Anda di halaman 1dari 30

Candida Sp.

Anggota Kelompok:
Chaerunnisa Hidayah (G1A017062) Fiddhanie Murdhana Fathir (G1A017072)
Ryanda Davitasari (G1A017063) Ari Mirna Madani (G1A017073)
Nalla Fathie Camella (G1A017064) Oktavia Nur Rohmawati (G1A017074)
Abrar Mukarram Setiawan (G1A017065) Ismi Robiyatul Adawiyah (G1A017075)
Maulidya Chilma Nabila (G1A017066) Diza Fara Ramadhanti (G1A017076)
Febriani Khairunisa F (G1A017067) Radya Putra Pratama (G1A017077)
Ira Imaniah (G1A017068) Chalimatussa'diyah (G1A017078)
Amanah Sekar Kinasih (G1A017069) Johanes Hasian Siahaan (G1A017079)
Bhimo Santri Baihaqi (G1A017070)
Sahda Vania Salsabila (G1A017071)
MORFOLOGI SEL
Candida Sp.
Morfologi sel Candida sp. Dibagi menjadi 2 :
1. Bentuk sel dimorfik
contoh : Candida albicans
2. Tidak dimorfik
Contoh : Candida glabrata.
Ket : C. glabrata tidak memiliki bentuk pseudohifa bahkan
tidak memiliki hifa (dalam berberapa kodisi)
(Ryan et al., 2014)
(Murray, et al., 2016).
Candida glabrata

Tidak memiliki hifa maupun pseudohifa


(Murray, et al., 2016).
Candida albicans bersifat dimorfik. Sehingga memiliki 3
bentuk sel, yaitu :
 Sel ragi / yeast
 Morfologi filamentosa:
• Hifa
• Pseudohifa
(Thompson, et. al., 2011)
1. Sel ragi / yeast
 Berbentuk bulat atau bulat lonjong
 Berukuran 2-5  x 3-6  hingga 2-5,5  x 5-28 
 Mempunyai kemampuan untuk mengkolonisasi lapisan mukosa
dan diseminasi jaringan host khususnya pada host yang
imunokompromis
 Tumbuh pada suhu 30o C

(Kashem, et. al., 2015)


(Thompson, et. al., 2011)
2. Pseudohifa
 Morfologi filamentosa
 Sel memanjang dengan ujung salling berhubungan
 Kontriksi tampak jelas ditiap pertemuan septa

(Kashem, et. al., 2015).


(Thompson, et. al., 2011)
3. Hifa
 Disebut sebagai morfologi filamentosa
 Sel memanjang dengan ujung sel saling berhubungan
 Terdapat sedikit kontriksi pada septa
 Tumbuh pada suhu 37o C

(Kashem, et. al., 2015).


(Thompson, et. al., 2011)
MORFOLOGI KOLONI
Candida Sp.
Morfologi koloni Candida sp. dapat diamati dalam media :
1. Sabouraud dextrose agar / SDA
2. Corn Meal Candida Agar /CMA
3. Germ Tube Germinating blastospores / germ tube
4. Hichrome Candida Agar / HCA

(Mutiawati, 2016)
1. Sabouraud dextrose agar / SDA
 Tujuan : membedakan C. albicans dengan spesies jamur lain
seperti Cryptococcus, Hasenula, Malaesezzia.
 Cara kerja :
 Sample (cairan/ kerokan tempat infeksi )  diperiksa
menggunakan Sabouraud’s dextrose broth kemudian
Sabouraud’s dextrose agar plate  diinkubasi pada suhu 37o C
selama 24-48 jam.
 Hasil :
Terlihat jelas pada hari ke 4 atau ke 5
Koloni C. albicans berwarna putih kekuningan, menimbul di atas
permukaan media, mempunyai permukaan yang pada permulaan
halus dan licin dan dapat agak keriput dengan bau ragi yang khas
(Mutiawati, 2016)
Candida sp. pada Media Sabouraud dextrose agar / SDA
2. Corn Meal Candida Agar /CMA
 Tujuan : untuk membedakan Candida albicans dengan spesies
Candida lain
 Cara kerja : C. albicans. Bercak koloni yang diduga sebagai C.
albicans ditanam pada CMA (pH 7) kemudian diinkubasi pada
suhu 37ºC selama 48-72 jam
 Dengan media CMA dapat melihat bentuk hifa, blastokonidia,
chlamydospores, and arthrospores dengan jelas. Khusus pada
Kandida adalah untuk melihat bentuk chlamydospores
(Mutiawati, 2016)
Candida sp. pada Media Corn Meal Candida Agar /CMA
3. Germ Tube / Germinating blastospores Germ Tube
 Digunakan dalam mikologi diagnostik
 Pembentukkan germ tube dilaporkan oleh Reynolds dan Braude –
Reynolds-Braude Phenomenon
 Mengindentifikasi C. albicans dan C. dubliniensis berdasarkan
kemampuannya menghasilkan struktur yang bulat, lonjong, dan
berbentuk seperti tabung yang dinamakan germ tube saat diinkubasi
dalam serum pada suhu 37 derajat celcius selama 2 jam
 Serum manusia dan serum nonmanusia mulai digunakan untuk
menguji produksi germ tube (putih telur, saliva, serum domba,
trypticase soya broth, dan beberapa media peptone)
.
3. Hichrome Candida Agar / HCA
 Tujuan : hasil identifikasi Candida yang berbeda dan
lebih spesifik, penting untuk klinis.
 Cara kerja : koloni ditanam pada HCA  inkubasi 37⁰C
selama 48 jam
 Hasil : positif jika koloni berwarna hijau kemilau
(Mutiawati, 2016)
SIFAT
Candida Sp.
■ Candida albicans memiliki dua wujud yaitu yeast-like state
(non-invasif) dan fungal form yang menghasilkan struktur
seperti akar yang dapat memasuki mukosa (invasif)
■ Candida albicans dapat ditemukan dalam pseudohifa
maupun ragi tergantung kondisi lingkungan, bila dibiakkan
pada suhu 37 C akan membentuk sel ragi, bila pada suhu
30 C akan membentuk pseudohifa
■ Candida albicans dapat memfermentasikan glukosa dan
maltose
■ Candida albicans berkembang biak dengan membentuk
tunas dan membentuk spora seksual atau spora aseksual
■ Candida albicans bersifat anaerob fakultatif
SIKLUS HIDUP
Candida Sp.
Siklus Hidup Candida albicans

Dadar et al, 2018. Candida albicans - Biology, molecular characterization, pathogenicity, and advances in diagnosis and control – An update.
FAKTOR VIRULENSI
Candida Sp.
Faktor Virulensi
Phenotypic Switching Polimorfisme Adhesin
• merupakan • kemampuan mengubah sel- • merupakan protein
kemampuan candida sel yeast uniseluler menjadi khusus yang memediasi
spp untuk respons bentuk pertumbuhan penempelan pada sel
cepat terhadap pseudohifa atau hifa inang.
perubahan kondisi • Bentuk hifa lebih invasif • contohnya yaitu protein
lingkungan. daripada bentuk yeast. agglutinin-like sequence
• Terjadi perubahan (ALS), HWP1P (Hyphae
menjadi berwarna Enzim Hidrolase specipic adhesion),
abu-abu dan kasar • Berperan dalam nutrisi EAP1P (Enhanced
(opaque) yang tetapi juga merusak jaringan adhesion to polystyrene),
menandakan dapat serta penyebaran dalam CSH1p (Contribution of
tumbuh pada suhu organisme host cell surface
37ºC dan pH 6,7 • enzim hidrolase yang paling hydrophobicity protein)
utama yaitu SAP (Secreted
Aspartyl Proteinase). (Mayer, 2013)
PATOMEKANISME PENYAKIT
AKIBAT
Candida Sp.
PEMERIKSAAN
Candida Sp.
1. Chlamydoconidia production test
 Menggunakan medium rice agar (10 gr beras, 10 gr agar
bakteriologis, dan air yang disuling) yang disuplementasi oleh 8 ml
Tween 80 (emulsifier polisorbat 80)
 Sampel-sampel yang dibiakkan sebelumnya dalam SDA 
diunggulkan menjadi 3 garis parallel pada rice agar yang diletakkan
di antara dua slide  diinkubasi pada suhu 30C selama 72 jam 
amati di mikroskop
 Pembentukkan spora melingkar dengan isolate dinding ganda
merupakan indikasi Candida albicans dan C. dubliniensis.
2. Pemeriksaan Biokimiawi test Asimilasi Karbohidrat
tujuan: untuk konfirmasi spesies kandida
prinsip: mengukur kekuatan yeast dalam
memaksimalkan karbohidrat tertentu sebagai bahan
dasar karbon dalam oksigen
cara kerja: inkubasi 10 hari pada suhu 37 derajat
interpretasi hasil:
(+) = pertumbuhan/perubahan pH pada media dengan
memanfaatkan gula sebagai bahan dasar (gas)
Daftar Pustaka
■ Dadar et al, 2018. Candida albicans - Biology, molecular characterization, pathogenicity, and advances in diagnosis and control –
An update.
■ Jasim, S.T., M.T. Flayyih., A. A. Hassan. 2016. Isolation and Identification of Candida Spp. from Different Clinical Specimens and
Study the Virulence Factors. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol. 5(7): 121-137.
■ Kashem, S. W., B. Z. Igyárto, M. Gerami-Nejad, A. Iwasaki, G. D. Brown, dan D. H. Kaplan. 2015. Candida albicans Morphology and
Dendritic Cells Subsets Determine T-Helper Cell Differentation. Immunity. Vol 42(2) : 356-366
■ Marinho, Sandra., Teixeira, Alice., Santos, Otavio., Cazanova, Ricardo., Ferreira, Carlos., Cherubini, Karen. 2010. Identification of
Candida spp. by phenotypic tests and PCR. Brazilian Journal of Microbiology. Vol. 41(2): 286-294.
■ Mayer, F., Wilson, D. and Hube, B. 2013. Candida albicans pathogenicity mechanisms. Virulence, 4(2), pp.119-128.
■ Mulyati, R. Wahyuningsih., Widiastuti., P.K. Sjarifuddin. 2002. Isolasi Spesies Candida dari Tinja Penderita HIV/AIDS. MAKARA
KESEHATAN. Vol. 6(2): 50-55.
■ Murray, P. R., Rosenthal, K. S., Pfaller, M. A. 2016. Medical Microbiology. Philadelphia : El Sevier Mutiawati, V. K. (2016).
Pemeriksaan mikrobiologi pada candida albicans. Jurnal kedokteran syiah kuala, 16(1), 53-63
■ Ryan, K. J., et al., 2014. Sherris Medical Microbiology Sixth Edition. New York : McGraw Hill
■ Shettar, S.K., A.B. Patil., S.D. Nadagir., T.A. Shepur., B.A. Mythri., S. Gadadavar. 2012. Evaluation of HiCrome Differential Agar for
Speciation of Candida. JAMS. Vol. 2(3): 101-104.
■ Soll, D.R. 2014. The role of phenotypic switching in the basic biology and pathogenesis of Candida albicans. Journal of Oral
Microbiology, 6(1), p.22993.
■ Thompson, D. S., P. L. Carlisle, dan D. Kadosh. 2011. Coevolution of Morphology and Virulence in Candida Species. Eukaryotic
Cell. Vol 10(9) : 1173-1182.

Anda mungkin juga menyukai