Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERAL

Disusun oleh:

WIDYA FUJI ALDINA


NIM. P27220018220

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
A. Konsep Asuhan Keperawatan MEDIKAL BEDAH HERNIA
1. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang
berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang
lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini
sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian
dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Suratan dan Lusianah (2010: 316), hernia adalah
prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.Hernia Inguinalis adalah kondisi prostrusi
(penonjolan) organ intestinal yang masuk ke rongga melalui defek
atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis
(Muttaqqin dan Sari, 2011).
Menurut Bilotta (2012:348) Hernia inguinalis merupakan
penonjolan bagian organ dalam melalui pembukaan yang abnormal
pada dinding rongga tubuh yang mengelilinginya.Hernia inguinalis
adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan
di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding
abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui
celah.Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
(Huda dan Kusuma, 2015).
Menurut Lewis et.al. (2011:1048) The inguinal hernia is the
most common type of hernia and occurs at the point of weakness in
the abdominal wall where the spermatic cord in men and the round
ligament in women emerge.Artinya : hernia inguinalis adalah jenis
yang paling umum dari hernia dan terjadi pada titik kelemahan
dinding perut dimana kabel spermatika pada pria dan ligamen bulat
pada wanita muncul.
2. Klasifikasi hernia
Menurut Suratan dan Lusianah (2010:316) klasifikasi hernia terbagi
menjadi :
Klasifikasi menurut letaknya :
a. Hernia inguinal dibagi menjadi :
1) Hernia indirek atau lateral
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar
dan sering turun ke skrotum.Umumnya terjadi pada pria.Benjolan
tersebut bias mengecil, menghilangkan pada waktu tidur dan bila
menangis, mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri dapat
tumbuh kembali.
2) Hernia Direk atau medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inginalis dan femoralis
indirek.Lebih umum terjadi pada lansia.Hernia ini disebut direkta
karena langsung menuju annulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun arteri inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila klien
tidur.Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini
jarang menjadi irreponible

b. Hernia femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantong.

c. Hernia umbilical
Hernia umbilical umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan
tekanan abdominal, biasanya pada klien obesitas dan multipara.

d. Hernia insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka
kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi
ekstrem atau obesitas. Usu atau organ lain menonjol melalui jaringan
parut yang lemah.

Gambar 2.2 Hernia menurut letak.

Sumber :Suratan dan lusianah (2010:317)

Hernia berdasarkan terjadinya


a. Hernia kongenital (Bawaan)
Hernia kongenital terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3
minggu testis yang mula-mula terletak diatas mengalami penurunan
(desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati
inguinal sampai skrotum prosesus vaginalis peritoneal yang terbuka
dan berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi
dan setelah testis sampai pada skrotum, prosesus vaginalis
peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi).Bila ada gangguan
obliterasi maka seluruh prosesus vaginalisperitoneal terbuka,
terjadilah hernia inguinalis lateralis.
b. Hernia akuisitas (Didapat)
Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut.
Disebabkan karena adanya tekanan intraabdominal yang meningkat
dan dalam waktu yang lama, misalnya batuk kronis, konstipasi
kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra),
asites, dan sebagainya.

Hernia menurut sifatnya


a. Hernia reponible/ reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga
karena perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia,
tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus, hernia ini disebut
juga hernia akreta.
c. Hernia strangulate/inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap,
tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.

3. Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia adalah :
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga
usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).

b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan
alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar
pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah
seperti pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu
kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk
kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam
kanalis inguinalis.

d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah
terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih
pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu
pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding
organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia
inguinal daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis
inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan
bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).

Menurut suratan dan lusianah (2010:318) etiologi terjadinya


hernia yaitu :
a. Defek dinding otot abdomen
Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau didapat seperti
usia, keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.
b. Peningkatan tekanan intra abdominal
Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan,
obesitas. Adanya Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit,
mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu
berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.
4. Patofisiologi
Menurut Mutaqqin dan Sari (2011:587) patofisiologi hernia
yaitu Hernia inguinalis tidak langsung (hernia inguinalis lateral)
dimana prostusi keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang teletak lateral pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, akan menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.
Apabila hernia ini berlanjut, tonjolon akan sampai ke skrotum melalui
jalur yang sama seperti pada saat testis bermigrasi dari rongga perut
ke skrotum pada saat perkembangan janin. Jalur ini biasanya
menutup sebelum kelahiran, tetapi mungkin tetap menjadi sisi hernia
dikemudian hari.
Gambar 2.3. Patofisiologi Hernia Ingunalis
Sumber:Muttaqin dan Sari (2011:588)
5. Manifestasi Klinis
Menurut Suratun dan Lusianah (2010:320) manifestasi klinis
hernia inguinalis lateral yaitu :
a. Tampak adanya benjolan di lipat paha atau perut bagian bawah
dan benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang
yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat
tersebut disertai perasaan mual.
c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar.
Nyeri tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke
daerah pnggul, belakang kaki, dan daerah genital yang disebut
Reffered Pain. Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan
insensitas dari aktivitas atau kerja yang berat. Nyeri akan mereda
atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika
terjadi strangurasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti
sehingga kulit menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (dysuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut
disertai sesak nafas.
f. Bila klien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar.

6. Penatalaksanaan
Menurut Suratan dan Lusianah (2010:322) penatalaksanaan
medic hernia inguinalis antara lain :
A. Terapi konservatif
1) Reposisi
Tindakan memasukan kembali isi hernia ketempatnya semula
secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi
pasti.Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis
dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukan
isi hernia melalui leher hernia tadi.
2) Pemakaian penyangga/ sabuk hernia
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan
hernia yang telah diresposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup.

B. Terapi operatif
1) Herniatomi
Pada herniatomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya.Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada
perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit, ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.

C. Medikasi
1) Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
2) Pemberian antibiotik untuk menyembuhan infeksi.

D. Aktivitas dan diet


1) Aktivitas
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah
pembedahan.
2) Diet
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai
saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk
mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar.
Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman
beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang memperburuk
gejala.

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suratan dan Lusianah (2010:321) pemeriksaan
diagnostik pada klien hernia yaitu :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat
menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin
memanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau post
operasi
b. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengidentifikasikan infeksi.
c. Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan
prioritas perhatian untuk memberikan anestesi
d. Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.

8. Komplikasi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010:321) komplikasi yang
mungkin terjadi pada hernia yaitu :
a. Hernia berulang
b. Obstruksi usus parsial atau total
c. Luka pada usus
d. Ganguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki
e. Perdarahan yang berlebih
f. Infeksi luka bedah
g. Fistel urin dan feses

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Mutaqqin dan Sari (2011:589) Pengkajian hernia
inguinalis terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
evaluasi diagnostik. Pada anemnesis keluhan utama yang lazim
didapatkan adalah keluhan adanya benjolan akibat masuk nya
material melalui kanalis inguinal bisa bersifat hilang timbul atau juga
tidak.Keluhan nyeri hebat bersifat akut berupa nyri terbakar pada sisi
hernia terutama pada hernia strangulata dan hernia inkaserata. Pada
pengkajian riwayat penyakit sekarang, keluhan lain yang didapat
sesuai dengan kondisi hernia. Pada reponibel biasanya keluhan
yanga ada berupa adanya benjolan setelah mengalami aktivitas
peningkatan tekanan intraabdominal, seperti batuk, bersin, atau
mengejan.Pada hernia inkaserata dan hernia strangulata akut
didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta perasaan
kelelahan pasca nyeri sering didapatkan.
Menurut Suratan dan Lusianah (2010:323) pengkajian data
keperawatan pada klien pra operasi dan post operasi dengan hernia
dalam buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Gastrointestinalantara lain:
Data pra operasi
a. Aktivitas/istirahat
Klien dilakukan anamnese mengenai riwayat pekerjaan,
mengangkat beban berat, duduk dan mengemudi dalam waktu
lama, membutuhkan papan matras untuk tidur.Pada pemeriksaan
fisik klien mengalami penurunan rentang gerak, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot, gangguan dalam
berjalan.
b. Sirkulasi
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung, edema
pulmonal, penyakit vaskular perifer.
c. Eliminasi
Apakah klien mengalami konstipasi, adanya inkontinesia atau
retensi urine.
d. Makanan/cairan
Apakah klien mengalami gangguan bising usus, mual, muntah,
nyeri abdomen, malnutrisi atau obesitas.
e. Nyeri/kenyamanan
Apakah klien mengalami nyeri di daerah benjolan hernia walaupun
jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah
epigastrium atau daerah perumbilikal berupa nyeri viseral karena
rengangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk
kedalam kantong hernia.
g. Keamanan
Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan
obat-obatan.
h. Pernafasan
Apakah klien mempunyai riwayat batuk kronik (penyakit paru
obstruksi menahun).

Data post operasi


a. Aktivitas/istirahat
Apakah klien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah
baring, penurunan kekuatan otot, kehilangan tunos otot, dan letargi
b. Sirkulasi
Apakah klien menunjukan takikardi, perubahan tekanan darah
(hipotensi, hipertensi).
c. Eliminasi
Apakah klien mengalami perubahan karakteristik urine dan feses,
ketidakmampuan defekasi, konstipasi, penurunan pengeluaran
urine, menurunya peristaltik/bising usus.
d. Makanan/cairan
Apakah klien mengalami anoreksia, mual, muntah, membran
mukosa kering, dan turgor kulit buruk.
e. Nyeri/kenyaman
Apakah klien mengalami nyeri pada insisi pembedahan, distensi
kandung kemih.
f. Keamanan
Apakah klien mengalami gatal, nyeri, bengkak, kemerahan, dan
kemungkinan perdarahan.
g. Pernafasan
Apakah klien mengalami takipnea, pernafasan dangkal, batuk, dan
perubahan pola nafas.

2. Diagnosa keperawatan
Pra operasi
a. Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan operasi, krisis
situasional, ancamankematian.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan
/mengingat, salah interpretasi informasi tentang penyakitnya.
Post operasi
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekresi
paru; obtruksi trakeobronkial.
b. Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif; pembatasan pemasukan cairan peroral.
c. Nyeri berhubungan dengan adanya luka pembedahan; gangguan
pada kulit, jaringan, dan integritas otot.
d. Gangguan mobilitas fisik b/d efek sekunder pembedahan
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis
pada kulit/jaringan; luka pembedahan; gangguan pada kulit,
jaringan dan integritas otot.

3. Intervensi keperawatan

Pre operasi
a. Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan operasi, krisis
situasional, ancaman kematian.
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan indivisu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Kondisi klinis terkait
1) Penyakit kronis progresif (misal kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
Tujuan: Ansietas teratasi
Kriteria hasil:
Klien mampu mengutarakan pemahaman proses penyakit, oeprasi,
dan harapan postoperasi
Klien mampu mengikuti prosedur yang diberikan

Intervensi keperawatan:
1) Informasikan klien/ orang terdekat tentang peran perawat advokat
perawat intraoprasi.
2) Indikasikan penyebab rasa takut pra operasi.
3) Validasi sumber rasa takut, berikan informasi yang akurat dan
aktual.
4) Catat ekpresi yang menunjukkan penolakan prosedur pembedahan.
5) Perkenalkan staf pada waktu pergantian ke ruang operasi.
6) Beritahu klien kemungkinan dilakukannya anestesi umum atau
spinal.

b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pemajanan/


mengingat, salah interpretasi informasi tentang proses penyakit/
proses operasi.
Definisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
Tujuan:
Klien mendapatkan pemahaman tentang penyakit.
Kriteria hasil:
- Klien mampu mengutarakan pemahaman proses penyakit/
proses operasi.
- Klien mampu bekerjasama dalam prosedur yang diperlukan

Intervensi keperawatan:
1) Kaji tingkat pemahaman klien.
2) Melaksakan program pengajaranpost operasi individual,
pembatasan prosedur pra operasi/ post operasi.
3) Berikan kesempatan untuk melatih batuk efektif, nafas dalam,
dan latihan otot.
4) Jelaskan pada klien/ orang terdekat mengenai rencana operasi,
jadwal, dan lokasi kamar operasi, serta komunikasi dengan
dokter/ orang terdekat.

Post operasi
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekresi
paru; obstruksi trakeobronkial.
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat.
Tujuan: Pola nafas efektif
Kriteria hasil:
Menetapkan pola nafas yang normal/ efektif
Bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia.

Intervensi keperawatan :
1) Pertahankan jalan nafas klien efektif dengan memiringkan kepala,
hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral.
2) Auskultasi suara nafas.
3) Observasi frekuensi dan kedalaman nafas, pemakaian otot bantu
nafas.
4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Lakukan latihan gerak sesegera mungkin dan lanjukan pada
periode post operasi.
6) Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.
7) Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan.
8) Berikan obat sesuai indikasi, halakson atau doksapran.

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara


aktif; pembatasan pemasukan peroral.
Definisi : Penurunan cairan intravascular, interstitial, dana tau
interselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan pada natrium.
Tujuan: Defisit volume cairan teratasi.
Kriteria hasil:
Klien menunjukan keseimbangan cairan yang adekuat.
Tanda-tanda vital dalam keadaan stabil.
Turgor kulit normal.
Membran mukosa lembab.
Pengeluaran urine normal.

Intervensi keperawatan :
1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran cairan.
2) Kaji pengeluaran urine.
3) Pantau tanda-tanda vital.
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi turgor kulit, membran mukosa.
5) Catat timbulnya keluhan mual muntah.
6) Periksa balutan luka, drain, dan luka apakah terjadi
pembengkakan.
7) Berikan cairan parenteral.
8) Berikan cairan peroral secara bertahap sesuai indikasi.
9) Periksa ulang hasil laboratorium (Hb, Ht), bandingkan pra
operasi dan post operasi.

c. Nyeri berhubungan dengan adanya luka pembedahan; gangguan


pada kulit, jaringan, dan integritas otot.
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar , bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisiki
berlebihan)
Tujuan: Nyeri teratasi
Kriteria hasil:
Klien tampak rileks
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien dapat beristirahat dan tidur
Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Skala nyeri 0-2
Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi keperawatan :
1) Kaji skala, lokasi, durasi, intensitas, dan karakteristik nyeri.
2) Kaji tanda-tanda vital.
3) Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin terjadi selain
dari prosedur operasi.
4) Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam, seperti semifowler,
miring.
5) Ajarkan penggunaan tekhnik relaksasi, misalnya latihan nafas
dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
6) Berikan perawatan oral reguler.
7) Observasi efek analgesik.
8) Berikan obat sesuai indikasi, analgesik.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis


pada kulit jaringan.
Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/atau ligament).
Tujuan: Kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil:
Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.
Klien dapat menunjukkan tingkah laku untuk mencegah komplikasi.

Intervensi keperawatan :
1) Beri penguatan pada balutan awal/ penggantian sesuai indikasi,
gunakan tehnik aseptik.
2) Hati-hati dalam melepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan
rambut) dan pembalut pada waktu mengganti.
3) Gunakan barrier kulit sebelum perekat diperlukan.
4) Periksa tegangan balutan, beri perekat pada pusat insisi menuju
ketepi luardan balut luka.
5) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
6) Tekan area insisi pada area abdominal atau dada dengan
menggunakan bantal selama batuk dan bergerak.
7) Ingatkan klien untuk tidak menyentuh daerah luka.
8) Beri kompres es pada daerah luka sesuai indikasi.
9) Anjurkan pada klien agar menggunakan korset pada abdomen
sesuai indikasi.

e. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi pembadahan.


Definisi : beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi pada insisi.
Kriteria hasil:
Mencapai pemulihan luka tepat pada waktunya.
Luka insisi bebeas dari tanda-tanda infeksi.
Tidak terdapat drainase purulen dan eritema pada luka insisi.

Intervensi keperawatan :
1) Pantau tanda-tanda vital.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
klien.
3) Kaji insisi dan balutan luka, penyatuan luka, karakteristik drainase,
adanya tanda-tanda infeksi pada luka.
4) Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.
5) Berikan antibiotik sesuai indikasi.
6) Siapkan spesimen drainase untuk dilakukan pemeriksaan sesuai
indikasi.
4. Implementasi
Pelaksanaan intervensi keperawatan

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan terjadi setelah mendapat intervensi
keperawatan pada pasien hernia inguinalis, meliputi hal-hal berikut.
1. Keseimbangan cairan optimal.
2. Tidak terjadi syok hopovolemik.
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi.
4. Informasi kesehatan terpenuhi.
5. Intake nutrisi harian terpenuhi.
6. Tidak terjadi infeksi luka pasca bedah.
7. Tingkat kecemasan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A.J. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi


Keperawatan, edisi 2.Penerbit Buku Kedokteran EGC
Black, J.M & Hawks J.H. 2009. Medical Surgical Nursing. Eighth Edition.
Reproduction of thr lates American Edition.
Lewis Sharon L. et al. 2011. Medical Surgical Nursing. Problems.
Reproduction of the latest American Edition.
Muttaqin, Arif dan Sari Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & nanda Nic-noc. Jilid 2. Yogyakarta.
EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-noc. Jilid 2. Yogyakarta.
Mediaction.
Suratan dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Gatrointestinal.Jakarta: Trans Info Media
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Jakarta: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai