Anda di halaman 1dari 10

23

KASUS II

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR

Sampel : Tembolok Ayam

Tanggal Pengambilan : 23 Maret 2019

I. ANAMNESA

Nama pemilik : Edi

Jenis hewan : Ayam Broiler

Umur : 3 bulan

Jenis kelamin : Jantan

Status gizi : Buruk

Gejala klinis : Bulu kusam dan lesu.

Gambar 12. Tembolok Ayam


24

II. DIAGNOSA LABORATORIUM


A. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil adalah tembolok ayam. Sampel tembolok diambil

kemudian dicuci bersih dengan air, bilas tembolok 3x dengan aquadest steril berisi

antibiotik gentamicin (0,1 cc/ 100 ml), kemudian potong-potong tembolok dengan

ukuran 3-5 mm, kemudian masukan ke dalam media pepton water. Inkubasikan

selama 3-4 hari pada suhu 27oC.

Gambar 13. Penanaman pada pepton water

Metode dan Uji yang Dilakukan


a. Biakan jamur pada media Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA)
Prosedur Kerja :
 Biakan jamur pada media pepton water disentrifus dengan kecepatan 2.000

rpm selama 15 menit.


 Buang pepton water dan sisakan sedikit bersama sedimen, homogenkan.
25

 Kemudian tuang ke dalam media SDA.


 Cawan petri dimasukkan kedalam plastik dan disimpan pada suhu kamar

dengan posisi terbalik di ruangan gelap.

 Amati pertumbuhan koloni jamur selama 3-4 hari.

b. Penanaman pada slide culture

Prosedur kerja :

 Selama 3-4 hari SDA disimpan pada suhu kamar di ruang gelap dan

diamati pertumbuhan biakan jamur pada media SDA (Sabouraud’s

Dextrose Agar).
 Kemudian dilakukan penanaman pada Slide Culture dengan menggunakan

media potongan segi empat dari SDA.


 Dengan menggunakan ose runcing, jamur diambil dari biakan media SDA

dan dioleskan pada tepi potongan segi empat SDA yang telah diletakkan

di atas objek glass.


 Setelah itu potongan ditutup dengan cover glass dan dimasukkan ke dalam

cawan petri yang sudah disediakan potongan tusuk gigi dan kapas basah.

 Selanjutnya dibungkus dangan plastik dan disimpan pada suhu kamar

selama 3-4 hari hingga tumbuh jamur, lalu diamati dibawah mikroskop.

III. HASIL DIAGNOSA LABORATORIUM

Hasil uji yang telah dilakukan pada sampel tembolok ayam adalah sebagai

berikut :

a. Biakan Jamur pada media Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA)


26

Morfologi jamur yang dibiakkan pada Sabouraud’s Dextrose Agar selama

3-4 hari pada suhu kamar 27 ºC adalah sebagai berikut:

Hasil pemeriksaan :

Bentuk : Tidak teratur

Pinggiran : Halus

Permukaan : Cembung
Warna : Putih
Kosistensi : Padat

Gambar 14. Pertumbuhan jamur pada media Sabouraud’s Dextrose Agar

b. Penanaman Pada Slide Culture


Pada media slide culture jamur tumbuh dengan terbentuk koloni berwarna

putih mengkilat dan seperti ragi. Pada pengamatan secara mikroskopis terlihat hifa

bersepta. Morfologi jamur terlihat seperti di bawah ini :


27

Gambar 15. Pertumbuhan jamur pada media slide culture

Gambar 16. Hasil pengamatan mikroskopis Jamur pada slide culture

(pembesaran 40)

IV. DIAGNOSA

Diagnosa dapat dilakukan dengan adanya perubahan patologi, namun

penegakan diagnosa dapat dilakukan dengan isolasi dan identifikasi jamur. Selain

itu, dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan preparat apus mukosa tembolok

yang diwarnai dengan methylen blue untuk mendeteksi adanya hyphae atau
28

klamidiospora C.albicans (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian,

2012).

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat di diagnosa

bahwa jamur tersebut tergolong dalam genus Candida sp.

V. PEMBAHASAN

Candida spp. dapat tumbuh baik pada media Sabouraud dekstrose Agar.

Koloni yang terbentuk seperti ragi (yeast-like colony) berbentuk bulat dengan

diameter 2-4 mm, berwarna putih kekuningan, dengan permukaan yang halus.

Secara mikroskopik, Candida spp. merupakan organisme eukariot uniseluler. Sel

ragi dan sel tunas umumnya berbentuk bulat, oval, sampai hampir silindris,

dengan ukuran 2-7 x 3-8,5 μm (Tyasrini dkk., 2006). Khamir dapat

memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang disebut blastospora dan

blastospora ini terus memanjang membentuk hifa semu.


Spesies Candida terdiri dari C.albicans, C.krusei, C.tropicalis, C.dubliniensis,

C.famata, C.firmetaria, C.glabrata, C.lipolytica, C.norvegensis, dan C.rugosa.

spesies-spesies Candida adalah khamir imperfecti (tidak memiliki bentuk seksual),

tergolong dalam family Cryptococcacea, ordo Cryptoccales, klas Blastomycetes,

dan divisi fungi imperfecti. Spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan

penyakit baik manusia maupun hewan adalah Candida albicans (Direktorat

Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).


Pada kondisi tertentu, organisme ini dapat mengalami perubahan

morfologi menjadi lebih bersifat invasif, yaitu bentuk hifa atau miselial atau

filamentous. Transisi morfologi ini merupakan bentuk adaptasi Candida spp.


29

terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam bentuk miselial, Candida spp. membentuk

hifa dan pseudohifa. Hifa berbentuk tabung. Hifa terbentuk dari blastospora yang

terus-menerus mengalami pertumbuhan pada apeksnya, yang pada stadium awal

terlebih dahulu membentuk germ tube, sehingga tidak terdapat septum antara

blastospora dan bagian sel yang tumbuh. Pseudohifa terbentuk dari sel tunas,

seperti blastospora, yang bermultiplikasi, tetapi sel anak tidak lepas dari sel

induknya dan terus menerus memanjang sehingga menyerupai hifa, sehingga

terdapat septum antara blastospora dan bagian sel yang tumbuh, serta pada bagian

ini terdapat bagian yang menyempit. Dinding sel Candida spp. memiliki struktur

yang unik dan dinamik, yang terdiri dari beberapa lapisan. Komponen utama

dinding sel Candida spp. adalah glucans, kitin, manoprotein, yaitu manan yang

berikatan dengan protein, serta protein lain, sedangkan komponen minornya

adalah lemak dan garam anorganik. Komposisi dinding sel pada sel ragi dan hifa

relatif sama (Tyasrini dkk., 2006).

Sifat Candida
Gangguan kesehatan pada ayam oleh Candida albicans bersifat

oportunistik. Sebagai penyakit yang bersifat oportunistik, Candida merupakan

penyakit yang sangat ditentukan oleh kondisi kekebalan tubuh ayam, kualitas

pakan, air dan lingkungan. Dampak dari gangguan kesehatan dari ayam akibat

infeksi penyakit virus dan bakteri berpotensi meningkatkan candidiasis. Kondisi

yang nyata akibat candidiasis pada ternak ayam ialah terjadi penurunan kualitas
30

bobot ayam dan produksi dari telur pada peternakan ayam. Kondisi imunosupresi

(gangguan sistem imunitas) berpeluang terhadap timbulnya candidiasis dan

kondisi ini menunjukan Candida telah berubah menjadi patogen. Candida

albicans merupakan fungi opportunistik yang menginfeksi hewan akibat

pemberian antibiotik, agen sitotoksik, dan obat imunosupresif (Jamin, 2012).


Sifat jamur ini relatif lebih resisten di dalam tanah dan tahan terhadap

berbagai desinfektan. Penularan kandidiasis biasanya melalui oral karena ayam

sehat mengkonsumsi pakan atau air minum yang sudah tercemar Candida albicans

(Majalah Infovet, 2007).

Patogenitas
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi

adalah adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filament dan produksi

enzim ekstraselular. Adhesi melibatkan interaksi antara ligand dan reseptor pada

sel inang dan proses melekatnya sel C.albicans ke sel inang. Perubahan bentuk

dari khamir ke filamen diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses

penyerangan Candida terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan

biofilm sebagai salah satu cara Candida spp. untuk mempertahankan diri dari

obat-obat antifungi. Produksi enzim hidrolitik ekstraselular seperti aspartyl

proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas C.albicans (Direktorat

Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).

Transmisi
Penyakit ini dapat menular melalui oral karena mengkonsumsi pakan atau

air minum atau karena kontaminasi dengan bahan/lingkungan yang tercemar oleh

jamur tersebut (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012),

untuk pencegahan kandidiasis ditingkat peternak dapat menjaga sanitasi


31

lingkungan kandang dan ternaknya serta menjaga agar pakan tetap dalam keadaan

baik (Majalah Iinfovet, 2007).

Gejala Klinis

Gejala pada ayam terserang candidiasis tidak terlalu spesifik, namun

akibat penyakit ini pertumbuhan ayam menjadi terhambat, bulu berdiri, atau ayam

mengalami diare (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).

Selain itu juga terdapat gangguan pertumbuhan, pucat, lesu, lesi gatal pada ulkus

kulit dan selaput lendir, dan pneumonitis (Majalah Iinfovet, 2007).

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan standar sanitasi,

menghindari pemberian obat, antibiotik, dan coccidiostat, serta menghindari

stimulant pertumbuhan berlebihan yang dapat mempengaruhi flora normal pada

saluran pencernaan (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).

Pengobatan

Pengobatan dapat dilakukan menggunakan cooper sulfat dengan takaran

1:2000 (1 bagian cooper sulfat dan 2000 bagian air minum). Pemberian Nystatin

pada pakan (220 mg/kg pakan) atau pada air mimun (62,5 – 250 mg/L Nnystatin
32

dicampur dengan sodium lauryl sulfate 7,8 – 25 mg/L) selama 5 hari akan efektif

dalam pengobatan pada kalkun.

VI. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium denganmetode dan uji

laboratorium berupa pembiakan pada media SDA dan slide culture, dapat

disimpulkan bahwa jamur yang terdapat pada tembolok ayam adalah genus

Candida sp.

Anda mungkin juga menyukai