Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mata merupakan salah satu indra terpenting manusia, sebagian besar
sumber informasi diperoleh dari indra penglihatan. Namun tak sedikit
terjadi gangguan pada penglihatan, baik dari yang ringan bahkan sampai
menimbulkan kebutaan. Estimasi jumlah orang dengan gangguan
penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang atau
4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta orang menderita kebutaan dan
3,65% atau 246 juta orang mengalami penurunan penglihatan. 1
Gangguan penglihatan juga masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia, anak –anak juga tak luput dari masalah tersebut. Berdasarkan
data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, didapatkan anak usia 5-14
mengalami gangguan penglihatan yaitu sebesar 0,01% populasi. 2
Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah
gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan glaucoma.
Kelainan refraksi menjadi masalah yang sering terjadi pada penglihatan
anak sehingga salah satu tujuan dari WHO dalam Vision 2020 : The right to
sight adalah mengeliminasi kebutaan karena kelainan refraksi yang tidak
terkoreksi.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipermetropia


Hipermetropia adalah Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke
mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi ) akan dibias membentuk bayangan
di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara bola
mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar
terletak di belakang retina. Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia atau
rabun dekat.3

2.2 Etiologi
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih
pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di
belakang retina. Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas :
a. Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal
b. Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari
normal
c. Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebih rendah dari normal.3

2.3 Tanda dan Gejala


Gejala dari hipermetrop yang belum dikoreksi antara lain adalah :
a. Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih,
hipermetropia pada orang tua dimana amplitude akomodasi menurun
b. Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan kurang
terang atau penerangan kurang
c. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan mata
yang lama dan membaca dekat
d. Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif=eye strain)
e. Mata sensitif terhadap sinar
f. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia

2
g. Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti oleh
konvergensi yang berlebihan pula. 4

2.4 Klasifikasi
Terdapat 3 bentuk hypermetropia yaitu:
1. Hipermetropia Kongenital : diakibatkan bola mata pendek atau kecil
2. Hypermetropia Simpel : lanjutan hypermetropia anak yang tidak berkurang
pada perkembangannya jarang melebihi > 5 dioptri
3. Hipermetropia didapat : di dapat setelah bedah pengeluaran lensa pada
katarak
Berdasarkan besar kelainan refraksi, hipermetropia dibagi 3, yaitu:
1. Hipermetropia ringan : +0,25 s/d +3,00
2. Hipermetropia sedang : +3,25 s/d +6,00
3. Hipermetropia berat : +6,25 atau lebih
Berdasarkan kemampuan akomodasi, hipermetropia sebagai berikut:
1. Hipermetropia laten: kelainan hipermetropik yang dapat dikoreksi dengan
tonus otot siliaris secara fisiologis, di mana akomodasi masih aktif
2. Hipermetropia manifes, dibagi
a. Hipermetropia manifes fakultatif : kelainan hipermetropik yang dapat
dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya atau dengan lensa sferis
positif
b. Hipermetropia manifes absolut : kelainan hipermetropik yang tidak
dapat dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya
3. Hipermetropia total: Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah
diberikan sikloplegia (Dwi Ahmad Yani, 2008).4

2.5 Penatalaksanaan
Terapi sebaiknya dilakukan untuk mengurangi gejala dan resiko selanjutnya
karena hipermetrop. Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung
untuk mematahkan sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah di
berikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.

3
Hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih
memberi tajam penglihatan maksimal.4
a. Koreksi Optik
Modal utama dalam penatalaksanaan hipermetrop signifikan adalah koreksi
dengan kacarnata. Lensa plus sferis atau sferosilinder diberikan untuk
menfokuskan cahaya dari belakang retina ke retina. Akomodasi berperan penting
dalam peresepan. Beberapa pasien pada awalnya tidak bisa mentoleransi koreksi
penuh atas indikasi hipermetrop manifestnya dan pasien lainnya dengan
hipermetrop latent tidak bisa mentoleransi koreksi penuh hipermetrop yang
diberikan dengan sikloplegik.

Berikut adalah strategi koreksi hipermetrop dalam beberapa kelompok usia :


1) Anak Anak
Bayi dan anak anak muda juga mempunyai kemampuan melakukan
akomodasi untuk mengatasi sejumlah hiperrnetrop. Hipermetrop yang
kurang dari 4-5 D sering tidak perlu dikoreksi pada bayi dan anak anak
muda. Tapi pada anak yang lebih besar dan dewasa memerlukan koreksi.
Sebagian besar anak anak pra sekolah adalah hipermetrop dan dapat hidup
nyaman dengan hipermetrop sampai +3 dan +4 D. Kacarnata tidak perlu
diberikan, hanya karena hipermetrop ditemukan ketika pemeriksaan. Jika
visus normal dan tidak terdapat bukti adanya esoforia atau esotropia dan
tidak ada keluhan penglihatan, maka kacamata tidak perlu diberikan.
2) Anak anak dan Dewasa Muda (10-40 tahun)
Orang orang antara usia l0 dan 40 tahun dengan hipermetrop ringan
tidak memerlukan terapi karena mereka tidak mempunyai gejala. Pasien
dengan hipermetrop sedang mungkin memerlukan koreksi part time,
terutama pada mereka yang mempunyai gangguan akomodasi atau
binokular. Beberapa pasien dengan hipermetrop tinggi mungkin tidak
terdeteksi dan diterapi pada usia 10 - 20 tahun. Gangguan visus pada pasien
ini harus dibantu dengan koreksi optik.

4
Terdapat banyak pendapat mengenai range terapi yang tepat, mulai
dari pemberian lensa plus minimal yang dapat mengurangi gejala sampai
rnemberikan koreksi penuh lensa plus untuk merelaksasikan akomodasi.
Posisi pertengahan adalah peresepan separuh sampai dua pertiga lensa plus
mengingat akan kaitan hipermetrop latent dengan hipermetrop manifes.
Pada usia 30 - 35 tahun, yang sebelumnya asimptomatis, pasien yang tidak
dikoreksi mulai mengalami kabur jarak dekat dan gangguan visus karena
kebutuhan akomodasi yang besar.
b. Bedah fraksi
Bedah refraksi merupakan suatu prosedur bedah atau laser yang dilakukan
pada mata untuk merubah kekuatan refraksinya dan tidak terlalu bergantung
pada kacamata atau lensa kontak. Kekuatan refraksi mata ditentukan oleh
kekuatan kornea, kedalaman COA, kekuatan lensa dan axial length bola mata.
Kekuatan refraksi normal adalah 64D, dan kornea manusia bertanggung jawab
terhadap dua pertiga dari kekuatan refraksi mata (+ 43D), dan sepertiga sisanya
oleh lensa. Sehingga kesalahan refraksi dapat dikoreksi dengan merubah dua
komponen utama refraksi, yaitu kornea dan lensa. Koreksi bedah refraksi untuk
hipermetrop kurang berkembang dibandingkan dengan miopi. Eksperimen Lans
(1898) merupakan langkah pertama dalam koreksi bedah hipermetrop, yaitu
menambah kekuatan komea dengan menggunakan 'supeficial radial burns' pada
kornea kelinci dan kemudian dilakukan thermokeratoplasty (TKP).

2.6 Pencegahan
Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata, pemberian tetes mata
atropine, menurunkan tekanan dalam bola mata, dan latihan penglihatan : kegiatan
merubah fokus jauh – dekat.

5
BAB III
KESIMPULAN

Hipermetrop adalah kelainan refraksi dimana bayangan difokuskan di


belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh axial length mata yang lebih
pendek (hipermetrop axial) atau perubahan kekuatan refraksi mata (hipermetrop
refi'aktif). Rata rata bayi lahir dengan hipermetrop dan akan berkurang dengan
cepat pada tahun pertama kehidupan karena mengalami emmetropisasi.
Klasifikasi hipermetrop yang berkaitan dengan akomodasi adalah hipermetrop
manifest dan hipermetrcp latent. Dan dalam mengkoreksi hipermetrop, penting
untuk mempertimbangkan hal ini. Penatalaksanaan hipermetrop dapat dengan
koreksi optik dan bedah refraktif. Koreksi optik masih merupakan
penatalaksanaan hipermetrop yang paling sering dilakukan.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infod
atin...pdf . Diakses pada tanggal 28 juli 2019
2. American Academy of Ophtalmology. BCSC Section 8. Extemal Disease and
Comea. Section 13. Refractive Surgery. AAO Association. 2005.
3. http://repository.usu.ac.id/1221/2/hipermetropi.pdf. Di akses pada tanggal
28 juli 2019
4. http://repository.unand.ac.id/1267/1/Penatalaksanaan_Hipermetrop.pdf.
Diakses pada tanggal 28 Juli 2019. No 2

Anda mungkin juga menyukai