PENGERTIAN
Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada
jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas
jaringan tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus
mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai dengan
kondisi yang sedang dihadapi. Dengan demikian, tidak dianjurkan untuk melakukan
prosedur episiotomi secara rutin karena mengacu pada pengalaman dan bukti-bukti
ilmiah yang dikemukakan oleh beberapa pakar dan klinisi, ternyata tidak terdapat
bukti bermakna tentang manfaat episiotomi rutin. Episiotomi mediolateralis dan
medialis, tidak menurunkan risiko cedera pada sfingter ani. Episiotomi medialis
dianggap dapat meningkatkan risiko ini. Episiotomi yang dikerjakan tanpa dasar dan
alasan yang jelas dapat menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan
perineum yang terjadi dibandingkan dengan laserasi yang terjadi secara spontan.
Selain itu, penerapan episiotomi secara bebas dan kurang tepat, dapat meningkatkan
jumlah perdarahan yang terjadi pada persalinan. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah robekan perineum, antara lain:
• Aplikasi handuk hangat pada perineum.
• Fasilitasi fleksi kepala bayi agar tidak menyebabkan regangan mendadak.
• Mengarahkan kepala agar perineum dilalui oleh diameter terkecil saat ekspulsi.
• Menahan perineum dengan regangan telunjuk dan ibu jari.
INDIKASI
1. Fasilitasi untuk persalinan dengan tindakan atau menggunakan instrumen.
2. Mencegah robekan perineum yang kaku atau diperkirakan tidak mampu
beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan, (misalnya: bayi yang sangat besar
atau makrosomia).
3. Mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus letak/presentasi
abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan menyediakan
tempat lebih luas untuk persalinan yang aman.
1
PROSEDUR/LANGKAH KLINIK
2
* Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan perineum, ibu masih
merasakan nyeri, tambahkan 10 ml lidokain 1% pada daerah nyeri
* Penyuntikan sambil menarik mundur, bertujuan untuk mencegah akumulasi
bahan anestesi hanya pada satu tempat dan mengurangi kemungkinan
penyuntikan ke dalam pembuluh darah.
4.2 Tindakan Episiotomi
4.2.1 Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan.
4.2.2 Letakkan jari telunjuk dan tengah di antara kepala bayi dan perineum, searah
dengan rencana sayatan.
4.2.3 Tunggu fase acme (Puncak His) kemudian selipkan gunting dalam keadaan
terbuka di antara telunjuk dan tengah.
4.2.4 Gunting perineum, dimulai dari fourchet (comissura posterior) 450 ke lateral
(kiri atau kanan).
4.2.5 Lanjutkan pimpinan persalinan.
4.3 Penjahitan Luka Episiotomi
4.3.1 Atur posisi ibu menjadi posisi litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot pada
daerah yang benar.
4.3.2 Keluarkan sisa darah dari dalam lumen vagina, bersihkan daerah vulva dan
perineum.
4.3.3 Kenakan sarung tangan yang bersih/DTT. Bila diperlukan pasanglah tampon
atau kasa ke dalam vagina untuk mencegah darah mengalir ke daerah yang
akan dijahit.
4.3.4 Letakkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
4.3.5 Uji efektifitas anestesi lokal yang diberikan sebelum episiotomi masih bekerja
(sentuhkan ujung jarum pada kulit tepi luka). Jika terasa sakit, tambahkan
anestesi lokal sebelum penjahitan dilakukan.
4.3.6 Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman dari
cemaran.
4.3.7 Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas batas
luka. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam
vagina. Ikat dan potong salah satu ujung dari benang dengan menyisakan
benang kurang lebih 0,5 cm.
4.3.8 Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur dengan jerat ke
bawah sampai lingkaran sisa himen.
4.3.9 Kemudian tusukkan jarum menembus mukosa vagina di depan himen dan
keluarkan pada sisi dalam luka perineum. Periksa jarak tempat keluarnya jarum
di perineum dengan batas atas irisan episiotomi.
4.3.10 Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai
ujung luar luka (pastikan setiap jahitan pada ke dua sisi memiliki ukuran yang
3
sama dan lapisan otot tertutup dengan baik).
4.3.11 Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan
mulailah merapatkan kulit perineum dengan jaitan subkutikuler.
4.3.12 Bila telah mencapai lingkaran himen, tembuskan jarum keluar mukosa vagina
pada sisi yang berlawanan dari tusukkan terakhir subkutikuler.
4.3.13 Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan kembali
jarum pada mukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang
dan silangkan ke sisi berlawanan hingga menembus mukosa pada sisi
berlawanan.
4.3.14 Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul kunci.
4.3.15 Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan
yng sesuai bila diperlukan.)
4.3.16 Tutup jahitan luka episiotomi dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik.
5 PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
5.1 Kumpulkan dan masukkan instrumen kedalam wadah yang berisi khlorin 0,5%
5.2 Kumpulkan bahan habis pakai dan masukkan ke tempat sampah medis
5.3 Bubuhilah benda-benda didalam kamar tindakan yang terkena darah atau
cairan tubuh pasien dengan khlorin 0,5%
5.4 Bersihkanlah sarung tangan, dilepaskan dan direndam dalam khlorin 0,5%
5.5 Cuci tangan dengan sabun dalam air mengalir
5.6 Keringkan tangan dengan handuk/kertas tissue yang bersih
6. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
6.1 Periksa tanda vital pasien
6.2 Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan dalam status pasien
6.3 Buat insruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
6.4 Memberitahu pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
6.5 Tegaskan kepada perawat untuk menjalankan instruksi dan pengobatan serta
melaporkan segera apabila ditemukan perubahan pascatindakan.