Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal
yang progresif dan irreversible dan dapat menyebabkan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan penumpukan cairan,
kemudian dapat mengancam keselamatan hidup pada penderitanya1
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018
menyebutkan jumlah pertumbuhan penderita penyakit ginjal kronik telah
mengalami peningkatan 50% dari tahun sebelumnya. Lebih dari 2 juta orang
diperkirakan membutuhkan hemodialisis dan terus meningkat setiap
tahunnya. Kemudian di tahun (2015) menyatakan bahwa prevalensi
penyakit ginjal kronik mencapai 10% dari total populasi, Diperkirakan 1,5
juta pasien yang menjalani cuci darah (hemodialisis) dan jumlah ini terus
meningkat sebesar 8% setiap tahunnya.2
Berdasarkan Studi Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018) dipastikan
bahwa prevalensi penyakit ginjal kronik di indonesia adalah 499.800 jiwa
dalam (2%), di mana Maluku menempati prevalensi kejadian penyakit ginjal
kronis tertinggi dengan jumlah 4.351 jiwa (0,47%). Menurut hasil survei
tahun 2019 oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Indonesia
merupakan negara dengan kejadian penyakit ginjal kronik yang tinggi
diperkirakan mencapai 12,5% atau sekitar 25% dari total penduduk jutaan
orang Indonesia menderita gangguan fungsi ginjal.3
Berdasarkan Kementerian Kesehatan, kejadian penyakit ginjal kronik
telah mencapai 0,5% di tahun 2018 dan terus meningkat setiap tahunnya.
Dari diagnosis perhimpunan dokter Indonesia yang menjalani hemodialisis
di provinsi Sulawesi Tengah menempati urutan ke-lima yaitu 0,5% dan juga
terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Menurut data yang diperoleh dari RSUD UNDATA Provinsi Sulawesi
tengah, pada tanggal 30 maret 2023, didapatkan bahwa jumlah pasien yang
menjalani hemodialisa dari tanggal 1 februari 2023 sampai 29 februari 2023
sebanyak 114 pasien.

Pasien yang menjalani terapi hemodialisis tetap akan mengalami


sejumlah permasalahan dan komplikasi serta adanya berbagai perubahan
pada bentuk dan fungsi sistem dalam tubuh45 . Masalah umum yang
banyak dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisis adalah
ketidakpatuhan terhadap regimen terapiutik. Kepatuhan dalam pembatasan
intake cairan diukur dengan menggunakan rata – rata berat badan yang
didapat diantara waktu dialysis atau interdialityc weight gain (IDWG).
IDWG mempengaruhi konsentrasi hemoglobin dan gangguan
kardiovaskular serta memicu komplikasi, dua artikel lainnya menyatakan
bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap IDWG adalah asupan
cairan, rasa haus, selfefficacy dan perilaku diet, satu artikel menyatakan
bahwa IDWG terkontrol akan meningkatkan kualitas hidup pasien gagal
ginjal stadium akhiryang menjalani hemodialisis2.
Kepatuhan terhadap rejimen pengobatan dan penghindaran atau
minimalisasi komplikasi merupakan faktor penting yang berkontribusi
terhadap kelangsungan hidup dan kualitas hidup. Manajemen cairan pada
pasien dengan penyakit ginjal yang menjalani dialisis merupakan faktor
kunci dalam menentukan keberhasilan pengobatan . Pengontrolan diet dan
manajemen diet mempengaruhi penambahan berat badan (IDWG) selama
dialisis. Oleh karena itu, IDWG merupakan ukuran kepatuhan pasien yang
menerima terapi hemodialisis. Ketidakpatuhan diet cair pada pasien
hemodialisis dipengaruhi oleh rendahnya kepercayaan diri atau rendahnya
efikasi diri. Oleh karena itu, agar pasien dapat melakukan hal tersebut,
pasien membutuhkan edukasi dan komunikasi yang efektif untuk
mempertahankan IDWG dalam batas normal. Hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa dengan melakukan edukasi yang terstrutu terhadapp
pentingnya diet cairan pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis
dapat menurunkan interdialityc weight gain (IDWG).2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “apakah ada
pengaruh edukasi nutrisi terhadap tingkat pengetahuan pengelolaan diet
nutrisi pasien chonic kidney disease yang menjalani hemodialisa di RSUD
UNDATA Provinsi Sulawesi Tengah?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh edukasi nutrisi terhadap tingkat pengetahuan pengelolaan diet
nutrisi pasien chronic kidney disease yang menjalani hemodialisa di
RSUD UNDATA Provinsi Sulawesi Tengah

2.Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ada dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut.
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada pasien chronic kidney
disease di ruang hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah sebelum diberikan edukasi.
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada pasien chronic kidney
disease di ruang hemodialisa RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah sebelum diberikan edukasi
c. Menganalisis pengaruh edukasi nutrisi terhadap tingkat
pengetahuan pengelolaan diet nutrisi pasien chronic kidney disease
yang menjalani hemodialisa di RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah

D. Manfaat Penelitian

1. Ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan materi
kuliah untuk kegiatan proses belajar belajar mengajar serta dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pemberian edukasi
terhadap tingkat pengetahuan pasien chronic kidney diasiase dan
sebagai bahan kajian bagi peneliti dan memperkaya bahan Pustaka
institusi.

2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang pengelolaan diet nutrisi pada penderita chornic kidney disiase .

3.Bagi RSUD UNDATA


Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna terkait
tingkat pengetahuan penderita chornic kidney disiase tentang pengelolaan
diet nutrisi. Sehingga setiap tenaga Kesehatan dapat mengerti hal apa yang
perlu dilakukan dalam memberikan intervensi yang berhubungan dengan
peningkatan pengetahuan pasien dengan chornic kidney disiase, harpannya
pasien dapat mengelola diet nutrisi secara baik.

Anda mungkin juga menyukai