Anda di halaman 1dari 3

A.

Konsep Dasar Diare

1. Pengertian diare

WHO (2009), menyatakan bahwa diare adalah buang air besar dengan
frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari), dan bentuk tinja lebih cair
dari biasanya.
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan AB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan
atau lendir (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Vivian (2010), menyatakan bahwa diare adalah pengeluaran feses yang
tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang
tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar,
sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air
besar.
Diare buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015).
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari
perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja (Ridha,
2014).

2. Penyebab diare

Menurut Nursalam, Susilaningrum, & Utami (2008) penyebab


terutama beberapa kuman usus penting, yaitu Rotavirus, Escherechia
coli, Shigella, Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella. Selain
kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya diare yaitu:
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan,
b. Menggunakan botol susu,
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar,
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja,
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamah makanan.

Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi,


makanan, dan psikologi (Dewi, 2011).
1) Infeksi
a) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan
merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral
meliputi:
(1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella
campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
(2) Infeksi virus: enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie,
poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya.
(3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan
Strongylodies), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, dan Trichomonas hominis), serta jamur (Candida
albicans)
b) Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
misalnya Otitis Media Akut (OMA), tosilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2) Malabsorbsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi
karbohidrat dan lemak.

a) Malabsorpsi Karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis


dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa
diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut.
b) Malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang
disebut triglyserida. Trigelyserida, dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micells yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
3) Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang maang.
Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare
pada bayi dan balita.

4) Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak bayi dan
balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai