Disusun oleh :
Nailal Hanik Almusthofiyah
Dosen Pembimbing:
WIDODO S.Pd. I
Bismillahirromanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan hidayah serta
karuniaNya kepada kita, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar
tanpa halangan yang berarti.
Sholawat serta salam tetap kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW. yang insyaAllah akan memberikan syafaatnya besok di
yaumil akhir aamiin ya Rabbalaamiin
Kita berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya
dan pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
1. KESIMPULAN.....................................................................................34
2. SARAN DAN KRITIK.........................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadist Arbain Nawawi adalah kumpulan hadits Nabi saw yang dikumpulkan
oleh Imam Nawawi ra. dan merupakan kitab yang tidak asing bagi kita umat
Islam, bukan hanya di Indonesia namun diseluruh dunia. Umat Islam
mengenalnya dan akrab dengannya, karena banyak dibahas para ulama dan
menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran Islam kepada kaum muslimin
berkaitan dengan kehidupan beragama, beribadah, muamalah, dan syariah.
Adapun manfaat mempelajari hadist sangatlah banyak, baik itu hadits yang
shohih ataupun hadits dho‟if. Karena dengan membaca hadits dho‟if kita bisa
membandingkan atau menelaah lebih dalam mengenai hadits-hadits shohih yang
lain. Dengan mempelajari hadits arba‟in ini dapat mengetahui ilmu-ilmu yang
belum ada didalam al-qur‟an seperti adab-adab atau tata cara sholat dll.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana biografi dari hadits Arbain Nawawi ?
2. Bagaimana penjabaran sanad, matan, dan rawi dari hadits Arbain
Nawawi?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah Untuk mengetahui biografi dari
hadits arbain nawawi serta penjabaran penjabaran seperti sanad, matan dan
rawi dari hadits hadits yang ada dalam kitab arbain nawawi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Mencakup sebagian besar urusan dan kebutuhan umat Islam di dunia dan di
akhirat baik dari aqidah, hukum, syariah, muamalah dan akhlaq.
Merupakan kumpulan hadits-hadits nabi pilihan, dan merupakan jawami'ul
kalim yang memiliki keutamaan dalam pembahasan yang singkat dan padat.
Hadits-haditsnya merupakan satu kesatuan yang menjadi cakupan ajaran
Islam, baik setengahnya, atau sepertiganya atau seperempatnya.
Banyak digunakan oleh para ulama untuk mengajarkan kepada umat Islam
bahkan menjadi sandaran utama dalam memberikan pemahaman ajaran Islam
sehingga sebagian ulama konsen dengan hadits-hadits ini lalu mensyarahnya
dengan lebih rinci.
ِغ
ج١ّٙق١ف طقٟ سٞٛغجد١ش ٌٕثٞ١ِغ ٌثمش
ٍُ ٌقؾجػ ٓدYُ ٕدج
ث
Hadits: Arti ]ظفز ٕ ّ٘ج أطـ ٌثىضخ ٌّث٠ٍٓز
Dari Amirul Mu‟minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia
berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap
orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya
karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia
yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya
(akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim bin
Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj
bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang
merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .
Penjelasan hadits :
Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal
ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah
ta‟ala).Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di
hati.Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta‟ala dituntut pada
semua amal shalih dan ibadah.Seorang mu‟min akan diberi ganjaran pahala
berdasarkan kadar niatnya.
Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena
mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia
merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal
Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan
dengan perbuatan
2.Hadits Arba’in Nawawi ke-2( Iman, Islam dan Ikhsan )
Penjelasan hadits :
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya
terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua
makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa‟ (kepercayaan makhluk di
langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah).
Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan,
khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.Siapa yang
menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh
untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka
wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar
peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.Jika seseorang yang ditanya
tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“,
dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.Kemungkinan malaikat tampil
dalam wujud manusia.Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya
pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan
kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.Tidak
disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang
tidak ada kebutuhan.Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada
yang mengetahuinya selain Allah ta‟ala.Didalamnya terdapat keterangan tentang
adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.
Arti Hadits :
Penjelasan Hadits
Di dalam hadits ini, Nabi shallallahu „alaihi wasallam menerangkan bahwa Islam
kedudukannya seperti sebuah bangunan yang menaungi dan melindungi orangnya
dari dalam dan luar, dan beliau shallallahu „alaihi wasallam menjelaskan
bahwasanya Islam itu dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya, menegakkan sholat,
mengeluarkan zakat, berpuasadibulanRamadhan, dan berhaji ke Mekkah, dan
berlalu pembicaraan atas semua rukun-rukun yang lima ini di dalam hadits „Umar
bin Al Khatthab sebelum ini, maka hendaklah merujuk kepadanya.
Arti Hadits :
Penjelasan Hadits :
Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang proses penciptaan manusia di dalam
perut ibunya, dan penulisan ajal, rejeki, dan lain-lainnya. Abdullah bin Mas‟ud
berkata: Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah bercerita kepada kami dan
beliau adalah orang yang jujur lagi terpercaya, yakni jujur dalam ucapannya,
terpercaya dalam menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya.
Abdullah bin Mas‟ud memberikan pendahuluan seperti ini, karena perkara ini
adalah di antara perkara ghaib yang tidak dapat diketahui kecuali dengan
perantaraan wahyu. Beliau shallallahu „alaihi wasallam bersabda, “Salah seorang
di antara kalian disempurnakan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40
hari dan seterusnya.”
Penjelasan hadits :
6. Hadits Arba’in ke-6 ( Dalil yang Halal dan yang Haram telah
Jelas)
ِشضَذ س َلْٛ ُِ Yُ ّج أ١َُْٕٙ َدٚ ٓ ١ ِّ إ َّْ ٌَثقٚ َّْ قاَل َيYِ إ: ّ َُ م يYَع
Yِ َ Yِ ٍ ٚ َّط ْٛ ع ِّ ْؼش سع
َجٙ س َ َ شث ٓ ١ ِّ ٌث ِٗ ٌِ آٚ ِٗ ١ ْ َػ
ٍ Yُ هلالٝ َي
ٟ َجسٙ Yُ ٌثشذٟ َلٚ ْٓ َِ ٚ ِٗ ػ ْشYَج س َم ِذ ثعَض ْذ َش َأٙ Yُم ٌثشذَٝ ّYَّجط َّٓ ثصYَِ َٓ ٌٕث ١ ْ َّٓ و ِغYُّٙ ْ ٍَؼ
َِ ٌثق َشث لَ َغٚ َغ ػٚ ِٗ ِٕ ٠ ْ ِذ ش
َّْ Y ِإٚ َلYَ أYُِٗ ِقجسYَِّ هلالٝ َّْ فYِإٚ YَلYًَّ أٝ ف ِ ٌِ َّْ Yِإٚ ّYَ ِٗ َأل١ْ ْشصَ َغ٠ َ ْ Yَْشه أٛ ٠ُ َّٝ ْ َي ٌثقٛ ػ ف
ٝ ْش٠ َ ػ ٟ وجٌ َّشث
ُى ًِّ ٍِه
ُِغٚ سٞ َخجYُ ٌثذYُٖثَٚ – سY٘ ٌثَم ٍْخٟ ٚ أYُٗ َرث غ َذس فغ َذ غ ٍوY ِإٚ ٍ َـ غ وYُط
ٍ Yُط
ٍ ٌثؾ غ ِذ ِؼ َغز
ُ ٍِ َل ٌثؾ ٗ ٌثؾ َقش َرثYِإ
ُذ ُذ
Arti Hadits :
Penjelasan Hadits:
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari Radhiyallahu „Anhu, ia berkata
bahwa Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda, “Agama adalah nasihat -
beliau mengulangnya tiga kali-.” Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
untuk siapa nasihat itu?” Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam mengatakan,
“Nasihat untuk Allah, kitab Allah, bagi Rasul Allah, para imam umat Islam dan
orang awam dari kalangan mereka.” (HR. Muslim)
Penjelasan Hadits :
Yang dimaksud dengan nasehat adalah menginginkan kebaikan untuk Allah,
untuk Rasulullah, untuk kitabullah, untuk para imam umat Islam dan juga untuk
para orang awam dari umat Islam. Atau yang lebih gamblang lagi seperti yang
disebutkan oleh Ibnu Shalah Rahimahullahu Ta‟ala bahwasanya yang dimaksud
dengan nasehat adalah melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan
objek nasehat kita. Dalam bahasa Arab nasehat artinya adalah membersihkan,
mensucikan atau memurnikan.
Jadi berdasarkan hadits ini, yang dimaksud dengan agama adalah nasehat adalah
kita melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan objek nasehat.
Yaitu lima hal yang disebutkan dalam hadits ini. Artinya adalah kita melakukan
kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta‟ala,
melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan Rasulullah Shallallahu
„Alaihi wa Sallam, melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan
kitabullah, juga para imam umat Islam dan orang awam dari kalangan mereka.
8.Hadits Arba’in Nawawi ke-8 ( Perintah Memerangi Manusia yang Tidak
Melaksanakan Sholat dan Menunaikan Zakat )
ع ٍ ّ هلالYَٝط
ٍُ ٚ ١ٗػ ٍ
ٟلَج ي ػ ْٓ ث ْد ػ َّ َش س ػ: ضَّٝ ّج ط فYَ َلج ًَ ٌٕثYُ ْ أYَ ِ ْش س أYُأ
ْ يٛ َّْ س عYَ َّج أYْٙػ
ُٕ
هلال
َ ْ Yَذث أُٚ َٙ ش
Yل ِإ Y
ُ
ث ر هٛ رث َف َ ٍؼYِ ئYَث ٌث َّض وجٛYُ ْؤ ص٠ُ ٚ َُّث ٌث ظاَلرٛ ١ْ ِم٠ُ ٚ ، ْٛ عYً ْ ِق َّّذثٚ ِإ لَّ هلال
،َر ي س أ
ُّثٛ ٌ ػظٝ َص َؼج َٝػ
ٍ ُْ Yُٙ فغج دٚ َ ّ قك ثإل عYَلYِ ُْ إYُـٌُٙ َثٛ ِ أٚ ُْ Yُ٘ ِٕ د َِج ء
سٞذخجYYٌٖث ثYٚ Y ]س
ٍ ِٚ
غ
hadits Arti : [ ُ
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma,sesungguhnya Rasulullah Shallallahu‟alaihi
wasallam bersabda :“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu
maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan
perhitungan mereka ada pada Allah Subhanahu wata‟ala”.(Riwayat Bukhari dan
Muslim)
Penjelasan Hadits :
Hadits ini secara praktis dialami zaman kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq,
sejumlah rakyatnya ada yang kembali kafir. Maka Abu Bakar bertekad memerangi
mereka termasuk di antaranya mereka yang menolak membayar zakat. Maka
Umar bin Khattab menegurnya seraya berkata : “ Bagaimana kamu akan
memerangi mereka yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah sedangkan Rasulullah
telah bersabda : Aku diperintahkan…..(seperti hadits diatas)” . Maka berkatalah
Abu Bakar : “Sesungguhnya zakat adalah haknya harta”, hingga akhirnya Umar
menerima dan ikut bersamanya memerangi mereka. Dalam hadits dijelaskan
diperbolehkannya membunuh orang yang mengingkari shalat dan memerangi
mereka yang menolak membayar zakat.
9.Hadits Arba’in Nawawi ke-9 ( Melaksanakan Perintah Sesuai dengan
Kemampuan)
ِج: ْ ُيٛ Yُ مYَ ٚ
ٍ ع ٍَ هلال ػٍَّٝط ْٛ ػ هلال ػ ج َي ع ِّ ْؼش سع ٟ َشر ػ ْذ ِذ ٌث َّش ْف طخش س٠ ْ َشYُ٘ دٟ ِ Yَػ ْٓ أ
َُ ِٗ ١ َي : ْٕٗ َّٓ د
و ْغ ِغج ِة ْذ َٓ ٠ ْ ِزYَّ ه ٌثYَّ َّج أYَٔYِ َفئ،ُْ Yُث ِ ْٕٗ ِ ج ع ْؼضYُٛصYْ ُى ُْ َفأYُ َِ ْشصYَ َِج أٚ ،Yُْٖٛ Yُ َفج ْؽَض ِٕذYُْٗػ
ٕ ُْ ُىY ُض١ ْ َٙ
ُْ ِٙ ٍِ َُشر ُْ ُى ْٓ ِ ث ض ِٗ Yِد
ُ ٍِ ُِغٚ سٞ َخجYُ ٌثذY ُٖثَٚ ِ سٙ Yج ِة١ َ ْٔ ِذYَػَ أ
ٍٝ ُْ Yٙ ث ْخ ِض َال ُفٚ
. ُْ
Hadits ini menerangkan bahwa secara formal bahwa setiap perintah agama
tidaklah wajib dilaksanakan berulang-ulang, bahwa pada asalnya tidak ada
kewajiban melaksanakan ibadah sampai datang keterangan agama. Sebenarnya
apa yang diperintahkan oleh Allah swt adalah wajib dan bila mana ditinggalkan
maka akan mendapat dosa tetapi hal ini diringankan dengan mengerjakan semua
yang di perintahkan sesuai dengan batas kekuatan kita, akan tetapi segala sesuatu
yang dilarang haruslah dijauhi dan jangan dilakukan.
Hadits :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda, „Sesungguhnya Allah Ta‟ala itu baik (thayyib), tidak
menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan sesungguhnya Allah memerintahkan
kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah
Ta‟ala berfirman, „Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal shalih.‟ (QS. Al-Mu‟minun: 51). Dan Allah Ta‟ala berfirman,
„Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami
berikan kepadamu.‟ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut,
berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, „Wahai
Rabbku, wahai Rabbku.‟ Padahal makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin
doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 1015]
Penjelasan Hadits :
Allah swt senantiasa memerintahkan kepada para hamba-Nya baik dari kalangan
para Rasul atau umatnya untuk makan dari makanan yang baik dan
mensyukurinya. Karena jika masyarakat senantiasa membiasakan mengkonsumsi
yang halal, maka akan tercipta kasih sayang, tidak ada dendam, iri, saling tipu,
atau bahkan mencuri. Sehingga masyarakat hidup dalam situasi yang aman dan
sentosa.
Arti Hadits :
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wasallam dan kesayangannya dia berkata : Saya menghafal dari
Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang
meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan
shoheh) Penjelasan Hadits :
Meninggalkan syubhat dan mengambil yang halal akan melahirkan sikap wara‟.
Keluar dari ikhtilaf ulama lebih utama karena hal tersebut lebih terhindar dari
perbuatan syubhat, khususnya jika diantara pendapat mereka tidak ada yang dapat
dikuatkan. Jika keraguan bertentangan dengan keyakinan maka keyakinan yang
diambil. Sebuah perkara harus jelas berdasarkan keyakinan dan ketenangan. Tidak
ada harganya keraguan dan kebimbangan. Berhati-hati dari sikap meremehkan
terhadap urusan agama dan masalah bid‟ah. Siapa yang membiasakan perkara
syubhat maka dia akan berani melakukan perbuatan yang haram.
Hadits ini merupakan jawami‟ul kalim (ucapan yang singkat dan padat). Sebuah
ungkapan yang pendek namun mengandung kaidah yang penting dalam Islam.
Dasar tersebut adalah meninggalkan syubhat [keraguan] dan memilih yang halal
dan diyakini. Ibnu Hajar al-Haitamy berkata, “Hadits in i merupakan kaidah yang
sangat penting dan dasar dari sikap wara‟ yang merupakan poros dari ketakwaan,
juga penyelamat dari keraguan dan ketidakjelasan yang menghalangi cahaya
keyakinan.”
Arti Hadits:
Dari Abu Hurairah r.a ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal
yang tidak bermanfaat.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan
lainnya semisal itu pula). [HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976. Syaikh
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih].
Penjelasan Hadits
Hadits ini mengandung makna bahwa di antara kebaikan Islam seseorang adalah
meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baik berupa perkataan atau perbuatan.
(Hadits yang ada di hadapan kita ini merupakan salah satu dasar pokok bidang
akhlak dalam agama Islam. Imam Ibnu Abi Zaid al-Qairawany menerangkan,
“Adab-adab kebaikan terhimpun dan bersumber dari 4 hadits: hadits “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau
diam”, hadits “Salah satu pertanda kebaikan Islam seseorang, jika ia
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”, hadits “Janganlah
engkau marah”, dan hadits “Seorang mu‟min mencintai kebaikan untuk
saudaranya, sebagaimana ia mencintai kebaikan tersebut bagi dirinya
sendiri” (Jami‟al-UlumwaAl-Hikam,hal208).
Arti Hadits:
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu „alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai milik
saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai miliknya sendiri”.
[Bukhari no. 13, Muslim no. 45]
Penjelasan:
Bahwa seseorang imannya tidak sempurna sampai ia mencintai kebaikan untuk
saudaranya sesama muslim seperti mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri. Hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan sesuatu hal yang baik bagi diriya,
misalnya tidak berdesak-desakkan di tempat ramai atau tidak mau mengurangi
kenikmatan yang menjadi milik orang lain. Hal-hal semacam itu sebenarnya
gampang dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi sulit dilakukan orang
yang berhati jahat. Sebagian ulama berpendapat : “Hadits ini mengandung makna
bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena
itu, ia harus mencintai saudaranya sendiri sebagai tanda bahwa dua orang itu
menyatu”.
١ٗػ
ٍ هلالٝط
ٍ عي هلالٛY Y Yذ أْ ل ٌٗإ "لجي سٙY YYYش٠ غ
ٍُ ِ اYYYY ق د َُ ِثش
ً ٠ل
ٍعٚ
ذ عالطٜ عي هلال إل دئفٛ سٟٔأٚ إل هلال: ٔثٟ خ ٌثض١ٌثغ, ٌٕثفظ دٌٕجفظ,ٚ ؾجػز
ّ ٌٍ ٌّثفجسق٠ٌٕٗثضجسن ٌذٚ ػ هلال ػٕٗ لجي
ٟ ؼد سٛ ثدٓ ِغ: ُ
Arti Hadits:
Ibnu Mas‟ud radhiyallahu anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu „alaihi wa
Sallam bersabda : „Tidak halal darah seorang muslim kecuali Karena salah satu di
antara tiga perkara : orang yang telah kawin berzina, jiwa dengan jiwa, dan orang
yang meninggalkan agamanya yaitu merusak jama‟ah‟ “.[Bukhari no. 6878,
Muslim no. 1676]
Penjelasan Hadits:
Seorang muslim tidak boleh dengan sengaja dibunuh terkecuali karena dia
melakukan salah satu dari tiga hal di atas.Sebagian ulama menjadikan Hadits ini
sebagai dalil bahwa orang yang meninggalkan shalat boleh dibunuh, karena
perbuatannya itu termasuk salah satu dari tiga perbuatan di atas. Dipahami bahwa
perintah memerangi ini berlaku bagi semua yang melanggar apa yang disebutkan.
Pemahaman seperti ini dianggap lemah Karena tidak membedakan antara
memerangi dan membunuh, sedangkan memerangi berarti tindakan dua pihak
yang saling membunuh. Kewajiban memerangi orang yang meninggalkan shalat
tidak dengan sendirinya menyatakan kewajiban membunuh selama orang itu tidak
memerangi kita.
15. Hadits Arba’in Nawawi ke-15 (Berkata Baik atau Lebih Baik Diam Serta
Memuliakan Tamu)
:Hadits
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga
dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya”.[Bukharino. 6018, Muslim no. 47]
Penjelasan:
Manusia hidup di dunia ini berbaur dengan manusia lain. Satu dengan lain terjalin
berbagai hubungan, dan saling membutuhkan. Islam berusaha agar hubungan
tersebut terjalin dengan baik dan benar. Ini akan terealisasi ketika antara satu
dengan lainnya saling menghormati, dan komitmen terhadap adab pergaulan.
Termasuk dalam adab tersebut adalah perkataan yang baik, menghormati
tetangga, menjamu tamu dengan baik.Membatasi diri untuk berkata yang baik
adalah di antara tanda kesempurnaan iman seseorang. Menjelaskan kepada kita
bahwa di antara tanda kesempurnaan iman seseorang adalah membatasi diri
berbicara yang bermanfaat baginya, baik yang berurusan dengan urusan dunia
maupun akhirat, dan hal-hal yang membawa manfaat bagi masyarakatnya.
Seorang muslim tidak akan bicara seputar hal-hal yang bisa membuat rasa sakit
dan mengarah pada kerusakan. Karena hal tersebut akan mendapat kemarahan dan
kebencian dari Allah swt.
16. Hadits Arba’in Nawawi ke-16( Jangan Mudah Marah )
عن أبي ىسيس''ة زض 'ي هلال عنو أن زج'ال ق 'ال لل'ن 'بي ص 'لى هلال عل و وم'ل ال تغضب: أوص 'ني ق 'ال: " فس''دد "ال تغضب
ِمسازا, قال:
Arti Hadits:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata
kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda
Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam : “Janganlah engkau mudah marah”. Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau : “Janganlah engkau
mudah marah”.[Bukhari no. 6116]
Penjelasan:
Dalam hadits ini dijelaskan bahwasanya setiap orang harus bisa mengendalikan
amarahnya. 0rang yang marah menyimpang dari keadaan normal, berkata yang
bathil, berbuat yangtercela, menginginkan kedengkian, perseteruan dan perbuatan-
perbuatan tercela. Semua itu adalah akibat dari rasa marah.
ع'ن أبي يعلى ش''داد بن أوس زض 'ي هلال عنو عن زم'ول هلال ص''لى هلال ع 'ل و وم 'ل ق 'ال وإذا: " إن هلال كتب
اإلحسان عل'ى كل شيء زواه مسل "ول سح ذب, 'فإذا قتلت فأحسنوا' القتلت, ذبحت فأحسنوا' الربحت ول حد أحدك شفستو
حتو
Arti Hadits:
Dari Abu Ya'la, Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa Sallam beliau telah bersabda : “ Sesungguhnya Allah mewajibkan
berlaku baik pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh
dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan
cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisau dan menyenangkan hewan yang
disembelihnya”. [Muslim no. 1955]
Penjelasan
Hadits ini termasuk salah satu Hadits yang mengandung berbagai macam prinsip
atau kaidah. Membunuh dengan cara yang baik itu ialah membunuh tanpa sedikit
pun unsur penganiayaan atau penyiksaan. Menyembelih dengan cara yang baik
yaitu menyembelih hewan dengan lemah lembut, tidak merebahkannya ketanah
dengan keras dan juga tidak menyeretnya, menghadapkannya ke kiblat, membaca
basmalah dan hamdalah, memotong urat nadi lehernya dan membiarkannya
sampai mati baru dikuliti, mengakui nikmat dan mensyukuri pemberian Allah,
karena Allah telah menundukkannya kepada kita, padahal Dia berkuasa untuk
menjadikannya sebagai musuh kita dan telah menghalalkan dagingnya untuk kita,
padahal Dia berkuasa untuk mengharamkannya.
عي هلالٛY ػ س
ٓ جّٕٙYّػ هلال ػ ٓ Yد ػذذٌثشٟ أٚ درYYؽج
ٟ Y ر ٓد ؽذً سY فّ ِؼج ٕ ؽذح ٓد
ٕ د رسٟ ػ أ
ٓ
ٍط
ّغج ٕوش١ك هلال فY Y Yثص, فغ
ٓ كYYYٍط دخY Y Y Yك ٌٕثجYYYٌخجٚ قجّٙY Y Y Y ز صYYYٕز ٌثقغY Y Y Yت١ذغ ٌثغY Y Y Y أصYٚ" زِٞY Y Yٖث ٌثضشYYٚ Y Yس, ١ٗػ
ٍ هلالٝ
ٍ "ٚ
ع
لجيٚ: ف دؼغ ٌٕثغخٟٚ ٓظ فغ٠ذYف: ـ١فغ طق
ٓ ُ لجي
Arti Hadits:
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu „Abdurrahman, Mu‟adz bin Jabal
radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam, beliau
bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah
sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan
bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”. (HR. Tirmidzi, ia telah
berkata : Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih)[Tirmidzi no.
1987]
Penjelasan:
Bergaullah dengan manusia dengan cara-cara yang kamu merasa senang bila
diperlakukan oleh mereka dengan cara seperti itu. Ketahuilah bahwa yang paling
berat timbangannya di akhirat kelak adalah akhlaq yang baik. Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling aku
cintai di antara kamu dan yang paling dekat kepadaku posisinya pada hari kiamat
adalah orang yang paling baik akhlaqnya diantara kamu”.Akhlaq yang baik adalah
sifat para nabi, para rasul dan orang-orang mukmin pilihan. Perbuatan buruk
hendaklah tidak di balas dengan keburukan, tetapi dimaafkan dan diampuni serta
dibalas dengan kebaikan.
ٟػ لجي ٕوش خٍف ٌٕثذ ٕٗ هلالٟ ٌثؼذجط ػذذهلال ٓد ػذجط سػٟج "ػـٓ أد٠
ط
١ٗػ
ٍ هلالٝ
عٚ
فمجيYًج٠ِٛ ُ
َغال, ٔ أػٍّه ٍّوجسٟإ: قفظه٠ ثففظ هلال, ثففظ هلال ص ٖؾذ صؾج٘ه, إرث ثعضؼٕشٚ إرث عٌأش فجعأي هلال
ْإٚ
ثػYٚ,
ٌ ثؽّضؼشٛ ُ ْأ ثأِلز
ػ
دشء لذ وضذٗ هلال ٌه ,فجعضؼٓ دجلل دشء ٌُ ٕ٠فؼٛن إل ٟ ْ ٝأ ٕ٠فؼٛن ٟ
ألالل ٚؽفش ٌثظقف ,ثYؽّض ٛؼث "سفؼش ث َ
ػ
ػ١ه صؼشف دشء ٌُ ٠ؼشٚن إل دشٟء لذ وضٗذ هلال ٍ ْ ٝأ ٠ؼشٚن ٟ
إ
فغ طق١ـ ٟٚف ٚسث٠ز غ١ش ٌثضِشٞز ٚ:سٖث ٌثضِشٞز ٚلجي ٝهلال ,ثففظ هلال صؾٖذ ِأِجه :فYذ٠ظ ٓ
ٚثػ
ُأ
,ٚثػ
ُ ْأ ِج أخطأن ٌُ ٓ٠ى ٌ١ظ١ذه ِٚج أطجده ٌه ٓ٠ى ٌ١خطته ٟ ,ف ٌثشخجء ٠ؼشفه ٟف ٌثشذر
ٌٕ,ثظش ِغ ٌثظذش ٚأْ ِغ ٌثؼغش ٠غشثًْٚ, Yأ ٌثفشػ ِغ ٌثىشح
Arti Hadits:
Dari Abu Al „Abbas, „Abdullah bin „Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata : Pada
suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam,
beliau bersabda : "Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa
kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya
kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada
Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah,
sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu
keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah
Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan
sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu
kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena telah diangkat
dan lembaran-lembaran telah kering." (HR. Tirmidzi, ia telah berkata : Hadits ini
hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain Tirmidzi : “Hendaklah
kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu.
Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan
mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang semestinya
tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa yang semestinya
menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya kemenangan
menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan
kesulitan”)
Penjelasan:
عي هلالٛلجي س
ط
سٞس ٌثذذٞ ثأٔلظجٚػش
ّ ؼد ػمذز ٓدٛ د ِغٟ ػ هلال ػٕٗ لجي –ػ ٓـ أٟ س: ١ٗػ
ٍ هلالٝ
ٕ س " إرث ٌُ صغضـ فجٞ ٖث ٌثذخجٚس
ِٓ إْ ِج أدسن ٌٕثجط, طغ ِج شتش
رٛوال ٌٕثذ
َ
ٚثأل
"عٚ
Hadits: Arti ُ
Dari Abu Mas'ud, „Uqbah bin „Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu anhu, ia
berkata : Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam telah bersabda :
"Sesungguhnya diantara yang didapat manusia dari kalimat kenabian yang
pertama ialah : Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu." (HR. Bukhari)
Penjelasan:
Bahwa rasa malu selalu terpuji dan dipandang baik, selalu diperintahkan oleh
setiap nabi dan tidak pernah dihapuskan dari syari‟at para nabi sejak dahulu.
Maksud malu di sini adalah malu yang dapat menjauhkan dirinya dari perbuatan
keji dan mendorongnya berbuat kebajikan. Demikian juga bila malu dapat
mendorong seseorang meninggalkan perbuatan keji kemudian melakukan
perbuatan-perbuatan baik, maka malu semacam ini sederajat dengan iman karena
kesamaan pengaruhnya
Arti Hadits:
Dari Abu „Amrah Sufyan bin „Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata : " Aku
telah berkata : „Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu
perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali
kepadamu‟. Bersabdalah Rasululloh Shallallahu „alaihi wa Sallam : „Katakanlah :
Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu‟ “.[Muslim no.
38]
Penjelasan:
Penjelasan:
Para imam ahli fiqih perlu menjelaskan perbedaan antara sunnah dan wajib hanya
untuk menjelaskan konsekuensi hukum antara yang sunnah dan yang wajib jika
hal itu ditinggalkan. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam tidak menjelaskan
perbedaan sunnah dan wajib adalah untuk memudahkan dan melapangkan, karena
kaum muslim masih baru dengan Islamnya sehingga dikhawatirkan membuat
mereka lari dari Islam. Atau dimaksudkan agar orang tidak beranggapan bahwa
amalan tambahan dan amalan utama keduanya merupakan hal yang wajib,
sehingga jika meninggalkan konsekuensinya sama.Bila memelihara hal-hal yang
diwajibkan, melaksanakan dan mengerjakan tepat pada waktunya, tanpa
mengubahnya, maka dia mendapatkan keselamatan dan keberuntungan yang
besar.
Arti Hadits:
Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy'ari radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Telah
bersabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam : „Suci itu sebagian dari iman,
(bacaan) alhamdulillaah memenuhi timbangan, (bacaan) subhaanallaah dan
alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi.
Shalat itu adalah nur, shadaqah adalah pembela, sabar adalah cahaya, dan Al-
Qur'an menjadi pembela kamu atau musuh kamu. Setiap manusia bekerja, lalu dia
menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau
mencelakakannya”.[Muslim no. 223]
Penjelasan:
Hadits ini memuat salah satu pokok Islam dan memuat salah satu dari kaidah
penting Islam dan agama. Adapun yang dimaksud dengan kata “suci” ialah
perbuatan bersuci. Pahala suci merupakan sebagian dari pahala iman, Thaharah
atau bersuci merupakan salah satu dari syarat sahnya shalat. Jadi, bersuci
merupakan sebagian pekerjaan shalat. Shalat itu mencegah perbuatan maksiat,
merintangi perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, serta menunjukkan ke jalan
yang benar, sebagaimana cahaya yang dijadikan orang sebagai penunjuk jalan,
shalat itu kelak akan menjadi petunjuk jalan bagi pelakunya di hari kiamat.
Sedangkan yang lain berpendapat bahwa shalat seseorang kelak akan menjadi
cahaya yang memancar di wajahnya di hari kiamat, dan ketika di dunia
menjadikan wajah pelakunya cemerlang, yang mana hal ini tidak diperoleh orang-
orang yang tidak shalat.
ٟػ ٌٕثذ
ٓ ػ ٕٗ ػ هلال ٟ س سٞ رس ٌثغفجٟػـٓ أد: -
ط
١ٗػ ٍ هلالٝ
عٚ
ؽ ٔأٗ لجي ً ٚػ سدٗ ػض ٓ ٠ٗشٚ٠ ج١ُّ ف
فِششٟج ػذجد ٔإ٠, ثٛ فال صظٌّجYًُى ِقِشج١ٕؽ ٍؼٗض د,ٚ ِٓ د ٍوُى ػجي إلٞ ج ػذج٠
ٞ
ٌثظ
ُ
ػ
غٟ ٔفٝ
ُ ٘أذؤٟذٚ ضٙٗض فجع٠ذ,٘ أؽؼُّىٟٛٔد ٍوُى ؽجةغ إل ِٓ أؽؼّٗض فجعضط ّؼٞ ج ػذج٠, ٍوُى ػجس إلٞج ػذجد٠
ُ أوغىٟٛٔغٗص فجعضىغ ٛ ٓ و,ِ ٟشٚٔ فجعضغفYًؼج١ؽ
ّ حٛٔأج أغفش ٌثٔزٚ جسٌٕٙثٚ ١ًت دٌٍجْٛد ٔإُى صخطٞ ج ػذج٠
أغفش ٌُى, ٟٛٔؼ فٕضفؼٟثٔفٛ صٍذغٌٚٓ ٟٔ ٚش فضؼشٞث ػٛد ٔإُى ٌٓ صٍذغٞ ج ػذج٠, دٞ ج ػذج٠, ٚ أُىٌٚ ٌ ْأٛ
ٔثٛؽىُ وج ٕ ٚ ٔإىُغ,ٚ ٌ ْأٛ دٞ ج ػذج٠
ػ
ُآخشو, Yًتج١ى شٟ ٍِ فٟ ثفذ ُِٕى ِج صثد ٌرهٚ ؽ ً م ٍلخ سٝ أصٝ
ثفذ ُِٕى ِجٔمضٚ ؽ ً ػ أفؾش ٍلخ س ٕ ٚ ٔإىُغٚ ُ آخشوٚ ٌأُىٚ , دٞ ج ػذج٠
ٍٝ ثٛؽُى ؤج
Yًتج١ى شٟ ٍِ فٟ ٌره
ِغٌأ ٗض ِجٔمض ٌرهYثفذٚ ش ًو١ فأػطٌٟأٛٔ فذ فغٚذ ث١ػ طؼ ٍٝ ِثٛؽُى لجٕ ٚ ٔإى ُغٚ ُ آخشوٚ أُىٌٚ ْأٛ
ً ؾ إرث أد١مض ٌّثخ٠ٕ ػذ إل ّوج
خ ٌثذقش ٞ ٚ
ٕ ّجYِ, ج٘ج ّٓف٠ُى إ١ج ٌُى ُع أف١ٙػٌجىُ أفظ ّ ٘ أٟ د ّٔإجٞ Yج ػذج٠
Y
ً
ٗغY إلٔف٠ٍِٛٓ الY ش ٌره ف١ؽذ غٚ ِٓٚ ّقذ هلال١شث ٍف١ؽذ خ-ٚ ِغ ٍُ ٖثٚس
Hadits: Arti
Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu „alaihi wa
Sallam, beliau meriwayatkan dari Allah 'azza wa Jalla, sesungguhnya Allah telah
berfirman: "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan (berlaku)
zhalim atas diri-Ku dan Aku menjadikannya di antaramu haram, maka janganlah
kamu saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku, kamu semua sesat kecuali orang yang
telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti
Aku memberinya. Kamu semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku
beri makan, maka hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku
memberinya. Wahai hamba-Ku, kamu semua asalnya telanjang, kecuali yang telah
Aku beri pakaian, maka hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku
memberinya. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa
di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka
mintalah ampun kepada-Ku , pasti Aku mengampuni kamu. Wahai hamba-Ku,
sesungguhnya kamu tidak akan dapat membinasakan Aku dan kamu tak akan
dapat memberikan manfaat kepada Aku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang
terdahulu dan yang terakhir diantaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu
bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antaramu, tidak akan menambah
kekuasaan-Ku sedikit pun, jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di
antaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang
paling jahat di antara kamu, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun
juga. Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu,
sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku
memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada
pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut. Wahai
hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku catat
semuanya untukmu, kemudian Kami membalasnya. Maka barang siapa yang
mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa
mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali
dirinya sendiri”.
Penjelasan:
Arti Hadits:
Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam, ia
berkata: Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah Shallallahu „alaihi
wa Sallam berkata kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam : “Wahai
Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan
shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa,
dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka”. Nabi bersabda :
“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah ?
Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah shadaqah,
tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah,
mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan persetubuhan salah seorang di
antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah “. Mereka bertanya : “ Wahai
Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia
mendapat pahala?” Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam menjawab :
“Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia
berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia
mendapat pahala”.[Muslim no. 1006]
Penjelasan:
Hadits ini menerangkan keutamaan tasbih dan semua macam dzikir, amar ma‟ruf
nahi mungkar, berniat karena Allah dalam hal-hal mubah, karena semua perbuatan
dinilai sebagai ibadah bila dengan niat yang ikhlas. Hadits ini juga menunjukkan
dibenarkannya seseorang bertanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya
kepada orang yang berilmu, bila ia mengetahui bahwa orang yang ditanya itu
menunjukkan sikap senang terhadap permasalahan yang ditanyakan dan tidak
dilakukan dengan cara yang buruk, dan orang yang berilmu akan menerangkan
kepadanya apa yang tidak diketahuinya itu..
١ٗػ
ٍ هلالٝطٍ عي هلالٛلجي س- ِٓ ٌٕثجط طذلزٝعاِل ًو, ًو
عٚ
ػ هلال ػٕٗ لجيٟ شر س٠ ٘شٟػـٓ أد: ُ
١ٓ ثٕع١ٓ ٌثّشظ صؼذي د١ٗصطغ ف
ٍ ٠َٛ, ج أ١ٙػ ّ ف دثدٗض فضٟ ؽ
ٍ ٍٗق ً ٌثش١ٓصؼYٚ, ػ
ٗ ج ضِ ج١ٙػ
ٍ صشفغ
ج١ٙر ّصشٛدًى خطYٚ, ك طذلز٠ػ ٌثطش ٓ رٜؾ ثأل١"ّص ٚ طذلز
إ
طذلز, ذز طذلز١ٌثٍّىز ٌثط,ٚ ٌثظالر طذلزٝ
ٖث ٌثذخجسٚ سArti
:Hadits غ
ٍُ ِٚ
Penjelasan:
Termasuk sedekah adalah menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang
lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
Hadits ini menerangkan juga agar senantiasa mendamaikan kedua belah pihak,
tolong menolong mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju sholat dan
menyingkirkan penghalang dari sholat. Jasad harus dikeluarkan zakatnya
sebagimana harta ada zakatnya. Zakat badan ialah melakukan perbuatan yang
baik, bersedekah. Allah telah menjadikan sebagai rasa syukur terhadap nikmatnya
setiap anggota badan untuk menolong hamba-hamba Allah ta‟ala, bersedekah
kepada mereka dengan menggunakannya sesuai dengan kemaslahatannya.
ٟذYYYYYYYYYYYYYYYYٕػ ٌث
ٓ ػ ٕٗ ػ هلال ٟ YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYعؼْج س
ّ ط ٓدY Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y ثٌٕٛ إلُع ِج فجن "ػ ٓـY Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y ثٚ كYYYYYYYYYYYYYYYYٍفغ ٌثخ
ٓ ذشYYYYYYYYYYYYYYYYٌث
ٍ ط
١ٗػ
ٍ هلالٝ
ٍ عٚ
ُ لجي
سٖثٚ... ش١ػٗ لجي أص ٕ ػ هلال ٟ ٓد ِؼذذ سYثدظزٚ ػ ٓ ٚ
ِغ
ٌٕثجط١ٗػٍ ٍطغ٠ و٘شش ْأٚ ٔفغهُٟ "ف
عي هلالٛػ ٌثذش؟ "س ٓ ٍلش "ؽتش صغأي: "ؼُ لجي ٔ ثعضفش ٍلذه, ٌثذش ِج
ط
١ٗػ
ٍ هلالٝ
عٚ
ُ فمجي
ٌثٍمخ١ٗ ّؽأْ ٌإٚ ٌٕثفظ ث١ٗ ّؽأٔش ٌإYث, نٛأفضٚ ْإ أفضجن ٌٕثجطٚ ف ٌثظذسٟ شددٚف ٌٕثفظ صٟ ثإلُع ِج فجنٚ
Hadits: Arti " فغ ٓ دئٕعجدٟسِثYٌثذٚ أّفذ ٓد فًٕذ١ِٓذ ثإِلجٞ ِغ
ٕ فٟ ٖج٠ٕسٚ فغ ٓ ظ٠فذ
Dari An Nawas bin Sam'an radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu „alaihi wa
Sallam, beliau bersabda: “Kebajikan itu keluhuran akhlaq sedangkan dosa adalah
apa-apa yang dirimu merasa ragu-ragu dan kamu tidak suka jika orang lain
mengetahuinya”. (HR. Muslim) Dan dari Wabishah bin Ma‟bad radhiyallahu
anhu, ia berkata : “Aku telah datang kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa
Sallam, lalu beliau bersabda : „Apakah engkau datang untuk bertanya tentang
kebajikan ?‟ Aku menjawab : „Benar‟. Beliau bersabda : „Mintalah fatwa dari
hatimu. Kebajikan itu adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan menenangkan
hati dan dosa itu adalah apa-apa yang meragukan jiwa dan meresahkan hati,
walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka
membenarkannya”. (HR. Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad-Darimi, Hadits hasan)
[Imam Ahmad bin Hanbal no. 4/227, Ad-Darimi no. 2/246]
Penjelasan:
Arti Hadits:
Abu Najih, Al „Irbad bin Sariyah ra. ia berkata : “Rasulullah telah memberi
nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat
airmata bercucuran”. kami bertanya ,"Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan
nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya (meninggal), maka berilah kami
wasiat" Rasulullah bersabda, "Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap
bertaqwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan
ta'at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak).
Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal
menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada
sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan
gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena
sesungguhnya semua bid'ah itu sesat." (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits
Hasan Shahih) [Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676]
Penjelasan:
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Rasulullah SAW, berwasiat agar kita
senantiasa mengamalkan dan berpegang teguh pada jalan Allah. Kita diajarkan
agar selalu berpegang teguh pada apa yang diajarkan dan sunah Rasullullah SAW.
dalam perkara apapun dilarang untuk menjauh dari sunah rasul. Terutama dalam
perkara ibadah. Semua ibadah yang kita lakukan harus ada ilmu dan memiliki
sunah yang jelas. Dalam hadits ini juga dijelaskan adanya larangan bid‟ah. Bid‟ah
membawa kesesatan, karena kita membuat ibadah baru tanpa adanya ilmu. Allah
SWT. Sangat melarang hambanya untuk membuat perkara baru dalam agama
tanpa adanya landasan ilmu yang jelas.
Penjelasan:
maksudnya orang yang shalat tengah malam, dia mengorbankan kenikmatan
tidurnya dan lebih mengutamakan shalat karena semata-mata mengharapkan
pahala dari Tuhannya. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Allah sangat
membanggakan orang-orang yang melakukan shalat malam.
Arti Hadits:
Dari Abu Tsa‟labah Al Khusyani, jurtsum bin Nasyir radhiallahu 'anhu, dari
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam, beliau telah bersabda : “ Sesungguhnya
Allah ta‟ala telah mewajibkan beberapa perkara, maka janganlah kamu
meninggalkannya dan telah menetapkan beberapa batas, maka janganlah kamu
melampauinya dan telah mengharamkan beberapa perkara maka janganlah kamu
melanggarnya dan Dia telah mendiamkan beberapa perkara sebagai rahmat
bagimu bukan karena lupa, maka janganlah kamu membicarakannya”. (HR.
Daraquthni, Hadits hasan) [Daruquthni dalam Sunannya no. 4/184]
Penjelasan:
Semua telah jelas apa yang di wajibkan kepada hambanya. Semua pekerjaan yang
wajib dikerjakan pasti memiliki manfaat yang dapat dirasakan. Begitu pula
sebaliknya Allah melarang perbuatan-perbuatan yang memang sudah dilarang.
Semua yang sudah jelas dilarang oleh Allah hukumnya haram. Maka tidak ada
ampun bagi mereka yang tetap melakukan perbuatan yang sudah dilarang dan
diharamkan. Para ulama berselisih pendapat dalam banyak perkara yang agama
belum menetapkan hukumnya. Apakah perkara tersebut termasuk yang haram
atau mubah atau didiamkan. Ada tiga pendapat dalam hal ini, dan semuanya itu
dibicarakan dalam kitab-kitab Ushul.
Arti Hadits:
Dari Abul „Abbas, Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi radhiallahu 'anhu, ia berkata:
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam lalu berkata:
„Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang jika aku
mengerjakannya, maka aku dicintai Allah dan dicintai manusia‟. Maka sabda
beliau : „Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah mencintaimu dan zuhudlah
engkau pada apa yang dicintai manusia, pasti manusia mencintaimu”. (HR. Ibnu
Majah dan yang lainnya, Hadits hasan)[Ibnu Majah no. 4102]
Penjelasan:
Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam
menganjurkan supaya menahan diri dari memperbanyak harta dunia dan bersikap
zuhud.Orang yang zuhud dari segala kesenangan dunia menjadikan hatinya
nyaman di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang mencintai dunia hatinya
menjadi resah di dunia dan di akhira. Beliau menasihatkan kepada penanya agar
menjauhkan diri dari menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. Jika
seseorang ingin dicintai lalu meninggalkan kecintaannya kepada dunia, maka
mereka tidak mau berebut dan bermusuhan hanya karena mengejar kesenangan
dunia.
Orang yang beruntung yaitu orang yang memilih kenikmatan abadi daripada
kehancuran yang ternyata adzabnya tiada habis-habisnya.
Arti Hadits:
Dari Abu Sa'id, Sa‟ad bin Malik bin Sinan Al Khudri radhiyallahu anhu,
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam telah bersabda :
“Janganlah engkau membahayakan dan saling merugikan”.
(HR. Ibnu Majah, Daraquthni dan lain-lainnya, Hadits hasan. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwaththa sebagai Hadits mursal dari
Amr bin Yahya dari bapaknya dari Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam tanpa
menyebut Abu Sa‟id. Hadits ini mempunyai beberapa jalan yang saling
menguatkan)
[Ibnu Majah no. 2341, Daruquthni no. 4/228, Imam Malik (Muwaththo
2/746)] Penjelasan:
Penjelasan:
Dengan demikian, amar ma‟ruf dan nahi mungkar yang dibebankan kepada setiap
muslim, jika ia telah menjalankannya, sedangkan orang yang diperingatkan tidak
melaksanakannya, maka pemberi peringatan telah terlepas dari celaan, sebab ia
hanya diperintah menjalankan amar ma‟ruf dan nahi mungkar, tidak harus sampai
bisa diterima oleh yang diberi peringatan.
Kemudian, amar ma‟ruf dan nahi mungkar merupakan perbuatan wajib kifayah,
sehingga jika telah ada yang menjalankannya, maka yang lain terbebas. Jika
semua orang meninggalkannya, maka berdosalah semua orang yang mampu
melaksanakannya, terkecuali yang ada udzur. Kemudian ada kalanya menjadi
wajib „ain bagi seseorang.
ٌّثغ
ُ ًو
ٌّثغ
ٝػ
ٍ ُ
ٌّثغ
Penjelasan:
Jangan mengharapkan hilangnya nikmat dari orang lain. Hal ini adalah haram.
Adapun iri hati ialah tidak ingin orang lain mendapatkan nikmat, tetapi ada
maksud untuk menghilangkannya. Perbuatan-perbuatan lahiriyah tidak akan
mendapatkan pahala tanpa taqwa. Taqwa itu adalah rasa yang ada dalam hati
terhadap keagungan Allah, takut kepada-Nya, dan merasa selalu diawasi. Adapun
kecaman seorang muslim yang berilmu terhadap orang muslim yang jahil, orang
adil terhadap orang fasik tidaklah termasuk menghina seorang muslim, tetapi
hanya menyatakan sifatnya saja. Jika orang itu meninggalkan kejahilan atau
kefasikannya, maka ketinggian martabatnya kembali.
ِغ
دزثٙ ُ
ث
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda :
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan
melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang
menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia
dan di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. Barang siapa menempuh suatu
jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga.
Apabila berkumpul suatu kaum di salah satu masjid untuk membaca Al Qur‟an
secara bergantian dan mempelajarinya, niscaya mereka akan diliputi sakinah
(ketenangan), diliputi rahmat, dan dinaungi malaikat, dan Allah menyebut nama-
nama mereka di hadapan makhluk-makhluk lain di sisi-Nya. Barangsiapa yang
lambat amalannya, maka tidak akan dipercepat kenaikan derajatnya”. (Lafazh
riwayat Muslim) [Muslim no. 2699]
Penjelasan:
Hadits ini amat berharga, mencakup berbagai ilmu, prinsip-prinsip agama, dan
akhlaq. Hadits ini memuat keutamaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang
mukmin, memberi manfaat kepada mereka dengan fasilitas imu, harta, bimbingan
atau petunjuk yang baik, atau nasihat dan sebagainya. Hal ini berlaku dalam
menutup perbuatan dosa yang terjadi. Adapun bila diketahui seseorang berbuat
maksiat, tetapi dia meragukan kemaksiatannya, maka hendaklah ia segera dicegah
dan dihalangi. Jika tidak mampu mencegahnya, hendaklah diadukan kepada
penguasa, sekiranya langkah ini tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Adapun orang yang sudah tahu bahwa hal itu maksiat tetapi tetap melanggarnya,
hal itu tidak perlu ditutupi, Karena menutup kesalahannya dapat mendorong dia
melakukan kerusakan dan tindakan menyakiti orang lain serta melanggar hal-hal
yang haram dan menarik orang lain untuk berbuat serupa. Dalam hal semacam ini
dianjurkan untuk mengadukannya kepada penguasa, jika yang bersangkutan tidak
khawatir terjadi bahaya. Begitu pula halnya dengan tindakan mencela rawi hadits,
para saksi, pemungut zakat, pengurus waqaf, pengurus anak yatim, dan
sebagainya, wajib dilakukan jika diperlukan. Tidaklah dibenarkan menutupi cacat
mereka jika terbukti mereka tercela kejujurannya. Perbuatan semacam itu
bukanlah termasuk menggunjing yang diharamkan, tetapi termasuk nasihat yang
diwajibkan.
عي هلالٛYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYػ س ٓ
ٍ ط
١ٗػ ٍ هلالٝ
ٍ عٚ
نYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYٗد صذجسYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYػ س ٓ ٠ٗYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYش٠ ج١ُّ ف
ؼجY Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Yص
ػ –ػٓـ ثدٓ ػذجط ٕٗ ػ هلال ٟ لجي –سٝ
زYّٕفٓ ُ٘ دقغ
ٍف
شY ٖذ ػشYٕج هلال ػٙذY Y ٍّؼج وضٙ دج فٙ - ٌره١ٓتجس ُع د١ ٌثغٚ خ ٌثقٕغجسY Y هلال وضYْإ: ُ٘ ْإٚ زYٍػذٖ فغٕز وِج ٕ ذج هلالٙY Y ٍّؼج وضٙ ٠ ُ
فٕغجس
ٌإ
ةز ػؼ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـفY Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y عذ ّؼجٝ
ٌإ
زY Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Yت١ ْإ ُ٘ دغٚ ، رYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYش١ف وغY Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y أػؼجٝ
ٍف
شفٚ د ٖز ٌثقٙ ثفذرٚ تز١ذج هلال عٍٙج وضٙدج ف ّؼٙ ُ٘ ْإٚ ، ػ ٖذ فغٕز وجٍِز ٕ ج هلالٙضذYو- ج١ّٙق١ف طقٟ ِغ ٍُ ٚ سٞ ٖث ٌثذخجٚس ٍّجٙؼ٠ ُ
Arti Hadits:
Dari Ibnu „Abbas radhiallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta‟aala. Firman-Nya :
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian
Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak
dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia
berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya
sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat
melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya
satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu
dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”.
(HR. Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shahihnya dengan lafazh ini) [Bukhari no.
6491, Muslim no. 131]
Penjelasan:
Hadits yang sangat mulia dan berharga. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
menjelaskan betapa banyak kelebihan yang Allah berikan kepada makhluk-Nya.
Di antaranya yaitu orang yang berniat melakukan kebaikan sekalipun belum
dilaksanakan mendapat satu pahala, sedangkan orang yang berniat berbuat dosa
tetapi tidak jadi dikerjakan, mendapat satu pahala, dan bila ia laksanakan
mendapat satu dosa. Orang yang berniat baik kemudian melaksanakannya, Allah
tetapkan baginya sepuluh kali pahala. Ini adalah suatu keutamaan yang sangat
besar, yaitu dengan melipat gandakan pahala kebaikan, tetapi tidak melipat
gandakan siksa atas perbuatan dosa. Allah tetapkan keinginan berbuat baik
sebagai suatu kebaikan, karena keinginan berbuat baik itu merupakan perbuatan
hati yang ditekadkannya. Adapun orang yang meninggalkan niat jahatnya karena
dipaksa atau tidak sanggup menjalankannya, maka tidaklah dicatat sebagai suatu
kebaikan (yang mendapat pahala) dan tidak termasuk dalam pembicaraan Hadits
ini.
:Terjemahan
[Ibnu Majah no. 2405, Baihaqi (As-Sunan no. 7/356), dan yang lain]
Penjelasan:
Ada beberapa hukum bagi sikap kekafiran ketika Allah menyatakan bahwa
kekufuran tidak terdapat pada orang yang dipaksa, maksudnya bahwa menyatakan
kekufuran secara lisan karena dipaksa tidak dianggap kufur. Jika sesuatu yang
lebih berat dianggap gugur, maka yang lebih ringan lebih patut untuk gugur.
Penjelasan:
Maksud dari Hadits ini ialah orang asing biasanya sedikit berkumpul dengan
orang lain sehingga dia terasing dari mereka, karena hampir-hampir dia hanya
berkumpul dan bergaul dengan orang ini saja. Ia menjadi orang yang merasa
lemah dan takut. Begitu pula seorang pengembara, ia hanya mau melakukan
perjalanan sebatas kekuatannya. Dia hanya membawa beban yang ringan agar dia
tidak terbebani untuk menempuh perjalanannya. Dia hanya membawa bekal dan
kendaraan sebatas untuk mencapai tujuannya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
zuhud terhadap dunia dimaksudkan untuk dapat sampai kepada tujuan dan
mencegah kegagalan, seperti halnya seorang pengembara yang hanya membawa
bekal sekadarnya agar sampai ke tempat yang dituju. Begitu pula halnya dengan
seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini hanyalah membutuhkan sekadar
untuk mencapai tujuan hidupnya.Kita memohon kepada Allah semoga kita
dirahmati dan dijadikan orang yang zuhud terhadap kehidupan dunia dan
menjadikan kita bersemangat mengejar apa yang ada di sisi-Nya dan menjadikan
kita memperoleh kesenangan di hari kiamat. Sesungguhnya Dia adalah Tuhan
yang Maha Dermawan, Maha Pemurah, Maha Pengampun dan Maha Belaskasih.
Arti Hadits:
Dari Abu Muhammad, Abdullah bin Amr bin Al „Ash radhiallahu 'anhuma, ia
berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda : “Tidak
sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada
apa yang telah aku sampaikan”. (Hadits hasan shahih dalam kitab Al Hujjah)
Penjelasan:
Mencintai dan mengikuti apa yang dibawa dan dissampaikan Rasul adalah sebuah
kewajiban bagi setiap muslim mukmin. Cinta Rasul adalah iitiba‟ yaitu mengikuti
semua tuntunan serta menjauhi dari hal yang membuat sesuatu menyelisihi
tuntunan beliau. Kita dikatakan memiliki iman yang sempurna yang sifatnya
wajib ketika kita tunduk pada ajaran Rasullullah SAW. dengan mengikuti
perintahnya dan menjauhi larangannya serta mencintai perintah dan membenci
setiap larangannya.
42. Hadits Arba'in Nawawi ke-42 (DOSA SELAIN SYIRIK AKAN
DIAMPUNI)
Terjemahan:
Penjelasan:
Hadits ini berisikan kabar gembira, belas kasih dan kemurahan yang besar. Tidak
terhitung banyaknya karunia, kebaikan, belas kasih dan pemberian Allah kepada
hamba-Nya. Sekiranya kamu sekalian tidak mau berbuat dosa, niscaya Allah akan
menggantinya dengan makhluk lain yang mau berbuat dosa, lalu Allah memberi
ampun kepada mereka. Sungguh, Allah tidak mengampuni orang yang
menyekutukan-Nya, tetapi mengampuni dosa selain dari itu kepada siapa yang
dikehendaki.Tidaklah dikatakan terus-menerus berbuat dosa orang yang mau
meminta ampun, sekalipun dia mengulangi tujuh puluh kali dalam sehari.
Mempunyai anggapan baik kepada Allah termasuk beribadah yang baik kepada
Allah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kitab yang ditulis oleh Imam Nawawi yang terdiri dari empat puluh dua
hadits mengenai pokok-pokok ajaran Islam, akhlak dan kaidah-kaidah hukum
Islam. Dalam satu kitab ini memuat beberapa tema pokok permasalahan agama
hingga pada akhlak mulia, untuk itu diantara para ulama telah memberikan
perhatian secara khusus terhadap kitab Arba‟in Nawawi. Ditinjau dari sisi
keberadaan kitab hadits Arba‟in Nawawi memang cukup membanggakan dalam
dunia Islam. Namun kebanggaan ini hanya menjadi kejayaan dimasa lalu, juga
penghias sudut-sudut perpustakaan kaum muslimin semata. Jika ditinjau dari sisi
lain kitab Arba‟in Nawawi belum sepenuhnya dipelajari bahkan diamalkan oleh
umat Islam, sehingga nilai-nilai luhur yang terdapat dalam kitab ini belum
tersampaikan dalam akhlak masyarakat Islam secara umum, padahal arus
globalisasi dan modernisasi yang kian menerpa umat Islam mengakibatkan
semakin mengikis akhlak mulia umat Islam.
-https://id.wikipedia.org/wiki
-https://www.radiorodja.com/download/kajian/ustadz-anas-burhanuddin/hadits-
arbain-an-nawawi/