Oleh:
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
% : Persen
< : Kurang dari
≤ : Kurang dari atau sama dengan
> : Lebih dari
≥ : Lebih dari atau sama dengan
α : Alfa
β : Beta
ACE : Angiotensin Converting Enzyme
ARB : Angiotensin II Receptor Blocker
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
CCB : Calcium Channel Blocker
CDK : Chronic Disease Kidney
DASH : Dietary Approach to Stop Hypertension
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
DM : Diabetes Melitus
GSK : GlaxoSmithKline
HDL : High Density Lipoprotein
IMT / BMI : Indeks Massa Tubuh / Body Mass Index
JNC : Joint National Committee
Kg : Kilogram
Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
LDL : Low Density Lipoprotein
Lansia : Lanjut Usia
mmHg : Milimeter Hydrargyrum / Milimeter Raksa
n : Jumlah
Na : Natrium
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PIO : Pelayanan Informasi Obat
TD : Tekanan Darah
TDD : Tekanan Darah Diastolik
TDS : Tekanan Darah Sistolik
UU : Undang-Undang
WHO : World Heart Organization
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pada
umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga
banyak penderita yang tidak menyadarinya. Oleh karenan itu hipertensi dikatakan
Profiles prevalensi hipertensi didunia pada usia >25 tahun mencapai 38,4%.
Di wilayah Asia Tenggara, 35% orang dewasa didiagnosis dengan hipertensi dan
9,4% dari semua kematian terkait dengan hipertensi. Prevalensi Indonesia lebih
Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia
(lansia), usia di atas 60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80% dari
2016). Keadaan ini didukung oleh penelitian Rahajeng (2009) yang menunjukkan
1
bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia.
perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibat adalah
penyakit hipertensi pada lansia dalam 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa pada
tahun 2016 sebanyak 1.909 kasus, tahun 2017 tercatat 1.862 dan pada tahun 2018
lanjut usia seperti gagal jantung dan stroke. Banyak faktor yang mempengaruhi
tidak terkontrolnya tekanan darah pada usia lanjut, diantaranya faktor pasien,
faktor obat, faktor tenaga kesehatan dan faktor sistem kesehatan. Selain itu,
kontrol tekanan darah juga dinilai sangat dipengaruhi kepatuhan pasien dalam
penyebab pasien geriatri tidak patuh dalam mengkonsumsi obatnya, yaitu jumlah
dengan minum obat antihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan darah
2
pasien sering percaya bahwa tidak perlu patuh terhadap pengobatan sehingga
hipertensi berusia diatas 65 tahun yang yang memiliki edukasi rendah agar mereka
lebih mengerti dan patuh terhadap terapi dengan tujuan mengurangi resiko yang
mungkin terjadi.
relevan tentang hipertensi, faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat
dimodifikasi serta teknik yang tepat untuk mengontrol tekanan darah di rumah.
ketersediaan alat penilaian yang valid sangat penting. Beberapa metode tersedia
3
perawatan primer harus valid, dapat diandalkan, tidak invasif, hemat biaya dan
diuji dan pengobatan. Skala Kepatuhan Hill-Bone adalah salah satu kuesioner
tingkat kepatuhan dan nilai tekanan darah pasien hipertensi geriatri yang di
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas masalah yang dapat dikaji dalam
booklet?
2. Bagaimana nilai tekanan darah pasien hipertensi geriatri sebelum dan sesudah
pemberian booklet?
3. Apakah terdapat korelasi antara nilai tekanan darah dengan tingkat kepatuhan
minum obat pada pasien geriatri yang menderita hipertensi dengan pemberian
booklet?
4
C. Tujuan
booklet.
2. Mengetahui nilai tekanan darah pasien hipertensi geriatri sebelum dan sesudah
pemberian booklet.
booklet obat.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi institusi, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas
(Khusnawati 2011).
kegiatan pokok (Efendi, 2009). Puskesmas juga dapat didefinisikan sebagai unit
2017).
6
kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
B. Geriatri
rencana aksi nasional kesehatan lanjut usia menjelaskan, lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Sedangkan menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2007, usia tua dibagi menjadi kriteria
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia
khusus yang membedakannya dari pasien usia lanjut pada umumnya (Setiati,
7
2013). Pasien geriatri memiliki karakteristik khusus, yaitu umumnya telah terjadi
ginjal dan hati (Maindoka dkk., 2017). Masalah kesehatan pada penduduk lanjut
usia bervariasi, baik dari segi proses fisiologis maupun patologi kerentanan
terhadap penyakit kronis dan infeksi akut akan meningkat sejalan dengan proses
dengan bertambahnya usia (Dasopang dkk., 2015). Hipertensi yang terjadi pada
penurunan salah satunya ialah ginjal sebagai alat ekskresi (WHO, 2013).
C. Hipertensi
1. Definisi
dari bahasa Latin “hyper” dan “tension”. Hyper berarti super atau luar biasa dan
kedokteran yang populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan
darah adalah tenaga yang dipakai oleh darah yang dipompakan dari jantung untuk
8
dengan tajam dan kemudian menetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan
sebagai tekanan darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Ibrahim,
2011).
2. Etiologi
lebih dari 90% pasien memiliki hipertensi esensial, suatu gangguan yang tidak
menderita penyakit hipertensi. Hipertensi esensial terjadi empat kali lebih sering
di antara orang kulit hitam daripada di antara orang kulit putih, dan itu terjadi
lebih sering di antara pria paruh baya daripada di antara wanita paruh baya.
Faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup yang penuh tekanan, asupan natrium
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
9
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun,
2011).
3. Klasifikasi
hipertensi esensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi
yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertesi esensial. Pada umunya
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na, obesitas
terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah (Gunawan, 2012).
10
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa mencakup 4
kategori, dengan nilai normal tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan
tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai
cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua
tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diterapi obat.
Tabel 2. Target nilai tekanan darah untuk usia ≥ 18 tahun menurut JNC VII
4. Patofisiologi
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan
resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup.
Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung dan alir vena
(Piyanto, 2010). Tekanan ini supaya darah mencapai seluruh organ dan jaringan,
11
kembali ke jantung (Tjay dan Rahardja, 2002) untuk mengangkut oksigen dan zat.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
Pada medula otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang
sensitif terhadap norepinefrin, meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa
terjadi hal tersebut. Pada saat yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang.
angiotensin I yang akan diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat
yang nantinya akan merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
12
aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga
terjadi peningkatan volume intra vaskular. Semua faktor ini dapat mencetus
tekanan darah usia lanjut. Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah.
dan curah jantung pun ikut menurun, sedangkan tahanan perifer meningkat
(Ibrahim, 2011).
5. Manifestasi Klinik
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa, jika
kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah yang tida mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat, nokturia akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
13
6. Faktor Resiko
Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin dan
genetik.
1) Umur
kalangan usia lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
2) Jenis Kelamin
sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki
14
pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh
faktor hormonal.
3) Keturunan (genetik)
membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi
maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang
tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-
anaknya.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain antara lain merokok,
1) Kegemukan (obesitas)
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada
15
2) Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh
atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag.
3) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara
Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah
16
asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan
darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran
di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi
6) Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
7. Diagnosis
penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin,
killer” karena pasien dengan hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala
17
Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan
meliputi pemeriksaan darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah, lemak
darah, elektrolit, kalsium, asam urat, dan urinalisis. Pemeriksaan lain juga dapat
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan terapi antihipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas
darah diastolik yang normal bila tekanan sisitolik normal dapat diwujudkan, maka
batas normal.
a. Terapi Nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat oleh semua individu sangat penting dalam
pencegahan tekanan darah tinggi dan merupakan bagian tak terpisahkan dari
gagal jantung, infark miokard atau stroke sebelumnya, status risiko koroner yang
18
tinggi, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis) memberi respon baik terhadap
modifikasi gaya hidup dan biasanya tidak memerlukan terapi obat (WHO, 2005).
darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk,
kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah natrium, aktifitas fisik dan
tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi
garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat
19
b. Terapi Farmakologi
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: mempunyai efektivitas yang
tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal,
harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien, dan memungkinkan
penggunaan jangka panjang (Ibrahim, 2011). Menurut JNC VIII pada populasi
umum berusia > 60 tahun terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan darah
dimulai jika tekanan darah sistolik >150 mmHg atau tekanan darah diastolik <90
1) Diuretik
curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, beberatpa diuretic
ini diduga akibat menurunan natrium diruang interstisial dan di dalam sel otot
2012). Diuretik thiazida dianggap sebagai obat hipertensi pilihan utama dan
20
sebaiknya digunakan sebagai terapi awal bagi kebanyakan penderita tekanan
darah tinggi, sebagai obat tunggal atau dikombinasi dengan antihipertensi lain
2) Beta Blocker
dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain penurunan frekuensi
produksi angiotensin II, efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatiss,
seperti peningkatan tekanan darah dan ekskresi kalium, retensi natrium dan air
(Tjay dan Rahardja, 2007). Pemberian obat golongan ini menurunkan tekanan
21
sensitive), sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel.
5) ACE-inhibitor
berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi
6) Alfa Blocker
7) Vasodilator
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin
22
dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah
8) Penghambat Simpatis
(syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang termasuk
Efek samping yang dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah
merah kerena pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-
kadang dapat menyebabkan penyakit hati kronis. Saat ini golongan ini jarang
D. Kepatuhan
1. Definisi
medis. Terkait dengan terapi obat, kepatuhan pasien didefinisikan sebagai derajat
kesesuaian antara riwayat dosis yang sebenarnya dengan regimen dosis obat yang
nyatanya obat diminum dengan bagaimana obat seharusnya diminum sesuai resep
antihipertensi yang ada saat ini telah terbukti dapat mengontrol tekanan darah
23
pada pasien hipertensi, dan juga sangat berperan dalam menurunkan risiko
tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam
antihipertensi adalah salah satu faktor utama kegagalan terapi (Hazwan dkk.,
2013).
pasien dalam pengobatan. Menurut Fauzi dan Nisha (2018) Ada lima faktor yang
a. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, status pendidikan dan tingkat
pengetahuan kesehatan.
24
c. Faktor pengobatan yaitu regimen dosis, lama terapi kompleksitas terapim
3. Meningkatkan Kepatuhan
2018).
25
b. Edukasi
penguatan praktik dan pengalaman tertentu. Edukasi kepada pasien yaitu proses
yang membutukan teori dan alat bantu agar supaya pasien lebih mudah memahami
c. Konseling
atau nasehat tentang obat yang baik dalam bentuk lisan atau tertulis kepada pasien
atau yang mewakili mengenai efek samping, penyimpanan, diet dan perubahan
yang isinya meliputi patofisiologi penyakit dan mekanisme kerja kerja obat
(Rikomah, 2018).
Booklet adalah salah satu media promosi kesehatan yang berisi tulisan atau
gambar atau keduanya (Efendi, 2009). Booklet merupakan salah satu media cetak
Hal ini ditunjang oleh karakteristik penyampaian pesan pada booklet yang bersifat
visual, verbal, mudah dibawa dan dibaca setiap saat dan juga permanen. Booklet
26
rnengandung unsur-unsur teks, gambar dan garis sehingga mampu memikat hati
baik dan pendorong untuk melakukan sesuatu yang baru (Silalahi, 2018). Selain
itu, booklet juga memiliki kelebihan seperti dapat disimpan dalam waktu yang
sehingga tingkat pengetahuan pasien bertambah serta sikap atau perilaku buruk
pasien, sehingga target terapi dapat tercapai yang ditandai dengan penurunan
tekananan darah sistolik dan diastolik pasien. Konseling pasien yang secara efektif
akan membuat pasien mengerti tentang penyakit, terapi dengan antihipertensi dan
4. Pengukuran Kepatuhan
pengukuran langsung dan tidak langsung. Metode langsung termasuk terapi yang
diamati langsung, pengukuran tingkat obat atau metabolitnya dalam darah atau
27
urin dan deteksi atau pengukuran penanda biologis yang ditambahkan ke
formulasi obat, dalam darah. Adapun metode tidak langsung termasuk, laporan
pasien sendiri, menghitung pil, tingkat pengambilan ulang resep, penilaian respon
klinis pasien, monitor pengobatan elektronik, buku harian pasien, dan kuisioner
tahun (2000) untuk menilai kepatuhan pasien hipertensi. Skala ini menilai perilaku
pasien untuk tiga domain perilaku penting dari perawatan tekanan darah tinggi
yaitu, mengurangi asupan natrium, rutin berobat dan kepatuhan minum obat.
Skala ini terdiri dari 14 item pertanyaan dengan 4 tingkatan jawaban yang masing-
masing mempunyai skor. (Awad dkk., 2011). Kuesioner ini tampak andal dan
mungkin menjadi alat yang berguna untuk mendeteksi pasien yang tidak patuh
dengan skala empat poin mulai dari 1 hingga 4 (1 = tidak pernah, 2 = kadang-
kadang, 3 = sering, dan 4 = sangat sering). Total skor kuesioner ini berkisar dari
14 (kepatuhan sempurna) hingga 56 (tidak patuh) dengan skor yang lebih tinggi
yang menunjukkan kepatuhan yang kurang baik secara keseluruhan. Kuesioner ini
dapat diandalkan, divalidasi dan khusus untuk pasien hipertensi (Bhusal dkk.,
2016).
28
Tabel 4. Skala Kepatuhan Hipertensi Hill-Bone.
Nilai
No. Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Sangat Tidak
Selalu
pernah kadang sering tahu
1. Seberapa sering
anda lupa minum
1 2 3 4 8 9
obat
antihipertensi?
2. Seberapa sering
anda
memutuskan
1 2 3 4 8 9
untuk tidak
minum obat
hipertensi?
3. Seberapa sering
anda makan 1 2 3 4 8 9
makanan asin?
4. Seberapa sering
anda
mencampurkan
garam, penyedap
rasa, atau 1 2 3 4 8 9
pengaroma pada
makanan anda
sebelum
memakannya?
5. Seberapa sering
anda makan
makanan cepat
saji? (seperti
1 2 3 4 8 9
KFC, Texas,
Recheese factory
dan makanan
berlemak)
6. Seberapa sering
anda membuat
janji kunjungan
yang dijadwalkan
1 2 3 4 8 9
berikutnya
sebelum
meninggalkan
puskesmas?
7. Seberapa sering
anda melewatkan
janji kunjungan 1 2 3 4 8 9
ke dokter yang
dijadwalkan?
29
8. Seberapa sering
anda
meninggalkan
puskesmas tanpa
mengambil obat 1 2 3 4 8 9
yang diresepkan?
(Karena antrean
panjang, apotek
tutup, lupa)
9. Seberapa sering
anda kehabisan
1 2 3 4 8 9
obat
antihipertensi?
10. Seberapa sering
anda melewatkan
obat
antihipertensi 1 2 3 4 8 9
anda 1-3 hari
sebelum pergi ke
klinik?
11. Seberapa
seringkah anda
melewatkan
minum obat 1 2 3 4 8 9
antihipertensi
ketika merasa
lebih baik?
12. Seberapa sering
anda lewatkan
meminum obat
1 2 3 4 8 9
antihipertensi
ketika anda
merasa sakit?
13. Seberapa sering
anda meminum
obat 1 2 3 4 8 9
antihipertensi
orang lain?
14. Seberapa sering
anda tetap ingin
meminum obat
1 2 3 4 8 9
antihipertensi
ketika anda
kurang peduli?
(Sumber : Culig dan Marcel, 2014).
30
F. Kerangka Konsep
Hipertensi merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengalami
Pasien geriatri yang peningkatan tekanan darah diatas
mengalami hipertensi normal, yaitu tekanan darah di bawah
dan minum obat usia 60 tahun > 140/90 mmHg, tekanan
antihipertensi darah di atas usia 60 tahun > 150/90
mmHg, dan di atas dan sama dengan
usia 18 tahun dengan penyakit DM dan
Pengukuran Tekanan penyakit ginjal kronis ≥ 140/90 mmHg.
Darah Awal Hipertensi membutuhkan kepatuhan
terapi untuk mencapai tekanan darah
Pre-test sebagai tujuan terapi.
Uji Kepatuhan
menggunaan kuisioner
Hill-Bone
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
Informasi standar,
Informasi standar regimen terapi dan
regimen terapi pemberian booklet
Uji Korelasi
Pearson
Analisis Data
Hasil
Keterangan :
: Variabel bebas
: Variabel terikat
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni tahun 2019, di
B. Jenis Penelitian
tidak secara acak memasukkan para partisipan ke dalam kedua kelompok terebut
bulan berikutnya (Dewanti dkk., 2015). Pada tahap awal dan akhir penelitian,
1. Populasi
yang datang berobat ke Puskesmas Puuwatu Kota Kendari, sebanyak 202 pasien
tahun 2018.
2. Sampel
32
kriteria inklusi akan dimasukkan dalam penelitian sampai ukuran waktu tertentu
sehingga jumlah subjek penelitian yang diperlukan memenuhi. Sampel terdiri dari
2 kelompok yaitu :
berpasangan. Dikatakan berpasangan karena data diukur dua kali pada individu
2013)
hipotesis satu arah alfa 1,64 dan beta 1,28 dimana selisih yang dianggap bermakna
untuk hipertensi adalah 10 mmHg dan simpang baku diperoleh dari kepustakaan
adalah 14,34.
2
(Zα + Zβ ) S
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
X1 − X 2
2
(1,64 + 1,28) 14,34
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
10
2,92 𝑥 14,34 2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
10
33
41,58 2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
10
𝑛1 = 𝑛2 = (4,1587)2
1. Kriteria Inklusi
rekam medis.
2. Kriteria Eksklusi
c. Pasien hipertensi yang menerima terapi herbal dan terapi alternatif lain.
E. Alat Penelitian
Sphygmomanometer.
34
F. Instrumen Penelitian
3. Booklet yang digunakan adalah Booklet Tekanan Darah yang dibuat oleh
4. Rekam medis adalah catatan yang berisi tentang data pasien hipertensi geriatri
lainnya.
darah, dan perbandingan nilai tekanan darah dan skor skala kepatuhan Hill-
Bone responden.
6. Buku Pedoman JNC VIII adalah buku yang digunakan sebagai acuan untuk
menetapkan target tekanan darah pasien geriatri yaitu 150/90 mmHg untuk
pasien hipertensi primer dan 140/90 mmHg untuk hipertensi dengan penyakit
DM.
G. Definisi Operasional
1. Pasien geriatri yang mengalami hipertensi adalah seseorang yang berusia > 60
tahun mengalami hipertensi dan/atau dengan penyakit penyerta DM, asam urat
35
2. Kuesioner skala kepatuhan Hill-Bone adalah kuesioner yang digunakan untuk
3. Skor skala kepatuhan Hill-Bone adalah skor kepatuhan pasien hipertensi yang
Kategori :
darah.
Kategori :
2014).
36
5. Booklet merupakan media informasi yang dijadikan sebagai edukasi pasien
pemberian booklet.
pemberian booklet.
\
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
37
e. Tiap responden yang telah selesai diberikan pre-test dan diukur tekanan
booklet.
f. Setelah 4 minggu dari pre-test, tiap responden diberikan post test. Post test
I. Pengolahan Data
1. Coding
postcoding.
2. Editing
3. Tabulasi Data
38
4. Entry Data
5. Cleaning
J. Analisis Data
bivariate.
1. Analisis univariate
frekuensi serta proporsi dari variabel yang diteliti, seperti umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis obat hipertensi yang digunakan dan penyakit
2. Analisis bivariate
sampel T berpasangan. Uji ini digunakan jika data terdistribusi normal. Uji ini
sesudah pemberian booklet. Selain itu, uji ini juga digunakan untuk melihat
perbedaan kepatuhan minum obat antara kelompok kontrol yang tidak diberikan
minum obat pasien didapatkan dari hasil skor pengisian kuesioner skala kepatuhan
Hill-Bone.
39
Uji hipotesis korelasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji korelasi
Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan skor
K. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2019. Rincian
jadwal penelitian ini secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Bulan
Jadwal Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Penelusuran
Literatur
2. Penyusunan
Proposal
3. Ujian
Proposal
4. Penelitian di
Puskesmas
Puuwatu
5. Penyusunan
Hasil
Penelitian
6. Ujian Akhir
40
DAFTAR PUSTAKA
Arfania, M dan Gita, M., 2018, Polifarmasi dan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Geriatri dengan Penyait Kronis, Journal of Pharmaceutical Science
and Medical Research, 1 (2).
41
Dawes, M.G., Janusz, K., Graham, S., John, H dan Tina, K., 2010, The Effect Of
A Patient Education Booklet And Bp ‘Tracker’ On Knowledge About
Hypertension. A Randomized Controlled Trial, Family Practice Journal,
27;472–478.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Tahun 2004. Penerbit Depkes RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Hipertensi, Direktorat Bina Farmasi dan Klinis, Jakarta.
Dewanti, S.W., Retnosari, A dan Sudibyo, S., 2015, Pengaruh Konseling dan
Leaflet terhadap Efikasi Diri, Kepatuhan Minum Obat, dan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi di Dua Puskesmas Kota Depok, Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 5 (1).
Dharmeizar, 2012, Hipertensi, Scientific Journal Of Pharmaceutical Development
and Medical Application, 25 (1).
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2017, Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017, Kendari.
Efendi, F dan Makhfudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Salemba
Medika, Jakarta.
Effendy, N., 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Fauzi, R dan Nisha, K., 2018, Apoteker Hebat, Terapi Taat, Pasien Sehat Paduan
Simel Mengelola kepatuhan Terapi, Siletto Indie Book, Yogyakarta.
Gunawan, G.S., 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FKUI, Jakarta.
Hazwan, A dan Gde Ngurah I.P., 2017, Gambaran Karakteristik Penderita
Hipertensi dan Tingkat Kepatuhan Minum Obat di Wilayah Kerja
Puskesmas Kintamani I, Intisari Sains Medis, 8 (2).
Ibrahim, 2011, Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Hipertensi, Idea
Nursing Journal, 2 (2).
Idahcayati, K., 2017, Peningkatan Kepatuhan Pasien Hipertensi dengan
Pemberian Informasi Obat, Jurnal Kesehatan Bakti Tunak Husada, 17 (2).
James, P.A., 2013, 2014 Evidance-Based Guidline for Management of High
Blood Pressure in Adults : Report From the Panel Members Appointed to
the Eight Joint National Commite (JNC VIII). American Medical
Association : JAMA, 311 (5).
42
Jennifer F, David S, 2009 Clinical approach in treatment of resistant hypertension.
Dovepress Journal:Integrated Blood Pressure Control.
Jimmy, B dan Jimmy J., 2011, Patient Medication Adherence: Measures in Daily
Practice, Oman Medical Jornal, 26 (3).
Kemenkes RI. 2016. Permenkes RI No 25 Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi
Nasional Kesehatan Lanjut usia. Depkes RI, Jakarta.
Khomaini, A., Siti, S., Aida, L. dan Esthika, D., 2017, Pengaruh Edukasi
Terstruktur dan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Usia Lanjut: Uji Klinis Acak
Tersamar Ganda, Jurnal Penyait Dalam Indonesia, Vol. 4 (1).
Krishnan, A, Garg, R, Kahadaliyanage, A 2013, Hypertension in the sount–east
asian region : an overview, Regional Health Forumvol, 17 (1).
Maindoka, F.S., Deby, M dan Gayatri, C., 2017, Kajian Interaksi Obat Pada
Pasien Geriatri Rawat Inap di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado,
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmsi, 6 (3).
Nuraini, B., 2015, Risk Factor Of Hypertension, Journal Majority, 4 (5).
Nurfathiyah, P., 2014, Pengaruh Penggunaan Ilustrasi Dan Bahasa Pada Media
Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Di Kabupaten Muara
Jambi, Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains,16 (1).
Nurhidayat, S., 2015, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi, UNMUH
Ponorogo Press, Jakarta.
Pameswari, P., Auzal, H dan Lisa, Y., 2016, Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat
pada Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Mayjen H. A. Thalib Kabupaten
Kerinci, Jurnal Sains Farmai dan Klinis, 2 (2).
Pratiwi, Y.F dan Dyah I.P., 2017, Efektivitas Penggunaan Media Booklet
Terhadap Pengetahuan Gizi Seimbang Pada Ibu Balita Gizi Kurang Di
Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta, Jurnal
Kesehatan, 10 (1).
Presetiawati, I., Retnosari, A dan Rani S., 2017, Effectiveness of A Medication
Booklet and Counseling on Treatment Adherence in Type 2 Diabetes
Mellitus Patients, International Journal of Applied Pharmaceutics, 9 (1).
Priyanto, B., 2010, Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan, Leskonfi, Jawa Barat.
Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Idonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, 59 (12).
Rikomah, S.E., 2018, Farmasi Klinik, Penerbit Deebuplish, Yogyakarta.
43
Saepudin, Siwi, P., Puri, H., dan Endang, S.N., 2103, Kepatuhan Penggunaan
Obat pada Pasien Hipertensidi Puskesmas, Jurnal Farmasi Indonesia, 6
(4).
Sanah, 2017, Pelaksanaan Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Kecamatan Long
Kali Kabupaten Paser, eJurnal Ilmu Pemerintahan, 5 (1).
Setyowati, D.R., Sudarso dan Wahyu U., 2011, Evaluasi Pola Peresepan
Berdasarkan beers criteria pada Pasien Geriatri Rawat Jalan pada Poli
Penyakit Dalam di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Periode Agustus 2010-Maret 2011, Jurnal Pharmacy, 8 (3).
Silalahi V., Wiwin., L., dan Mohammad H., 2018, Efektivitas Audiovisual dan
Booklet sebagai Media Edukasi untuk Meningkatkan Perilaku Skrining
IVA, Jurnal MKMI, 14 (3).
Siyad, A.R., 2011, Hypertension, Hyegia: Journal for Drugs and Medicine, 3 (1).
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P. dan
Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI, Jakarta.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Uchmanowicz, Anna, C., Izabella, U., Joanna, R., dan Erika, S.F., 2018, Factors
Influencing Adherence to Treatment in Older Adults with Hypertension,
Original Article Clinical Intervention in Aging.
World Health Organization, 2005, Clinical Guidelines for The Management Of
Hypertension, WHO Regional Office for The Eastern Mediterania, Cairo.
World Health Organization, 2007. WHO Global Report on Falls Prevention in
Older Age. WHO, Perancis.
World Health Organization, 2013, A Global Brief Of Hypertension.
Wulandari, A.S., 2016, Efektivitas Pemberian Konseling Melalui Booklet
Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Perilaku, Kepatuhan dan Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Purworejo, Tesis,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
44
Lampiran 1. Lembar Pernyataan Persetujuan Berpartisipasi dalam Penelitian
Nama (inisial) :
Alamat :
No. Tlp/HP :
Bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Tinjauan
Tingkat Kepatuhan Menggunakan Skala Kepatuhan Hill-Bone pada Pasien
Hipertensi Geriatri yang Mendapat Booklet di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari”.
Prosedur penelitian ini adalah setiap pasien yang menjadi responden akan
diajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner dan pemeriksaan tekanan
darah. Pemberian kuesioner dan pemeriksaan tekanan darah akan dilakukan
sebanyak dua kali dengan selang waktu empat minggu. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan risiko dan dampak apapun terhadap responden, saya telah diberi
penjelasan mengenai hal tersebut. Dengan ini saya menyatakan dengan sukarela
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Kendari, ……….…...…2019
Peneliti Responden
(.........................................) (.........................................)
45
PENJELASAN:
Penjelasan tertulis dan lisan yang diberikan peneliti harus disampaikan
dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh subyek penelitian, serta meliputi hal-
hal berikut:
1. Penjelasan secara singkat tentang tujuan penelitian.
Saya, Rizki Cahyani Idha mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Halu
Oleo, akan melakukan penelitian tentang “Tinjauan Tingkat Kepatuhan
Menggunakan Skala Kepatuhan Hill-Bone pada Pasien Hipertensi Geriatri
yang Mendapat Booklet di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari”. Saya harap
Responden bersedia untuk ikut serta dalam penelitian saya.
2. Penjelasan tentang manfaat penelitian.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:
a. Bagi peneliti, agar dapat menyelesaikan tugas akhir serta menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit hipertensi dan penilaian
kepatuhan pasien.
b. Bagi masyarakat, agar dapat pengetahuan dan informasi tentang penyakit
hipertensi.
Partisipasi Responden dalam penelitian ini tidak akan menyebabkan
beban keuangan bagi Responden atau keluarga Responden.
3. Penjelasan tentang risiko.
Saat penelitian berlangsung kami usahakan tidak terjadinya risiko apapun,
apabila hal-hal yang tidak diinginkan terjadi maka kami selaku peneliti akan
bertanggung jawab dan akan selalu teliti dalam melakukan setiap perlakuan
penelitian ini.
4. Penjelasan tentang kerahasiaan.
Catatan tentang hasil pemeriksaan Responden akan saya rahasiakan.
Responden hanya akan dikenal dengan kode nomor saja, dan tidak akan
diketahui siapa yang ikut mengambil bagian dari penelitian ini.
5. Penjelasan tentang kontak yang bisa dihubungi jika ada pertanyaan tentang
penelitian.
46
Jika ada pertanyaan tentang penelitian ini, maka Responden bisa
menghubungi saya, Rizki Cahyani Idha, melalui telepon 0813-4044-8747,
atau Komisi Etik Penelitian LPPM Universitas Halu Oleo, Jl. H.E.A.
Mokodompit, Kendari-Sultra, Telepon: (0401) 390105,
Kendari, ……….…...…2019
Peneliti Responden
(.........................................) (.........................................)
47
Lampiran 2. Data Umum Peserta Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
A. DATA UMUM
1. Nama : _________________________________________
2. Tempat, tanggal lahir : _________________________________________
3. Umur : _______ tahun
4. Jenis Kelamin : _________________________________________
5. Alamat : _________________________________________
6. No. Telepon : _________________________________________
7. Pendidikan terakhir :
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
d. Akademi/PT
8. Pekerjaan :
a. Pensiunan/Tidak Bekerja
b. PNS/TNI/POLRI
c. Wiraswasta/Pedagang
b. Pegawai swasta
c. Ibu Rumah Tangga (IRT)
9. Waktu terakhir periksa ke Puskesmas/dokter : ______________________
B. PEMERIKSAAN
1. Tekanan darah (sebelum mendapat booklet) : ___________ mmHg.
2. Tekanan darah (setelah mendapat booklet) : ___________ mmHg.
48
Lampiran 3. Kuesioner Skala Kepatuhan Hill-Bone
Nilai
No. Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Sangat Tidak
Selalu
pernah kadang sering tahu
1. Seberapa sering
anda lupa minum
1 2 3 4 8 9
obat
antihipertensi?
2. Seberapa sering
anda
memutuskan
1 2 3 4 8 9
untuk tidak
minum obat
hipertensi?
3. Seberapa sering
anda makan 1 2 3 4 8 9
makanan asin?
4. Seberapa sering
anda
mencampurkan
garam, penyedap
rasa, atau 1 2 3 4 8 9
pengaroma pada
makanan anda
sebelum
memakannya?
5. Seberapa sering
anda makan
makanan cepat
saji? (seperti
1 2 3 4 8 9
KFC, Texas,
Recheese factory
dan makanan
berlemak)
6. Seberapa sering
anda membuat
janji kunjungan
yang dijadwalkan
1 2 3 4 8 9
berikutnya
sebelum
meninggalkan
puskesmas?
7. Seberapa sering
anda melewatkan
janji kunjungan 1 2 3 4 8 9
ke dokter yang
dijadwalkan?
49
8. Seberapa sering
anda
meninggalkan
puskesmas tanpa
mengambil obat 1 2 3 4 8 9
yang diresepkan?
(Karena antrean
panjang, apotek
tutup, lupa)
9. Seberapa sering
anda kehabisan
1 2 3 4 8 9
obat
antihipertensi?
10. Seberapa sering
anda melewatkan
obat
antihipertensi 1 2 3 4 8 9
anda 1-3 hari
sebelum pergi ke
klinik?
11. Seberapa
seringkah anda
melewatkan
minum obat 1 2 3 4 8 9
antihipertensi
ketika merasa
lebih baik?
12. Seberapa sering
anda lewatkan
meminum obat
1 2 3 4 8 9
antihipertensi
ketika anda
merasa sakit?
13. Seberapa sering
anda meminum
obat 1 2 3 4 8 9
antihipertensi
orang lain?
14. Seberapa sering
anda tetap ingin
meminum obat
1 2 3 4 8 9
antihipertensi
ketika anda
kurang peduli?
(Sumber : Culig dan Leppe, 2014).
Keterangan :
a. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi.
50
Lampiran 4. Data Umum Responden
Jenis
Responden Umur Pendidikan Pekerjaan No. Hp Alamat
Kelamin
51
52
Lampiran 5. Daftar Obat yang Digunakan
53
54
Lampiran 6. Data Rekam Medis Responden
No. Rekam
Responden Penyakit Penyerta Data Lab
Medis
55
56
Lampiran 7. Nilai Tekanan Darah Responden
Tekanan Darah (mmHg)
Responden
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
57
Keterangan:
1 : Normal
2 : Prehipertensi
3 : Hipertensi Tingkat 1
4 : Hipertensi Tingkat 2
Lampiran 8. Skor Skala Kepatuhan Hill-Bone Responden
Skala Kepatuhan Hill-Bone
Responden
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
58
Keterangan:
14 : Kepatuhan Tinggi
>14 dan ≤ 56 : Kepatuhan Sedang
> 56 : Kepatuhan Rendah
Lampiran 9. Nilai Tekanan Darah dan Skor Skala Kepatuhan Hill-Bone
Responden
Tekanan Darah (mmHg) Skala Kepatuhan Hill-Bone
Responden Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Intervensi Intervensi Intervensi Intervensi
59
60