaca
cerpen dan drama.
d) Menulis
Kemampuan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada
pihak lain secara tertulis. Untuk menulis sebagai tugas teks kesastraan, siswa
9
juga harus benar-benar diharuskan menulis. Secara umum ada dua macam
tugas menulis yang diberikan yakni: menulis sebagai hasil tanggapan terhadap
teks-teks kesastraan (sinopsis novel, parafrase puisi, dan lain-lain) dan menulis
kreatif (membuat cerpen, pusi, naskah drama dan lain-lain).
apakah mungkin kejadian dalam karya tersebut terjadi dalam waktu, tempat, dan
situasi lain,
apa manfaatnya,
11
Rangsang gambar yang dapat dipakai sebagai rangsang berbicara dapat dikelompokkan
ke dalam gambar objek dan gambar cerita. Gambar objek merupakan gambar tentang objek
tertentu yang berdiri sendiri seperti gambar hewan, kendaraan, pakaian, alam, dan lain-lain.
Sedangkan gambar cerita adalah gambar susun yang terdiri dari sejumlah panel gambar yang
saling berkaitan yang secara keseluruhan membentuk sebuah cerita.
1) Gambar Objek
Gambar objek dapat dijadikan rangsang berbicara untuk peserta didik tingkat awal,
misalnya taman kanak-kanak, atau pembelajar bahasa asing tingkat pemula yang masih dalam
tahap melancarkan lafal bahasa dan memahami makna kata. Contoh:
Contoh:
13
14
d) Bercerita
Tugas bercerita yang dimaksudkan adalah tugas dalam jenis asesmen otentik berupa
tugas menceritakan kembali teks atau cerita (retelling texts or story)\. Jadi, rangsang yang
dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca, berbagai cerita (fiksidan
cerita lama), berbagai pengalaman (bepergian, pengalaman berlomba, pengalaman berseminar),
dan lain-lain.
Contoh Rubrik Penilaian Tugas Menceritakan kembali Buku Cerita
Tingkat Capaian Kinerja
No
Aspek yang Dinilai
1
2
3
4
1.
Ketepatan isi cerita
2.
Ketepatan penunjukan detil cerita
3.
Ketepatan logika cerita
4.
Ketepatan makna keseluruhan cerita
5.
Ketepatan kata
6.
Ketepatan kalimat
7.
Kelancaran
Jumlah Skor
e) Wawancara
Wawancara (oral interview) barangkali merupakan teknik yang paling banyak digunakan
untuk menilai kompetensi berbicara seseorang dalam suatu bahasa. Kegiatan wawancara dalam
rangkaian tes kompetensi berbahasa lisan termasuk ke dalam jenis asesmen otentik dan bukan
15
sekadar kegiatan untuk mengetahui informasi tertentu. Kegiatan wawancara dilakukan oleh dua
atau beberapa orang penguji terhadap peserta didik misalnya minimum sepuluh menit.
Wawancara dimaksudkan untuk menilai kompetensi berbahasa peserta uji lewat pertanyaan
tentang berbagai masalah keseharian.
Contoh Rubrik Penilaian Wawancara
No
1.
Keakuratan dan keaslian gagasan
2.
Ketepatan argumentasi
3.
Keruntutan penyampaian gagasan
4.
Ketepatan kata
5.
Ketepatan kalimat
6.
Kelancaran
7.
Pemahaman
Jumlah Skor
1.
Keakuratan dan keaslian gagasan
2.
Kemampuan berargumentasi
3.
Keruntutan penyampaian gagasan
4.
Pemahaman
5.
Ketepatan kata
6.
Ketepatan kalimat
7.
Ketepatan stile penuturan
8.
Kelancaran
Jumlah Skor
g) Berpidato
Dalam kehidupan bermasyarakat, aktivitas berpidato banyak dikenal dan dilakukan
banyak orang, misalnya pidato sambutan, pidato politik, kenegaraan, upacara bendera, dan
termasuk ceramah-ceramah.dalam kaitannya dengan pembelajaran dan tes bahasa di sekolah,
tugas berpidato dapat berwujud permainan simulasi. Misalnya, peserta didik bersimulasi sebagai
16
kepala sekolah berpidato dalam upacara bendera, menyambut tahun ajaran baru, hari sumpah
pemuda, hari kemerdekaan, dan lain sebagainya.
Contoh Rubrik Penilaian Tugas Berpidato
No
1.
Keakuratan dan keluasan gagasan
2.
Ketepatan argumentasi
3.
Keruntutan penyampaian gagasan
4.
Ketepatan kata
5.
Ketepatan kalimat
6.
Ketepatan stile penuturan
7.
Kelancaran dan kewajaran
8.
Kebermaknaan penuturan
Jumlah Skor
dalam bentuk tertulis. Teks tulis yang dihasilkan harus sama dengan teks lisan yang disimaknya.
Besar kecilnya perbedaan antara teks lisan yang didengarnya dengan teks tulis yang dihasilkan
menunjukkan kemahiran siswa tersebut dalam menyimak teks lisan yang disimaknya. Adapun
Teknik dan prosedur penilaian kemahiran menyimak jenis ini adalah (1) menyuruh siswa untuk
menyimak teks lisan dan pada saat yang bersamaan siswa ditugasi untuk menuliskan teks lisan
yang disimak itu; (2) mengoreksi perbedaan teks tulis yang dihasilkan dengan teks lisan yang
disimaknya; dan (3) menskor dan memberikan nilai pada teks tulis yang dihasilkan siswa
berdasarkan kriteria tertentu (Sumadi, 2010: 243).
Listening recall digunakan untuk mengukur ingatan siswa terhadap wacana lisan yang
disimaknya. Dalam menilai kemampuan menyimak jenis ini digunakan teks tulis yang beberapa
kata ke-n dalam teks tersebut dikosongkan seperti cloze test yang digunakan untuk mengukur
kemahiran membaca pemahaman. Bedanya, teks yang digunakan dalam penilaian kemahiran
menyimak ini adalah teks yang disimak siswa. Dalam teks itu, kata-kata yang dikosongkan
dipilih kata-kata yang berjenis kata isi (content words) sehingga sama dengan selective deletion
gap filling. Teknik dan prosedur penilaiannya adalah (1) memperdengarkan teks lisan kepada
siswa; (2) memberikan teks tulis yang sama dengan teks lisan yang baru diperdengarkan
kepada siswa, tetapi beberapa di antara kata yang ada dalam teks tersebut dikosongkan sehingga
seperti cloze test dengan model selective deletion gap filling; lalu (3) siswa disuruh mengisi katakata yang dikosongkan itu. Jumlah isian benar yang dilakukan siswa merupakan gambaran
kemampuan menyimak ingatan (listening recall) siswa tersebut (Sumadi, 2010: 243-244).
Sedangkan Menyimak ekstensif ialah upaya memahami isi teks lisan yang disimak secara
komprehensif, tidak hanya isi teks lisan yang disampaikan secara tersurat, tetapi juga yang
disampaikan secara tersirat dan tersorot (Sumadi, 2010: 244). Menurut Weir dalam Sumadi
(2010: 244), ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kemahiran menyimak jenis
ini, yaitu (1) teknik tes bentuk pilihan ganda (multiple-choice questions); (2) teknik tes bentuk
jawaban singkat (short answer questions); dan (3) teknik transfer informasi (information transfer
techniques), yakni menangkap informasi yang disampaikan secara lisan kepada penyimak.
18
diminta menjawab pertanyaan yang disajikan secara tertulis dalam lembar tugas. Bahan
ceramah yang diteskan dapat berupa ceramah yang bersifat langsung dan tidak langsung.
Ceramah bersifat langsung maksudnya adalah bahan yang diteskan langsung direkam dari
kegiatan ceramah yang sesungguhnya. Sedangkan bahan ceramah yang tidak langsung
adalah dari pembacaan sebuah teks yang sengaja direkam untuk maksud penyusunan tek
kompetensi menyimak (Nurgiyantoro, 2010: 360).
E.2.2 Bentuk-Bentuk Tes Menyimak Sastra
1. Dikte - Pilihan ganda
a. Bentuk dan langkah-langkah
- Siswa mendengarkan pembacaan karya sastra atau menyimak pertunjukan
karya sastra
- Siswa diberi tugas berupa pertanyaa-pertanyaan lisan (dikte) dengan
jawaban tertulis yang berbentuk pilihan ganda dalam lembar kerjanya
b. Ketentuan tes menyimak
- Pertanyaan (dikte) diberikan sesuai dengan isi simakan
- Pilihan jawaban diberikan sesuai dengan isi simakan, tidak
multiinterpretatif, dan bersifat ingatan
- Ketepatan jawaban sesuai dengan pilihan
2. Dikte - Jawaban singkat
a. Bentuk dan langkah-langkah
- Siswa mendengarkan pembacaan karya sastra atau menyimak pertunjukan
karya sastra
- Siswa diberi tugas berupa pertanyaa-pertanyaan lisan dan diminta untuk
menjawab dalam bentuk jawaban singkat dalam lembar kerja
b. Ketentuan tes menyimak
- Pertanyaan (dikte) diberikan sesuai dengan isi simakan
- Jawaban singkat dapat bersifat multiinterpretatif pada jawaban yang bersifat
normatif
- Ketepatan jawaban disesuaikan dengan isi simakan dan dapat bersifat
multiinterpretatif
3. Listening recall with Cloze test
a. Bentuk dan langkah-langkah
- Siswa mendengarkan rekaman audio atau pembacaan karya sastra (puisi,
cerpen, drama)
- Sambil mendengarkan, siswa menghadapi teks yang sama yang telah
dirumpangkan beberapa kata didalamnya untuk selanjutnya diperbaiki
sesuai dengan apa yang didengarkannya
20
21
Kompetensi inti
Kompetensi dasar
Indikator
Tahap / skenario
test
3. Memahami dan
menerapkan
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural dalam
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, dan
humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural pada
bidang kajian
yang spesifik
sesuai dengan
bakat dan
minatnya untuk
Kemampuan
Bersastra:
3.7 Mengidentifikasi
tema, amanat,
tokoh,alur, latar,
sudut pandang,
amanat, dan tema
cerita hikayat
yang disampaikan
secara langsung/
melalui rekaman
3.8 Menganalisis
hal-hal yang
menarik tentang
tokoh hikayat
yang disampaikan
secara langsung
dan atau melalui
rekaman dan
mengaitkannya
dengan
kehidupan seharihari
3.9 Menjawab/
mengajukan
Menyimak dan
memahami
pembacaan atau
rekaman
pembacaan teks
cerpen
Siswa menyimak
teks hikayat yang
dibacakan melalui
rekaman atau
langsung oleh
guru.
Mengidentifikasi
tema, amanat,
tokoh,alur, latar,
sudut pandang,
amanat, dan tema
cerita hikayat
yang disampaikan
secara langsung/
melalui rekaman
Sekaligus dengan
menyimak, siswa
mengerjakan soal
cloze test berupa
teks rumpang.
Siswa melakukan
analisis intrinsik
dengan tes esai
terstruktur
Aspek-aspek test
1. Kesiapan menyimak
(sikap menyimak)
2. Ketepatan mengisi katakata rumpang
Aspek
(Bloom
&
Moody)
C1
M1
Macam
jawaban
(buka/
tutup)
tutup
C4
M2
Tutup
buka
22
memecahkan
masalah
pertanyaan terkait
dengan isi naskah
sastra Melayu Klasik
mulai dari pertanyaan
literal, interpretatif,
integratif, kritis dan
kreatif
3.
Menganalisis
hal-hal yang
menarik tentang
tokoh hikayat
yang disampaikan
secara langsung
dan atau melalui
rekaman dan
mengaitkannya
dengan
kehidupan seharihari
Siswa melakukan
analisis unsur
ekstrinsik dengan
tes esai bebas
denganmemilih
salah satu bentuk
unsur ekstrinsik
(misal : agama,
kepercayaan, dan
adat-istiadat) dan
menghubungkann
ya dengan realita
disekitarnya.
1.
2.
3.
4.
TETOALTAR
(Tema, Tokoh, Alur,
dan Latar).
b. Memberi analisis
hubungan antar
tokoh, antara tema
dan tokoh, dan antara
alur dan latar.
Penilaian ditetapkan
berdasarkan pemenuhan
setiap ketentuan yang
disertai dengan beberapa
deskriptor sebagai
pedoman skor penilaian
Siswa menulis sebuah
karangan terkait hasil
simakan dengan bebas
Konten tulisan siswa
diharapkan berisi salah
satu bentuk unsur
ekstrinsik (misal : agama,
kepercayaan, dan adatistiadat)
Konten unsur intrinsik
selanjutnya dihubungkan
dengan realita kehidupan
disekitar siswa
a. Memberi analisis
ekstrinsik dengan
menghubungkan
antara isi karya sastra
dengan konten sosial
diluar karya sastra
seperti budaya,
norma, adat, agama,
dan lain sebagainya.
b. Memberikan
penilaian tertentu
atas karya sastra dari
segi gaya bahasa,
amanat, isi,
keunggulan,
kelebihan dan lain
sebagainya.
Penilaian ditetapkan
berdasarkan kedalaman
analisis ekstrinsik yang
dikerjakan siswa yang
dirinci dalam deskriptor
penilaian
C6
M4
Buka
23
C. Watak
B. Sudut pandang
D. Tema
E. Amanat
2.
: Sejak aku pulang tadi malam tak sedikitpun engkau gembira tampaknya.
Ratna
: Engkau dan aku tentu saja berbeda. Di sini dalam serba kekurangan, di sana dalam
surga kenangan berjalan-jalan di bawah rembulan.
Kusworo
Ratna
: katakan saja pucuk dicinta ulam pun tiba. (tertawa mengejek). Tidakkah engkau
gembira bertemu lagi dengan nona yang manis itu? Dan sekali ini tidak disertaiku pula?
3.
B. Ceria
C. Pencemburu
D. Penghasut
E. Ramah
3. Kreatif-Tranferinformasi
a. Bentuk dan langkah-langkah
- Siswa memaham isi bacaan karya sastra
- Siswa diberi tugas mengungkapkan kembali hasil bacaan dalam bentuk
yang berbeda (misalnya mengubah cerpen dalam bentukdrama,
mengubah puisi dalam bentuk praferase atau membuat resensi drama)
b. Ketentuan tes membaca
- Kesesuaian isi dari hasil transfer dengan bahan bacaan
4. Membaca pemahaman dengan essay
4.3 Essay terstruktur
a. Bentuk dan langkah-langkah
- Siswa membaca wacana karya sastra
- Siswa diberi tugas membuat essay atau tulisan singkat yang berisi
beberapa tingkatan kognitif terstruktur seperti : penjelasan unsur-unsur
intrinsik dan hubungan-hubungannya dalam karya sastra (C1,2,3,4),
melakukan nalisis ekstrinsik (C4), membandingkannya dengan karya
sastra lain yang pernah diketahui (C5), dan memberikan penilaian atas
karya sastra.
b. Ketentuan tes membaca
- Siswa membaca sebuah karangan terkait hasil bacaan yang sesuai
dengan ketentuan konten (isi karangan) yang telah ditetapkan dalam
lembar tugas
- Setiap ketentuan konten menjadi acuan siswa dalam menyusun karangan
(essay)
- Penilaian ditetapkan berdasarkan pemenuhan setiap ketentuan yang
disertai dengan beberapa deskriptor sebagai pedoman skor penilaian
4.4 Essay tak-terstruktur
c. Bentuk dan langkah-langkah
- Siswa membaca wacana dari karya sastra
- Siswa diberi tugas membuat essay atau tulisan bebas atas karya yang
telah dibaca
d. Ketentuan tes membaca
- Siswa menulis sebuah karangan terkait hasil bahanbacaan dengan bebas
- Konten tulisan siswa diharapkan untuk sesuai dengan urutan tingkat
kompetensi pemahaman sastra yang telah dipahaminya (dimulai dari
unsur intrinsik hingga ekstrinsik)
- Penilaian ditetapkan berdasarkan pemenuhan setiap unsur analisis
intrinsik dan kedalaman analisis ekstrinsik yang dikerjakan siswa
28
Kompetensi inti
Kompetensi dasar
Indikator
Tahap / skenario
test
4. Memahami dan
menerapkan
pengetahuan
faktual, konseptual,
prosedural dalam
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, dan
humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural pada
bidang kajian yang
spesifik sesuai
dengan bakat dan
Kemampuan
Bersastra:
3.7 Mengidentifikasi
tema, amanat,
tokoh,alur, latar,
sudut pandang,
amanat, dan
tema cerita
hikayat yang
disampaikan
secara langsung/
melalui rekaman
3.8 Menganalisis
hal-hal yang
menarik tentang
tokoh hikayat
yang
disampaikan
secara langsung
dan atau melalui
rekaman dan
mengaitkannya
memahami isi
wacana karya
sastra teks
cerpen
Siswa membaca
teks hikayat yang
terdapat dalam
wacana tersebut.
Mengidentifikasi
tema, amanat,
tokoh,alur, latar,
sudut pandang,
amanat, dan
tema cerita
hikayat yang
disampaikan
secara
langsung/
melalui rekaman
Siswa melakukan
analisis intrinsik
dengan tes esai
terstruktur
Aspek-aspek test
Aspek
(Bloom
&
Moody)
C1
M1
Macam
jawaban
(buka/
tutup)
Tutup
C4
M2
Tutup
buka
29
minatnya untuk
memecahkan
masalah
dengan
kehidupan
sehari-hari
3.9 Menjawab/
mengajukan
pertanyaan terkait
dengan isi naskah
sastra Melayu Klasik
mulai dari
pertanyaan literal,
kritis dan kreatif
d.
6.
Menganalisis
hal-hal yang
menarik tentang
tokoh hikayat
yang terdapat
dalam wacana
karya sastra
dengan
kehidupan
sehari-hari
Siswa melakukan
5.
analisis unsur
ekstrinsik dengan
tes esai bebas
6.
dengan memilih
salah satu bentuk
unsur ekstrinsik
(misal : agama,
kepercayaan, dan
adat-istiadat) dan
7.
menghubungkannya
dengan realita
disekitarnya.
8.
Memberi analisis
hubungan antar tokoh,
antara tema dan tokoh,
dan antara alur dan
latar.
Penilaian ditetapkan
berdasarkan pemenuhan
setiap ketentuan yang
disertai dengan beberapa
deskriptor sebagai pedoman
skor penilaian
Siswa menulis sebuah
karangan terkait hasil
simakan dengan bebas
Konten tulisan siswa
diharapkan berisi salah
satu bentuk unsur ekstrinsik
(misal : agama,
kepercayaan, dan adatistiadat)
Konten unsur intrinsik
selanjutnya dihubungkan
dengan realita kehidupan
disekitar siswa
c. Memberi analisis
ekstrinsik dengan
menghubungkan
antara isi karya sastra
dengan konten sosial
diluar karya sastra
seperti budaya, norma,
adat, agama, dan lain
sebagainya.
d. Memberikan penilaian
tertentu atas karya
sastra dari segi gaya
bahasa, amanat, isi,
keunggulan, kelebihan
dan lain sebagainya.
Penilaian ditetapkan
berdasarkan kedalaman
analisis ekstrinsik yang
dikerjakan siswa yang
dirinci dalam deskriptor
penilaian
C6
M4
Buka
berdasar pada asumsi bahwa bahasa adalah suatu aksi berbahasa pada konteks komunikasi
tertentu. Dua hal ini melahirkan pendekatan sistemik dan performansi.
Apa yang menjadi indikator menilaian tes menulis dalam pendekatan sistem dan
performansi dapat dilihat pada tabel berikut :
diukur
31
menguji penguasaan kaida penulisan mulai dari ejaan, tanda baca, hingga struktur
wacana
Kompetensi dasar
Indicator
1. Menulis
kreatif puisi
berkenaan
dengan
keindahan
alam.
1. Mencermati
lingkungan sekitar
Mampu
menuliskan puisi
berdasarkan
pengamatan
yang dicermati di
sekitarnya.
Mampu menulis
puisi dengan
pilihan kata yang
tepat dan rima
yang menarik.
Mampu
mengomentari
hasil puisi teman
Mampu
Aspek
(Bloom
&
Moody)
Aspek-aspek test
2. Memahami bentuk
puisi
3. Memahami unsureunsur puisi
4. Memahami bahasa
puisi
C1
C4
32
menyunting puisi
yang ditulis
sendiri
6. Menyunting puisi
yang ditulis sendiri
7. Menyunting puisi
yang ditulis teman
33
C6
Daftar Rujukan :
Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive
Domain. New York: David McKay.
Brown, H. Douglass. 2004. Language Assesment : Principle and Classroom Practices. San
Fransisco : Longmann.
Efendi, Anwar. 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta : Tiara
Wacana.
Endraswara, Suwardi. 2005. Metode & Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE.
Yogyakarta
Harsiati, Titik. 2011. Penilaian dalam Pembelajaran (Aplikasi pada Pembelajaran Membaca
dan Membaca. Malang : UM Press.
Nurhadi. 2009. Dasar-dasar Teori Membaca. Malang: Universitas Negeri Malang.
Resmini, Novi. -. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Skripsi
(online). http://upi.ac.id. Diakses 12 maret 2013.
Sumadi. 2010. Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia : Pendekatan
Komunikatif. Jurnal Cakrawala Pendidikan, (online), XXIX (2) : 239254.
http://uny.ac.id. Diakses 10 Maret 2013.
Wahyuni, Sri dan Abd. Syukur Ibrahim. 2012. Assesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung :
Refika Aditama.
Weir, Cyril J. 1990. Communicative Language Testing. UK : Prentice Hall International.
__. 2013. http://www.readwritethink.org/files/resources/interactives/lit-elements/ (tes analisis
prosa online).
34