Anda di halaman 1dari 41

EFEKTIVITAS RENDAMAN KAKI AIR HANGAT DENGAN

CAMPURAN GARAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI KELURAHAN BALUASE

PROPOSAL

FATRIA
2019010007

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
EFEKTIVITAS RENDAMAN KAKI AIR HANGAT DENGAN
CAMPURAN GARAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN
BALUASE

PROPOSAL

FATRIA
201901007

Tanggal Juni 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Sri Marnianti Irawan,S.Kep,M.Kep Ns. Meylani A’nabawati.S.Tr.Kep.M.Kep


NIK. 20220901144 NIK. 20220901144

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Widya Nusantara

Ns. Yulta Kadang, S.Kep.,M.Kep


NIK : 2022090114521

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 19
C. Hipotesis 19
BAB III METODE PENELITIAN 20
A. Desain Penelitian 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian 20
C. Populasi dan Sampel 21
D. Teknik Pengambilan Sampel 22
E. Variabel Penelitian 23
F. Definisi Oprasional 23
G. Instrumen Penelitian 24
H. Teknik Pengumpulan Data 24
I. Analisis Data 26
J. Bagan Alur Penelitian 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka konsep 19


Gambar 3.1 Metode penelitian 20
Gambar 3.2 Alur Penelitian 28

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat pengambilan data awal


2. Informed consent
3. Lembar persetujuan menjadi responden
4. Lembar kuesioner

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi suatu keadaan tanpa gejala, dimana terjadi peningkatan
tekanan yang tinggi didalam pembuluh darah arteri dan masih menjadi
masalah nasional yang terus meningkat (Sari & Aisah, 2022). Menurut
American Health Asociation, Hipertensi sebagai peningkatan tekanan darah
arteri sistemik yang menetap dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi menjadi salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat secara global pada
kelompok umur 31-64 (Aliffatunisa, 2021 ; WHO, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2021 prevalensi
penyakit hipertensi secara global mencapai 1,28 miliar jiwa diantaranya
berumur 30-79 tahun yang Sebagian besar tinggal di negara berkembang
dan maju (WHO, 2021). Berdasarkan hasil data Kemenkes 2018 prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter dan minum obat anti
hipertensi pada umur 45-54 tahun sebanyak 12,62%, umur 55-64 tahun
sebanyak 18,31%, umur 65-74 tahun sebesar 23,31% dan umur 75 tahun ke
atas sebesar 24,04%. Salah satu target global penyakit tidak menular adalah
menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030.
(Kemenkes RI, 2021).
Sedangkan untuk jumlah hipertensi menurut Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2020 pada usia ≥ 15 tahun sebanyak 387.072
(2.33%) jiwa dengan jumlah penderita tertinggi berada di Kabupaten
Donggala dengan capaian 65.398 (7.11%) jiwa. Sedangkan jumlah penderita
hipertensi yang mendapat pelayanan skrining kesehatan dikabupaten Sigi
pada tahun 2020 sebanya Sulawesi Tengah 2021 uspa > 15 tahun, 1.161.881
jiwa tertinggi di Banggi 290.515 jiwa, Sigi tertinggi ke-2 sebanyak 179.319
2

dan yang mendapatkan pelayanan hanya 6.989 jiwa (3,9%) (Provinsi


Sulawesi Tengah, 2021).
Tingginya angka kejadian hipertensi yang mengakibatkan kematian
menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan. Tekanan darah tinggi yang
berlangsung lama dan tidak mendapatkan terapi dapat mengakibatkan
komplikasi seperti infark miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif,
bila mengenai otak terjadi stroke, ensefalopati hipertensif, dan bila
mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis kemudian bila terjadi komplikasi
pada mata akan terjadi retinopati hipertensif (Zhang et al., 2019). Dari
berbagai komplikasi yang mungkin timbul, semuanya merupakan penyakit
yang sangat serius dan dapat berdampak terhadap psikologis penderita
karena kualitas hidupnya menurun terutama pada kasus stroke, gagal ginjal,
dan gagal jantung (Nuraini, 2018).
Komplikasi pada Hipertensi dapat terjadi karena tekanan darah yang
tidak terkontrol. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan
darah yang tidak terkontrol yaitu berat badan yang berlebih, merokok, diet
tinggi lemak dan rendah serat, dislipidemia (penimbunan lemak), konsumsi
garam berlebih, kurang aktivitas fisik, stres dan konsumsi alkohol (Nuraini,
2018). Selain itu terapi yang tidak tepat pada pasien dengan hipertensi dapat
menjadi faktor tingginya tekanan darah, dimana kepatuhan yang buruk
terhadap terapi pengobatan dan pendekatan termasuk modifikasi gaya hidup
serta kepatuhan dalam terapi (Burnier, 2017; Halbach, 2018)
Pencegahan terhadap peningkatan tekanan darah yang dapat
menyebabkan komplikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan penanganan
hipertensi yang tepat. Penanganan hipertensi secara umum yang dapat
dibagi menjadi dua yaitu farmakologis dan Non farmakologis. Terapi
farmakologis dari hipertensi adalah yang berhubungan dengan obat-obatan
dan penatalaksanaan medis, seperti golongan diuretik, penghambat
adrenergik, ACE-inhibitor, angiotensin-II- blocker, angiotensin kalsium dan
vasodilator, penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan penghambat
saluran kalsium (CCB). Sedangkan terapi non farmakologis pada hipertensi
3

adalah tindakan non medis, berupa anjuran modifikasi gaya hidup,


mengurangi asupan garam, menghindari alkohol, olahraga teratur,
pengaturan diet DASH, menghindari stres, pendidikan kesehatan, berhenti
merokok (Chobanian, 2017).
Terapi Non farmakologi lain yang saat ini berkembang yaitu dengan
penggunaan terapi komplementer. Terapi komplementer merupakan salah
satu dari pengobatan yang dapat dilakukan dalam penanganan hipertensi
(Gökçe & Gürdoğan, 2019). Sebuah terapi alternatif yang menggunakan air
untuk mengobati atau meredakan kondisi yang menyakitkan dan merupakan
pendekatan "teknologi rendah" berdasarkan reaksi tubuh terhadap air
(Bakar, 2020). Manfaat hidroterapi antara lain mencegah flu atau demam,
meningkatkan kesuburan, menghilangkan rasa lelah, meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh, meningkatkan energi tubuh dan menyeimbangkan
peredaran darah. Hidroterapi imersi air panas merupakan salah satu jenis
pengobatan alami yang bertujuan untuk melancarkan peredaran darah,
mengurangi bengkak, meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan jantung,
merilekskan otot, menghilangkan stress, menghilangkan nyeri otot,
menghilangkan nyeri untuk meningkatkan permeabilitas kapiler dan
memberikan kehangatan pada tubuh (Linhares et al., 2020). Oleh karena itu,
sangat bermanfaat dalam pengobatan untuk menurunkan tekanan darah.
Prinsip kerja terapi air ini adalah menggunakan air panas dengan suhu
sekitar 40,5 hingga 43 °C, sehingga panas dari air panas tersebut disalurkan
ke tubuh sehingga menyebabkan pembuluh darah melebar dan dapat
menurunkan ketegangan otot (Nuraini, 2018).
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.
Hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Air hangat
mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh sehingga rendam kaki air hangat
dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi
yang kaku serta menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui kesadaran
dan kedisiplinan (Uliya & Ambarwati, 2020). Sebuah penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Harnani & Axmalia, (2017), yang
4

menggunakan terapi air hangat air hangat bersuhu 38-40°C yang


dicampurkan dengan garam selama 25-35 menit dapat menurunkan tekanan
darah. Oleh karena itu, penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak
hanya menggunakan obat obatan, tetapi juga bisa menggunakan alternatif
non farmakologis dengan menggunakan metode yang lebih mudah dan
biaya terjangkau seperti terapi rendaman kaki air hangat yang bisa dilakukan
di rumah.
Berdasarkan data awal yang didapatkan dari puskesmas Baluase
Kabupaten Sigi, terdapat 170 pasien penderita hipertensi. Sedangkan dari
hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa pasien yang
mengidap hipertensi di wilayah Baluase tersebut mengatakan, tekanan darah
mereka biasanya naik meskipun sudah meminum obat yang diberikan hal ini
dikarenakan penderita hipertensi sering mengkonsumsi ikan asin berlebihan.
Meskipun pemberian terapi obat antihipertensi telah dilakukan namun
pemberian terapi alternatif juga dapat digunakan untuk mendukung terapi
pengobatan yang di lakukan pada pasien Hipertensi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Efektifitas pemberian rendaman kaki air
hangat dengan campuran garam terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di kelurahan Baluase.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan permasalahan
“Apakah pemberian rendaman kaki air hangat dengan campuran garam
efektif dalam penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
kelurahan Baluase”?.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melihat efektivitas rendaman kaki air hangat dengan campuran
garam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
kelurahan Baluase
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum dilakukan rendaman air
hangat dengan campuran garam pada pasien penderita hipertensi
b. Mengidentifikasi tekanan darah sesudah dilakukan rendaman kaki air
hangat dengan campuran garam terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi pada pasien penderita hipertensi
c. Menganalisis perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian rendaman kaki air hangat dengan campuran garam pada
penderita hipertensi di kelurahan Baluase.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:
1. Sebagai Ilmu Pengetahuan (Pendidikan)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi
mahasiswa dan institusi pendidikan mengenai terapi non farmakologi
khususnya dalam pengaruh rendaman kaki air hangat dengan campuran
garam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
2. Bagi Masyarakat di Wilayah Kerja desa Baluase
Desa Baluase hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
salah satu alternatife pengobatan untuk dapat menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi.
3. Bagi Instansi Tempat Meneliti
Dapat dijadikan bahan masukan dalam meningkatkan peran
perawat sebagai edukasi dalam upaya penggunaan terapi komplementer
khususnya rendaman kaki air hangat dengan campuran garam bisa
menjadi salah satu alternatife untuk menurunkan tekanan darah pada
pasien Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Tunjauan Teori Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Seseorang dapat dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran yang utama untuk
menjadi dasar dalam menentukan diagnosis hipertensi (Apriyani Puji
Hastuti, 2022).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Adapun berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi,
walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak dapat diketahui
(hipertensi esensial). Penyebab tekanan darah meningkat adalah
meningkatnya kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi dari
pembuluh darah dari tepi dan meningkatnya volume aliran darah (Apriyani
Puji Hastuti, 2022).
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik yaitu tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya(Apriyani Puji Hastuti, 2022).
b. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dipisahkan berdasarkan penyebabnya dan derajat
tekanan darah
1) Berdasarkan bentuk penyebabnya, menurut palmer hipertensi terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :

6
7

a) Hipertensi Esensial (Primer)


Hipertensi primer merupakan penyebab terjadinya kasus
tekanan darah tinggi sekitaran 95%. Penyebabnya tidak diketahui
dengan jelas, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor pola hidup
seperti kurang bergerak dan pola makan (Alfeus, 2018).
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari
seluruh kasus tekanan darah tinggi. Penyebab terjadinya tekanan darah
tinggi ini disebabkan oleh kondisi medis lainnya misalnya penyakit
ginjal atau disebabkan oleh reaksi terhadap obat-obatan tertentu
misalnya pil KB (Alfeus, 2018).
2) Berdasarkan bentuk derajat tekanan darahnya, hipertensi dibedakan
menjadi :
Tekanan darah bervariasi dari satu populasi ke populasi lainnya
dan cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Ada resiko
komplikasi vaskuler yang lebih besar seiring dengan peningkatan tekanan
darah, sehingga masih menjadi perdebatan tentang bagaimana hipertensi
berkembang (Unger et al., 2020).
a) Derajat hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-9)
(Classification Of Hypertension Based On Office Blood Pressure BP
Measurement)
(1) Normal : sistolik < 130 mmHg dan diastolik <85 mmHg.
(2) Pre hipertensi : sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89
mmHg.
(3) Hipertensi tingkat 1 : sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99
mmHg.
(4) Hipertensi tingkat 2 : sistolik >160 mmHg atau diastolik >100
mmHg.
b) Derajat hipertensi menurut JNC-9 (criteria for hypertension based on
office, ambulatory (APBM), and home blood pressure (HBPM)
measurement).
8

(1) Office BP : sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari
90 mmHg.
(2) APBM :
(a) 24-h Average : Sistolik lebih dari 130 mmHg dan diastolik
lebih dari 80 mmHg.
(b) Day Time (or awake) average : Sistolik lebih dari 135 mmHg
dan diastolik lebih dari 85 mmHg
(c) Night Time (or asleep) : Sistolik > 120 mmHg dan diastolik
>70 mmHg.
(3) HPBM : Sistolik >135 mmHg dan diastolik >85 mmHg.
c. Etiologi
Penyebab hipertensi antara lain adanya riwayat keluarga penderita
hipertensi, stress, kegemukan, dan hypernatremia, berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Namun, ada beberapa faktor penyebab hipertensi primer yaitu asupan
garam garam yang berlebihan, genetik, merokok, dan kegemukan
(Kurnia, 2020).
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dapat diketahui
penyebabnya, penyebab hipertensi sekunder antara lain penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme
primer, sindrom chushing, feokromositoma, koarktasio aorta, dan
kehamilan (Kurnia, 2020).
3) Faktor penyebab hipertensi yang tidak dapat diubah
(a) Riwayat keluarga
Faktor genetik cukup berperan terhadap timbulnya hipertensi. Jika
kita memiliki riwayat keluarga sedarah dekat (orang tua, kakak atau
adik, kakek atau nenek) yang menderita hipertensi, maka kita
memiliki risiko untuk mengalami hipertensi menjadi lebih tinggi.
9

(b) Usia
Tekanan darah cenderung lebih tinggi seiring bertambahnya usia.
Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia, terutama usia
lanjut, pembuluh darah akan secara alami menebal dan lebih kaku.
Perubahan ini dapat meningkatkan risiko hipertensi. Meskipun
demikian, anak- anak juga dapat mengalami hipertensi.
(c) Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak mengalami hipertensi di bawah usia 55 tahun,
sedangkan pada wanita lebih sering terjadi saat usia di atas 55 tahun.
Setelah menopause, wanita yang tadinya memiliki tekanan darah
normal bisa saja terkena hipertensi karena adanya perubahan
hormonal tubuh.
4) Faktor penyebab hipertensi yang dapat diubah
(a) Makanan
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi garam atau makanan asin
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Begitu pula dengan
kebiasaan memakan makanan yang rendah serat dan tinggi lemak
jenuh.
(b) Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan bertambahnya berat
badan yang meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.
(c) Kegemukan
Ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan pengeluaran
energi menyebabkan kegemukan dan obesitas. Secara definisi,
obesitas ialah kelebihan jumlah total lemak tubuh > 20 persen
dibandingkan berat badan ideal. Kelebihan berat badan ataupun
obesitas berhubungan dengan tingginya jumlah kolesterol jahat dan
trigliserida di dalam darah, sehingga dapat meningkatkan risiko
hipertensi. Selain hipertensi, obesitas juga merupakan salah satu
faktor risiko utama diabetes dan penyakit jantung.
10

(d) Konsumsi alkohol berlebih


Konsumsi alkohol yang rutin dan berlebih dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan, termasuk di antaranya adalah
hipertensi. Selain itu, kebiasaan buruk ini juga berkaitan dengan
risiko kanker, obesitas, gagal jantung, stroke, dan kejadian
kecelakaan.
(e) Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah. Nikotin dapat
meningkatkan tekanan darah, sedangkan karbon monoksida bisa
mengurangi jumlah oksigen yang dibawa di dalam darah. Tak hanya
perokok saja yang berisiko, perokok pasif atau orang yang 8
menghirup asap rokok di sekitarnya juga berisiko mengalami
gangguan jantung dan pembuluh darah.
(f) Stres
Stres berlebih akan meningkatkan risiko hipertensi. Saat stres, kita
mengalami perubahan pola makan, malas beraktivitas, mengalihkan
stres dengan merokok atau mengonsumsi alkohol di luar kebiasaan.
Hal-hal tersebut secara tidak langsung dapat menyebabkan hipertensi
(g) Kolesterol tinggi
Kolesterol yang tinggi di dalam darah dapat menyebabkan
penimbunan plak aterosklerosis, yang nantinya dapat membuat
pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, plak aterosklerotik yang terbentuk juga bisa menyebabkan
penyakit jantung koroner, yang bila tidak ditangani dengan baik
dapat mengakibatkan serangan jantung. Apabila plak aterosklerotik
berada di pembuluh darah otak, bisa menyebabkan stroke.
(h) Diabetes
Diabetes dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Diabetes
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah akibat menurunnya
elastisitas pembuluh darah, meningkatnya jumlah cairan di dalam
tubuh, dan mengubah kemampuan tubuh mengatur insulin.
11

(i) Obstructive Sleep Apnea atau Henti Nafas


Obstructive sleep apnea (OSA) atau henti napas saat tidur
merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi.
Pada OSA, terjadi sumbatan total atau sebagian pada jalan napas atas
saat tidur, yang dapat menyebabkan berkurang atau terhentinya aliran
udara. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan jumlah oksigen di
dalam tubuh. Hubungan antara OSA dengan hipertensi sangat
kompleks. Selama fase henti napas, dapat terjadi peningkatan aktivitas
saraf simpatis dan peningkatan resistensi vaksular sistemik yang
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
d. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan
kelelahan, yang bisa terjadi pada penderita hipertensi maupun pada orang
yang tekanan darah normal. Adapun gejala yang bisa timbul pada penderita
hipertensi berat ataupun menahun dan tidak diobati antara lain (Alfeus,
2018) :
1) Sakit kepala
2) Kelelahan
3) Mual
4) Muntah
5) Sesak nafas
6) Gelisa
7) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Pada penderita hipertensi berat dapat mengalami penurunan kesadaran
dan koma yang diakibatkan pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. Manifestasi
klinis pada lansia dengan penyakit hipertensi adalah sakit kepala,
12

pendarahan hidung, vertigo, mual muntah, perubahan penglihatan,


kesemutan pada kaki dan tangan, sesak nafas, kejang atau koma, dan nyeri
dada (Alfeus, 2018).
e. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah. Pada dasarnya, awal dari suatu kelainan
tekanan darah tinggi disebabkan oleh peningkatan aktivitas pusat vasomotor
dan meningkatnya kadar norepineprin plasma sehingga terjadi kegagalan
sistem pengendalian tekanan darah yang meliputi, tidak berfungsinya reflek
baroreseptor ataupun kemoreseptor. Epinefrin adalah zat yang disekresikan
pada ujung-ujung saraf simpatis atau saraf vasokonstriktor yang langsung
bekerja pada otot polos pembuluh darah sehingga menyebabkan
vasokontriksi. Impuls baroreseptor menghambat pusat vasokontriktor di
medulla oblongata dan merangsang pusat nervus vagus. Efeknya adalah
vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi perifer dan menurunnya frekuensi
dan kekuatan kontraksi. Oleh karena itu, perangsangan baroreseptor oleh
tekanan di dalam arteri secara reflek menyebabkan penurunan tekanan
arteri. Sedangkan mekanisme reflek kemoreseptor berlangsung jika terjadi
perubahan kimia darah seperti rendahnya kadar oksigen, meningkatnya
kadar karbon dioksida dan hydrogen atau menurunnya pH. Keadaan ini
merangsang reseptor kimia yang terdapat di sinus caroticus untuk mengirim
rangsangan yang berjalan di dalam herving`s nerver dan saraf vagus ke
pusat vasomotor di area pressor atau vasokonstriktor, yang juga terdapat
bagian cardioccelelator yang mengeluarkan rangsang yang berjalan dalam
saraf simpatis menuju ke jantung, dan area vasokonstriktor mengirim
rangsang ke pembuluh darah sehingga menyebabkan pengecilan diameter
pembuluh darah (Apriyani Puji Hastuti, 2022).
13

f. Penatalaksanaan
1) Non Farmakologis
Dalam menjalani pola hidup sehat terbukti dapat menurunkan
tekanan darah dan menurunkan resiko permasalahan pada
kardiovaskuler. Adapun beberapa pola hidup sehat dalam pengobatan
non farmakologis antara lain (Penghimpun Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia, 2015) :
(a) Menurunkan berat badan, dengan cara mengganti makanan tidak
sehat dengan memperbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-
buahan.
(b) Mengurangi asupan garam, dapat bermanfaat dalam mengurangi
dosis obat antihipertensi.
(c) Olahraga. Dengan melakukan olahraga secara teratur sebanyak 30-
60 menit/hari minimal 3 hari/minggu, sehingga dengan olahraga
teratur dapat menurunkan tekanan darah.
(d) Mengurangi konsumsi alcohol. Dengan mengonsumsi alkohol lebih
dari 2 gelas per hari pada pria ataupun wanita dapat meningkatkan
tekanan darah.
(e) Berhenti merokok. Walaupun hal ini belum terbukti dalam
menurunkan tekanan darah, namun merokok merupakan salah satu
faktor utama penyebab penyakit kardiovaskular.
2) Farmakologi
(a) Diuretik
Diuretik merupakan jenis obat anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dengan cara mengeluarkan kelebihan air dan garam
dari dalam tubuh melalui ginjal. Adapun jenis-jenis obat diuretic ini
adalah Hydrochlorothiazide, Chlorthalidone, Indapamide,
Metolazone, Bumetanide, Furosemide, torsemide, Amilorid,
Triamteren, dan Eplereno (Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014).
14

(b) Beta Blockers


Beta Blockers merupakan jenis obat yang membantu organ jantung
memperlambat detaknya sehingga darah yang dipompa jantung lebih
sedikit dibandingkan pembuluh darah sehingga tekanan darah
menurun. Adapun jenis obat beta blockers adalah Acebutolol,
Atenolol, Betaxolol, Propranolol, Labetalol, Bisoprolol, Penbutolol,
Carvedilol, dan Metoprolol (Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014).
(c) ACE Inhibitor
ACE Inhibitor merupakan jenis obat yang mencegah tubuh
membentuk hormone angiostensin II yang menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Sehingga tekanan darah akan segera
turun. Adapun jenis obat ACE Inhibitor ini adalah Captopril,
Benazepril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Ramipril,
dan Perindropil (Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014).
(d) Calcium Channel Blocker (CCB)
Calcium channel blocker merupakan jenis obat yang bertugas mengatur
kalsium agar masuk ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah
sehingga pembuluh darah menjadi rileks dan tekanan darah turun.
Adapun jenis obat calcium channel blocker ini adalah Amlodipine,
Felodipine, Nifedipine OROS, Lercanidipine, Diltiazem dan
Verapamil (Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014).
(e) Angiostensin II Reseptor Blockers
Angiostensin II reseptor blockers merupakan jenis obat yang
memberikan perlindungan terhadap pembuluh darah dari hormon
angiostensin II dan mengakibatkan pembuluh darah rileks serta
melebar sehingga tekanan darah bisa turun. Adapun jenis obat
angiostensin II reseptor blockers ini adalah Candesartan,
Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Olmesartan, Dan Telmisartan
(Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014).
15

(f) Alpha Blockers


Alpha blockers merupakan jenis obat antihipertensi yang bertugas
mengurangi impuls saraf yang mengakibatkan pembuluh darah
mengencang sehingga aliran darah lancar dan tekanan darah turun.
Adapun jenis obat alpha blockers ini adalah Doxazosin, Parazosin
dan Terazosin (Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014).
(g) Vasodilatator
Vasodilatator merupakan jenis obat antihipertensi yang berfungsi
untuk mengendurkan otot-otot dinding pembuluh darah sehingga
tekanan darah menurun. Adapun jenis obat vasodilatator ini adalah
Hydralazine dan Minoxidil (Yunita Indah Prasetyaningrum, 2014).
g. Komplikasi
1) Stroke
Stroke dapat terjadi pada penderita hipertensi kronik diakibatkan
oleh arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang (Alfeus,
2018).
2) Infark Miokard
Infark miokard terjadi jika arteri koroner yang arterosklerosis tidak
mampu menyuplai oksigen ke miokardium atau terbentuknya thrombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah (Alfeus, 2018).
3) Gagal Jantung
Gagal jantung terjadi jika jantung tidak mampu dalam memompa
darah kembali ke jantung dengan cepat yang mengakibatkan cairan akan
terkumpul di paru-paru, kaki dan jaringan lain yang biasa disebut edema
(Alfeus, 2018).
4) Gagal Ginjal
Gagal ginjal terjadi kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler ginjal, glomerolus, dengan rusaknya glumerolus mengakibatkan
darah mengalir ke unit fungsional ginjal akan terganggu dan dapat
berkelanjutan menjadi hipoksia dan kematian (Alfeus, 2018).
16

5) Ensefalopati
Ensefalopati terjadi pada hipertensi maligna, dengan tekanan yang
tinggi pada kelainan menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf
pusat. Sehingga neuron-neuron yang berada disekitarnya menjadi kolap
dan koma serta kematian (Alfeus, 2018).

2. Tinjauan Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Garam


a. Definisi terapi Rendaman Kaki air hangat
Rendaman kaki air hangat adalah pengobatan non farmakologi yang
penggunaan air untuk meringankan berbagai keluhan, rendaman kaki air
hangat dapat memberikan banyak manfaat diantaranya memberikan badan
lebih rileks menghilangkan rasa pegal, memperlancar sirkulasi darah,
kecemasan, stress, penyakit jantung dan obesitas (Nuraini, 2018).
b. Manfaat Rendaman Kaki air hangat
Merendam kaki dengan air hangat sebelum tidur dapat memperbaiki
sirkulasi pembuluh darah sehingga menimbulkan efek relaksasi yang
dilanjutkan dengan peningkatan sekresi hormon melatonin sehingga
meningkatkan kualitas tidur (Putra, 2020).
Terapi merendam kaki dengan air hangat adalah tehnik melakukan
rendam kaki dengan air yang hangat dengan durasi waktu sekitar 15-20
menit dengan suhu 37,0-39C sangat efektif untuk menurunkan insomnia
(Alfeus, 2018).
Merendam kaki menggunakan air hangat dapat memberi efek fisiologis
terhadap beberapa bagian organ tubuh manusia, yaitu: (Nurmaulina &
Hadiyanto, 2021).
1) Jaringan otot
Dengan merendam kaki dengan air hangat bisa mengendurkan otot
dan mengurangi rasa letih serta memiliki efek analgesic sehingga bisa
meredakan gejala nyeri dan kesemutan pada lansia.
17

2) Sistem endokrin
Air hangat sangat baik untuk Kesehatan tubuh, saat digunakan untuk
berendam dapat melepas dan meningkatkan hormon pertumbuhan di
dalam tubuh seseorang. Salah satunya hormone kortisol yang bisa
memberikan efek “kegembiraan” pada saraf otak. Jika digunakan untuk
merendam kaki pada malam hari, air hangat bisa menimbulkan efek
sopartifik atau efek ingin tidur. Hal ini disebabkan karena ada kenaikan
sekresi hormone melatonin dari dampak rendaman kaki menggunakan air
hangat sehingga bisa meningkatkan kualitas tidur pada orang tersebut.
3) Aliran darah
Air hangat mampu merangsang pelebaran pembuluh darah dalam
tubuh secara cepat setelah dilakukan perendaman kaki menggunakan air
hangat sehingga memperlancar aliran darah. Karena, perendaman kaki
dengan air hangat menimbulkan tekanan hidrostatik, tekanan inilah yang
bisa mendorong peredaran darah dari kaki ke seluruh tubuh.
4) Organ pernapasan
Kenaikan kapasitas paru bisa meminimalisir gangguan pernapasan
saat tidur. Maka dari itu, kebutuhan oksigen dan nutrisi yang cukup
sangat dibutuhkan agar kapasitas organ paru terpenuhi dengan cara
melancarkan aliran darah menggunakan terapi air hangat.
Beberapa khasiat dari pengobatan menggunakan air hangat yaitu:
(a) Melancarkan peredaran darah.
(b) Perasaan rileks.
(c) Meningkatkan metabolisme jaringan.
(d) Memberikan rangsangan pada saraf sehingga membentuk perasaan
segar pada tubuh (Nurmaulina & Hadiyanto, 2021).
c. Jenis Jenis Terapi Alternatif
Berdasarkan Ningrum (2012) menjelaskan jenis-jenis hidroterapi
sebagai berikut :
1) Rendaman Air Menggunakan bak air atau kolam yang berisi air dengan
merendam seluruh tubuh selama 10 menit.
18

2) Whirlpoll atau Pusaran Air Menggunakan alat jet atau juga nozzle untuk
memompa tekanan yang dirancang khusus sesuai kebutuhan.
3) Pancuran Air Menggunakan pancuran air dengan tekanan dan suhu
sesuai kebutuhan.
4) Terapi Air Hangat dan Dingin Menggunakan temperatur suhu yang
berbeda yaitu panas dan dingin.
d. Hasil Penelitian Rendam Kaki Air Hangat
Perubahan tekanan darah setelah dilakukan rendam kaki menggunakan
air hangat yaitu mendilatasi pembuluh darah, melancarkan peredaran darah,
dan memicu saraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja. Merendam
bagian tubuh ke dalam air hangat dapat meningkatkan sirkulasi, mengurangi
edema, meningkatkan relaksasi otot. Merendam juga dapat disertai dengan
pembungkusan bagian tubuh dengan balutan dan membasahinya dengan
larutan hangat. Dari hasil penelitian Yuninda Tomayahu (2023) didapatkan
hasil p-value <0,05 yang artinya ada perbedaan tekanan darah sebelum dan
sesudah pada kelompok intervensi dan kontrol pada sampel 34 orang dengan
teknik pengambilan sampel total sampling.
Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Klaudia Betrix Loke,
(2022) yang didapatkan nilai ρ value 0,000 ≤ 0,05, sehingga ada pengaruh
rendam kaki air hangat dengan campuran garam terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Adapun metode yang digunakan
yaitu rancangan one group dengan pemberian intervensi pada lansia yang
mengidap hipertensi.
Kemudian dari hasil penelitian Prihayanti Wulandar (2016) ada
perbedaan yang signifikan dengan pemberian terapi rendam kaki
menggunakan air hangat dengan campuran garam dan serai terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Podorejo RW
8 Ngaliyan dengan metode yang digunakan perlakuan rendam kaki
menggunakan air hangat dengan campuran garam dan serai dengan alat
bantu ember, air hangat, dan air rebusan garam dan serai selama 15 - 20
menit selama 1 minggu (7 hari). Setelah dilakukan terapi rendam kaki air
19

hangat, hasil rata-rata tekanan darah sistolik menurun menjadi 150 mmHg,
sedangkan pada rata-rata tekanan darah diastolik menurun menjadi 90
mmHg. Pada hasil penelitian tersebut terjadi penurunan yang signifikan
pada tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi (Nuraini,
2018).

B. Kerangka Konsep

Kerangka Konseptual harus didukung oleh landasan teori yang kuat serta
informasi yang bersumber dari berbagai laporan ilmiah atau hasil jurnal
penelitian.

Variabel Independen Variabel Dependen

Rendaman Kaki Air


Hangat Dengan Penurunan Tekanan Darah
Campuran Garam

Keterangan :
: Variabel
: Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sementara berdasarkan penelitian yang


dilakukan. Hipotesis dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yang
ada, yaitu sebagai berikut:
Ha : Pemberian rendaman Air hangat dengan campuran garam efektif
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
Puskesmas Baluase
20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan penelitian ini
menggunakan desain penelitian pre-experimental dengan pendekatan one
group pretest and posttest design. Yaitu rancangan penelitian yang
menggunakan satu kelompok subjek dengan cara melakukan pengukuran
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan tanpa adanya kelompok kontrol
atau pembanding. Keefektifan perlakuan ini dievaluasi dengan
membandingkan pre-test dengan post-test (Sugiyono, 2018).

Pre test Perlakuan Post test

01 X 02

Gambar 3.1 Desain Penelitian


Keterangan :
X : perlakuan yang diberikan (rendaman air hangat dengan campuran
garam)
01 : pre test mengukur tekanan darah sebelum perlakuan
02 : post test mengukur tekanan darah setelah perlakuan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Baluase Kota Palu
2. Waktu Penelitan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2023.
21

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah sekelompok objek penelitian atau objek yang akan
diteliti. Populasi adalah seluruh objek penelitian yang akan diteliti sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan (Sugiyono, 2018). Populasi dalam
penelitian ini adalah individu yang mengalami hipertensi berada di kelurahan
Baluase sebanyak 170 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi, (Nursalam, 2017). Adapun untuk pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Isaac dan Michael
(Wahyudi, 2017)

2
N .Z . p.q
n= 2
d . ( N−1 ) + Z . p . q

Keterangan :
n = Perkiraan jumlah sampel
N = Jumlah populasi
2
Z = Nilai standar normal untuk α= 0,05 (1,96)2
P = Jika tidak diketahui, dianggap 50 % (0,5)
q = 1− p = 0,5
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (0,05)
Berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan jumlah sampel minimal,
sebagai berikut:

n=170 ¿ ¿
163 , 2
n=
9 , 41
n=¿ 17,34
22

Berdasarkan sampel minimal pada penelitian ini adalah 17 responden,


untuk mengantisipasi adanya dropout dari responden, maka dipersiapkan
cadangan 10% dengan rumus :
n
n=
1−f

Keterangan :
n : Jumlah sampel yang dihitung
f : Perkiraan proporsi sebesar 10%
17 , 34
n=
1−0 , 1
n=¿ 19,26
n=¿ 20
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel pada penelitian ini yaitu non probability sampling
artinya pengambilan sampel dengan semua unsur elemen dalam populasi yang
tidak memiliki kriteria sama dijadikan sebagai sampel. Adapun cara yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu purposive sampling, di mana
metode pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan memilih
sampel itu sendiri karena beberapa pertimbangan tertentu (Masturoh &
Angggita, 2018). Adapun Kriteria Sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi dalam penelitian yaitu :
1) Pasien yang bersedia menjadi responden dan menandatangani Informed
consent.
1) Pasien hipertensi yang rutin mengkonsumsi obat antihipertensi
2) Pasien hipertensi yang 3 bulan terakhir Tekanan darahnya > 140/90
b. Kriteria Eksklusi dalam penelitian yaitu:
1) Pasien hipertensi yang memiliki komplikasi kronik
2) Pasien hipertensi yang tidak rutin minum obat selama 2 minggu masa
intervensi
23

3) Pasien hipertensi dengan gangguan mental


4) Pasien dengan kondisi Kesehatan yang tidak memungkinkan dilakukan
intervensi

E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah segala bentuk yang ditentukan oleh
penelitian untuk diteliti guna menjadi pembeda antara yang satu dengan yang
lain dan memperoleh informasi mengenai hasil tersebut, adapun variabel dalam
penelitian ini yaitu (Muri Yusuf, 2014).
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini
rendaman kaki air hangat dengan campuran garam
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau lebih dikenal dengan variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Pada penelitian ini yang
merupakan bagian variabel dependen adalah penurunan tekanan darah pada
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

F. Definisi Operasional
1. Rendaman Air Hangat kandungan garam
Definisi : Rendaman kaki air hangat dengan campuran garam adalah
sebuah terapi yang diberikan untuk melatih beberapa
bagian otot-otot kaki jari-jari kaki untuk memperbaiki
masalah kesehatan, di antaranya yaitu tekanan darah pada
penderita hipertensi yang terjadi pada masyarakat.
Cara ukur : Dilakukan selama 2 minggu dengan frekuensi 2x
seminggu dan durasi 15 menit setiap kali pemberian
Alat ukurnya : Lembar Observasi
2. Tekanan Darah
24

Definisi : Tekanan darah adalah hasil pengukuran tekanan darah


sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
Cara Ukur : Pemeriksaan tekanan darah
AlatUkur : Tensi meter (Sphygmomanometer)
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 1 = Normal bila tensi <140/<90 mmhg
2 = Tinggi bila tensi >140/90 mmhg

G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data.
1. Sphygmomanometer
Untuk pengukuran tekanan darah diukur pada pasien dengan
menggunakan alat tensi meter (Sphygmomanometer) ini menggunakan skala
ordinal yaitu jawaban diberi 1,2,3,4. Dimana jumlah total dapat dikategorikan
sebagai berikut: Normal bila tensi <120\<80 mmhg, Hipertensi derajat 1 bila
tensi 140-159/99 mmhg, dan Hipertensi derajat 2 bila tensi >160/>100 mmhg.
2. Lembar Observasi Rendam kaki Air Hangat
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Lembar
Observasi yang berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Rendaman
Kaki Air Hangat. Dimana responden akan diberikan intervensi sesuai dengan
SOP.

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Cara pengumpulan data


Proses mengumpulkan data awal dilakukan dengan wawancara
kepada 3 orang pasien Hipertensi dan kader yang bertanggung membantu
tenaga Kesehatan di puskesmas baluase yang mengalami hipertensi.
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan melakukan
pre test yaitu dengan mengukur tekanan darah responden sebelum diberikan
intervensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian intervensi rendam kaki
25

air hangat dengan campuran garam selama 15 menit, dimana peneliti


terlebih dahulu menyiapkan baskon dan air hangat dengan suhu 37°- 39°
dan mencampurkan garam sebanyak 4,2 gram atau 4.200 miligram (1/2
sendok makan). Setelah dilakukan intervensi dilanjutkan dengan melakukan
Post test
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer penelitian ini adalah pasien yang menderita hipertensi
pada tahun 2023 dan jadikan sebagai responden dalam penelitian.

b. Data sekunder
Data sekunder merupakan perolehan data peneliti dari hasil
penelitian untuk tujuan tertentu, serta bisa digunakan seluruhnya sebagai
sumber (Pamungkas & Usman, 2017). Data sekunder penelitian ini
adalah data yang diperoleh dari puskesmas Baluase pasien yang
mengalami hipertensi di Kelurahan Walatana.
3. Pengolah Data
a. Editing dapat dilakukan dengan tujuan memeriksa adanya kesalahan
ataupun kekurangan data yang di isi oleh responden.
b. Coding merupakan kegiatan memilah atau, memisahkan data dengan
memberi kode sehingga mempermudah peneliti ketika memasukkan
data.
c. Tabulations merupakan tahap dimana peneliti menyusun data sesuai
dengan variabel penelitian.
d. Entri merupakan tahan memasukkan data kedalam aplikasi komputer
yang bertujuan untuk melakukan analisa data.
e. Cleaning merupakan tahap pembersihan data dengan melihat data-data
dari sebuah variabel yang telah digunakan.
f. Describing merupakan tahap pengambaran atau penjelasan data yang
telah dikumpulkan (Notoatmodjo, 2018).
26

I. Analisis Data

Data yang di dapatkan, kemudian di proses dengan program pada


komputer kemudian di Analisa sebagai bahan pemikiran untuk menentukan
tujuan dan pilihan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini disertakan:
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi presentase
dari tiap variabel yang akan diteliti. Hal ini ditentukan dengan rumus :

F
P¿ N x 100 %

keterangan : P = Presentase
f =jumlah jawaban benar
n = jumlah

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariate merupakan analisa yang dapat dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga ada pengaruh atau berkorelasi (Dr. Sandu Siyoto,
SKM. & M. Ali Sodik, 2015). Sebelum dilakukan uji statistik terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk mengetahui
data berdistribusi normal atau tidak. Adapun jika data berdistribusi normal,
maka digunakan statistik uji paired sampel t-Test (uji-t berpasangan). Jika
data yang berdistribusi tidak normal dapat menggunakan uji Non
parametic Wilcoxon. Cara ini juga digunakan nilai probabilitas yang
berdasarkan dengan tingkat kemaknaan 95% (α= 0,05). Dikatakan ada
perbedaan bermakna sebelum dan juga sesudah perlakuan bila p ≤0,05
maka Ho ditolak dan, jika p≥0,05 Ho diterima (Dahlan & Sopiyudin,
2017). Beberapa syarat penggunaan dependen t-test, yaitu :
a. Data berdistribusi normal
b. Kedua kelompok dipilih secara non random (dipasang/matcing)
27

J. Bagan Alur Penelitian

Lokasi Penelitian di puskesmas


Baluase
PraPenelitian

Proses Penyusunan Pengambilan Data Awal


Proposal
28

Konsul dan Perbaikan


Proposal

Ujian Proposal

Perbaikan Proposal

Mengidenfikasihipertensi
Mengurus
SuratIzinPeneltian

Membuktikan efektifitas pemberian


rendaman Air hangat campuran
PenelitianLapangan
garamterhadap penurunan hipertensi

Analisa Data Univariat DistribusiFrek


uensi

PenyusunanLaporan Hasil
Uji independent
Penelitian Bivariat
sample t-test

Konsul dan Perbaikan


HasilPenelitian

Uji Turnitin

UjianTutup Hasil dan


Pembahasan

3.2 Gambar Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Alfeus, A. M. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Wineka


Media. https://doi.org/http://www.winekamedia.com
Aliffatunisa. (2021). Hubungan Aspek Dukungan Sosial Keluarga terhadap Tekanan
Darah Terkontrol pada Lansia dengan Hipertensi. Keperawatan Raflesia, 3, 1–
10. https://doi.org/10.33088/jkr.v3i2.695
Apriyani Puji Hastuti, M. K. (2022). HIPERTENSI (M. P. I Made Ratih R (ed.);
Cetakan II). Anggota IKAPI No.181/JTE/2019.
Aram V. Chobanian, MD. 2017. Guidelines for the Management of hypertensin.
Departemen of Medicine, Boston University School of Medicine. Boston
University 72 East Concord Street.
Anggraini Dwi Kurnia, Dicky Aprilyan, Nur Lailatul Musrorah, Nur Melizza. The
Effect of hydrotherapy on Blood Pressure in patients with hipertension: A.
Literature Review.
Bakar, A., Khusniyah, I. M., & Pratiwi, I. N. (2020). The effect of listening to asmaul
husna, isometric handgrip exercise, and foot hydrotherapy intervention to reduce
blood pressure in the elderly with hypertension. International Journal of
Psychosocial Rehabilitation, 24(9), 837–844. https://doi.org/10.37200/IJPR
/V24I9/PR290102
Burnier, M. (2017). Drug adherence in hypertension. Pharmacological Research,
125, 142–149. https://doi.org/10.1016/j.phrs.2017.08.015
Chobanian, A. V. (2017). Guidelines for the Management of Hypertension. Medical
Clinics of North America, 101(1), 219–227. https://doi.org/10.1016/j.mcna.
2016.08.016
Dahlan, & Sopiyudin. (2017). Langkah langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. (2021). Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 1–377.
Dr. Sandu Siyoto, SKM., M. K., & M. Ali Sodik, M. . (2015). Dasar Metodologi
Penelitian (Ayup (ed.); Cetakan 1). Literasi Media.
Giovana Macedo Linhares, Antonio Vieira Machado, Marcus & Belo MG. Brazil.
Hydrotheraphy Reduces Arterial Stiffmess in pregnant women with chronic
hypertension.
Gökçe, H., & Gürdoğan, E. P. (2019). Complementary and Alternative Therapy
Usage Status and Attitudes of Hypertension Patients. Eurasian Journal of
Family Medicine, 8(2), 59–68. https://doi.org/10.33880/ejfm.2019080202
Halbach, S. M. (2018). Hypertension in chronic kidney disease. Pediatric
Hypertension, 451–472. https://doi.org/10.1007/978-3-319-31107-4_47
Hilal Gokce, Eylem Pas Gurgodan. 2019. Complementary and alternatif therapy
usage tatus and attitudes of hypertension patients. euras j fam. Med 2019;8
(2):59-68.
Kemenkes RI. (2021). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2021. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
Kurnia, A. (2020). Self-Management Hipertensi (Tika Lestari (ed.)). CV. Jakad
Media Publishing. https://doi.org/https://jakad.id
Linhares, G. M., Machado, A. V., & Malachias, M. V. B. (2020). Hydrotherapy
reduces arterial stiffness in pregnant women with chronic hypertension.
Arquivos Brasileiros de Cardiologia, 114(4), 647–654.
https://doi.org/10.36660/abc.20190055
Masturoh, I., & Angggita, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Muri Yusuf. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan (Kencana).
Nuraini, B. (2018). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.
Nurmaulina, A., & Hadiyanto, H. (2021). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air
Hangat pada Lansia dalam Menurunkan Tekanan Darah Abstrak Pendahuluan
Metode Hasil. 4, 2015–2018.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian 09162019.pdf (p. 415). Salemba Medika.
Pamungkas, & Usman. (2017). Metodeologi riset keperawatan. Trans info medika.
Penghimpun Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Pedoman
Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular (Edisi Pert, pp. 3–7).
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan (E. 4 (ed.)). Rineka Cipta.
Putra, I. D. (2020). Pengaruh rendaman air hangat pada kaki. 06, 12–16.
Sari, S. M., & Aisah, S. (2022). Terapi Rendam Kaki Air Hangat Pada Penderita
Hipertensi.
Seyed Mehrdad Hamrahoam and Bonita Falkner. Hypertension in chronic kidney
disease.adv.exp.med.biol=advances in internal medicine.
Soekidjo N. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Sugiyono. (2018). Metode penelitian Kombinasi (SUTOPO, M).
Unger, T., Borghi, C., Charchar, F., Khan, N. A., Poulter, N. R., Prabhakaran, D.,
Ramirez, A., Schlaich, M., Stergiou, G. S., Tomaszewski, M., Wainford, R. D.,
Williams, B., & Schutte, A. E. (2020). International Society of Hypertension
Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension, 1334–1357.
https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026
Wahyudi, S. T. (2017). Statistika Ekonomi Konsep, Teori, dan Penerapan (p. 221).
Universitas Brawijaya Press.
WHO. (2021). Global Report On Operation action. World Health Organization.
WHO. (2023). Hypertension.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension
Yunita Indah Prasetyaningrum, S. G. (2014). Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti
(cetakan pe). FMedia (Imprint AgroMedia Pustaka).
Zhang, X. T., Ren, W. D., Song, G., Xiao, Y. J., Sun, F. F., & Wang, N. (2019).
Infantile hepatic hemangiomas associated with high-output cardiac failure and
pulmonary hypertension. BMC Cardiovascular Disorders, 19(1), 1–6.
https://doi.org/10.1186/s12872-019-1200-6
Lampiran 1. Jadwal Penelitian

JADWAL PENELITIAN
No Jenis Kegiatan Tahun 2023
2 3 4 5 6 7 8 9
1 Konsultasi Judul
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan proposal
4 Ujian proposal
5 Perbaikan hasil ujian proposal
6 Penelitian
7 Bimbingan hasil
8 Ujian hasil
Lampiran 1.
LEMBAR OBSERVASI

No Nama Jenis Usia Pendidikan Tekanan darah


kelamin Sebelum Sesudah
Lampiran 2.

STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)


PEMBERIAN RENDAMAN KAKI AIR HANGAT
NO CARA KERJA
1 Persiapkan alat dan bahan:
a. Thermometerair
b. Baskom/ ember bentuk tabung dengan tinggi 44 cm, diameter 47cm dan
tebal 0,25 cm.
c. Dua buah handuk ukuran dewasa (70×135 cm) Wadah air/ termos yang
berisi air panas 3L
2 Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan prosedur
3 Fase Kerja
a. Menjaga privasiklien
b. Berikan klien posisiduduk
c. Mengukur tekanan darah klien 10 menit sebelum dilakukan rendam kaki
dan dicatat dalam lembar penilaianobservasi
d. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air panas sampai setengah
penuh lalu ukur suhu air (35oC) dengan thermometerair.
e. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki
terlebihdahulu.
f. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (10menit)
g. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka
tambahkan air panas (kaki diangkat dari ember) dan ukur kembali
suhunya dengan thermometer. Atau bisa dengan cara lansung mengganti
dengan ember yang baru dengan suhu yang sudahdiukur dan pindahkan
kaki pasien pada ember selanjutnya atau ember kedua.
h. Tutup ember dengan handuk untuk mempertahankan suhu
i. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan handuk dan
rapikan alat
4 Fase Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Menyampaikan rencana tindaklanjut
c. Catat hasil kegiatan dalam lembarobservasi

Lampiran 3.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :
Kategori Skore :

NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI


I Persiapan alat dan Bahan
1. Spigmomanometer
2. Stetoskop
3. Arloji
4. Sarung tangan (jika perlu)
5. Buku catatan dan pulpen
II Persiapan pasien
1. Mengatur posisi klien yang nyaman
2. Memperkenalkan diri
3. Identifikasi pasien menggunakan minial dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan atau nomor RM).
4. Memberitahukan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
5. Kontrak waktu

III Persiapan Lingkungan


1. Pasang sampiran
2. Atur pencahayaan

III Tahap Kerja


1. Mencuci tangan 6 langkah
2. Pasang sarung tangan bersih
3. Mengatur posisi klien yang nyaman

MENGUKUR TEKANAN DARAH


4. Manset dibalutkan dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan
dikembangkan dengan pompa.
5. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brachial
menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan tekanan sistolik darah
telah dilampaui dan arteri brakhialis telah tertutup.
6. Manset dikembangkan lagi sebesar 20-30 mmHg diatas titik hilangnya
denyutan radial.
7. Manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara
auskultasi maupun palpasi.
8. Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung
9. Stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada
arteri brakhialis.
10. Manset dikempiskan 2-3 mmHg per detik, sementara kita menungggu
awitan bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan sistolik (bunyi
Korotkoff) yang bersamaan dg detak jantung, dan akan terus terdengar
sampai tekanan dalam manset turun dibawah tekanan diastolik. Pada
titik tersebut bunyi akan menghilang
11. Baca dan catat hasilnya
12. Rapikan pasien dan alat-alat yang telah digunakan

IV Hasil
1. Mengobservasi reaksi/ respon pasien setelah Tindakan
2. Melakukan dokumentasi Tindakan yang telah dilakukan

Palu, Juli 2023

Peneliti

Anda mungkin juga menyukai