Anda di halaman 1dari 17

APRESIASI SASTRA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan


Berbahasa Yang Dibina Oleh Dr. Agung Pramujiono,
M.Pd. dan Amelia Widya Hanindita,
S.Pd., M.Pd.

Oleh
1. Ellyna Citra Mufidah (228000182)
2. Putri Sofiana Azaro (228000193)
3. Kharisma Qiroatin (228000194)
4. Ageng Sembodho (228000196)

PGSD 2022 KELAS E

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA FAKULTAS


PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Apresiasi sastra adalah memberikan penilailan terhadap karya sastra. Jika kita
mengapresiasikan sebuah karya sastra, maka kita melakukan kegiatan pengamatan,
penilaian dan memberikan penghargaan terhadap karya sastra tersebut. Apresiasi
sastra merupakan hasil usaha pembaca dalam menari dan menemukan nilai hakiki
karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistimatik yang dapat di rasakan dalam
bentuk tertulis. Dalam dunia Pendidikan sangat diperlukan pemahaman tentang
mengapresiasikan sastra.

Sastra berasal dari kata serapan dari bahasa Sansekerta


yaitu shaastra. Shaastra dalam bahasa Sansekerta memiliki arti ‘teks yang
mengandung instruksi’ atau ‘pedoman’. Sastra juga dapat dipahami dan memiliki arti
yaitu mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi, dan sebagai alat atau
sarana untuk memberi petunjuk.

Sastra adalah sebuah ungkapan ekspresi manusia yang berupa karya tulis atau
lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, baik dalam bentuk perasaan yang
sesungguhnya, atau hanya sekadar imajinatif, yang mencerminkan kenyataan, atau
berdasarkan data yang dibalut estetis dalam bahasa.

Dalam bahasa Indonesia, pemakaian istilah sastra ini biasanya merupakan sastra
dan sastrawi. Sastra memiliki segmentasi yang lebih mengacu, sesuai dengan
definisinya sebagai sekadar teks. Sementara itu, sastrawi mengarah ke arah sastra
yang kental akan nuansa puitis atau abstrak.

Sastra tidak hanya sebatas tulisan pada selembar kertas saja, tetapi juga memiliki
peran penting di dalam kehidupan manusia bahkan sejak dahulu kala. Mengapa
demikian? Karena sejak dulu, manusia dapat menyampaikan isi hati, aspirasi, dan
perasaannya kepada orang lain, mulai dari masyarakat hingga pemerintah atau
pejabat.

Pembelajaran bahasa indonesia mencakup empat aspek yaitu menyimak,


berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang
erat. Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa perlu mendapat perhatian
yang serius dalam pembelajaran bahasa di sekolah.

Kemampuan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan


berlatih, semakin rajin berlatih kemampuan menulis akan meningkat. Oleh karena itu,
keterampilan menulis siswa perlu ditumbuh kembangkan dan diharapkan siswa
mampu menulis sastra. Untuk menulis karya sastra khususnya puisi erat kaitannya
dengan penggunaan kosakata yang dituangkan dalam sebuah wujud ekspresi atau
penuangan perasaan seperti rasa senang, sedih, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah.

1. Apa yang dimaksud dengan Membaca Sastra?

2. Bagaimana pengertian pemaknaan?

3. Bagaimana pengertian paraphrase?

4. Apa yang dimaksud dengan deklamasi/mendongeng?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui ap aitu membaca sastra serta dapat mengimplementsi kan


kepada peserta didik

2. Untuk mengetahui pengertian pemaknaan kata dalam suatu kalimat

3. Untuk mengetahui pengertian paraphrase.

4. Untuk mengetahui pengertian deklamasi atau dongeng dan praktik media


pembelajaran melalui deklamasi/dongeng.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Menbaca Sastra

Sastra berasal dari Bahasa sanskerta yang dibentuk dari akar kata “sas” yang artinya
mengajarkan,mengarahkan atau memberi petunjuk. Kata “sas” kemudian ditambah
dengan kata “tra” yang artinya alat atau sarana. Bila diartikan secara bebas, maka kata
berarti alat atau sarana untuk memberi petunjuk. Lalu sastra berarti huruf tulisan atau
karangan, jadi berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sastra
merupakan alat untuk memberi petunjuk dalam karangan yang mengunakan Bahasa yang
indah dan memiliki fungsi tertentu bagi pembacanya.

Membaca sastra adalah membaca estetis atau membaca indah yang tujuan utamanya
adalah agar pembaca dapat menikmati, menghayati dan sekaligus menghargai unsur-
unsur keindahan yang terpapar dalam teks sastra. Selanjutnya pengertian membaca sastra
(literary reading) juga merupakan membaca yang bercermin pada karya sastra dari
keserasian, keharmonian antara bentuk dan keindahan isi oleh karena itu membaca sastra
dapat diartikan sebagai proses membaca dan memahami suatu bacaan sastra dengan
melihat unsur instrinsik dan ekstrinsiknya seperti dalam puisi, cerpen, novel dan
sebagainya.

1. Teknik membaca karya sastra


Membaca sastra digolongkan kedalam membaca estetis yaitu membaca yang
berhubungan dengan seni atau keindahan. Dalam membaca sastra, pembaca
dituntut untuk mengaktifkan daya imajinasinya dan kreativitasnya agar dapat
memahami dan menghayati isi bacaan. Setelah membaca sebuah karya sastra
pembaca akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui karya sastra
yang dibacanya. Di sinilah letak kelebihan pembaca karya sastra dibandingkan
pembaca karya-karya lain.
Karya sastra dikelompokkan menjadi 3 jenis, prosa, puisi, dan drama.
Untuk dapat memahami sebuah karya sastra dengan baik, pembaca harus
memiliki pengetahuan tentang fungsi dan unsur-unsur karya sastra yang
dibacanya.
Prosa fiksi sebagai sebuah cerita rekaan yang biasa juga disebut sebagai
cerita rekaan memiliki fungsi untuk memberitahukan kepada pembaca tentang
suatu kejadian atau peristiwa yang mungkin ada dalam kehidupan nyata. Unsur-
unsur prosa fiksi seperti yang sudah Anda pelajari dalam mata kuliah sastra
mencakup tema, tokoh, alur, seting atau latar, gaya, dan sudut pandang.
Dalam karya prosa fiksi terkandung sebuah amanat yang dibungkus oleh unsur-
unsur cerita tersebut. Kejadian-kejadian dan amanat inilah yang akan Anda
peroleh dari cerita yang Anda baca sebagai suatu pengalaman.
a. Terknik membaca prosa fiksi
Membaca karya sastra memiliki banyak tujuan, namun dalam
rangka belajar dan pembelajaran, membaca karya sastra hanya memiliki
2 tujuan, yaitu untuk melakukan apresiasi dan memberi kritik atau
penilaian. Jadi teknik membaca prosa fiksi di sini bertujuan dalam
rangka membaca untuk keperluan apresiasi.
Kompetensi yang akan diraih dalam kegiatan membaca prosa fiksi atau
membaca cerita rekaan adalah:
1) Memahami dan menghayati semua yang dituangkan pengarang
dalam ceritanya sehingga pembaca dapat menangkap isi cerita;
2) Dapat menganalisis unsur-unsur cerita sehingga tertangkap tema
dan amanat yang disampaikan oleh pengarang; dan
3) Dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik, dan pada
akhirnya dapat menilai cerita rekaan yang dibaca dengan memberi
penilaian mengenai bagus atau tidak baguskah cerita tersebut.
b. Langkah Langkah membaca prosa fiksi
Membaca prosa fiksi atau cerita rekaan untuk tujuan menangkap isi
cerita dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membaca cerita secara keseluruhan.
2) Menandai dan mencari makna kata-kata sulit.
Membaca prosa fiksi dengan tujuan untuk mengapresiasi, dilakukan langkah-
langkah seperti di atas di tambah dengan menganalisis cerita dengan cara
mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan memahami karakteristik setiap unsur cerita
tersebut. Misal unsur tokoh, di sini pembaca mengidentifikasi bagaimana watak para
tokoh, apa saja yang dilakukan para tokoh, bagaimana para tokoh menyikapi segala
permasalahan yang dihadapi, dan sebagainya. Peran unsur-unsur cerita ini saling terkait
satu dengan yang lainnya, sehingga jalinan peran antarunsur cerita yang disusun
pengarang cerita tersebut membentuk suatu keutuhan yang membantu pembaca dalam
memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra tersebut.
B. Pengertian Pemaknaan
Pemaknaan atau makna (bahasa Inggris: meaning) adalah konsep yang dipakai
dalam psikologi serta dalam bidang lain sepeerti filsafat, linguistik, semiotika,
dan sosiologi. Pemakaian istilah tersebut bersifat lintas ilmu dan tidak memiliki satu
pengertian serta dapat saling melengkapi. Dalam tiap-tiap bidang keilmuan tersebut, ada
berbagai pemahaman tentang pembentukan dan penggunaan istilah "makna" tersebut.
1. Definisi pemaknaan
Secara sederhana istilah “makna” yang membentuk terminus “pemaknaan” dapat
diartikan sebagai maksud atau esensi akan sesuatu dan bersifat konseptual. Dengan
demikian istilah pemaknaan dapat diterjemahkan sebagai upaya untuk menyematkan
memberikan maksud atau esensi akan sesuatu yang pada akhirnya bakal sebentuk
konsep sendiri (Kattsof. 1996: 169)

Pemaknaan sering kali dikenal dengan istilah interpretasi. Menurut Kaelan (1998)
interpretasi adalah seni yang menggambarkan komunikasi secara tidak langsung,
namun komunikasi tersebut dapat dengan mudah dipahami. Interpretasi erat
hubungannya dengan jangkauan yang harus dicapai oleh subjek dan sekaligus pada
saat bersamaan diungkapkan kembali sebagai suatu struktur identitas yang terdapat
dalam kehidupan, sejarah dan objektivitas. Pengetian interpretasi adalah tafsiran,
penjelasan, makna, arti, kesan, pendapat, atau pandangan teotitis terhadap suatu objek
yang dihasilkan dari pemikiran mendalam dan sangat dipengaruhi oleh latar belakang
orang yang melakukan interpretasi. Sehingga interpretasi pada objek yang sama bisa
berbeda hasilnya jika dilakukan oleh orang yang berbeda. Hal ini boleh saja dan
sangat positif karena kita dapat melihat suatu objek dari beberapa sudut pandang.
Salah satu yang sangat penting adalah latar belakang orang yang membuat
interpretasi. Orang yang mengiterpretasikan sesuatu hendaknya memiliki landasan
ilmu dan 9 pengalaman yang mumpuni sehingga hasil interpretasinya bisa
dipertanggungjawabkan (Kaelan.1998).
2. Aplikasi pemaknaan
Pemaknaan ini sesungguhnya harus dilakukan terhadap apa atau siapa, sehingga
bisa diperoleh kebenaran. Dalam konteks ilmu pengetahuan diperlukan sejumlah
kebenaran ilmiah, sebab kebenaran ilmiah inilah yang membangun dan menumbuh
kembangkan ilmu pengetahuan. Sementara kebenaran ilmiah itu sendiri tersusu dari
fakta atau kenyataan yang menopangnya. Kenyataan atau fakta dalam kajian filosofis
dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok yaitu:
a. Kenyataan empiris sensual
b. Kenyataan empiris logik
c. Kenyataan empiris etik
d. Kenyataan empiris transenden
Pemaknaan terhadap fakta atau kenyataan, dilakukan dengan berbagai cara.
Merujuk pada Muhadjir (2000), metode pemaknaan ini meliputi empat cara yaitu
terjemah – tafsir – ekstrapolasi – dan pemaknaan.
a. Terjemah: merupakan upaya mengemukakan materi atau substansi yang
sama dengan media yang berbeda; media tersebut mungkin berupa bahasa
satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya.
b. Penafsiran: tetap berpegang pada materi yang ada lalu dicari latar
belakangnya dan konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau
gagasannya secara lebih jelas lagi.
c. Ekstrapolasi: lebih menekankan kemampuan daya fikir manusia untuk
menangkap hal-hal- yang berada di balik yang tersajikan. Materi yang
tersajikan dilihat tidak lebih dulu dari tanda-tanda atau indikator bagi
sesuatu yang lebih jauh lagi.
d. Memberikan makna: merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan
mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut
kemampuan integratif manusia dari segi indrawinya, daya fikirnya dan akal
budinya. Sama seperti ekstrapolasi, materi yang tersajikan dilihat tidak
laebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh.di balik
yang tersaji bagi ekstrapolasi terbatas dalam arti emperik, sedangkan pada
pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik dan yang transendental.
(Muhadjir, 2000 : 187 – 188)
Sementara itu menurut Mien Hidayat (2008), aplikasi pemaknaan terhadap
keempat kenyataan empiris yang menjadi obyek pemaknaan, bisa saling berbeda dalam
tiap pendekatan penelitian.
a. Pendekatan positivme
Metodologi kuantitatif, berlandaskan filsafat positivisme Comte, yang
berpandangan menolak teologik dan metafisik. Sebagai konsekuensi dari
prinsip tersebut, kebenaran yang dicari akan diperoleh melalui pemaknaan
yang terbatas hanya pada kenyataan empiris sensual atau terhadap gejala-
gejala kasat mata yang bisa ditangkap secara indrawi.
Pandangan ini telah mengkerdilkan harkat derajat manusia, karena
kebenaran itu tidak hanya bisa diukur melalui indra. Ada kebenaran yang
dapat 11 ditangkap dari pemaknaan manusia atas empirik sensual. Potensi
manusia untuk memperdayakan kemampuan berpikir dan akal budinya dalam
memaknai kenyataan empirik sensual, jauh lebih bermakna dari pada empirik
sensual nya itu sendiri. Secara teknis, dalam pendekatan positivistik, mencari
makna, diaplikasikan dalam bentuk mencari signifikasi. Langkahnya analisis
akan dihentikan manakala teruji kebermaknaan dalam rangkaian uji
signifikansi. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan prediksi terhadap
kemungkinan salah, dengan teknik pembuktian yang didasarkan pada
frekuensi atau ragam kejadian.
Karakteristik lain dari perspektif positivisme adalah nomothetik yaitu
membangun ilmu dengan membuat hukum dari generalisasinya. Guna
mewujudkannya, kebenaran dicari melalui hubungan kausal linear dengan
prinsip tiada akibat tanpa sebab dan sebaliknya.teori kebenaran yang
umumnya dirujuk positivisme adalah teori korespodensi, yang asumsi
dasarnya : sesuatu itu benar bila ada korespondensi antara pernyataan verbal
atau matematik dengan realitas empirik yang terbatas pada empirik sensual.
Bebas nilai/value free juga menjadi salah satu dari penelitian kuantitatif, yang
diwujudkan dalam terjaganya objektifitas penelitian. Objektifitas dikejar
dengan maksud untuk menampilkan prediksi kebenaran atau hukum-hukum
yang keberlakuannya tidak terikat waktu dan tempat.
b. Rasionalisme
Metodologi penelitian yang berhadapan filsafat rasionalisme, merupakan
metodologi penelitian kualitatif. Rasionalisme bukan sekedar berpikir yang
bertolak dari rasio, tapi sebagai aliran filsafat yang membangun ilmu dengan
12 mengandalkan pemahaman intelektual melalui argumentasi secara logik
bukan hanya pengalaman empirik sensual seperti positivisme, makanya
rasionalisme bertentangan dengan positivisme. Namun rasionalisme, tidak
memerlukan dukungan data empirik relevan, sebab pemahaman intelektual
dan kemampuan berargumentasi secara logik dikerahkan untuk pemaknaan
data empirik tersebut, sehingga ilmu sebagai hasil akhir memang ilmu bukan
fiksi.
Selain pemaknaan secara logik, pencarian kebenaran dalam rasionalisme
juga dilakukan melalui pemaknaan terhadap empirik etik. Kebenaran melalui
pemaknaan terhadap empirik logik, merupakan produk dari pemberdayaan
ketajaman daya fikir manusia atas indikasi empirik sensual. Sementara itu
empirik etik kebenarannya diperoleh karena ketajaman akal budi manusia
dalam memberi makna ideal atas indikasi empiris. Rasionalitik mencari
makna lewat bangunan rasional grand concepts yang memayungi data objek
spesifik.
c. Fenomenologi interpretif
Sebagai suatu perspektif, fenomenologi interpretif dalam membangun
ilmu memiliki metodologi penelitian yang relatif lengkap. Terdapat banyak
macam aksentuasi dan pemaknaan fenomenologi. Fenomenologi Edmund
Husserl mencakup berbagai metodologi penelitian dalam tradisi post
positivisme fenomenologi interpretif. Pokok pemikirannya sendiri bahwa
obyek ilmu tidak terbatas pada yang empirik (sensual seperti pada
positivisme) juga mencakup fenomena lain seperti persepsi, pemikiran,
pemahaman, kemauan, perasaan dan 13 keyakinan subjek terhadap sesuatu di
luar subjek, juga ada sesuatu yang transenden di samping yang aposteriotik.
Metode pemaknaan dalam tradisi fenomenologi interpretif relatif lengkap,
karena mengakui kebenaran dari empat strata empirik, yaitu sensual, logik,
etik dan transenden. Pencarian maknanya melalui penggalian esensi serta nilai
moral dan etik. Bagi positivisme menangkap gejala sebatas pada yang empirik
sensual, dan lebih lengkap pada rasionalisme harus menggapai sampai ke
empirik sensual, logik dan etik, sementara bagi fenomenologi ditambah lagi,
gejala harus dapat ditangkap sampai sejauh yang transendental. Dengan
demikian membangun kebenaran ilmiah dalam tradisi fenomenologi
interpretif melalui pengejaran makna di balik yang sensualdn mncari
fenomena yang lebih esensial dari pada sekedar fenomenanya itu sendiri
(Hidayat. 2008).
C. Pengertian Parafrase
Secara etimologi atau bahasa, kata parafrase berasal dari bahasa Yunani yang berarti
cara ekspresi tambahan. Dalam ilmu bahasa, parafrase adalah pengungkapan kembali
suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama tetapi tidak mengubah makna
yang dimilikinya. Menurut Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary, parafrase
adalah cara mengekspresikan apa yang sudah ditulis.
Dan juga dikatakan oleh orang lain menggunakan kata-kata berbeda, untuk
membuatnya menjadi lebih mudah dalam dimengerti. Sementara dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa pengungkapan kembali suatu tuturan dari
sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi lain tanpa mengubah pengertian.
Atau disebut juga penguraian kembali kalimat atau teks atau karangan dalam bentuk
susunan kata lain, yang maksudnya adalah untuk dapat menjelaskan makna yang
tersembunyi. Dapat disimpulkan bahwa parafrase adalah upaya menyajikan kembali atau
penulisan ulang sebuah konten yang sudah dibuat oleh orang lain menggunakan kata-kata
sendiri tanpa mengubah maknanya.
1. Berikut ini adalah pengertia paraphrase menurut para ahli:
a. L. Behrens
Dalam A Sequence for Academic Writing disebutkan parafrase adalah
suatu bagian yang menyajikan poin penting, penjelasan dan argumen namun
tidak mengandung kata-kata yang mudah untuk diingat atau secara langsung.
Selain itu parafrase juga disebutkan sebagai ringkasan, ditulis dengan kata-
kata secara singkat menyatakan kembali poin utama dari penulis.
b. Kridalaksana
Lewat kamus linguistik III dijelaskan bahwa apa itu
parafrase merupakan pengungkapan kembali konsep dengan cara lain melalui
bahasa yang sama, tanpa mengubah makna dari kata-kata tersebut. Kemudian
memberi kemungkinan pada penekanan yang agak berlainan.
c. Sudarnyoto dan Crystal
Sudaryanto menyebut parafrase adalah bentuk lain atau makna lainnya
sebagai informasi yang sama. Sementara itu Crystal menyebut parafrase
merupakan istilah dalam linguistik untuk hasil atau proses produksi versi
alternatif dari kalimat atau teks tanpa mengubah makna.
2. Jenis jenis paraphrase
a. Perubahan tata Bahasa
Dalam jenis parafrase ini adanya perubahan tata berbahasa pada teks,
mulai dari kata kerja dan kata benda hingga kata sifat hingga kata keterangan
diganti menggunakan kata-kata yang baru. Hanya bentuk kata yang diubah
tanpa mengganti makna dari kata yang digunakan dalam kalimat.
b. Perubahan stuktur kalimat
Jenis parafrase ini menunjukkan adanya perubahan pada struktur kalimat,
misalnya dalam kalimat aktif menjadi kalimat pasif atau sebaliknya. Parafrase
yang mengubah struktur kalimat dapat dilakukan guna memperlihatkan
interpretasi dari seorang penulis terhadap konten aslinya
c. Pengurangan klausa
Jenis parafrase yang satu ini fokus pada pengurangan jumlah klausa dalam
sebuah kalimat, cara yang digunakan adalah memasukkan frase ke dalam
kalimat. Namun sekali lagi tidak mengurangi makna yang ada dalam kalimat.
d. Pengertian sinonim
Prafrase jenis ini merupakan bentuk atau jenis parafrase yang paling
sederhana, yakni dengan mengganti kata-kata ke dalam teks atau kalimat
dengan menggunakan atau memakai kata-kata yang mirip atau sinonim dari
kata tersebut.
e. Parafrase bebas
Dalam hal ini parafrase yang tidak wajib menggunakan kata-kata asli
suatu karya rujukan untuk membangun karya sastra lain. Meskipun dalam hal
ini tetap mempertahankan inti dan makna karya sastra tersebut, maksud dari
jenis parafrase ini adalah adanya kebebasan penulis dalam memilih kata yang
diinginkan atau tidak diinginkan.
f. Parafrase bertingkat
Parafrase terikat atau parafrase otomatis merupakan penulisan yang
mewajibkan memakai kata-kata asli dalam karya sastra rujukan. Kemudian
ditambahkan dengan kata yang lain guna membangun karya sastra baru dan
dalam bentuk berbeda, meskipun intinya dan maknanya harus sama.
3. Ciri ciri parafrase
Parafrase memiliki karakteristik yang sangat lekat dengan pengertiannya,
karakter inilah yang membantu seseorang atau penulis lebih mudah dalam
memahami parafrase. Selain itu ciri-ciri yang ada juga membuat lebih
memudahkan penulis dalam melakukan identifikasi terhadap parafrasa, berikut
beberapa ciri dari parafrase online Indonesia.
a. Cara dan bentuk dalam penyajian kalimat dengan menggunakan kata yang
berbeda seperti parafrase online.
b. Meski disajikan menggunakan kata berbeda tetap memiliki kandungan makna
atau substansi yang sama.
c. Substansi yang disampaikan sama sekali tidak berubah meski disajikan
dengan kata berbeda.
d. Contoh parafrase disampaikan dengan lebih komunikatif dan tidak lebih
mudah untuk bisa dipahami oleh pembaca.
e. Bahasa penyampaian yang digunakan lebih ringan untuk memudahkan para
pembaca.
4. Langkah Langkah membuat parafrase.
a. Memulai kalimat pertama
Memulai kalimat dengan memperkenalkan konteks yang kemudian diikuti
bagian terakhir dari kalimat asli, setelah itu diikuti dengan fakta. Seperti
informasi penting yang disebutkan namun dalam urutan yang berbeda-beda.
b. Pemilihan sinonim
Sinonim merupakan frasa atau kata dengan arti yang sama, hal ini
diperlukan agar karya sastra yang dibuat tidak serta merta sama. Intinya
mengubah kata dengan kata lain, namun tidak mengubah makna atau arti dari
kata tersebut.
c. Merubah struktur kalimat
Dalam praktiknya penulis harus melakukan perubahan struktur kalimat,
jika kalimat asli menggunakan kalimat aktif. Bisa diubah ke kalimat pasif,
kalimat aktif merupakan kalimat yang didahului oleh subjek atau hal yang
melakukan tindakan. Saat objek atau sesuatu yang menerima tindakan berada
di awal kalimat, kalimat tersebut ditulis dinamakan kalimat pasif.
d. Pisahkan informasi menjadi kalimat terpisah
Meskipun dalam penulisan merupakan upaya menghasilkan jumlah kata
yang sama dengan kutipan asli. Penulis bisa saja bermain dengan sejumlah
kata untuk membuat kalimat yang berbeda, dalam satu kalimat panjang yang
kemudian dipecah menjadi dua. Atau juga sebaliknya, jika kutipan asli terdiri
dari dua kalimat yang mungkin bisa digabungkan.
D. Pengertian Deklamasi/mendongeng
Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang berarti
penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan suatu kegiatan
membawakan atau menyampaikan puisi, prosa, mendongeng maupun menceritakan
Kembali isi novel secara lisan disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar
sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling
menunjang dan atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat
memukau para penonton.
Pengertian deklamasi menurut Abdullah Syukur Ibrahim (1987:147)
Deklamasi adalah peristiwa seni, yaitu seni mengungkapkan sebuah puisi ataupun menyampaikan
sebuah dongeng maupun menceritakan kembali isi novel maupun cerpen kepada pendengarnya
dengan gerak-gerik, mimik, dan sebagainya. Tujuan dari deklamasi adalah untuk
mengungkapkan pikiran atau kebijakan yang terkandung dalam puisi disertai dengan
gaya dan gerak tubuh untuk meningkatkan penyampaian makna dan nilai keindahan yang
diucapkan dan didengar oleh orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Membaca sastra adalah membaca estetis atau membaca indah yang tujuan utamanya adalah
agar pembaca dapat menikmati, menghayati dan sekaligus menghargai unsur-unsur
keindahan yang terpapar dalam teks sastra.
2. Membaca sastra digolongkan kedalam membaca estetis yaitu membaca yang
berhubungan dengan seni atau keindahan. Dalam membaca sastra, pembaca dituntut
untuk mengaktifkan daya imajinasinya dan kreativitasnya.
3. Pemaknaan atau makna (bahasa Inggris: meaning) adalah konsep yang dipakai
dalam psikologi serta dalam bidang lain sepeerti filsafat, linguistik, semiotika,
dan sosiologi.
4. parafrase adalah pengungkapan kembali suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa
yang sama tetapi tidak mengubah makna yang dimilikinya. Menurut Kamus Oxford
Advanced Learner’s Dictionary, parafrase adalah cara mengekspresikan apa yang
sudah ditulis.
5. Mengetahui pengertian deklamasi yang berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara
umum, deklamasi merupakan suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi, prosa,
mendongeng maupun menceritakan Kembali isi novel secara lisan disertai mimik, intonasi,
dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, H. (2023, maret 27). Deklamasi Adalah Cara untuk Membaca Puisi, unsur unsur pada deklamasi.
Liputan 6, pp. https://www.liputan6.com/hot/read/5244513/deklamasi-adalah-cara-untuk-
membaca-puisi-kenali-unsur-unsurnya.
Abdussalam. (2020). pemaknaan dalam suatu analisis kalimat. Skripsi Universitas Muhammadiyah
Malang, 9.
megarini, p. (2014). keefektifan metode pemodelan dalam peningkatan keterampilan berdeklamasi.
skripsi Universitas Negri Yogyakarta, diakses pada tanggal 24 Juni 2023
http://eprints.uny.ac.id/18376/1/Priska%20Megarini%2009201241056.pdf.

Anda mungkin juga menyukai