Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

LAPORAN KASUS
I. Identitas pasien

No rekam medik : 476278


Tanggal masuk RS : 19 Agustus 2017
Nama : An. RR
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Alamat : Allu Keke
Agama : Islam
Status perkawinan : Dibawah Umur

II. Anamnesis
Keluhan Utama :
Ibu pasien mengeluhkan adanya benjolan pada lipatan paha kanan

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :


Pasien anak umur 1 tahun dibawa ibunya ke Poli Bedah RS Syekh Yusuf dengan
keluhan benjolan pada lipatan paha kanan yang disadari +/- 1 bulan terakhir. Benjolan
terasa nyeri jika pasien banyak bergerak. benjolan semakin membesar saat pasien
menangis dan buang air besar. Mual (-) muntah (-)

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :


Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit asma dan kelainan bawaan.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :


Riw. DM (-), riw. Hipertensi (-), riw. asma (-), riw. Pnyakit jantung (-). Tidak ada
saudara pasien yang mengalami gejala yang sama seperti pasien.

1
III. Pemeriksaan fisik
Keadan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : Nadi : 98x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,5 C
Status general :
Kepala
Normochepali
Tidak tampak adanya deformitas

Mata
Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
Conjunctiva tidak anemis
Sklera tidak tampak ikterik
Pupil: isokor kiri kanan

Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis
Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan

Telinga
Daun telinga : normal
Tofi : tidak ditemukan
Lieng telinga : lapang
Membrana timpani : intake
Nyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekan
Serumen : tidak ada
Sekret : tidak ada

Mulut dan tenggorokan


Bibir : tidak pucat dan tidak sianosis
Gigi geligi : lengkap, ada karies

2
Palatum : tidak ditemukan torus
Lidah : normoglosia
Tonsil : T1/T1 tenang
Faring : tidak hiperemis

Leher
Kelenjar GB : tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Trakea : letak di tengah

Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan nafas saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-

Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra,
ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Lihat status lokalis
Ekstremitas atas
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat udem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat udem
Ekstremitas Bawah
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat udem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat udem

3
IV. Status Lokalis
Regio : Inguinal dextra
Inspeksi : tampak benjolan, warna sama dengan kulit sekitar, dan tidak
terdapat tanda-tanda radang.
Palpasi : teraba massa kecil, kenyal, berbatas tegas, dapat direposisi.
Auskultasi : terdengar bunyi peristaltik usus.

V. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal periksa: 19 Agustus 2017
Hematologi
- Hb : 12,2 g/dl
- Eritrosit : 4,27 juta/mm3
- HT : 37,3%
- Leukosit : 15.500/l
- Trombosit : 677.000/dl
- Bleeding time : 315 menit
- Clotting time : 635 menit
- GDS : 110 mg/dL

VI. Diagnosa kerja


Hernia Inguinalis Dextra

VII. Diagnosa Banding


Keganasan
Hidrokel testis/funikulokel
Varikokel
Limfadenopati inguinal
Abses inguinal

VIII. Resume
Pasien dibawa ibunya ke Poli Bedah RS Syekh Yusuf dengan keluhan benjolan
pada lipatan paha kanan yang disadari +/- 1 bulan terakhir. Benjolan terasa nyeri jika

4
pasien banyak bergerak. benjolan semakin membesar saat pasien menangis dan buang
air besar. Mual (-) muntah (-)
Pasien tidak ada riwayat asma, alergi, DM maupun hipertensi. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada status lokalis
di regio inguinalis dextra tampak benjolan dan tidak ada tanda-tanda peradangan,
namun setelah di palpasi didapatkan ada nyeri tekan di daerah inguinal dextra dan
teraba benjolan/massa yang kenyal, berbatas tegas dan dapat direposisi.

IX. Penatalaksanaan
Operatif : Herniotomi
Teknik Operasi :
Disinfeksi lapangan pembedahan.Tutup dengan kain steril.
Irisan 2 cm medial spina iliaca superior (SIAS) sampai tuberkulum
pubikum.
Dipasang kain berlubang. Aponeurosis muskulus obliquus eksternus
(MOE) dibuka kecil dengan pisau dengan bantuan pinset anatomis dan
gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai annulus internus dan ke
kaudal sampai membuka annulus eksternus.
Dengan menjepit MOE dengan kocher , aponeurosis dibebaskan dari dasar
ke lateral sampai tampak ligamentum inguinalis Pourpati dan ke medial
sampai conjoint tendon (muskulus obliquus internus dan transverses).
Dengan bantuan 2 pinset chirurgis dan gunting kantong dibuka. Setelah
eksplorasi isi kantong hernia, isinya dikembalikan kedalam rongga
abdomen. Dengan memasukkan jari kedua tangan kiri kedalam lubang dan
sedikit tarikan, kantong dibebaskan secara tumpul dan tajam .
Kantong hernia dibebaskan se proksimal mungkin sampai tampak jaringan
lemak pre-peritoneal .Kantong diplintir dan diikat dengan plain catgut
no.1, Bila mulut kantong proksimal lebar, dapat ditutup, kemudian
kantong hernia dipotong.
Herniotomi selesai.

5
Medikamentosa
IVFD RL 10 tpm
Cefadroxil syr 2 x II cth
Piracetam syr 3 x II cth

Edukatif post operatif : bed rest total

X. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi4

Anterolateral abdominall wall

Pada dinding anterolateral abdomen terdapat lima (pasang) otot. Terdiri atas tiga flat
muscles dan dua vertical muscles.

Tiga flat muscle yaitu :

External oblique, merupakan otot superficial: serabut ototnya melalui inferomedially


otot seratus anterior. Batas inferior mengalami penebalan yang berjalan dari spina
iliaca anterior superior hingga tuberkulum pubicum yang dikenal sebagai ligamentum
inguinal.
Internal oblique, merupakan otot intermediate.
Transverse abdominal, otot yang lebih dalam.

Gambar 1. Dinding anterolateral abdomen4

Dua otot vertical yaitu:


Rectus abdominis
Pyramidalis

7
Gambar 2 Aspek posterior dan dinding anterolateral abdomen4

Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis terbentuk pada saat terjadinya penurunan gonad (testis atau
ovarium) selama perkembangan fetus. Kanalis inguinalis pada dewasa sekitar 4 cm,
terbentang antara superficial dan deep inguinal rings pada inferior dinding anterior abdomen.
Kanalis inguinalis terletak parallel dan superior dari medial ligamentum inguinal. Kanalis
inguinal dilalui oleh spermatic cord pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada wanita.
Pada kanalis inguinalis juga terdapat pembuluh darah, kelenjar limfa dan saraf ilioinguinal
pada laki-laki dan perempuan. Internal inguinal ring merupakan evaginasi fasia transversalis
superior pada pertengahan ligamentum inguinal dan lateral dari pembuluh darah epigastrika
inferior. Superficial inguinal rings terletak antara serabut diagonal dari aponeurosis external
oblique.4

8
Gambar 3 Regio inguinal4

2. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang terjadi di regio inguinal,
dimana hernia ini keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di lateral pembuluh epigastrika inferior, kemudian masuk ke kanalis inguinalis dan
jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.

3. Epidemiologi
Insidens inguinalis pada bayi dan anak tidak diketahui pasti, penelitian dan populasi
tertentu didapatkan 10-20 hernia inguinalis per 1000 kelahiran hidup, dengan perbandingan
anak laki-laki dan wanita berkisar 4:1 sampai 10:1 terutama pada seri kasus dalam jumlah
banyak. Sebagian besar hernia inguinalis ditemukan pada sisi kanan. Penelitian mendapatkan
pada anak laki-laki 60% hernia inguinalis terdapat pada sisi kanan, 30% sisi kiri, dan 10%
bilateral. Insidens hernia inguinalis bayi premature mencapai 30% dengan angka inkarserasi
lebih dari 31%. Insidens hernia inguinalis inkarserasi strangulasi seri pasien yang besar
didapatkan 10%-20% hampir setengahnya pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Insidens hernia
9
inguinalis inkarserasi pada anak usia dibawah 1 tahun mencpai 30%, dan insiden hernia
inkarserasi yang perlu tindkan pembedahan segera lebih tinggi pada wanita dibandingkan
laki-laki.
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia
indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia
indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis
lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.2,3

4. Etiologi
Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi penyebab
timbulnya hernia inguinalis. Disepakai adanya 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia
inguinalis yaitu meliputi7:

a) Prosessus vaginalis persisten

Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tetapi lebih banyak yang baru
terdiagnosis sebelum pasien mencapai usia 50 tahun. Analisis dari data statistik otopsi
dan pembedahan menunjukkan bahwa 20 % laki-laki yang masih mempunyai
prosesus vaginalis hingga saat dewasanya merupakan predisposisi hernia inguinalis7.

Sebelum lahir, prosesus vaginalis normalnya akan mengalami obliterasi


sehingga menutup pintu masuk kanalis inguinalis dari kavum abdomen. Penyebab
obliterasi tersebut tidak diketahui dengan pasti, tetapi beberapa penelitian menyatakan
bahwa calcitonin gene related peptide (CGRP) yang dikeluarkan oleh nervus
genitofemoralis, berperan dalam proses tersebut10.

b) Naiknya tekanan intraabdominal secara berulang

Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa
terbahak-bahak, partus, prostate hipertrofi, vesikulolithiasis, karsinoma kolon, sirosis
dengan asites, splenomegali masif merupakan faktor resiko terjadinya hernia
inguinalis. Merokok lama bisa menjadi sebab direk hernia inguinalis dengan
mekanisme, terjadinya pelepasan serum elasytyolitik yang menyebabkan terjadinya
penipisan fascia transversalis. Pada asites, keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung,

10
penderita yang menjalani peritoneal dialisa menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal sehingga membuka kembali prosesus vaginalis sehingga terjadi indirek
hernia7.

c) Lemahnya otot-otot dinding abdomen

Akhir-akhir ini beberapa peneliti sepakat bahwa lemahnya otot-otot dan fascia
dinding perut pada usia lanjut, kurangnya olahraga, adanya timbunan lemak, serta
penurunan berat badan dan fitness memungkinkan adanya angka kesakitan hernia.
Abnormalitas struktur jaringan kolagen dan berkurangnya konsentrasi hidroksi prolin
berperan penting terhadap berkurangnya daya ikat serabut kolagen dan ini ada
hubungannya dengan mekanisme rekurensi hernia ataupun adanya kecenderungan
sifat-sifat familier dari hernia. Hernia rekuren terjadi kurang dari 6 bulan hal tersebut
disebabkan oleh karena kesalahan teknik, tetapi bila terjadi setelah 6 bulan pasca
operasi maka hal tersebut disebabkan oleh penipisan dari fascia.
d) Kongenital
Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)

Prematuritas merupakan factor risiko yang paling sering menyebabkan peningkatan


insidens hernia inguinalis. Dalam suatu penelitian hernia inguinalis didapatkan sebanyak 7%
pada bayi laki-laki usia kehamilan kurang dari 6 minggu, dan hanya 0,6% pada bayi laki-laki
lahir dengan usia kehamilan lebih besar dari 36 minggu. Penelitian lain mendpatkan angka
30% insidens hernia pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari insidens hernia
inguinalis didapatkan meningkat karena factor risiko lain seperti terdapat riwayat keluarga
dengan hernia inguinalis, penyakit kistik fibrosis, dislokasi panggul congenital, undensensus
testis, ambigus genitalia, hipospadia atau epispadia, asites, pasien dengan pipa
ventrikuloperitoneal, dialysis peritoneal yang menetap, defek congenital dinding abdomen.
Terdapat juga peningkatan insidens hernia inguinalis pada bayi dengan kelainan jaringan ikat
(Ehler-Danlos Syndrome) dan kelainan mukopolisakarida (Hunter Huler Syndrome ).
11
5. Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.
5) Locus minoris resistence (LMR) : Merupakan defek/bagian yang lemah dari dinding
rongga.

6. Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk
menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.

12
Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang
dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis,
dan hernia skrotalis.
Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis.
Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu
jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah
terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti
hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari
dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk
yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit, dll).
Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab
hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh
fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding
abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.

6. Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang

13
disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu
dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, maka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ
dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan
dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2

7. Diagnosis
a. Gejala Klinis
Gejala klinis hernia inguinalis pada bayi dan anak terdapat benjolan
suprainguinal meluas ke daerah srotum. Sebagian besar gejala muncul pada anak
usia kurang dari 1 tahun. Pertama kali benjolan ditemukan orang tua bayi atau anak
saat memandikan, mengganti popok atau pakaian, dan saat anak menangis atau
mengedan, setelah anak relaks dan diam spontan benjolan menghilang atau dengan
sedikit tekanan diatas benjolan tersebut. Benjolan timbul hilang paling sering

14
terdapat pada lipatan paha, kemudian benjolan bertambah besar tanpa menimbulkan
keluhan lain, dan selanjutnya benjolan menetap sehingga sulit untuk direduksi
dengan tekanan seperti yang sering diceriterakan orang tua pasien. Dari gejala ini
dapat dibuat diagnosis banding antara hernia inguinalis, hidrokel, testis retraktil,
testis undesensus, varikokel atau tumor testis.

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi

Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Pada hernia
inguinal lateralis muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong. Hernia skrotalis yaitu benjolan yang terlihat
sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis. Pada
hernia inguinalis medialis tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.13

Palpasi

Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan
bahwa itu hernia inguinalis medialis.Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum
pubikum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik
yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis. Titik
tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis. 13

Pada hernia inguinalis, kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum
inguinal dan lateral tuberkulum pubikum.13

15
Perkusi. Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata. 13

Auskultasi. Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang


mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

Special Test :

Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2 atau


jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui anulus
eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh batuk. Bila
impuls diujung jari berarti hernia ingunalis lateralis, bila
impuls disamping jari hernia inguinalis medialis.4
Pemeriksaan Ziemen test posisi berbaring, bila ada
benjolan masukkan dulu, hernia kanan diperiksa dengan
tangan kanan, penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada jari ke-2 hernia ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia
inguinalis medialis, jari ke-4 hernia femoralis.4
Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan ibu jari
dan penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan
berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar
benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.4

c. Pemeriksaan penunjang
Leukosit > 10.000 18.000/mm3
Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata
dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang
teraba di inguinal.
CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator.

16
8. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic,
undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma
i. Ascites

9. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pengobatan non operatif direkomendasikan hanya pada
hernia yang asimptomatik.
Terapi konservatif : sambil menunggu untuk dilakukan terapi operatif. Terapi
konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinalis
pemakaiannya tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan alat ini dapat
melemahkan otot dinding perut.5
Reposisi : Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara
hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan
pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui
leher hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponibilis apabila
pasien takut dioperasi, yaitu dengan cara : bagian hernia dikompres dingin, penderita
diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan Trendelenberg. Jika
reposisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
Suntikan : Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk
memperkecil pintu hernia.
Sabuk Hernia : digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia
relatif kecil

17
Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka dan memotong
kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen kanalis
ingunalis.1,2

Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester
secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya
dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup
hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2

10. Komplikasi
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.

11. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca
bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat
diatasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.


Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217

3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi,
706- 710, EGC, Jakarta.

4. Inguinal Hernia: Anatomy and Management


http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik Bedah,
edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.

6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman
Singapore Publisher Ltd, Singapore.

7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran,


Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

8. Sukerena, I Nyoman. Hernia Ingunalis Pada Bayi dan Anak.. SMF Ilmu Bedah Anak
FK UNUD RSUP Sanglah: Denpasar.

19

Anda mungkin juga menyukai