Skenario 2
Malangnya Anakku
(Learning Objective)
Oleh :
N101 13 097
Patofisiologi syok septik tidak terlepas dari patofisiologi sepsis itu sendiri.
Dimana endotoksin (lipopolisakarida) yang dilepaskan oleh mikroba akan
menyebabkan proses inflamasi yang melibatkan berbagai mediator inflamasi,
yaitu: sitokin, neutrofil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lainnya.
Kemampuan homeostasis pada proses inflamasi ini terkait dengan faktor
suseptibilitas individu terhadap proses inflamasi tersebut. Bilamana terjadi proses
inflamasi yang melebihi kemampuan homeostatis maka akan terjadi proses
inflamasi yang maladaptif yang akan berlanjut menyebabkan gangguan fungsi
berbagai organ yang dikenal sebagai disfungsi/gagal organ multiple (MODS atau
MOF).
Sindrom respon inflamasi sistemik ditemukan pada sejumlah keadaan non infeksi,
antara lain trauma, pintas kardiopulmoner, pankreatitis, dan luka bakar. Pasien
dengan IM luas sering mengalami peningkatan suhu tubuh, sel darah putih,
komplemen, interleukin, Cereacvive protein dan pertanda inflamasi lainnya. NO
yang disintesis dalam keadaan rendah oleh endotelial nitric okside (eNOS) sel
endotel dan miokard, merupakan molekul yang bersifaat kardioprotektif.
Mikrosirkulasi
Neuroendokrin
Kardiovaskular
Gastrointestinal
Ginjal
Terapi syok anafi laktik:
Baringkan pasien dengan posisi syok (kaki lebih tinggi)
Adrenaline: Dewasa 0,3-0,5 mg SC (subcutaneous); anak 0,01 mg/kgBB SC
(larutan 1:1000). Fungsi adrenaline: meningkatkan kontraktilitas miokard,
vasokonstriksi vaskuler, meningkatkan tekanan darah dan bronkodilatasi
Pasang infus RL
Kortikosteroid: dexamethasone0,2 mg/kgBB IV (intravena)
Bila terjadi bronkospasme dapat diberi aminophyline5-6 mg/kgBB IV bolus
secara perlahan, dilanjutkan dengan infus 0,4-0,9 mg/kgBB/menit
e. Tahapan patofisiologi :
Inisial
Selama tahap ini, terjadi keadaan hipoperfusi yang menyebabkan kurangnya/ tidak
cukupnya oksigen untuk memberikan suplai terhadap kebutuhan metabolisme seluler.
Keadaan hipoksia ini menyebabkan, terjadinya fermentasi asam laktat pada sel. Hal
ini terjadi karena ketika tidak adanya oksigen, maka proses masuknya piruvat pada
siklus kreb menjadi menurun, sehingga terjadi penimbunan piruvat. Piruvat tersebut
akan diubah menjadi laktat oleh laktat dehidrogenase sehingga terjadi penimbunan
laktat yang menyebabkan keadaan asidosis laktat.
Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul
gangguanperfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler.
Mekanismekompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran
darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang
kurang vital. Faktor humoraldilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan
menaikkan volume darah dengankonservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen didaerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi
peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan
peningkatan respirasi untuk memperbaikiventilasi alveolar. Walau aliran darah ke
ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cararegulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darahmenurun, maka
filtrasi glomeruler juga menurun.
Progresif
Ketika shock tidak berhasil ditangani dengan baik, maka syok akan mengalami tahap
progresif dan mekanisme kompensasi mulai mengalai kegagalan. Pada stadium ini,
Asidosis metabolik semakin prah, otot polos pada pembuluh darah mengalami
relaksasi sehingga terjadi penimbunan darah dalam pembuluh darah. Ha ini
mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik dikombinasikan dengan lepas nya
histamin yang mengakibatkan bocornya cairan ke dalam jaringan sekitar. Hal ini
mengakibatkan konsentrasi dan viscositas darah menjadi meningkat dan dapat terjadi
penyumbatan dala aliran darah sehingga berakibat terjadinya kematian banyak
jaringan. Jika organ pencernaan juga mengalami nekrosis, dapat menyebabkan
masuknya bakteri kedalam aliran darah yang kemudian dapat memperparah
komplikasi yaitu syok endotoxic.
Refraktori
Pada stadium ini terjadi kegagalan organ untuk berfungsi dan shock menjadi
ireversibel. Kematian otak dan seluler pun berlangsung. Syok menjadi irevesibel
karena ATP sudah banyak didegradasi menjadi adenosin ketika terjadi kekurangan
oksigen dalam sel. Adenosin yang terbentuk mudah keluar dari sel dan menyebabkan
vasodilatasi kapiler. Adenosin selanjutnya di transformasi menjadi asam urat yang
kemudian di eksresi ginjal. Pada tahap ini, pemberian oksigen menjadi sia- sia karena
sudah tidak ada adenosin yang dapat difosforilasi menjadi ATP
Sumber :
1) https://www.scribd.com/doc/86704483/Patofisiologi-Syok
2) Setiati,S.2014.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.jilid III.edisi VI.interna
publishing:Jakarta
3) Leksana, E. 2015. Dehidrasi dan syok. Universitas Diponegoro. Semarang.
Viewed 16 desember 2015.
From(http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_228Praktis%E2%80%93Dehidrasi
%20dan%20Syok.pdf).
Sumber :
1) http:// www.scribd.com/mobile/doc/42167249/Pemeriksaan-Hematologi
2) Saputra L. 2011. Panduan Praktek Dokter di Rumah Sakit. Binarupa Aksara :
Tangerang
2. Syok anafilaktik
Anafilaksis merupakan bentuk terberat dari reaksi obat, yang dapat berupa
reaksi anafilaktik dan reaksi anafilaktoid. Reaksi anafilaktik adalah gejala yang
timbul melalui reaksi alergen dan antibodi. Sedangkan reaksi anafilaktoid tidak
melalui reaksi imunologik, namun karena gejala dan pengobatannya tidak dapat
dibedakan, maka reaksi anafilaktoid juga disebut sebagai anafilaksis.
Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinik dari anafilaksis yang
ditandai dengan adanya hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah.
Anafilaksis yang berat dapat pula terjadi tanpa hipotensi, dimana obstruksi saluran
napas menjadi gejala utamanya. Kematian karena anafilaksis sebesar dua
pertiganya disebabkan oleh obstruksi saluran napas (terutama pada usia muda) dan
sisanya oleh kolaps kardiovaskular (terutama usia lanjut).
Ciri khas anafilaksis yang pertama adalah gejala yang timbul beberapa detik
hingga beberapa menit setelah terpajan alergen atau faktor pencetus non alergen
seperti zat kimia, obat, atau kegiatan jasmani. Ciri kedua, anafilaksis merupakan
reaksi sistemik sehingga melibatkan multiorgan yang gejalanya timbul serentak
atau hampir serentak.
Syok anafilaktik biasanya terjadi setelah penyuntikan serum atau obat
terhadap penderita yang sensitif; selain tanda-tanda syok terdapat juga
spasmebronkioli yang menyebabkan asfiksia dan sianosis. Juga sering didahului
dengan rasa nyeri kepala, gangguan penglihatan, urtikaria dan edema wajah, dan
mual- mual. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran
makan di tangkap oleh makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen
tersebut kepada limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13)
yang menginduksi limfosit B berproliferasi menjadi sel plasma (plasmosit). Sel
plasma memproduksi Ig E spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat pada
reseptor permukaan sel mast (mastosit) dan basofil. Mastosit dan basofil
melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan
ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen
yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera
yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan
beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah preformed
mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran
sel yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi
beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed mediators. Fase
Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada
organ organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan
permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mucus dan
vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin
menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek
bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi
trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil.
Prostaglandin leukotrien yang dihasilkan menyebabkan bronkokonstriksi.
Vasodilatasi pembuluh darah yang terjadi mendadak menyebabkan terjadinya
fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini menyebabkan
penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang diikuti dengan
penurunan tekanan darah. Kemudian terjadi penurunan tekanan perfusi yang
berlanjut pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi pada keaadan
syok yang membahayakan penderita.
Kebanyakan pasien diabetes dengan sepsis akan mengalami huperglikemia
dan infeksi yang berat dapat mencetuskan Ketoasidosis DM. Albumin akan
menurun seiring perjalanan penyakit dan derajat sepsis.
Diagnosis etiologi membutuhkan isolasi mikroorganisme dari darah dan atau
dari tempat infeksi lokal. Setidaknya 2 sampel darah (masing-masing 10cc)
seharusnya diambil dari tempat punksi vena yang berbeda untuk kultur. Marker
inflamasi seperti CRP dan Prokalsionin dapat membantu menegakkan diagnosis
sepsis.
Terapi syok anafi laktik:
Baringkan pasien dengan posisi syok (kaki lebih tinggi)
Adrenaline: Dewasa 0,3-0,5 mg SC (subcutaneous); anak 0,01 mg/kgBB
SC (larutan 1:1000). Fungsi adrenaline: meningkatkan kontraktilitas
miokard, vasokonstriksi vaskuler, meningkatkan tekanan darah dan
bronkodilatasi
Pasang infus RL
Kortikosteroid: dexamethasone0,2 mg/kgBB IV (intravena)
Bila terjadi bronkospasme dapat diberi aminophyline5-6 mg/kgBB IV
bolus secara perlahan, dilanjutkan dengan infus 0,4-0,9 mg/kgBB/menit
3. Syok neurogenik
Adanya interupsi pada input vasomotor simpatis setelah cedera medula spinalis
servikal, cedera kepala hebat atau migrasi chepalad anastesi spinal dapat
menyebabkan syok neurogenik. Sebagai tambahan pada keadaan dilatasi arteriolar,
venodilasi menyebabkan pooling darah pada sistem vena, yang mengakibatkan
penurunan aliran balik vena dan cardiac output. Ekstremitas seringkali hangat,
berbeda dengan ekstremitas dingin akibat vasokontriksi pada syok hipovolemik atau
kardiogenik. Umumnya terjadi pada kasus cervicalatau high thoracic spinal cord
injury. Gejala klinis meliputi hipotensi disertai bradikardia.
Sumber :