D1 :
Rumusan Masalah
Laki-laki 56 tahun datang dengan keluhan
demam sejak 3 hari smrs
Anamnesis
RM
Patofisiologi DD
Epidemiologi WD
Etiologi
anamesis
Hasil pemeriksaan lab nya adalah Hb 6,2 g/dl, leukosit 90.000/mm3 dan trombosit
15.000/mm3
DIAGNOSIS KERJA
• Leukimia granulositik kronik (LGK) dikenal juga dengan nama leukemia myeloid kronik merupakan
suatu jenis kanker dari leukosit.
• LGK adalah bentuk leukemia yang ditandai dengan peningkatan dan pertumbuhan yang tak
terkendali dari sel myeloid pada sum-sum tulang, dan akumulasi dari sel-sel ini di sirkulasi darah.
• LGK merupakan gangguan stem sel sum-sum tulang klonal, dimana ditemukan proliferasi dari
granulosit matang (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan prekursornya.
• Keadaan ini merupakan jenis penyakit myeloproliferatif dengan translokasi kromosom yang
disebut dengan kromosom Philadelphia.
Penyakit Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
suatu penyakit yang ditandai dengan keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, suatu keganasan hematologik yang ditandai oleh proliferasi klonal dan
transformasi neoplastik dan gangguan sel-sel ganas berasal dari limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia penumpukan limfosit B neoplastik dalam darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa,
diferensiasi sel-sel progenitor dari seri sel T. Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak hati dan organ lain.
mieloid. pada anak-anak. Walaupun demikian, 20% dari kasus LLA adalah
dewasa.
Etiologi Pada sebagian besar kasus, etiologi LMA Penyebab LLA pada dewasa sebagian besar tidak diketahui. Penyebab LLK masih belum diketahui, kemungkinan yang berperan adalah
tidak diketahui. Namun, demikian, terdapat Faktor keturunan dan sindroma predisposisi genetik lebih abnormalitas kromosom, onkogen, dan retrovirus (RNA tumor virus).
beberapa hal yang diketahui sebagai faktor berhubungan dengan LLA yang terjadi pada anak-anak.
resiko terjadinya LMA diantaranya, yaitu
benzena, riwayat radiasi ionik, riwayat
kemoterapi sitotoksik, merokok, riwayat
penyakit darah sebelumnya seperti sindrom
mielodisplasia.
Gejala dan Lelah, perdarahan dan infeksi yang Anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada) Awal diagnosis: asimptomatik.
Tanda Klinis disebabkan oleh sindrom kegagalan Anoreksia, nyeri tulang dan sendi, demam, banyak berkeringat, Pada pasien dengan gejala: limfadenopati generalisata, penurunan berat badan,
sumsum tulang. Perdarahan infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis. dan kelelahan. hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan
(purpura/petekia, epistaksis, perdarahan Perdarahan kulit (petechiae, atraumatic, echymosis), perdarahan latihan/olahraga. Demam, keringat malam, dan infeksi jarang terjadi pada awal.
gusi dan retina). Perdarahan yang lebih gusi, hematuria, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak dan ada Pasien yang asimtomatik pada saat diagnosis pada akhirnya akan mengalami
berat jarang terjadi kecuali pada kasus yang pembesaran organ (hepatomegali, splenomegali), limfadenopati dan limfadenopati, splenomegali dan hepatomegali.
disertai dengan DIC. Infeksi sering terjadi ada massa dimediastinum (sering pada LLA sel T). Cepat kenyang dan atau rasa tidak enak pada abdomen dapat berhubungan
ditenggorokan, paru-paru, kulit dan daerah dengan pembesaran limpa.
peri rektal. Perdarahan mukokutan dan/atau petekie.
Pemeriksaan leukosit > 100.000/mm3. Hitung Darah Lengkap dan Apus Darah Tepi: Jumlah leukosit dapat peningkatan jumlah lekosit dengan limfositosis kecil sekitar 95%.
Penunjang Angka leukosit yang sangat tinggi juga sering normal, ↑ dan ↓. Hiperleukosit (>100.000/mm3) terjadi pada kira- Gambaran darah tepi tampak limfositosis dengan gambaran limfosit kecil matur
menimbulkan gangguan metabolisme kira 15% pasien dan dapat melebihi 200.000/mm3. Pada umumnya dan smudge cell yang dominan; imunofenotip khas limfosit (CD5+, CD19+, CD20+,
berupa hiperurismia dan hipoglikemia. terjadi anemia dan trombositopenia. Apus sumsum tulang tampak CD23+, FMC7-/+, dan CD22-/+); dan infiltasi limfosit ke sumsum tulang bervariasi
Pemeriksaan morfologi sel dan pewarnaan hiperseluler dengan limfoblas yang sangat banyak, lebih dari 90% dalam 4 gambaran yaitu interstitial (33%), nodular (10%), campuran interstitial
sitokimia dapat mengklasifikasikan LMA dari sel berinti pada LLA dewasa. dan nodular (25%) serta infiltasi difus (25%).
mengklasifikasikan LMA menjadi 8 subtipe Pada LLA, pewarnaan Sudan black dan mieloperoksidase : negatif.
(M0-M7). Pewarnaan sitokimia : Sudan Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang ganas,
Black B (SBB) dan mieloperoksidase (MPO) sel B dapat memberikan hasil yang positif pada pewarnaan periodic
memberikan hasil positif pada LMA tipe acid Schiff (PAS).
M1,M2,M3,M4, dan M6. Pada pemeriksaan Pada sekitar 15-54% LLA dewasa didapatkan ekspresi antigen
mikroskopik didapatkan adanya Auer rods mieloid, antigen mieloid yang biasa dideteksi adalah CD13, CD15, dan
(kristal granul yang bersatu).4 CD33.
Sirosis Hati dengan hipersplenisme dengan
Malaria kronik
infeksi bakteri akut
Peningkatan tekanan darah di dalam vena porta akibat Gejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya
sirosis hati, akan menyebabkan aliran darah dari limpa serangan demam yang intermiten, anemia sekunder dan
terhambat. Hal ini akan membuat darah terkumpul di splenomegali. Gejala didahului oleh keluhan prodromal
dalam limpa dan membuat limpa membengkak. Bila berupa, malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang atau otot,
limpa cukup besar, maka penderita dapat mengalami anoreksia, mual, diare ringan dan kadang-kadang merasa
nyeri perut. dingin di punggung
↑neutrofil/
Bcr-abl oncogen granulositosis
leukositosis
Menekan ↓eritrosit
↑ proliferasi sel-sel mieloid Anemia
eritropoesi
s
↓ apoptosis
↑ proliferasi
↑trombosit trombositosis
Akumulasi sel-sel megakariosit
dalam sumsum tulang
Infiltrasi ke organ
Mendesak
Fullness of abdomen
splenomegali lambung
GEJALA KLINIS
Fase Kronis
• Pembesaran limpa/hati
• merasa cepat kenyang, nyeri pada perut kiri atas.
• Gambaran hipermetabolisme yang terjadi akibat proliferasi sel-sel leukemia dapat bermanifestasi sebagai rasa cepat
lemas, demam yang tidak terlalu tinggi, keringat malam, dan penurunan berat badan.
• Splenomegali ditemukan pada 95% kasus
Fase akselerasi
• Leukositosis yang sulit dikontrol oleh obat-obatan mielosupresif,
• Mieloblast di perifer 15-30%, promielosit > 30%, dan trombosit <100.000/mm3.
• Kembali terjadi pembesaran pada limpa yang tadinya sudah pengecil dengan pemberian obat-obat mielosupresi
• Anemia bertambah berat, timbul petekie, dan ekimosis.2,3