Anda di halaman 1dari 11

A.

KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau
bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui suatu defek pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik
secara congenital atau didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat
tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut (Mansjoer, 2000).
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia (Wim De Jong dalam Nurarif 2013). Hernia
merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Nurarif, 2013).
Jadi hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) akibat lemahnya
dinding rongga yang terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.

2. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia adalah
a. Kelemahan abdomen
b. Peningkatan tekanan intra abdomen
c. Bawaan sejak lahir 
d. Kebiasaan mengangkat benda yang berat (heavy lifting)
e. Kegemukan (marked obesity)
f. Batuk 
g. Terlalu mengejan saat buang air kecil/besar 
h. Ada cairan di rongga perut (ascites)
i. Riwayat keluarga ada yang menderita hernia

1
3. Klasifikasi Hernia
Klasifikasi hernia menurut letaknya :
Hernia Inguinal, dibagi menjadi :
a. Hernia Indirek atau lateral : hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan
melewatikorda spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi
sangat besar dansering turun ke skrotum. Umumnya terjadi pada pria.
Benjolan tersebut bias mengecil, menghilang pada waktu tidur dan bila
menangis, mengejan, mengangkatbenda berat atau berdiri dapat tumbuh
kembali
b. Hernia Direk atau medialis : hernia ini melewati dinding abdomen diarea
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun arteri inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Pada pasien terlihat adanya massa
bundar pada arteri inguinalis eksterna yang mudahmengecil bila pasien
tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini
jarang menjadi irreponible.
c. Hernia Femoralis
Hernia femoralis terjadi melaui cincin femoral dan lebih umumnya pada
wanita. Inimulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantong.
d. Hernia Umbilikal
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan
tekanan abdominal, biasanya pada pasien obesitas dan multipara.d.
e. Hernia Insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak  adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan
disebabkan oleh infeksi, nutrisitidak adekuat, distensi ekstrem atau
obesitas. Usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang
lemah.

2
4. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu
ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukuplama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu
saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
cukup lama,sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah. Hernia terdiri dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang
terdiri dari peritoneum, isi hernia (usus, omentum, kadang berisi organ
intraperitoneal lain atau organ ekstraperitonealseperti ovarium, apendiks
divertikel dan buli-buli), dan struktur yang menutupi kantonghernia yang
dapat berupa kulit (skrotum), umbilikus, paru dan sebagainya. Hernia
inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat, lebih
banyak terjadi pada pria dari pada wanita.
Faktor yang berperan kausal adalah adanya prosesusvaginalis yang terbuka,
peningkatan tekanan intraabdomen (pada kehamilan, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat berat, mengejan saat defekasi dan miksi akibat BPH) dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.
Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui duktus
spermatikussebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti kanalis
inguinalis yang berjalanmiring dari lateral atas ke medial, masuk kedalam
skrotum. Juga disebut hernia inguinalis lateralis atau Oblique dan biasanya
merupakan kelemahan kongenital. Karena usus keluar dari rongga perut
masuk kedalam skrotum dan jelas tampak dari luar maka hernia inguinalis
disebut pula Hernia Eksternal. Jika lubang hernia cukup besar maka isi hernia
(usus) dapat didorong masuk lagi keadaan ini disebut hernia reponible. Jika isi
hernia tidak dapat masuk lagi disebut hernia inkaserata, pada keadaan ini
terjadi bendungan pembuluh darah yang disebut strangulasi. Akibat gangguan

3
sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan setempat yang disebut infark.
Infark pada usus disertai dengan rasa nyeri dan perdarahan disebut
infark hemoragik. Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam-
hitaman dengan dinding yang menebal akibat bendungan dalam vena. Darah
dapat juga masuk ke dalam isi hernia (usus) atau kedalam kantong hernia.
Akibat infeksi kuman yang ada dalam rongga usus yang terbendung, maka
mudah terjadi pembusukan atau gangren.

5. Manifestasi Klinik Hernia


a. Tampak adanya benjolan di lipat paha atau perut bagian bawah dan
benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang
disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut
disertai perasaan mual
c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri
tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah panggul,
belakang kaki, dan daerah genital yang disebut Reffered Pain. Nyeri
biasanya meningkat dengan durasi dan insensitas dari aktivitas atau kerja
yang berat. Nyeri akan mereda atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan
bertambah hebat jika strangulasi karena suplai darah ke daerah hernia
terhenti sehingga kulit menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sel paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
f. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.

4
6. Pemeriksaan Diagnostik 
a. Pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan peningkatan sel darah putih,
serum elektrolit dapat menunjukkan hemokosentrasi (peningkatan
hematokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit.Pemeriksaan koagulasi darah
mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatisintraoperasi atau
postoperasi.
b. Pemeriksaan urineMunculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengindikasi infeksi.
c. Elektrokardiografi (EKG)Penemuan akan sesuatu yang tidak normal
memberikan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi
d. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.G.

7. Komplikasi
a. Ileus
b. Terjadinya peningkatan antara isi hebura dengan dinding kartona hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
c. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin bertambah atau
banyaknya usus yang masuk.
d. Bila inkaserata dibiarkan makan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.

8. Penatalaksanaan Medik 
a. Terapi Konservatif 
1) Resposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara
hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya
dapat dilakukan padahernia reponibilis dengan menggunakan kedua
tangan. Tangan yang satumelebarkan leher hernia sedangkan tangan
yang lain memasukkan isi herniamelalui leher hernia tadi.
2) Pemakaian penyangga atau sabuk hernia

5
Pemakaian batalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup.
b. Terapi Operatif 
1) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada
perlengketan, kemudian diresposisi, kantong hernia dijahit, ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

c. Medikasi
1)Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
2)Pemberian antibiotik untuk menyembuhkan infeksi.
d. Aktivitas dan diet
1) Aktivitas
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah
pembedahan.
2) Diet
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai saluran
gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makanan dengan gizi
seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk
mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari
kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan
setiap makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.
3) Terapi pembedahan
Dapat dilakukan herniotomi dan herniografi (menjahit kantong hernia).
Tindakan pembedahan lebih efektif pada hernia reponibel karena
dikawatirkan terjadi komplikasi. Kondisi usus harus diperhatikan pada
hernia inkarserata atau strangulata, bila terjadi nekrosis harus direseksi.

6
B. PROSES KEPERAWATAN SECARA TEORI
1. Pengkajian
Menurut Doengoes (dalam Suratun, 2010) data yang diperoleh:
a. Aktivitas/Istirahat
Pasien dilakukan anamnese mengenai riwayat pekerjaan, mengangkat beban
berat, duduk dan mengemudi dalam waktu yang lama, membutuhkan papan
matras untuk tidur. Pada pemeriksaan fisik pasien mengalami penurunan
rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot,
gangguan dalam berjalan.
b. Sirkulasi
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit jantung, edeme pulmonal,
penyakitvaskular perifer.
c. Eliminasi
Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinensia atau retensi urine.
d. Makanan/Cairan
Apakah pasien mengalami gangguan bising usus, mual, muntah, nyeri abdomen,
malnutrisi atau obesitas.
e. Nyeri/Kenyamanan
Apakah pasien mengalami nyeri di daerah benjolan hernia walaupun jarang
dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau daerah
periumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
f. Keamanan
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
g. Pernapasan
Apakah pasien mempunyai riwayat batuk kronik (penyakit paru obstruksi
menahun).
h. Pemeriksaan fisik 
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup:
1) Nyeri tekan
2) Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam benjolan
3) Konstipasi (mengalami kesulitan dalam defekasi)
4) Kelemahan otot

7
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.

b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan


akibat tindakan operasi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan ….x 24 jam diharapkan nyeri


hilang atau berkurang dengan kriteria hasil:
1) Pasien tampak rileks
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHG, Nadi :
60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-24 x permenit)
3) Skala nyeri 0-3
Intervensi:
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Rasional : Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional : Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Catat petunjuk nyeri non verbal, contoh: gelisah, menolak bergerak,
berhati-hati dengan abdomen, takikardi, berkeringat. Selidiki
ketidaksesuaian antara petunjuk verbal dan non-verbal.
Rasional : Petunjuk non-verbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan
dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas atau beratnya masalah.
4) Bantu latihan rentang gerak aktif atau pasif.
Rasional : Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri atau
ketidaknyamanan.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi. Misal: Aseraminofen
(tylenol)
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan istirahat.

8
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
akibat tindakan operasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan ….x 24 jam diharapkan
nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria hasil:
1) Pasien tampak rileks
2) Pasien mengungkapkan nyeri berkurang.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHG,
Nadi : 60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-24 x permenit)
4) Skala nyeri 0-3
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital, intensitas dan skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2) Anjurkan pasien istirahat ditempat tidur.
Rasional : Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3) Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional : Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
4) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
Rasional : Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan
lebih nyaman.
5) Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebihnyaman.

DAFTAR PUSTAKA

9
Dermawan, Deden & Tutik. R. 2010. Keperawatan medikal bedah (sistem pencernaan).
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Herdman, T. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :
EGC
Nurarif, Amin H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA. Yogyakarta : Mediaction
Mansjoer, Arif. Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: CV
Trans Info Medika

10
11

Anda mungkin juga menyukai