BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hubungan antara migrain dan vertigo yang sesuai dengan kondisi basilar-jenis
migrain umumnya diakui hanya pada sebagian kecil kasus. Berbagai istilah telah
digunakan untuk menggambarkan gejala vestibular yang berulang dalam migrain
ketika diagnosis alternatif telah dikesampingkan, seperti terkait pusing migrain, terkait
migrain vestibulopati, vertigo migrain dan migrain vestibular. Istilah terakhir ini
menyiratkan hubungan sebab akibat antara migrain dan gejala vestibular, yang
merupakan asumsi berdasarkan epidemiologi dan kelainan pada tes vestibular selama
2
dan antara episode vertigo. Dalam artikel ini istilah vertigo migrain dan migrain
vestibular akan digunakan secara bergantian.
menghubungkan mereka dengan migrain. Selain itu, pasien mungkin telah mendengar
interpretasi bertentangan gejala vestibular karena masih subjek kontroversial di
kalangan medis.
4
BAB II
mengandung serabut-serabut ordo kedua dari nukleus vestibular superior, medial, dan
inferior dan mengirimkan serabut eferen langsung kembali ke kompleks nuklear
vestibular, serta ke neuron motorik medula spinal, melalui jaras serebeloretikular dan
retikulospinal. Traktus vestibulospinal lateral yang penting berasal dari nukleus
vestibular lateralis (Deiters) dan berjalan turun pada sisi ipsilateral di dalam fasikulus
anterior ke motor neuron dan medula spinal, turun hingga ke level sakral. Impuls
yang dibawa di traktus vestibular lateral berfungsi untuk memfasilitasi refleks
ekstensor dan mempertahankan tingkat tonus otot seluruh tubuh yang diperlukan untuk
keseimbangan. Serabut nukleus vestibular medial memasuki fasikulus longitudinal
medial bilateral dan berjalan turun di dalamnya ke sel-sel kornu anterius medula spinal
servikal, atau sebagai traktus vestibulospinal medial ke medula spinal torasika bagian
atas. Serabut-serabut ini berjalan turun di bagian anterior medula spinal servikal, di
dekat fisura mediana anterior, sebagai fasikulus sulkomarginal, dan mendistribusikan
dirinya ke sel-sel kornu anterior setinggi servikal dan torakal bagian atas. Serabut ini
mempengaruhi tonus otot leher sebagai respon terhadap posisi kepala dan
kemungkinan juga berpapartisipasi dalam refleks yang menjaga ekuilibrium dengan
gerakan lengan untuk keseimbangan. Semua nukleus vestibular berproyeksi ke nukleus
yang mempersarafi otot-otot ekstraokular melalui fasikulus longitudinal medial.
10
hair cells yang selanjutnya akan mengembangkan potensial aksi. Akibatnya kanal
ion Ca (kalsium) akan terbuka dan timbul ion masuk ke dalam hair cells. Influks
ion Ca bersama potensial aksi merangsang pelepasan neurotransmitter (NT) ke
celah sinaps untuk menghantarkan (transmisi) impuls ke neuron berikutnya, yaitu
saraf aferen vestibularis dan selanjutnya menuju ke pusat AKT.
Tahap Transmisi. Impuls yang dikirim dari hair cells dihantarkan oleh saraf aferen
vestibularis menuju ke otak dengan NT-nya glutamate:A. Normal synoptic
transmition. B. Iduktion of longtem potentiation
Tahap Modulasi. Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga
pusat AKT, antara lain: Inti vestibularis, vestibulo-serebelum, inti okulo motor,
hiptotalamus, formasio retikular, korteks prefrontal dan limbik
Struktur tersebut mengolah informasi yang masuk dan memberi respons yang
sesuai. Manakala rangsangan yang masuk sifatnya berbahaya maka akan disensitisasi.
Sebaliknya, bila bersifat biasa saja maka responsnya adalah habituasi (1).
Tahap Persepsi. Tahap ini belum diketahui lokasinya
FISIOLOGI
Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor
vestibuler yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian
reseptor visual dan yang paling kecil konstibusinya adalah propioseptik.4
Arus informasi berlangusng intensif bila ada gerakan atau perubahan gerakan
dari kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan cairan endolimfe
di labirin dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel rambut ( hair cells) akan menekuk.
Tekukan bulu menyebabkan permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium
menerobos masuk kedalam sel (inf lux). Influk Ca akan menyebabkan terjadinya
depolarisasi dan juga merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang
12
selanjutnya akan meneruskan impul sensoris ini lewat saraf aferen (vestibular) ke
pusat-pusat alat keseimbangan tubuh di otak.2
Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti vertibular yang
menerima impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler. Serebellum selain
merupakan pusat integrasi kedua juga diduga merupakan pusat komparasi informasi
yang sedang berlangsung dengan informasi gerakan yang sudah lewat, oleh karena
memori gerakan yang pernah dialami masa lalu diduga tersimpan di vestibuloserebeli.
Selain serebellum, informasi tentang gerakan juga tersimpan di pusat memori
prefrontal korteks serebri.4
13
BAB III
MIGRAIN ASCOCIATED VERTIGO
3.2. Epidemiologi
Migrain adalah gangguan yang sangat umum di seluruh dunia; di Amerika
Serikat saja, kondisi ini terjadi pada 18% wanita dan 6% pria berusia 12-80 tahun, total
25-28 juta orang. Wanita usia subur yang paling terpengaruh, dengan prevalensi
perkiraan 25% pada wanita 35 tahun.5
Pada tahun 1984, Kayan dan Hood melaporkan peningkatan yang signifikan
dalam frekuensi vertigo pada orang dengan migrain dibandingkan orang dengan sakit
kepala karena tegang.5
Secara keseluruhan, vertigo episodik terjadi pada sekitar 25-35% dari semua
pasien migrain. Menggunakan angka-angka ini, sekitar 3,0-3,5% dari orang di Amerika
Serikat memiliki vertigo episodik dan migrain. Relatif, prevalensi penyakit Mnire
(gangguan vestibular perifer dengan gejala yang tumpang tindih yang dari migrain
vestibular) diperkirakan 0,2% dari populasi Amerika Serikat.5
14
3.3 Etiologi
Migrain dan migrain terkait vertigo sering dipicu oleh faktor-faktor tertentu,
termasuk stres, kecemasan, hipoglikemia, estrogen berfluktuasi, makanan tertentu, dan
merokok. Namun, meskipun cacat pusat dan perifer telah diamati, etiologi migrain
vestibular tidak sepenuhnya dipahami. Tidak ada hipotesis tunggal menjelaskan sakit
kepala atau pusing proses migrain saat ini. Dengan demikian, penyebab gejala migrain
tetap kontroversial.5
3.4. Patofisiologi
Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron
trigeminal/sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneus
didapat pada penderita yang mendapat serangan migren diperkirakan sebagai refleksi
pemberatan respons dari neuron trigeminal/sentral. lnervasi sensoris pembuluh darah
intrakranial sebagian besar berasal dari ganglion trigeminal dari dalam serabut sensoris
tersebut mengandung neuropeptid dimana jumlah dan peranannya yang paling besar
adalah Calcitonin Gene Related Peptide (CGRP), kemudian diikuti oleh substance
P(SP), Neurokinin A (NKA), pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP),
nitrit oksida (NO), molekul prostaglandin E2 (PGEJ2), bradikinin, serotonin(5-HT)
dan adenosin triphosphat (ATP), yang mana peran dari neuropeptide ini yaitu
berhubungan dengan aktivasi atau sensitisasi nosiseptor sehingga menimbulkan nyeri
pada migrain. Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam
transmisi dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan
yang paling penting sebagai pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator
impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak
(misalnya periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nukleus raphe magnus dan
reticular formation), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang
melibatkan konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus, anterior
koteks cinguli, dan struktur sistem limbik lainnya.6
15
Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat
substansi dari berbagai sel inflamator. Makrofag melepaskan sitokin lL1 (Interleukin
1), lL6 dan TNF (Tumor Necrotizing Factor ) dan NGF (Nerve Growth Factor).
Sel mast melepaskan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan arachidonic acid
dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses
inflamasi, terjadi proses upregulasi beberapa reseptor (VR1, sensory specific
sodium/SNS, dan SNS-2) dan peptides (CGRP, SP).6
Hal mendasar dalam patofisiologi migrain adalah refleks trigeminovaskular.
Refleks ini merupakan refleks parasimpatis yang dapat menghasilkan vasodilatasi
pembuluh darah kranial. Vasodilatasi pembuluh darah kranial adalah konsekuensi dari
aktivasi yang dimediasi oleh nukleus trigeminal kaudalis (Vc) dan neuron C1-C2 kornu
dorsalis. Selain efek parasimpatik dari refleks trigeminovaskular, vasodilatasi dapat
diinduksi atau ditambah dengan efek vasodilator langsung dari neurokinin A (NKA),
calcitonin gene related peptide (CGRP), dan substansi P (SP) yang dilepaskan dari
terminal sensorik trigeminu.6
16
sampai saat ini menunjukkan bahwa MAV lebih mungkin terkait dengan mekanisme
sakit kepala migrain daripada aura migrain. Disfungsi vestibular ini mungkin terutama
terletak pada tingkat batang otak dan mungkin otak kecil, tetapi dapat dinyatakan
sebagai sindrom vestibular perifer.8
Gejala aura berasal dari korteks serebral tetapi MRI fungsional tidak
mendukung iskemia sebagai penyebab tersebut. Satu-satunya gangguan yang diketahui
dapat menjelaskan gejala aura pada cortical spreading depression, terkait dengan
hyperperfusion kortikal awal diikuti oleh hipoperfusi berkepanjangan. Munculnya
konsep vulnerable cortex, berdasarkan penanda migrain interiktal seperti defek pada
rangsangan berulang dan temuan spektroskopi resonansi magnetik. Aktivasi dan
sensitisasi sistem trigeminovaskular adalah mekanisme dasar nyeri pada migrain dan
berhubungan dengan inflamasi neurogenik dan vasodilatasi di neurovascular junction.
Aktivasi berikutnya serta sensitisasi neuron kedua dan ketiga menyebabkan mual dan
muntah melalui koneksi dengan pusat-pusat seperti traktus nukleus solitarius.
Pelebaran pembuluh darah kranial dalam mengaktivasi neurovaskular kranial mungkin
dimediasi oleh refleks trigeminoparasimpatetik. Sangat menarik untuk
mempertimbangkan MAV sebagai aura sejak vertigo tidak bisa disertai dengan sakit
kepala. Akan tetapi MAV kurang sesuai dengan karakteristik migrain tipe aura. Namun
demikian, ada dua kemungkinan mekanisme vertigo mungkin berhubungan dengan
aura migrain. Pertama, vertigo mungkin menjadi 'aura batang otak' atau mungkin
koneksi dari korteks parietal posterior ke inti vestibular dapat menyediakan hubungan
langsung antara mekanisme aura kortikal dan daerah penting untuk pengolahan
informasi vestibular. Dalam MAV, kriteria diagnostik untuk migrain basilar juga tidak
dipenuhi karena mereka memerlukan gejala aura setidaknya dua dari wilayah sirkulasi
posterior.8
Akhirnya, dua mekanisme yang mungkin mungkin terkait dengan vertigo yaitu
sebagai aura migrain. Gejala vertigo durasi singkat telah disarankan untuk menjadi
aura batang otak yang mungkin disertai dengan perubahan dalam aliran darah. Atau,
koneksi langsung dari korteks parietal posterior ke nukleus vestibular dapat
19
memberikan akses langsung untuk mekanisme kortikal yang mendasari aura migrain
untuk menjangkau daerah-daerah penting untuk pengolahan informasi vestibular dan
kinerja refleks.6
Jalur vestibular dapat berkontribusi untuk mekanisme migrain baik pusat dan
perifer. Pada pasien dengan MAV didapatkan adanya paresis kanal pada tes kalori,
yang berarti adanya disfungsi vestibular perifer. Pasien dengan MAV bisa juga
memiliki kerusakan telinga bagian dalam. Ujung saraf trigeminal telah ditemukan
dalam pembuluh darah di telinga dalam. Inflamasi neurogenik dapat menyebabkan
perubahan aliran darah di telinga dalam, yang mungkin mengakibatkan perubahan
kondisi telinga bagian dalam. Selanjutnya, ekspresi dari transient receptor potential
channel vanilloid subfamily1 (TRPV1), yang merupakan reseptor nosiseptif berkaitan
dengan migrain telah ditemukan di kantung endolimfatik manusia. Oleh karena itu,
migrain dapat mempengaruhi penyerapan endolimfe pada kantung endolimfatik
sehingga mengakibatkan hidrops endolimfatik yang berujung pada vertigo.9
Hubungan resiprokal antara nukleus vestibular inferior, medial, lateral dan
nukleus trigeminus kaudalis menunjukkan bahwa pengolahan informasi vestibular dan
trigeminus dapat diubah secara bersamaan selama serangan migren, dan bahwa sinyal
vestibular secara langsung dapat mempengaruhi jalur refleks trigeminovaskular. Selain
itu, aktivasi vestibular sentral dapat mempengaruhi aktivitas di jalur monoaminergik
melalui koneksi langsung dari inti vestibular ke inti rapfe dorsalis, nukleus rapfe
magnus, lokus koeruleus, dan daerah tegmental lateral. Perubahan dalam aktivitas
monoaminergik akibat aktivasi vestibular mungkin memicu gejala-gejala yang terkait
migrain dan memodulasi aktivitas di jalur nyeri, vertigo, dan kecemasan. Sebaliknya,
regional khusus noradrenergik dan masukan serotonergik potensial untuk mengubah
substrat pengolahan informasi vestibular sentral selama dan antara episode migren.
Vestibular perifer juga dapat mempengaruhi jalur migrain. Penelitian telah
menunjukkan bahwa ada persarafan sensoris trigeminal signifikan dari stria vaskular,
spiral pembuluh darah modiolar, dan regio gelap dari sel krista ampular. Penelitian ini
menunjukkan bahwa rangsangan listrik dari ganglion trigeminus menghasilkan
20
ekstravasasi dari arteri basilar, arteri serebelum anterior-inferior, dan arteri koklea babi
guinea albino, dan bahwa aplikasi round window dari capsaicin menghasilkan
ekstravasasi di dua lokasi tersebut. Vasodilator kuat seperti NKA dan SP ada di
terminal saraf aferen vestibulokoklearis dalam organ Corti dan epitel sensorik
vestibular. NKA dan SP dapat dilepaskan selama aktivasi saraf dengan cara yang sama
seperti pada peptida vasodilator yang dirilis oleh terminal saraf trigeminal perifer
sebagai mekanisme neurogenik pada migrain. CGRP ada dalam proyeksi eferen ke
koklea dan epitel vestibular, pelepasan zat tersebut diharapkan selama aktivasi eferen.
Jadi, adalah mungkin bahwa pelepasan NKA, SP, dan CGRP dari serat saraf trigeminal
dan vestibulokoklearis dapat berkontribusi pada vertigo yang berkaitan dengan migrain
melalui hormone-like actions pada elemen saraf dan pembuluh darah.6
Di sisi lain, juga diduga bahwa peradangan migrain aseptik menciptakan proses
kepekaan pusat yang menyebar dari daerah trigeminal ke sistem vestibular. MAV
kadang-kadang diwariskan secara autosomal dominan. Pada patogenesis MAV, tidak
ada mutasi yang ditemukan pada gen pengatur kanal kalsium yang terkait beda
potensial listrik intra-ekstrasel dan gen CACNA1A. Meskipun temuan menunjukkan
bahwa MAV secara genetik heterogen dan kompleks, telah dilaporkan bahwa lokus
untuk kasus dengan keluarga MAV dipetakan pada kromoson 5q35.1
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat mendasari
patofisiologi terjadinya vertigo pada migrain:101. CSD yang mempengaruhi otak telah
diusulkan sebagai penyebab MAV melalui pengaruhnya pada sistem vestibular dan
aktivasi sistem trigeminovaskular baik secara langsung maupun tidak langsung,
melalui efeknya pada mekanisme perubahan biomolekular dan kelistrikan pada strukur
otak 2. Vasospasme transien dari arteri di labirin juga bisa menjelaskan gejala
gangguan vestibular perifer dan pendengaran pada migrain karena memili hubungan
resiprokal dengan sistem trigeminovaskular 3. Neuromodulator yang dilepaskan
selama serangan migrain seperti noradrenalin, serotonin dan calcitonin gen-related
peptide dapat mempengaruhi pemrosesan vestibular sentral dan perifer sehingga dapat
21
diobati dengan tepat untuk penyakit Mnire, bahkan jika riwayat migrain ada.
gangguan pendengaran sensorineural pada penyakit Mnire dan migrain basilar
Meskipun dijelaskan gangguan pendengaran sensorineural telah dilaporkan pada 0-
31% pasien tidak dipilih dengan migrain, perubahan tersebut jarang fitur yang
signifikan dari vertigo yang berhubungan dengan migrain dan dengan demikian
membantu untuk membedakannya dari penyebab lain dari vertigo, terutama penyakit
Mnire. Hingga 80% dari pasien dengan migrain basilar telah dilaporkan memiliki
gangguan pendengaran sensorineural, yang sering mempengaruhi frekuensi yang lebih
rendah dan mungkin bilateral. Fluktuasi juga mungkin, mirip dengan gangguan
pendengaran sensorineural penyakit Mnir e. Namun, tidak seperti pada penyakit
Mnire, hilangnya pendengaran sensorineural migrain basilar jarang berkembang.5
3.7. Tatalaksana
Penatalaksanaan yang dinilai memiliki efikasi tertinggi untuk MAV
pada prinsipnya terdiri atas 3 hal penting. Pertama, menghindari faktor pencetus.
Kedua, pengobatan abortif pada saat serangan, dan yang ketiga adalah pemberian
profilaksis. 11
Faktor pencetus untuk migrain di antaranya adalah stres, hipoglikemi, fluktuasi
hormon estrogen, merokok, sinar yang menyilaukan serta beberapa jenis makanan /
minuman tertentu seperti MSG, aspartam, makanan yang
diawetkan/diproses/difermentasi), gandum/terigu, jagung, pisang, kacang, udang,
kerang, kepiting, tongkol, alkohol, kopi, minuman bersoda, keju, es krim, coklat.11
Pengobatan abortif untuk MAV adalah sama dengan pengobatan abortif untuk
migrain. Penggunaaan metode stratified care lebih superior dalam penanganan migrain
akut dibandingkan dengan metode step care.
Stratified care mengelompokkan pasien kedalam 3 kelompok berdasarkan
tingkat keparahan serangan migrain; mild, moderate, dan high; serta memberikan terapi
sesuai dengan kelompok pasien tersebut. Sedangkan metode step care menekankan
24
pemberian analgesik lini pertama terlebih dahulu pada pasien dengan serangan
migrain.11
mereka dalam buku harian. Respon pengobatan harus dievaluasi setelah 3 bulan.
Sebuah penurunan lebih besar dari 50% frekuensi serangan adalah tujuan yang masuk
akal. Pengobatan MAV dalam keadaan akut dapat menggunakan triptan dan penekan
vestibular seperti promethazine, dimenhydrinate, dan meclizine. Sebuah studi
retrospektif menemukan bahwa efek triptan pada vertigo berhubungan dengan efeknya
pada nyeri kepala.12
Tabel 2. Terapi Profilaksis MAV (12)
3.8 Prognosis
Dengan pengobatan yang tepat, sesuai dan tepat, prognosis pada pasien MAV
adalah baik.
29
BAB IV
RESUME
Migrain vestibular (MAV) adalah sakit kepala berulang yang sering disertai
dengan mual dan sensitivitas cahaya dan yang dipisahkan oleh interval bebas gejala.
Sakit kepala biasanya memiliki kualitas berdenyut, yang berkurang setelah tidur, dan
bisa disertai dengan gejala visual, pusing, atau vertigo. Migrain dan migrain terkait
vertigo sering dipicu oleh faktor-faktor tertentu, termasuk stres, kecemasan,
hipoglikemia, estrogen berfluktuasi, makanan tertentu, dan merokok. MAV menimpa
sebagian besar penduduk dan terus menjadi tantangan untuk tenaga kesehatan. Tidak
ada tes diagnostik ada untuk migrain vestibular. Seperti halnya jenis evaluasi pusing,
riwayat dahulu adalah cara yang paling penting untuk mendiagnosis kondisi ini.
Teknologi untuk diagnostik terus diperluas dan obat-obatan baru terus diproduksi
untuk penderita ini. Tatalaksana yang efektif dari MAV memerlukan upaya
komprehensif dan partisipasi aktif dari pasien dan dokter yang menangani. Identifikasi,
pengukuran diagnostik objektif, dan pengobatan dioptimalkan berdasarkan hasil
terbaik.
30