PROPOSAL
FATRIA
2019010007
PROPOSAL
FATRIA
201901007
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Widya Nusantara
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 19
C. Hipotesis 19
BAB III METODE PENELITIAN 20
A. Desain Penelitian 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian 20
C. Populasi dan Sampel 21
D. Teknik Pengambilan Sampel 22
E. Variabel Penelitian 23
F. Definisi Oprasional 23
G. Instrumen Penelitian 24
H. Teknik Pengumpulan Data 24
I. Analisis Data 26
J. Bagan Alur Penelitian 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi suatu keadaan tanpa gejala, dimana terjadi peningkatan
tekanan yang tinggi didalam pembuluh darah arteri dan masih menjadi
masalah nasional yang terus meningkat (Sari & Aisah, 2022). Menurut
American Health Asociation, Hipertensi sebagai peningkatan tekanan darah
arteri sistemik yang menetap dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi menjadi salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat secara global pada
kelompok umur 31-64 (Aliffatunisa, 2021 ; WHO, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2021 prevalensi
penyakit hipertensi secara global mencapai 1,28 miliar jiwa diantaranya
berumur 30-79 tahun yang Sebagian besar tinggal di negara berkembang
dan maju (WHO, 2021). Berdasarkan hasil data Kemenkes 2018 prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter dan minum obat anti
hipertensi pada umur 45-54 tahun sebanyak 12,62%, umur 55-64 tahun
sebanyak 18,31%, umur 65-74 tahun sebesar 23,31% dan umur 75 tahun ke
atas sebesar 24,04%. Salah satu target global penyakit tidak menular adalah
menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030.
(Kemenkes RI, 2021).
Sedangkan untuk jumlah hipertensi menurut Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2020 pada usia ≥ 15 tahun sebanyak 387.072
(2.33%) jiwa dengan jumlah penderita tertinggi berada di Kabupaten
Donggala dengan capaian 65.398 (7.11%) jiwa. Sedangkan jumlah penderita
hipertensi yang mendapat pelayanan skrining kesehatan dikabupaten Sigi
pada tahun 2020 sebanya Sulawesi Tengah 2021 uspa > 15 tahun, 1.161.881
jiwa tertinggi di Banggi 290.515 jiwa, Sigi tertinggi ke-2 sebanyak 179.319
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan permasalahan
“Apakah pemberian rendaman kaki air hangat dengan campuran garam
efektif dalam penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
kelurahan Baluase”?.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melihat efektivitas rendaman kaki air hangat dengan campuran
garam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
kelurahan Baluase
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum dilakukan rendaman air
hangat dengan campuran garam pada pasien penderita hipertensi
b. Mengidentifikasi tekanan darah sesudah dilakukan rendaman kaki air
hangat dengan campuran garam terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi pada pasien penderita hipertensi
c. Menganalisis perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian rendaman kaki air hangat dengan campuran garam pada
penderita hipertensi di kelurahan Baluase.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:
1. Sebagai Ilmu Pengetahuan (Pendidikan)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi
mahasiswa dan institusi pendidikan mengenai terapi non farmakologi
khususnya dalam pengaruh rendaman kaki air hangat dengan campuran
garam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
2. Bagi Masyarakat di Wilayah Kerja desa Baluase
Desa Baluase hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
salah satu alternatife pengobatan untuk dapat menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi.
3. Bagi Instansi Tempat Meneliti
Dapat dijadikan bahan masukan dalam meningkatkan peran
perawat sebagai edukasi dalam upaya penggunaan terapi komplementer
khususnya rendaman kaki air hangat dengan campuran garam bisa
menjadi salah satu alternatife untuk menurunkan tekanan darah pada
pasien Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Tunjauan Teori Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Seseorang dapat dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran yang utama untuk
menjadi dasar dalam menentukan diagnosis hipertensi (Apriyani Puji
Hastuti, 2022).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Adapun berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi,
walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak dapat diketahui
(hipertensi esensial). Penyebab tekanan darah meningkat adalah
meningkatnya kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi dari
pembuluh darah dari tepi dan meningkatnya volume aliran darah (Apriyani
Puji Hastuti, 2022).
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik yaitu tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya(Apriyani Puji Hastuti, 2022).
b. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dipisahkan berdasarkan penyebabnya dan derajat
tekanan darah
1) Berdasarkan bentuk penyebabnya, menurut palmer hipertensi terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
6
7
(1) Office BP : sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari
90 mmHg.
(2) APBM :
(a) 24-h Average : Sistolik lebih dari 130 mmHg dan diastolik
lebih dari 80 mmHg.
(b) Day Time (or awake) average : Sistolik lebih dari 135 mmHg
dan diastolik lebih dari 85 mmHg
(c) Night Time (or asleep) : Sistolik > 120 mmHg dan diastolik
>70 mmHg.
(3) HPBM : Sistolik >135 mmHg dan diastolik >85 mmHg.
c. Etiologi
Penyebab hipertensi antara lain adanya riwayat keluarga penderita
hipertensi, stress, kegemukan, dan hypernatremia, berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Namun, ada beberapa faktor penyebab hipertensi primer yaitu asupan
garam garam yang berlebihan, genetik, merokok, dan kegemukan
(Kurnia, 2020).
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dapat diketahui
penyebabnya, penyebab hipertensi sekunder antara lain penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme
primer, sindrom chushing, feokromositoma, koarktasio aorta, dan
kehamilan (Kurnia, 2020).
3) Faktor penyebab hipertensi yang tidak dapat diubah
(a) Riwayat keluarga
Faktor genetik cukup berperan terhadap timbulnya hipertensi. Jika
kita memiliki riwayat keluarga sedarah dekat (orang tua, kakak atau
adik, kakek atau nenek) yang menderita hipertensi, maka kita
memiliki risiko untuk mengalami hipertensi menjadi lebih tinggi.
9
(b) Usia
Tekanan darah cenderung lebih tinggi seiring bertambahnya usia.
Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia, terutama usia
lanjut, pembuluh darah akan secara alami menebal dan lebih kaku.
Perubahan ini dapat meningkatkan risiko hipertensi. Meskipun
demikian, anak- anak juga dapat mengalami hipertensi.
(c) Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak mengalami hipertensi di bawah usia 55 tahun,
sedangkan pada wanita lebih sering terjadi saat usia di atas 55 tahun.
Setelah menopause, wanita yang tadinya memiliki tekanan darah
normal bisa saja terkena hipertensi karena adanya perubahan
hormonal tubuh.
4) Faktor penyebab hipertensi yang dapat diubah
(a) Makanan
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi garam atau makanan asin
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Begitu pula dengan
kebiasaan memakan makanan yang rendah serat dan tinggi lemak
jenuh.
(b) Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan bertambahnya berat
badan yang meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.
(c) Kegemukan
Ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan pengeluaran
energi menyebabkan kegemukan dan obesitas. Secara definisi,
obesitas ialah kelebihan jumlah total lemak tubuh > 20 persen
dibandingkan berat badan ideal. Kelebihan berat badan ataupun
obesitas berhubungan dengan tingginya jumlah kolesterol jahat dan
trigliserida di dalam darah, sehingga dapat meningkatkan risiko
hipertensi. Selain hipertensi, obesitas juga merupakan salah satu
faktor risiko utama diabetes dan penyakit jantung.
10
f. Penatalaksanaan
1) Non Farmakologis
Dalam menjalani pola hidup sehat terbukti dapat menurunkan
tekanan darah dan menurunkan resiko permasalahan pada
kardiovaskuler. Adapun beberapa pola hidup sehat dalam pengobatan
non farmakologis antara lain (Penghimpun Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia, 2015) :
(a) Menurunkan berat badan, dengan cara mengganti makanan tidak
sehat dengan memperbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-
buahan.
(b) Mengurangi asupan garam, dapat bermanfaat dalam mengurangi
dosis obat antihipertensi.
(c) Olahraga. Dengan melakukan olahraga secara teratur sebanyak 30-
60 menit/hari minimal 3 hari/minggu, sehingga dengan olahraga
teratur dapat menurunkan tekanan darah.
(d) Mengurangi konsumsi alcohol. Dengan mengonsumsi alkohol lebih
dari 2 gelas per hari pada pria ataupun wanita dapat meningkatkan
tekanan darah.
(e) Berhenti merokok. Walaupun hal ini belum terbukti dalam
menurunkan tekanan darah, namun merokok merupakan salah satu
faktor utama penyebab penyakit kardiovaskular.
2) Farmakologi
(a) Diuretik
Diuretik merupakan jenis obat anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dengan cara mengeluarkan kelebihan air dan garam
dari dalam tubuh melalui ginjal. Adapun jenis-jenis obat diuretic ini
adalah Hydrochlorothiazide, Chlorthalidone, Indapamide,
Metolazone, Bumetanide, Furosemide, torsemide, Amilorid,
Triamteren, dan Eplereno (Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014).
14
5) Ensefalopati
Ensefalopati terjadi pada hipertensi maligna, dengan tekanan yang
tinggi pada kelainan menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf
pusat. Sehingga neuron-neuron yang berada disekitarnya menjadi kolap
dan koma serta kematian (Alfeus, 2018).
2) Sistem endokrin
Air hangat sangat baik untuk Kesehatan tubuh, saat digunakan untuk
berendam dapat melepas dan meningkatkan hormon pertumbuhan di
dalam tubuh seseorang. Salah satunya hormone kortisol yang bisa
memberikan efek “kegembiraan” pada saraf otak. Jika digunakan untuk
merendam kaki pada malam hari, air hangat bisa menimbulkan efek
sopartifik atau efek ingin tidur. Hal ini disebabkan karena ada kenaikan
sekresi hormone melatonin dari dampak rendaman kaki menggunakan air
hangat sehingga bisa meningkatkan kualitas tidur pada orang tersebut.
3) Aliran darah
Air hangat mampu merangsang pelebaran pembuluh darah dalam
tubuh secara cepat setelah dilakukan perendaman kaki menggunakan air
hangat sehingga memperlancar aliran darah. Karena, perendaman kaki
dengan air hangat menimbulkan tekanan hidrostatik, tekanan inilah yang
bisa mendorong peredaran darah dari kaki ke seluruh tubuh.
4) Organ pernapasan
Kenaikan kapasitas paru bisa meminimalisir gangguan pernapasan
saat tidur. Maka dari itu, kebutuhan oksigen dan nutrisi yang cukup
sangat dibutuhkan agar kapasitas organ paru terpenuhi dengan cara
melancarkan aliran darah menggunakan terapi air hangat.
Beberapa khasiat dari pengobatan menggunakan air hangat yaitu:
(a) Melancarkan peredaran darah.
(b) Perasaan rileks.
(c) Meningkatkan metabolisme jaringan.
(d) Memberikan rangsangan pada saraf sehingga membentuk perasaan
segar pada tubuh (Nurmaulina & Hadiyanto, 2021).
c. Jenis Jenis Terapi Alternatif
Berdasarkan Ningrum (2012) menjelaskan jenis-jenis hidroterapi
sebagai berikut :
1) Rendaman Air Menggunakan bak air atau kolam yang berisi air dengan
merendam seluruh tubuh selama 10 menit.
18
2) Whirlpoll atau Pusaran Air Menggunakan alat jet atau juga nozzle untuk
memompa tekanan yang dirancang khusus sesuai kebutuhan.
3) Pancuran Air Menggunakan pancuran air dengan tekanan dan suhu
sesuai kebutuhan.
4) Terapi Air Hangat dan Dingin Menggunakan temperatur suhu yang
berbeda yaitu panas dan dingin.
d. Hasil Penelitian Rendam Kaki Air Hangat
Perubahan tekanan darah setelah dilakukan rendam kaki menggunakan
air hangat yaitu mendilatasi pembuluh darah, melancarkan peredaran darah,
dan memicu saraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja. Merendam
bagian tubuh ke dalam air hangat dapat meningkatkan sirkulasi, mengurangi
edema, meningkatkan relaksasi otot. Merendam juga dapat disertai dengan
pembungkusan bagian tubuh dengan balutan dan membasahinya dengan
larutan hangat. Dari hasil penelitian Yuninda Tomayahu (2023) didapatkan
hasil p-value <0,05 yang artinya ada perbedaan tekanan darah sebelum dan
sesudah pada kelompok intervensi dan kontrol pada sampel 34 orang dengan
teknik pengambilan sampel total sampling.
Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Klaudia Betrix Loke,
(2022) yang didapatkan nilai ρ value 0,000 ≤ 0,05, sehingga ada pengaruh
rendam kaki air hangat dengan campuran garam terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Adapun metode yang digunakan
yaitu rancangan one group dengan pemberian intervensi pada lansia yang
mengidap hipertensi.
Kemudian dari hasil penelitian Prihayanti Wulandar (2016) ada
perbedaan yang signifikan dengan pemberian terapi rendam kaki
menggunakan air hangat dengan campuran garam dan serai terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Podorejo RW
8 Ngaliyan dengan metode yang digunakan perlakuan rendam kaki
menggunakan air hangat dengan campuran garam dan serai dengan alat
bantu ember, air hangat, dan air rebusan garam dan serai selama 15 - 20
menit selama 1 minggu (7 hari). Setelah dilakukan terapi rendam kaki air
19
hangat, hasil rata-rata tekanan darah sistolik menurun menjadi 150 mmHg,
sedangkan pada rata-rata tekanan darah diastolik menurun menjadi 90
mmHg. Pada hasil penelitian tersebut terjadi penurunan yang signifikan
pada tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi (Nuraini,
2018).
B. Kerangka Konsep
Kerangka Konseptual harus didukung oleh landasan teori yang kuat serta
informasi yang bersumber dari berbagai laporan ilmiah atau hasil jurnal
penelitian.
Keterangan :
: Variabel
: Diteliti
C. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan penelitian ini
menggunakan desain penelitian pre-experimental dengan pendekatan one
group pretest and posttest design. Yaitu rancangan penelitian yang
menggunakan satu kelompok subjek dengan cara melakukan pengukuran
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan tanpa adanya kelompok kontrol
atau pembanding. Keefektifan perlakuan ini dievaluasi dengan
membandingkan pre-test dengan post-test (Sugiyono, 2018).
01 X 02
2
N .Z . p.q
n= 2
d . ( N−1 ) + Z . p . q
Keterangan :
n = Perkiraan jumlah sampel
N = Jumlah populasi
2
Z = Nilai standar normal untuk α= 0,05 (1,96)2
P = Jika tidak diketahui, dianggap 50 % (0,5)
q = 1− p = 0,5
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (0,05)
Berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan jumlah sampel minimal,
sebagai berikut:
n=170 ¿ ¿
163 , 2
n=
9 , 41
n=¿ 17,34
22
Keterangan :
n : Jumlah sampel yang dihitung
f : Perkiraan proporsi sebesar 10%
17 , 34
n=
1−0 , 1
n=¿ 19,26
n=¿ 20
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel pada penelitian ini yaitu non probability sampling
artinya pengambilan sampel dengan semua unsur elemen dalam populasi yang
tidak memiliki kriteria sama dijadikan sebagai sampel. Adapun cara yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu purposive sampling, di mana
metode pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan memilih
sampel itu sendiri karena beberapa pertimbangan tertentu (Masturoh &
Angggita, 2018). Adapun Kriteria Sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi dalam penelitian yaitu :
1) Pasien yang bersedia menjadi responden dan menandatangani Informed
consent.
1) Pasien hipertensi yang rutin mengkonsumsi obat antihipertensi
2) Pasien hipertensi yang 3 bulan terakhir Tekanan darahnya > 140/90
b. Kriteria Eksklusi dalam penelitian yaitu:
1) Pasien hipertensi yang memiliki komplikasi kronik
2) Pasien hipertensi yang tidak rutin minum obat selama 2 minggu masa
intervensi
23
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah segala bentuk yang ditentukan oleh
penelitian untuk diteliti guna menjadi pembeda antara yang satu dengan yang
lain dan memperoleh informasi mengenai hasil tersebut, adapun variabel dalam
penelitian ini yaitu (Muri Yusuf, 2014).
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini
rendaman kaki air hangat dengan campuran garam
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau lebih dikenal dengan variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Pada penelitian ini yang
merupakan bagian variabel dependen adalah penurunan tekanan darah pada
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
F. Definisi Operasional
1. Rendaman Air Hangat kandungan garam
Definisi : Rendaman kaki air hangat dengan campuran garam adalah
sebuah terapi yang diberikan untuk melatih beberapa
bagian otot-otot kaki jari-jari kaki untuk memperbaiki
masalah kesehatan, di antaranya yaitu tekanan darah pada
penderita hipertensi yang terjadi pada masyarakat.
Cara ukur : Dilakukan selama 2 minggu dengan frekuensi 2x
seminggu dan durasi 15 menit setiap kali pemberian
Alat ukurnya : Lembar Observasi
2. Tekanan Darah
24
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data.
1. Sphygmomanometer
Untuk pengukuran tekanan darah diukur pada pasien dengan
menggunakan alat tensi meter (Sphygmomanometer) ini menggunakan skala
ordinal yaitu jawaban diberi 1,2,3,4. Dimana jumlah total dapat dikategorikan
sebagai berikut: Normal bila tensi <120\<80 mmhg, Hipertensi derajat 1 bila
tensi 140-159/99 mmhg, dan Hipertensi derajat 2 bila tensi >160/>100 mmhg.
2. Lembar Observasi Rendam kaki Air Hangat
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Lembar
Observasi yang berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Rendaman
Kaki Air Hangat. Dimana responden akan diberikan intervensi sesuai dengan
SOP.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan perolehan data peneliti dari hasil
penelitian untuk tujuan tertentu, serta bisa digunakan seluruhnya sebagai
sumber (Pamungkas & Usman, 2017). Data sekunder penelitian ini
adalah data yang diperoleh dari puskesmas Baluase pasien yang
mengalami hipertensi di Kelurahan Walatana.
3. Pengolah Data
a. Editing dapat dilakukan dengan tujuan memeriksa adanya kesalahan
ataupun kekurangan data yang di isi oleh responden.
b. Coding merupakan kegiatan memilah atau, memisahkan data dengan
memberi kode sehingga mempermudah peneliti ketika memasukkan
data.
c. Tabulations merupakan tahap dimana peneliti menyusun data sesuai
dengan variabel penelitian.
d. Entri merupakan tahan memasukkan data kedalam aplikasi komputer
yang bertujuan untuk melakukan analisa data.
e. Cleaning merupakan tahap pembersihan data dengan melihat data-data
dari sebuah variabel yang telah digunakan.
f. Describing merupakan tahap pengambaran atau penjelasan data yang
telah dikumpulkan (Notoatmodjo, 2018).
26
I. Analisis Data
F
P¿ N x 100 %
keterangan : P = Presentase
f =jumlah jawaban benar
n = jumlah
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariate merupakan analisa yang dapat dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga ada pengaruh atau berkorelasi (Dr. Sandu Siyoto,
SKM. & M. Ali Sodik, 2015). Sebelum dilakukan uji statistik terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk mengetahui
data berdistribusi normal atau tidak. Adapun jika data berdistribusi normal,
maka digunakan statistik uji paired sampel t-Test (uji-t berpasangan). Jika
data yang berdistribusi tidak normal dapat menggunakan uji Non
parametic Wilcoxon. Cara ini juga digunakan nilai probabilitas yang
berdasarkan dengan tingkat kemaknaan 95% (α= 0,05). Dikatakan ada
perbedaan bermakna sebelum dan juga sesudah perlakuan bila p ≤0,05
maka Ho ditolak dan, jika p≥0,05 Ho diterima (Dahlan & Sopiyudin,
2017). Beberapa syarat penggunaan dependen t-test, yaitu :
a. Data berdistribusi normal
b. Kedua kelompok dipilih secara non random (dipasang/matcing)
27
Ujian Proposal
Perbaikan Proposal
Mengidenfikasihipertensi
Mengurus
SuratIzinPeneltian
PenyusunanLaporan Hasil
Uji independent
Penelitian Bivariat
sample t-test
Uji Turnitin
JADWAL PENELITIAN
No Jenis Kegiatan Tahun 2023
2 3 4 5 6 7 8 9
1 Konsultasi Judul
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan proposal
4 Ujian proposal
5 Perbaikan hasil ujian proposal
6 Penelitian
7 Bimbingan hasil
8 Ujian hasil
Lampiran 1.
LEMBAR OBSERVASI
Lampiran 3.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :
Kategori Skore :
IV Hasil
1. Mengobservasi reaksi/ respon pasien setelah Tindakan
2. Melakukan dokumentasi Tindakan yang telah dilakukan
Peneliti