Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PEMBERIAN SENAM KAKI TERHADAP PENINGKATAN

SIRKULASI TUNGKAI KAKI PADA PENDERITA DIABETES


MELITUS TIPE II DI KLINIK RWCC PALU

PROPOSAL

IBRAHIM KADIR
201801107

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN SENAM KAKI TERHADAP PENINGKATAN


SIRKULASI TUNGKAI KAKI PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE II DI KLINIK RWCC PALU

PROPOSAL

IBRAHIM KADIR
201801107

Tanggal Februari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Djuwartini, S.Kep., M.Kep Widyawaty Situmorang, M.Sc


NIK. 20160901067 NIK. 20210901124

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

DAFTA
Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep., M.Erg
NIK. 20110901019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Tinjauan Teori 6

1. Konsep Senam kaki 6


2. Konsep sirkulasi 10
3. Konsep Diabetes Melitus 15

B. Kerangka Konsep 18

C. Hipotesis 18

BAB III METODE PENELITIAN 19

A. Desain Penelitian 19

B. Tempat dan Waktu Penelitian 19

C. Populasi dan Sampel Penelitian 20

D. Variabel Penelitian 21

E. Definisi Operasional 22

F. Instrumen Penelitian 23

G. Teknik Pengumpulan Data 23

iii
H. Analisis Data 25

I. Bagan Alur Penelitian 26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lembar Menjadi Responden

SOP Senam Kaki

Lembar Observasi

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Interpretasii nilai Ankle Brachial Index (ABI) 14

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi duduk pasien diatas kursi 8

Gambar 2.2 Jari kaki seperti cakar ayam 8

Gambar 2.3 Tumit kaki dilantai kemudian telapak kaki diangkat 9

Gambar 2.4 Ujung kaki diangkat keatas 9

Gambar 2.5 Jari-jari kaki dilantai 9

Gambar 2.6 Menulis angka 0 sampai 9 diudara 10

Gambar 2.7 Membuat bola dari koran 10

Gambar 2.8 Cara mengukur nilai ABI 14

Gambar 2.9 Kerangka Konsep 18

Gambar 3.1 Skema rancangan penelitian 19

Gambar 3.2 Bagian Alur penelitian 26

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit berbahaya yang sering


disamakan dengan silent killer. Selain itu, penyakit jantung merupakan
masalah kesehatan yang penting. Diabetes melitus (Yunani): Diabainein,
transparan atau pancuran air, latin mellitus: Rasa manis, disebut juga diabetes
melitus atau kencing manis di Indonesia, menyebabkan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan banyak faktor dengan simtoma
seperti hirglikemia. Komplikasi jangka panjang termasuk penyakit
cardiovaskular, gagal ginjal kronis, kerusakan retina yang dapat
menyebabkan kebutaan dan risiko amputasi, kerusakan saraf yang
menyebabkan impotensi dan gangren1. DM adalah suatu glukosa yang tinggi
dimana insulin tidak merespon sel yang ada di tubuh ataupun produksi insulin
yang tidak memadai2.
Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit kronis, tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan. Salah satu untuk mengendalikan
penyakit ini adalah dengan berolahraga seperti senam kaki. Manajemen
diabetes memiliki empat pilar: pendidikan, nutrisi, olahraga, dan pemberian
obat. Komponen olahraga atau aktivitas fisik penting dalam pengobatan
diabetes karena efeknya pada penurunan gula darah dengan meningkatkan
asupan glukosa otot dan mingkatkan konsumsi insulin3.
Kasus DM yang semakin meningkat dan tidak tertangani dengan baik
dapat menyebabkan komplikasi seperti retinopati diabetik, penyakit
kardiovaskular, penyakit ginjal diabetik, neuropati diabetik (ulkus kaki), dan
salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah ulkus kaki diabetik.
Hiperglikemia pada pasien diabetes. Prevalensi ulkus kaki diabetik terus
meningkat di seluruh dunia. Data persentase tertinggi saudara kandung
dengan diabetes di kaki menunjukkan bahwa di Amerika Utara (13%), Asia

1
2

(5,5%), Eropa (5,1%), Afrika (7,2%) dan terendah di Oseania (3,0%).Ulkus


kaki diabetik lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dan lebih
sering terjadi pada pasien DM tipe 2 dibandingkan tipe 14. Ulkus kaki
diabetik merupakan penyebab utama rawat inap di Indonesia dengan jumlah
sekitar 15%, amputasi 30%, mortalitas 32%, dan diabetes 80%.
International Diabetes Fedaration biasa disingkat dengan (IDF)
memperkirakan sekitar 415 juta orang diseluruh dunia mengidap diabetes
pada tahun 2015, Sementara pada 2017, penderita diabetes melitus
mengalami peningkatan menjadi 425 juta di seluruh dunia5. Prevalensi
penderita diabetes melitus tertinggi berada di kawasan Pasifik Barat dengan
159 juta orang, dan Asia Tenggara dengan 82 juta orang. China dengan 114
juta, diikuti oleh India dengan 72,9 juta, diikuti oleh Amerika Serikat dengan
30,1 juta, diikuti oleh Brazil dengan 12,5 juta dan Meksiko dengan 12 juta
jiwa. Indonesia menempati urutan ke-6 dalam jumlah penderita diabetes
dengan total 10,3 juta orang6.
World Health Organization (WHO, 2020) penderita DM yang berada
di seluruh dunia WHO memperkirakan sekitar 422 juta jiwa, mayoritas
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 1,6 juta
meninggal setiap tahun. Baik jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus
meningkat dalam beberapa tahun terakhir7. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi
diabetes di Indonesia meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5%
pada tahun 2018. Prevalensi terendah adalah 0,8% di provinsi NTT dan
tertinggi di provinsi DKI Jakarta 3,4%8. Sulawesi Tengah masuk dalam 10
besar penderita diabetes melitus, dengan jumlah penderita 284.248 jiwa.
Sedangkan di kota Palu masuk peringkat ke-tiga besar diprovinsi Sulawesi
Tengah sebanyak 27.005 jiwa9. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
penderita DM untuk meningkatkan suplai oksigen ke pembuluh darah adalah
dengan senam kaki.
Senam kaki dapat membantu melancarkan peredaran darah pada kaki
penderita diabetes dan memperkuat otot-otot kecil pada kaki, serta dapat
mencegah kelainan bentuk kaki yang disebabkan oleh tidak cukupnya insulin
3

pada penderita yang menyebabkan diabetes. Gula darah yang tinggi


menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan struktur. Senam
kaki juga digunakan sebagai latihan kaki. Senam kaki diyakini juga dapat
mengatasi pasien diabetes, sehingga pasien diabetes merasa nyaman setelah
melakukan senam kaki, mengurangi rasa sakit, mengurangi kerusakan saraf
dan mengontrol gula darah serta meningkatkan peredaran darah dikaki 10.
Menurut Diyah Fatimasari dkk, (2019), melakukan penelitian tentang terapi
kombinasi Diabetic Self Management Education (DSME) dengan senam kaki
diabetik terhadap Ankle Brachial Index pada penderita diabetes melitus tipe
II, hasil penelitiannya aliran darah kaki mengalami peningkatan 0,84 mmHg
sebelum latihan kaki dan 1,10 mmHg setelah latihan kaki11. Hasil dari
penelitian dari Sri Wulan Megawati, ddk (2020), dengan judul penelitian
senam kaki diabetes pada penderita diabetes melitus tipe 2 untuk
meningkatkan nilai Ankle Brachial Index. Sebelum dilakukan senam kaki
(pretest) hasinya 0,81 dan setelah diberikan perlakuan (prepost) hasilnya 0,91,
jadi penelitian ini ada peningkatan sirkulasi terhadap pemberian senam kaki
pada penderita diabetes tipe II12.
Olahraga tidak diragukan lagi baik untuk kesehatan dan kekuatan
secara keseluruhan jika dilakukan dengan benar menurut ilmu kesehatan.
Selain itu, olahraga telah lama digunakan sebagai bagian dari pengobatan
diabetes, tetapi tidak dianjurkan untuk penderita diabetes (termasuk
masyarakat umum) melakukan semua olahraga karena dapat menyebabkan
efek yang tidak diinginkan. Olahraga yang dianjurkan yaitu olahraga terukur,
teratur, terkontrol, dan berkelanjutan. Frekuensi yang disarankan ialah 3-5
kali seminggu dengan intensitas yang disarankan adalah 40-70% (ringan
hingga sedang). Senam kaki adalah olahraga yang sangat dianjurkan bagi
pasien DM dan lansia13.
Senam kaki diabetik merupakan suatu olahraga yang dilakukan
dengan cara melatih otot dan persendian kaki. Salah satu media yang
digunakan adalah bola plastik, dimana bola plastik diletakkan di lantai dan
pasien diabetes diinstruksikan untuk berjalan di atasnya sekali sehari untuk
merangsang agar rileks dan meningkatkan sirkulasi darah. Sirkulasi darah
4

yang tepat melalui pijat memungkinkan darah untuk memberikan lebih


banyak oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh, sekaligus membuang lebih
banyak racun. Pijat pada telapak kaki terutama pada area organ yang
bermasalah, awalnya memberikan rangsangan untuk mengaktifkan titik saraf
yang berhubungan dengan pankreas untuk produksi insulin melalui titik saraf
kaki, dimana kaki yang dingin akan menghangat, kaki yang kaku menjadi
lentur, kaki mati rasa atrofi kaki secara bertahap kembali normal14.
Hasil wawancara dilakukan peneliti dengan direktur RWCC Palu pada
tanggal 9 Januari 2022, didapatkan bahwa angka kunjungan penderita
diabetes melitus pada tahun 2019 berjumlah 285 jiwa, tahun 2020 berjumlah
315 jiwa, dan kejadian diabetes terus meningkat pada tahun 2021 yang
melakukan kunjungan berjumlah 400 jiwa. Pasien yang sembuh dari
perawatan berjumlah 365 jiwa, 25 orang putus perawatan, 7 orang meninggal
dunia, dan 3 orang tidak ada kabar (pulang kedaerahnya). Ternyata dalam 400
kunjungan tersebut ada pasien yang datang berulang yang sudah diberikan
terkait cara pengendalian diabetes tetapi penderita tidak melakukan dengan
baik. Peneliti juga melakukan wawancara dengan 4 pasien ternyata pasien
belum mendapatkan edukasi terkait cara peningkatan sirkulasi peredaran
darah untuk mencegah terjadinya ulkus atau lesi pada kaki, salah satunya
adalah senam kaki. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang
pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi tungkai kaki pada
penderita diabetes melitus tipe II.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas pada latar belakang, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini ialah adakah “pengaruh pemberian senam kaki
terhadap peningkatan sirkulasi tungkai kaki pada penderita diabetes melitus
tipe II di Klinik Rizky Wound care Center (RWCC) Palu”?.
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum:
Untuk menganalisis adakah pengaruh pemberian senam kaki
terhadap peningkatan sirkulasi tungkai kaki pada penderita diabetes tipe II
di Klinik RWCC Palu.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengidentifikasi sirkulasi tungkai kaki sebelum dilakukan terapi
senam kaki pada pasien penderita diabetes melitus tipe II.
b. Mengidentifikasi sirkulasi tungkai kaki sesudah dilakukan terapi
senam kaki pada pasien penderita diabetes melitus tipe II.
c. menganalisis pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi tungkai kaki
pada pasien penderita diabetes melitus tipe II.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:


1. Manfaat Bagi Institusi
Memberikan informasi mengenai hasil penelitian yang dilakukan
untuk menambah referensi pada perpustakaan bagi mahasiswa Stikes
Widya Nusantara Palu khususnya prodi keperawatan dalam proses
pembelajaran terkait peningkatan sirkulasi tungkai kaki pada penderita
diabetes melitus tipe II.
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat, menambah
wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat bagaimana cara untuk
memperbaiki sirkulasi tungkai kaki dan terkait penyakit diabetes melitus.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan bahan masukan dalam meningkatkan peran peneliti
selanjutnya sebagai bahan bacaan dan perbandingan bagi peneliti yang
akan datang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Tentang Senam Kaki


a. Pengertian senam kaki
Senam kaki merupakan suatu latihan atau olahraga yang
dilakukan klien pasien yang menderita penyakit diabetes melitus
dengan tujuan mencegah terjadinya lesi (luka) serta melancarkan
sirkulasi darah pada bagian kaki15.
Senam kaki diabetik merupakan latihan atau olahraga yang
dilakukan dengan cara menggerakkan sendi dan otot kaki. Senam ini
dilakukan guna memperbaiki aliran darah, memperkuat otot-otot pada,
mencegah deformitas (kelainan) kaki, betis dan paha serta mengatasi
keterbatasan gerakan pada sendi. Kepekaan sel otot yang berkontraksi
terhadap insulin akan meningkat sehingga gula darah yang kadarnya
tinggi pada pembuluh darah bisa di gunakan oleh sel otot menjadi
tenaga atau energi. Kadar glukosa darah terjadi penurunan bisa
mengurangi tumpukan sorbitol, glukosa, serta fruktosa di bagian sel
saraf. Sehingga mengakibatkan adanya peningkatan aliran serta fungsi
sel saraf dan penurunan risiko atau mencegah terjadinya luka atau
ulkus pada kaki16.
Olahraga tidak diragukan lagi baik untuk kesehatan dan
kekuatan secara keseluruhan jika dilakukan dengan benar, dari sudut
ilmu kesehatan. Tetapi tidak semua jenis olahraga bisa dilakukan oleh
penderita diabetes melitus sebab bisa berakibat fatal atau hal yang
tidak di inginkan. Adapun jenis aktivitas atau olahraga yang bisa di
lakukan pada penderita yaitu senam kaki yang teratur, terukur,
terkendali serta berkesinambungan, tiga sampai lima kali seminggu
dengan intensitas dianjurkan 40-70% ringan hingga sedang17.
8

Senam kaki merupakan salah satu olahraga diperuntukan


pasien penderita diabetes dengan tujuan meningkatkan aliran atau
sirkulasi dan mencegah terjadinya luka pada kaki. Senam kaki mudah
dilakukan bagi semua penderita diabetes melitus, manfaat dari senam
kaki membantu memperkuat otot-otot, mencegah terjadinya kelainan,
dan memperbaiki peredaran darah pada kaki18.
b. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi senam kaki dapat dilakukan oleh seluruh pasien DM
tipe I dan II. Tetapi sebaiknya pasien tersebut melakukan senam kaki
ini sejak didiagnosa diabetes melitus sebagai pencegahan awal.
Sedangkan kontraindikasinya ialah penderita yang mengalami
perubahan fungsi fisiogis seperti disppnea atau nyeri pada bagian
dada karena dengan kondisi ini akan menyulitkan pada saat
berolahraga19.
c. Manfaat senam kaki
Ada beberapa manfaat dari senam kaki sebagai berikut
1) Memperbaiki sirkulasi atau aliran darah.
2) Menguatkan otot kecil pada kaki.
3) Mencegah terjadinya kelainan pada kaki.
4) Mencegah terjadinya luka pada kaki.
5) Mengatasi keterbatasan pergerakan pada sendi.
6) Dapat meningkatkan kekuatan otot pada betis dan paha1.
7) Mengontrol glukosa.
8) Dapat menurunkan berat badan.
9) Mengurangi penggunaan insulin.
10) Menghambat dan memperbaiki faktor penyakit kardiovaskuler15.
d. Tujuan senam kaki
Senam kaki bagi penderita diabetes dapat membantu
melancarkan peredaran darah, memperkuat otot-otot kecil pada kaki,
mencegah deformitas (kelainan) kaki yang memperbesar
kemungkinan terjadinya luka pada kaki, penurunan gula darah dalam
darah terjadi karena adanya peningkatan produksi insulin, terpakai
9

dikirim ke sel. Olahraga membuat tubuh rileks dan melancarkan


sirkulasi darah. Sirkulasi darah yang baik melalui olahraga akan
merangsang darah untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi ke sel-sel
tubuh serta membantu membawa lebih banyak racun keluar12.
e. Langkah-langkah senam kaki
1) Persiapan alat:
a) Kertas koran 2 lembar
b) Kursi (jika senam dilakukan posisi duduk)
2) Persiapan lingkungan yang nyaman dan jaga privasi pasien.
3) Jika di lakukan dalam posisi duduk, pasien harus duduk tegak di
atas kursi serta kakinya menyentuh lantai.
Gambar 2.1 Posisi duduk pasien di atas kursi

4) Letakkan tumit di dasar lantai, kedua jari kaki dilurusakan,


kemudian di bengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam
(10X).

Gambar 2.2 Jari kaki seperti cakar ayam


5) Letakkan salah satu tumit di lantai, kemudian angkat telapak kaki
ke atas pada kaki lainnya, jari- jari kaki diletakkan di lantai
dengan tumit kaki diangkat ke atas. Lakukan cara ini bersamaan
kaki kanan dan kiri secara bergantian (10X).
10

Gambar 2.3 Tumit kaki di lantai kemudian telapak kaki di angkat


6) Tumit kaki letakkan di lantai, kemudian ujung kaki ke atas dan
putar prgelangan kaki (10X).

Gambar 2.4 Ujung kaki diangkat ke atas


7) Jari-jari diletakkan dilantai, angkat tumit kemudian pergelangan
kaki memutar (10X).

Gambar 2.5 Jari-jari kaki di lantai


8) Kaki di angkat salah satu dan luruskan, kemudian ujung jari ke
depan. Dilakukan secara bergantian (10X).
9) Kaki kiri di lantai, kaki kanan di angkat dan gerakkan jari
mengarah ke wajah kemudian kembalikan ke lantai, dilakukan
secara bergantian.
10) Kedua kaki diangkat kemudian di luruskan. Langkah ke-6 di
ulangi dengan menggangkat kedua kaki secara bersamaan (10X).
11) Kedua kaki diangkat dan luruskan, tahan kondisi tersebut gerakan
pergelangan kaki mengarah ke depan dan belakang.
12) Angkat salah satu kak, pergelangan kaki di putar, kemudian tulis
angka 0 sampai 9 di udara. lakukan secara bergantian.
11

Gambar 2.6 Menuliskan angka 0 sampai 9 di udara


13) Letakkan sehelai koran dilantai, buat bola dengan kedua kaki.
Kemudian bola tersebut di buka menjadi lembaran semula.
a) Jadikan koran tersebut menjadi dua bagian dan pisahkan.
b) Robek koran menjadi kecil-kecil menggunakan kedua kaki,
kemudian sobekan tersebut di kumpul.
c) Kumpul sobekan tersebut di koran satunya, kemudian bentuk
bola menggunakan kedua kaki15.

Gambar 2.7 Membuat bola dari koran


2. Konsep tentang sirkulasi
a. Pengertian sirkulasi
Sirkulasi ialah aliran darah yang memompa jantung dan
pembuluh darah ke seluruh tubuh melalui arteri, diantaranya adalah
pada organ di kaki. Adanya suatu kelainan pada saraf dan kelainan
pembuluh darah merupakan gangguan atau kelainan pada kaki pasien
penderita DM, kelainan saraf dapat mempengaruhi saraf motorik,
saraf sensorik dan saraf otonom, sedangkan kelainan pembuluh darah
dapat mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah untuk menyuplai oksigen, bahan makanan
atau obat antibiotik dalam proses penyembuhan luka. Jika pengobatan
infeksi ini tidak sempurna, dapat menyebabkan gangren semakin
12

parah. Gangren eksternal juga dapat terjadi karena penyumbatan


pembuluh darah Selain itu, daya pembuluh darah yang membesar dan
mengecil dapat mengakibatkan terjadinya vasodilatasi-vasokonstriksi
pembuluh darah didaerah tungkai kaki, sehingga sendi menjadi kaku.
keadaan lebih lanjut terjadi charcot dan perubahan bentuk kaki yang
beresiko terjadinya luka20.
Aliran darah atau blood flow dapat diperiksa dengan mengukur
tekanan darah pada lengan dan tungkai serta memeriksa Ankle
Brachial Index pada kaki atau pergelangan kaki.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah pada pasien DM tipe
II:

1) Usia
kerentanan terhadap penyakit arteri koroner meningkat seiring
bertambahnya usia. Namun, pada pasien diabetes tipe II, mulai
usia 30 tahun, seringkali antara usia 40 dan 60 tahun, terjadi
penurunan tekanan darah karena resistensi insulin21. Seiring
bertambahnya usia, insulin meningkat pada wanita dan
menurun pada pria. Resistensi insulin menyebabkan
dislipidemia atau dislipidemia, mempercepat aterosklerosis,
dan menyebabkan aliran darah dan tekanan darah yang buruk22.
2) Jenis Kelamin
Secara umum, pria memiliki risiko lebih tinggi terkena
penyakit jantung koroner dibandingkan wanita. Wanita
tampaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai usia
pascamenopause, tetapi insiden tetap sama pada kedua jenis
kelamin antara usia 60 dan 7022. Tidak ada perbedaan yang
signifikan secara klinis dalam tekanan darah dan tekanan darah
pada anak laki-laki dan perempuan. Setelah pubertas, anak laki-
laki sering memiliki tingkat tekanan darah yang lebih tinggi.
Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah
yang lebih tinggi dibandingkan pria pada usia tersebut23.
13

c. Pengertian Ankle Brachial Index (ABI)


Ankle Brachial Index (ABI) merupakan interpretasi
perbandingan tekan darah sistolik ankle dengan brachial, untuk
mengetahui keadaan pembuluh darah ekstremitas bawah24. Sirkulasi
darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan ABI. ABI
merupakan dimana pemeriksaan yang diukur tekanan darah sistolik
lengan dan sistolik pergelangan kaki pada seluruh ekstremitas, setelah
itu nilainya dihitung dengan cara dibagi tekanan sistolik yang tinggi di
pergelangan kaki dengan sistolik di lengan25. Cara mendeteksi secara
dini dengan melakukan pemeriksaan sirkulasi melalui menghitung
nilai ABI dimana hasil dari tekanan sistolik pergelangan kaki dan
lengan di bandingkan26.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ABI
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil perhitungan ABI
test, yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor intrinsik
a) Edema
Edema dapat menyebabkan nilai ABI tinggi dan sulit
memperoleh nilai.
b) Diabetes
Diabetes dapat menyebabkan potensial klasifikasi pada tunika
media (otot polos kecil) yang mencegah kompresi arteri
dengan manset tensi meter. Hal tersebut bisa mendapatkan
nilai ABI yang tinggi.
c) Rheumatoid Artritis
Pada pasien ini yang mempunyai nilai ABI normal, tetapi
disebabkan karena kemungkinan adanya suatu penyakit
mikrovaskuler atau vaskulitis maka pada kelainan reumatoid
14

artritis tidak cocok untuk diberikan kompresi dan dapat


meningkatnya risiko terjadi penyakit arterial.

2) Faktor Ekstrinsik
Hal-hal yang mempengaruhi:
a) Kepercayaan diri dan kompetensi perawat dalam melakukan
prosedur senam.
b) Posisi pasien bisa mempengaruhi hasil nilai ABI
c) Pasien tidak dapat santai atau rileks, Sistelik brakhialis akan
ditinggikan disebabkan karena hasil aktivitas vaskuler.
d) Manset tensi meter dapat memberikan nilai tinggi palsu.
e) Pengempisan manset yang cepat terutama pada pasien arterial
fibrillation.
f) Kesalahan penghitungan hasil, tidak mengambil lebih dari satu
hasil
g) Tekanan berlebihan yang dipasang pada probe pada arteri
yang berkaitan, menyebabkan sumbatan.
h) Alat kurang terpelihara atau rusak15.
e. Langkah-langkah Pengukuran ABI
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui nilai ABI dibutuhkan
tensimeter, stetoskop dan bed. Berikut cara mengukur Ankle Brachial
Index:
1) Pasien dianjurkan berbaring, dimana posisi jantung sama tinggi
dengan posisi kaki dan tangan.
2) Manset tensimeter dipasang di lengan atas pasien lalu diukur,
setelah itu pada bagian pergelangan kaki ditensi.
3) Nadi radialis di palpasi kemudian dipompa hingga 20 mmHg
diatas tekanan darah sistolik teraba.
4) Manset dikempiskan dan perhatikan suara paling pertama
terdeteksi oleh probe disebut juga tekanan darah sistolik
Brachialis.
15

5) Kemudian dilakukan di lengan tangan yang lain.


6) Manset tensi dipasang pada pergelangan kaki dan dengarkan
memakai stetoskop diatas arteri dorsalis pedis atau arteri tibilias.
7) Nadi dorsalis dipalpasi lalu manset dipompa hingga 20 mmHg
diatas tekanan darah sistolik.
8) Manset dikempiskan dan deteksi suara pertama yang hasilnya
disebut sistolik ankle
9) Kemudian dilakukan pada kaki yang lain.
10) Pilih tekanan yang tertinggi di sistolik brachial (antara lengan
kanan maupun kaki) dan tekanan darah yang tertinggi sistolik
ankle (diantara kaki kanan maupun kaki kiri)24.
f. Hasil interpretasi dari pengukuran ABI
Hasil pengukuran Ankle Brachial Index menunjukkan aliran darah
pada tungkai kaki sebagai berikut:
Tabel 2.1 interpretasi nilai Ankle Brachial Index (ABI)

NILAI ABI INTERPRETASI


≥0.90 Normal
0.8-0.90 Obstruksi ringan
0.5-0.80 Obstruksi sedang
<0.50 Obstruksi berat
sumber: Menurut Milne et al, 2003

Gambar 2.8 Cara pengukuran Ankle Brachial Index (ABI)


16

3. Konsep Tentang Diabetes Melitus


a. Pengertian
Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metebolik yang
ditandai hiperglikemia kronis akibat sekresi Non-insulin, kerja insulin,
atau keduanya. Penyakit ini secara signifikan meningkatkan risiko
gangguan kardiovaskuler, penyakit ginjal stadium empat, amputasi,
dan kematian27.
b. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus
1) Faktor keturunan
Penderita diabetes tidak mewarisi penyakit DM tipe I
dengan sendirinya, tetapi mereka memiliki kecendurungan genetik
untuk mengembangkan diabetes tipe I. Faktor genetik ini
diidentifikasi pada individu dengan satu tipe antigen HLA tertentu
(Human leucocyte Antigen). HLA adalah sekolompok gen yang
bertanggung jawab untuk transplantasi antigen dan proses
kekebalan lainnya.
2) Faktor kekebalan
Ada bukti raksi autoimun pada diabetes tipe I, ini adalah
respon abnormal dimana antibodi diarahkan ke jaringan normal
dalam tubuh sebagai respon terhadap zat yang mereka anggap
asing.
3) Faktor eksternal
Faktor lingkungan yang dapat memicu destruksi atau
kerusakan sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi atau kerusakan sel β
pancreas. Diabetes type II (Non Insulin Depedent Diabetes
Melitus/NIDDM) yaitu tidak tergantung insulin. Faktor genetik
17

diperkirakan memegang peranan penting dalam proses terjadinya


resistensi insulin28.

4) Faktor tekenan darah


Diabetes yang ditandai dengan gula darah tinggi
(hiperglikemia), merupakan salah satu faktor risiko tekanan darah
tinggi atau hipertensi pada dua atau tiga pasien Menurut penelitian
ADA 201729. Hubungan antara tekanan darah dengan gula darah
adalah bahwa pasien harus memantau serta mengontrol tekanan
darah dan glukosa darah dalam kisaran normal. Studi yang di
peroleh bahwa penurunan tekanan darah 5-10 mmHg sehingga
dapat menurunkan risiko kematian, risiko stroke dan risiko gagal
jantung sebanyak tiga kali dibandingkan dengan pasien hipertensi
yang tidak terkontrol30.
c. Klasifikasi
1) Diabetes melitus tipe I
Diabetes tipe I adalah diabetes yang bertanggung pada
insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam
keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh
suatu proses autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin
diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah. Diabetes tipe I
ditandai oleh nyeri mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30
tahun dengan persentase kurang lebih 5% hingga 10%31. Orang
dengan diabetes tipe I membutuhkan sumber insulin eksternal
serta suntikan yang menopang kehidupan. Tanpa insulin, pasien
mengalami ketoasidosis diabetik, suatu kondisi yang mengancam
jiwa yang disebabkan oleh asidosis metabolik32.
2) Diabetes melitus tipe II
Diabetes tipe II adalah diabetes yang tidak tergantung pada
insulin, terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau
resisten akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes tipe
18

ini pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan. Jika kenaikan
glukosa darah tetap terjadi, tetapi diet dan latihan tersebut dibantu
dengan pemberian obat hipoglikemia oral. Jika oral tidak dapat
mengendalikan keadaan hipoglikemia sehingga di perlukan
penyuntikan insulin. Diabetes tipe II memiliki persentase 90%
hingga 95% dan sering ditemukan pada usia 30 tahun keatas serta
orang yang obesitas31. Orang dengan diabetes tipe II resisten
insulin, suatu kondisi dimana tubuh atau jaringannya tidak
merespons aksi insulin. Jadi individu hanya melakukan diet,
mencegah pembentukan hipoglikemia atau hiperglikemia dan
berlangsung seumur hidup32.
3) Diabetes melitus pada kehamilan
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) terjadi karena
hemostasis energi ibu dalam menghadapi kehamilan. Janin yang
didalam rahim merupakan faktor lingkungan bagi janin yang
sedang berkembang dan mempengaruhi pembentukan konsep
metabolik janin secara epigenetik33. DMG adalah salah satu
komplikasi medis yang paling umum selama kehamilan.
Gangguan ini berdampak signifikan terhadap kesehatan ibu dan
anak. Kondisi ini didefinisikan sebagai intoleransi glukosa
(hiperglikemia) yang terdeteksi pada trimester kehamilan biasanya
akan menghilang setelah melahirkan, tapi ibu hamil yang
menderita DMG berikiso tinggi terkena DM tipe II di kemudian
hari. Menurut Hasbullah bahwa DMG memiliki peningkatan risiko
dan trimester kedua kehamilan. 135.000 kasus pertahun di
temukan di Amerika Serikat, terhitung rata-rata 3-8% dari semua
kehamilan. Dalam dua penelitian, prevalensi DMG meningkat
terus dari 4% menjadi 6%. Data terbaru menunjukkan prevalensi
DMG yang mengalami peningkatan signifikan pada wanita
keturunan Asia, Afrika-Amerika, dan Latin. Tahun 2011 Royal
Southem California Resindent Health System (RSCRHS) terjadi
peningkatan tiap tahun kejadian diabetes melitus pada ibu hamil.
19

Sementara itu, di china telah melampaui 10% dalam beberapa


tahun terakhir34.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:


Variabel Independen Variabel Dependen
Pemberian senam Peningkatan sirkulasi
kaki tungkai kaki

Gambar 2.9 Kerangka Konsep


keterangan
: variabel yang diteliti
: pengaruh

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh pemberian senam


kaki terhadap peningkatan sirkulasi tungkai kaki pada penderita diabetes
melitus tipe II di Klinik RWCC palu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kuantitatif dengan


pendekatan pre-ekspirimental dengan rancangan one-group pre-post design.
Penelitian ini adalah mengungkapkan pengaruh sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek yang diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservesi lagi setelah intervensi. Membandingkan
sebelum diberi perlakuan dengan setelah mendapatkan perlakuan dengan
senam kaki diabetes35. Rancangan yang dibentuk seperti berikut:

Pretest (01) Perlakuan (x) Posttest (02)

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian


Keterangan:
01 : Sirkulasi tungkai kaki sebelum pemberian senam kaki.
02 : Sirkulasi tungkai kaki sesudah pemberian senam kaki.
X : Perlakuan tindakan (intervensi) pemberian senam kaki.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Klinik RWCC Palu.
2. Waktu penelitian
Berdasarkan dari kalender pendidikan penelitian ini akan dilakukan pada
bulan April 2022.

20
21

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah sekelompok objek penelitian atau objek yang akan
diteliti36. Populasi adalah seluruh objek penelitian yang akan diteliti sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan37. Populasi dalam penelitian ini
adalah populasi terjangkau yakni pasien diabetes melitus yang sudah
sembuh dari perawatan luka di Klinik RWCC Palu pada tahun 2021
dengan jumlah populasi 365 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap mewakili populasi38. Pengambilan sampel
dilakukan menggunakan metode probability sampling dengan tehnik
purposive sampling dimana cara pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan maksud dan tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti39.
Pada penelitian ini peneliti menentukan sampel sesuai kriteria inklusi
dimana sampel memenuhi karaktristik umum subjek penelitian dari
populasi terget yang terjangkau.
a. Kriteria inklusi:
1) Bersedia menjadi responden.
2) Penderita diabetes tipe II yang menderita ulkus dan dinyatakan
sembuh.
3) Penderita diabetes yang berada di kota palu
b. Kriteria ekslusi:
1) Penderita diabetes dengan komplikasi.

Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini


menggunakan rumus estimasi proporsi.36

a
Z 1− P ( 1−P )
2
n=
d
22

Keterangan:
n : Besar sampel
Z1-a/2 : Nilai z pada derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1,96)
P : Proporsi kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui
proporsinya, ditetapkan 50% = 0,50
d : Derajat penyimpanan terhadap populasi yang diinginkan
(10% (0,10%), 5% (0,05%), 1% (0,01%)).
Berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan jumlah sampel minimal,
sebagai berikut:
1,96 x 0,50 x ( 1−0,50 )
n¿
0,05
1,96 x 0,50 x ( 1−0,50 )
n¿
0,05
0,49
n¿ 0,05

n= 9,8
n= 10 sampel

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen
Variabel independen (Bebas) merupakan variabel yang
berpengaruh dan menjadi penyebab berubahnya dan munculnya variabel
dependen38. Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam kaki
2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang terpengaruh atau yang
merupakan hasil dari variabel independen38. Variabel dependen (terikat)
dalam penelitian ini adalah sirkulasi tungkai kaki.
23

E. Definisi Operasional

Definisi operasional ini adalah karakteristik yang akan diteliti dari suatu
definisikan tersebut. Karakteristik yang akan diteliti ataupun yang akan
diukur adalah kunci definisi operasional. Dapat juga diteliti artinya dapat
memungkinkan untuk peneliti dilakukanya observasi atau mengukur secara
cermat terhadap objek yang dapat diulangi oleh orang lain.
1. Variable Independen
Senam kaki
Definisi : Senam kaki merupakan suatu latihan yang
dilakukan yaitu dengan cara menggerakkan otot
dan sendi kaki, dengan tujuan memperbaiki
sirkulasi darah, memperkuat otot, meningkatkan
kekuatan pergelangan atau sendi dan otot betis
serta paha sehingga terhindar dari luka atau lesi.
Alat dan Bahan : prosedur senam kaki yang digunakan sebagai
pedoman pelaksana, kursi, dan kertas koran 2
lembar.
2. Variable Dependen
Sirkulasi tungkai kaki
Pengertian : Sirkulasi darah adalah aliran darah yang
dipompakan jantung ke pembuluh darah dan
dialirkan ke seluruh tubuh, salah satunya pada
organ kaki.
Cara Ukur : Melakukan pengukuran sirkulasi
Alat Ukur : Dopler Ankle Brachial Index (ABI), tensi meter,
stetoscope dan lembar observasi
Skala Ukur : Nominal
Hasil Ukur : 1. ≥0.90 nilai ABI normal
2. 0.80-0.90 nilai ABI obstruksi ringan
3. 0.50-0.80 nilai ABI obstruksi sedang
24

4. ≤0.50 nilai ABI obstuksi berat


F. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan


dopler Ankle Brachial Index (ABI), tensi meter dan stetoscope. Tujuan dari
menggunakan dopler Ankle Brachial Index (ABI), tensi meter dan testoscope
ini yaitu untuk mengetahui sirkulasi darah batas normal sesuai dengan tujuan
penelitian dan penjabaran dari hipotesis. Tujuan dari penggunaan alat tulis
dan lembar observasi (pulpen/pensil dan buku) dalam penelitian ini sebagai
media dalam pencatatan hasil ukur. Penggunaan kamera bertujuan agar bisa
mendokumentasikan kegiatan penelitian ini. Persiapan yang harus dilakukan
untuk melakukan senam kaki yaitu pertama, siapakan kertas koran dua
lembar, kursi dan selanjutnya persiapan lingkungan. Kedua, ciptakan
lingkungan yang nyaman serta jaga privasi pasien. Langkah selanjutnya yang
harus dilakukan jika posisi pasien duduk maka pasien dalam posisi tegak
diatas kursi dengan kaki menyentuh lantai.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang dapat diperoleh langsung
dengan cara mengukur sirkulasi tungkai kaki pada penderita DM tipe
II yang telah sembuh dari perawatan luka.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tambahan, pelengkap untuk
melengkapi data-data primer sehingga lebih lanjut ditelitih. Data
sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data di klinik RWCC
Palu terkait penderita DM tipe II yang telah sembuh dari perawatan
luka.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Pra Intervensi
25

Memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan prosedur-


prosedur penelitian ini, kemudian dilakukannya pengukuran sirkulasi
tungkai kaki responden dan mencatat hasil pengukurnya itu dilembar
observasi
b. Intervensi
Penelitian dilakukan 3 kali dalam satu minggu dengan cara
senam kaki sesuai prosedur yang ada. Intervensi terhadap responden
yaitu dengan cara door to door atau peneliti mendatangi responden.
c. Post Intervensi
Setelah satu minggu diberikan intervensi senam kaki peneliti
melakukan pengukuran sirkulasi tungkai kaki dan dicatat dilembar
observasi.
3. Pengolahan data
Setelah lembar observasi terisi semua maka dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut40:
a. Editing
Peneliti dapat melakukan pemeriksaan lembar observasi yang telah
diisi. Kemudian peneliti memeriksa data atau identitas responden.
b. Coding
Coding ada cara yang digunakan agar tidak terjadinya kekeliruan
dalam mengisi data menggunakan pengkodean
c. Tabulating
Tabulating adalah menyusun informasi kedalam master table dan
dijumlah serta diberikan juga keterangan
d. Entry Data
Entry data yaitu memasukannya data ke computer
e. Cleaning
Setelah semua data diperoleh dari responden, penelitian melakukan
pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan.
f. Describing
26

Setelah semua data-data diperoleh dari responden, peneliti


melakukan kembali pengecekan untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan.

H. Analisis Data

1. Analisa Univariat
Data dianalisa secara univariat menganalisa data dapat
dilakukan terhadap setiap variabel penelitian. Analisa data biasanya
dilakukan dengan formulasi distribusi frekuensi36 dengan rumus sebagai
berikut.
Rumus :
F
P¿ N x 100 %

Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu
N : Keseluruhan responden
Dalam penelitian ini variable independen (pemberian senam
kaki ) dan variable dependen (peningkatan sirkulasi )
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariate merupakan analisa yang dapat dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga ada pengaruh atau berkolerasi41.
Sebelum dilakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data yang bertujuan untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak. Adapun jika data berdistribusi normal, maka
digunakan statistik uji paired sampel t-Test (uji-t berpasangan) dan
data yang berdistribusi tidak normal dapat menggunakan uji
nonparam wilcoxon. Cara ini juga digunakan nilai probalitas yang
berdasarkan dengan tingkat kemaknaan 95% (α= 0,05). Dikatakan ada
perbedaan bermakna sebelum dan juga sesudah perlakuan bila p ≤0,05
maka Ho ditolak dan, jika p≥0,05 Ho diterima 42. Beberapa syarat
penggunaan dependen t-test, yaitu :
27

a. Data berdistribusi normal


b. Data berskala numeric
c. Kedua kelompok dipilih secara nonrandom (dipasang/matcing).

I. Bagan Alur Penelitian

Identifikasi masalah

Lokasi Penelitian:
Di klinik RWCC Palu

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah yakni pasien diabetes melitus yang sudah sembuh
di Klinik RWCC Palu tahun terakhir dengan jumlah populasi 365 pasien.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 orang

Sampling
probability sampling

Desain Penelitian
Pre Experimental Design

Pengumpulan data

Pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data sekunder

Variabel Independent Variabel Dependen

Senam kaki Sirkulasi tungkai kaki

Pengolahan Data

Editing, coding, Scoring, Tabulating


28

Analisa Data kesimpulan

Gambar 3.2 Bagian Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

1. Nopriani Y, Saputri SR, Kunci K. SENAM KAKI DIABETES PADA


PENDERITA DIABETES MELLITUS. 2021;11(22):97–109.

2. Wijanarko SI, Herawati S, Agung A, Subawa N. lipoprotein ( LDL ) pada


diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi serta tanpa hipertensi di RSUP
Sanglah Denpasar , Bali. J Med Udayana. 2018;7(3):117–20.

3. Hati Y, Sharfina D. PENURUNAN RISIKO ULKUS DIABETIKUM


PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS
TAUPAH BARAT KECAMATAN TAUPAH BARAT KABUPATEN
SIMEULE TAHUN 2020. 2020;6(1):50–6.

4. Zhang, Pengzi et al. Global epidemiology of diabetic foot ulceration: a


systematic review and meta-analysis. 2017;106–16.

5. International Diabetes Federation. Diabetes Atlas Eight Edition. Federation


in. ID, editor. 2017.

6. Fithri NK, Studi P, Masyarakat K, Kesehatan FI, Labu P. UPAYA SENAM


DIABETES UNTUK PENDERITA DM TIPE II. 2021;7:126–30.

7. WHO. Global Report On Diabetes. World Heal Organ. 2020;

8. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian


Kesehat RI. 2018;53(9):1689–99.

9. Profil Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi


Tengah Tahun 2019. Dinas Kesehat Sulawesi Teng. 2019;1–363.

10. Wahyuni A. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial


Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. J Ipteks Terap. 2016;9(2).

11. Fatmasari D, Ningsih R, Yuswanto TJA. Terapi Kombinasi Diabetic Self


Management Education (DSME) Dengan Senam Kaki Diabetik Terhadap
Ankle Brachial Index (ABI) Pada Penderita Diabetes Tipe II. Medica Hosp
J Clin Med. 2019;6(2):92–9.

12. Megawati SW, Utami R, Jundiah RS. SENAM KAKI DIABETES PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 UNTUK
MENINGKATKAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEXS. 3(2).

13. Simbolon SM. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Senam Kaki Terhadap


Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Penyakit
Dalam Rsud Dr Pirngadi Medan 2018. Din Kesehat J Kebidanan Dan
Keperawatan. 2020;11(1):310–8.

14. Ariyanti M, Hapipah, Heri Bahtiar, Risma Ayu. Pengaruh Senam Kaki
Diabetes Dengan Bola Plastik Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. J Cent Res Publ Midwifery Nurs.
2019;3(2):1–5.

15. Maryunani A. perawatan luka (modern woundcare) terlengkap dan terkini.


Jakarta: IN MEDIA; 2015. 572 p.

16. Pasien P, Tipe DM, Sanjaya PB, Luh N, Eva P, Puspita LM. PENGARUH
SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP SENSITIVITAS KAKI PADA
PASIEN DM TIPE 2 Putu Budhi Sanjaya, Ni Luh Putu Eva Yanti*, Luh
Mira Puspita. 2009;97–102.

17. Widodo W, Muzaky A. Efektifitas Senam Kaki Dalam Meningkatkan


Sirkulasi Tungkai Pada Penderita Diabetes Mellitus. Community Publ Nurs
(COPING), ISSN 2303-1298. 2017;89–96.

18. Pengabdian J, Lentora M. Peningkatan Kesejahteraan Penderita Diabetes


Melitus melalui Edukasi dan Simulasi Senam Kaki Diabetik Improving the
Welfare of Diabetes Mellitus Patients through Education and Simulation of
Diabetic Foot Exercise. 2021;1(1):12–6.

19. Widiawati S, Maulani M, Kalpataria W. Implementasi Senam Kaki


Diabetes Pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD Raden Mattaher Jambi.
J Pengabdi Harapan Ibu. 2020;2(1):6.
20. Smeltzer SC, Bare B. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH BRUNNER & SUDDARTH. Jakarta; 2002.

21. Agustianingsih.N. Pengaruh senam kaki diabetes terhadap nilai ABI pada
penderita diabetes melitus tipe 2 di desa layangan kecematan ungaran timur
kabupaten semarang. 2017;1. Agustia.

22. Price, Wilson. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran; 2006.

23. Potter, Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta; 2005.

24. Damayayanti.S. Dabetes Melitus Dan Penatalaksanaan Keperawatan. Edisi


Pert. Yogyakarta: Nuha Medika; 2015.

25. Frekuensi P, Menurunkan K, Tidur K, Diabetes P, Penelitian J. Jurnal


penelitian keperawatan. Manifestasi Klin Stress Hosp Pada Pasien Anak
Usia Prasekolah. 2015;1(2):Frekuensi, P., Menurunkan, K., Tidur, K.,
Diabetes.

26. Pratomo IB. Ankle Brachial Index ( ABI ) Penderita DM Tipe 2 Di


Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara. Keperawatan.
2018;XIV(1):1.

27. Ratnasari NY. Upaya pemberian penyuluhan kesehatan tentang diabetes


mellitus dan senam kaki diabetik terhadap pengetahuan dan keterampilan
masyarakat desa Kedungringin , Wonogiri. 2019;1(1):105–15.

28. Pengetahuan Tekanan Darah dengan Kadar Glukosa Pada Penderita


Diabetes Melitus Tipe 2. 2021;2(3):2023–30.

29. Association AH. Guidline For Prevention, Detection and Management of


High blood Pressure in Adults. 2017.

30. Roniawan HF, Dm PO, Prabandari R. JURNAL FARMASI & SAINS


INDONESIA Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Tekanan Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Sokaraja 1. 2021;4(2):74–8.

31. Brunner, Suddarth. buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Endah
Pakaryaningsih SK, Monica Eater SK, editors. Jakarta; 2002. 1220 p.

32. Derek MI, Rottie J V. DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS


KASIH GMIM MANADO. 2017;5:1–6.

33. Dr.dr. Yuanita Asri Langi, SpPD, K-EMD F, Prof.Dr. dr. Sarwono
Waspadji, SpPD, K-EMD F ddk. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN
PENATALAKSANAAN HIPERGLIKEMIA DALAM KEHAMILAN.
2021;2.

34. Putri TA, Meiriza W. ASUPAN KARBOHIDRAT HARIAN TERHADAP


RISIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS GESTASI (GDM)
MELALUI GLYCO-HEMOGLOBIN IBU HAMIL. keperawatan
silampari. 2021;4:510–8.

35. Nursalam. METODOLOGI PENELITIAN09162019.pdf [Internet].


Surabay: Salemba Medika; 2016. p. 415. Available from:
http://eprints.ners.unair.ac.id/982/1/METODOLOGI
PENELITIAN09162019.pdf

36. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. metode penelitian kesehatan. Jakarta:


RINEKA CIPTA; 2012.

37. Pamungkas, Usman. METODEOLOGI RISET KEPERAWATAN. Jakarta:


Trans info medika; 2017.

38. Prof. Dr. Sugiyono. metode penelitian kuantatif kualitatif. ALFABETA;


2019. 346 p.

39. DAHLAN. STATISTIK UNTUK KEDOKTERAN DAN KESEHATAN.


EDISI 5. JAKARTA: SELEMBA MEDIKA; 2011.

40. Sihombing, R, M. Manajemen Keperawatan. Medan: Yayasan Kita


Menulis; 2020.
41. Dr. Sandu Siyoto, SKM. MK, M. Ali Sodik M. Dasar Metodologi
Penelitian. Cetakan 1. Ayup, editor. Yogyakarta: Literasi Media; 2015.

42. Dahlan, Sopiyudin. langkah langkah membuat proposal penelitian bidang


kedokteran dan kesehatan. Jakarta; 2012.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2022

PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama/Insial :
Umur :
No. Responden :
Jenis Kelamin :

Menyatakan bahwa dengan kesadaran dan keikhlasan hati, bersedia


berpartisipasi dan menjadi informan dalam penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti Muh.Fardiansyah, Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Stikes Widya Nusantara Palu yang berjudul “Pengaruh Buerger
Allen Exercise Terhadap Sirkulasi Ekstermitas Bawah Pada Pasien Luka Kaki
Diabetes Tipe II Di Rumah Rizki Wound Care Centre Kota Palu”.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Palu 2022

Responden
Peneliti

Ibrahim Kadir (………………………..)


SOP SENAM KAKI

Definisi Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang


dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk
mencegah terjadinya luka atau lesi dan membantu
melancarkan peredaran (sirkulasi) darah pada bagian
kaki.
Tujuan 1. Memperkuat otot-otot kecil
2. Memperbaiki sirkulasi darah
3. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
4. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kakI
5. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
prosedur 1. Persiapan Alat:
Kertas koran 2 lembar, kursi, dan handscun.
2. Persiapan Klien:
Kontrak topic, waktu, tempat, dan tujuan
dilaksanakan senam kaki.
3. Persiapan Lingkungan:
Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien
dan jaga privasi pasien.
Duduk secara tegak diatas kursi (jangan bersandar)
dengan meletakan kaki dilantai.

Dengan meletakan tumit di lantai, jari-jari kedua


belah kaki diluruskan ke atas lalu bengkokan kembali
ke bawah seperti cakar. Lakukan sebanyak 10 kali.

Dengan meletakan tumit dilantai, angkat telapak kaki


ke atas.kemudian, jari-jari kaki diletakan dilantai
dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini
diulangi sebanyak 10 kali
Tumit kaki letakkan di lantai. Bagian ujung kaki
angkat ke atas dan buat gerakkan memutar pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Jari-Jari kaki diletakkan di lantai, tumit angkat dan


buat gerakan memutar dengan pergerakan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali

Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan


jari-jari ke depan, turunkan secara bergantian ke kiri
dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

Luruskan salah satu kaki di lantai, angkat kaki dan


gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan
kembali ke lantai.

Seperti latihan sebelumnya, tetapi kali ini dengan


kedua kaki bersamaan
Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi
tersebut. Gerakan pergelangan kaki ke depan dan ke
belakang.

Luruskan salah satu kaki dan angkat. Putar kaki pada


pergelangan kaki. Tuliskan di udara dengan kaki
angka 0 sampai 9.
Letakan sehelai kertas surat kabar dilantai. Robek
kertas menjadi dua bagian
Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua
belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula dengan menggunakan kedua
belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja.
Lampiran

LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN ANKLE BRCHIAL INDEX (ABI)

NO NAMA UMUR JENIS PEKERJAAN ALAMAT PENDIDIKAN LAMA HASIL ANKLE


KELAMIN MENDERITA BRCHIAL INDEX
Sebelum Sesudah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Anda mungkin juga menyukai