Skenario 2
Coass Bingung
(Learning Objective)
Oleh :
N101 13 097
b. Penyakit Glomerular
a) Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi di
nasofaring oleh Streptococcus β-hemolitik. Lebih sering menyerang anak-anak,
dengan gejala yaitu edema akut, oiguria, proteinuria, urine berwarna, dan biasa
disertai dengan hipertensi. Penyakit ini merupaka penyakit autoimun karena
terbentuk antibodi yang merusak membran basal gromerulus tubuh itu sendiri.
Penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
b) Sindrom Nefrotik (nefrosis)
Nefrosis dapat menyebabkan glomerulonefritis, gejala yang dominan adalah
albuminaria (>3,5 gram/hari). Hilangnya protein akibat meningkatnya permeabilitas
membran basal glomerulus. Akibatnya terjadi hipoalbuminemia yang menyebabkan
edema generalisata.
c. Obstruksi Saluran Kemih
Obstruksi saluran kemih disebabkan oleh hipertrofi prostat, batu ginjal dan tumor ginjal.
Gangguan obstruktif dapat menyebabkan disfungsi ginjal berat yang meliputi hemoragi
dan gagal ginjal, bila tidak diatasi.
a) Hipertrofi Prostat
Penyebabnya diduga ketidakseimbangan hormon kelamin pria dan wanita, yang
terjadinya dengan meningkatnya usia. Biasanya testosteron adalah androgen utama
dalam darah dan membentuk dua metabolit, yaitu: dihidrotestosteron dan β-estradiol.
Estradiol adalah steroid yang memiliki sifat-sifat estrogenik. Ia biasanya bekerja
sama dengan androgen, namun dapat bekerja independen dengan menimbulkan efek
berlawanan dengan androgen.
Testosteron serta metabolitnya bekerja sama menghasilkan hiperplasia prostat. Pada
pria dia atas 60 tahun, testosteron plasma menurun. , namun hipertrofi prostat sudah
dapat timbul 10-20 tahun sebelum adanya penurunan kadar plasma itu.
Sumber : Tessy A, Ardaya suwanto.2007. Infeksi Saluran Kemih. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta
3. Diagnostik dari skenario, etiologi, epidemiologi, manajemen pemeriksaan ASTO
(glomerulonefritis dan sindrom nefrotik)
Jawab :
A. Sindrom Nefrotik
a. Etiologi
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan
sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin,
dan akibat penyakit sistemik seperti DM, pre-eklamsia, refluks vesikoureter, dll.
Glomerulonefrotik primer atau idiopatik merupakan penyebab SN yang
paling sering. Dalam kelompok GN primer, GN lesi minimal (GNLM),
glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS), GN membranosa (GNMN), dan GN
membranoproliferatif (GNMP) merupakan kelainan histopatologik ynag sering
ditemukan.
Penyebab sekunder akibat infeksi yang sering dijumpai misalnya pada GN
pasca infeksi streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibat obat misalnya obat
antiinflamasi non-steroid atau preparat emas organik, dan akibat penyakit sistemik
misalnya SLE dan DM.
b. Epidemiologi
Insidens dapat mengenai semua umur tetapi sebagian besar (74%) dijumpai
pada usia 2-7 tahun. Rasio laki-laki : perempuan= 2:1, sedangkan pada masa remaja
dan dewasa rasio ini berkisar 1:1. Biasanya 1 dari 4 penderita sindrom nefrotik
adalah penderita dengan usia>60 tahun. Namun secara tepatnya insiden dan
prevalensi sindrom nefrotik pada lansi tidak diketahui karena sering terjadi salah
diagnosa.
B. Glomerulonefritis
a. Etiologi
Sekitar 75% GNAPS timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas,
yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12,
18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi kulit. Infeksi
kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar10-15%.
Streptokokus sebagai penyebab GNAPS pertama kali dikemukakan oleh
Lohlein pada tahun 1907 dengan bukti timbulnya GNA setelah infeksi saluran nafas,
kuman Streptokokus beta hemolyticus golongan A dari isolasi dan meningkatnya
titer anti-streptolisin pada serum penderita. Protein M spesifik pada Streptokokus
beta hemolitikus grup A diperkirakan merupakan tipe nefritogenik. Protein M tipe 1,
2, 4 dan 12 berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas sedangkan tipe 47, 49,
dan 55 berhubungan dengan infeksi kulit.3 Faktor iklim, keadaan gizi, keadaan
umum dan faktor alergi mempengaruhi terjadinya GNAPS. Ada beberapa penyebab
glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan disebabkan karena
infeksi dari streptokokus, penyebab lain diantaranya:
1. Bakteri: Streptokokus grup C, Meningococcocus, Streptoccocus viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma pneumoniae, Staphylococcus albus,
Salmonella typhi, dll
2. Virus: Hepatitis B, varicella, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis epidemika
3. Parasit: Malaria dan toksoplasma
Streptokokus
Streptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas
membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan
golongan bakteri yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokokus pada manusia
disebabkan oleh Streptokokus hemolisis β grup A.3-5, 10 Grup ini diberi nama
spesies S. pyogenes. Bakteri ini hidup pada manusia di tenggorokan dan juga kulit.
Penyakit yang sering disebabkan diantaranya adalah faringitis, demam rematik dan
glomerulonefritis.
b. Epidemiologi
Data epidemiologi GN yang bersifat nasional belum ada dan laporan dari
berbagai pusat ginjal dan hipertensi masih terbatas. Hal ini disebabkan biopsi ginjal
tidak selalu dapat dilakukan dalam menegakkan diagnosis etiologi GN. Data
perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) menunjukkan bahwa GN sebagai
penyebab PGTA yang menjalani hemodialisis mencapai 39% pada tahun 2000. Data
mengenai Gn masih terbatas dan merupakan laporan dari masing-masing pusat ginjal
dan hipertensi.
Sidabutar RP dan kawan melaporkan 177 kasus GN yang lengkap dengan
biopsi ginjal dari 459 kasus rawat inap yang dikumpulakan di Rumah Sakit selama 5
tahun. Dari 177 yang dilakukan biopsi ginjal didapatkan 35,6% menunjukkan
manifestasi klinik sindrom nefrotik, 19,2% sindrom nefritik akut, 3,9% GN progresif
cepat, 15,3% dengan hematuria, 19,3% proteinuria, dan 6,8% hipertensi.
C. Manajemen
a. Suportif
Tirah baring pada kasus edema ansarka;
Pemberian diet protein normal (1,5-2 g/KgBB/hari), diet rendah garam (1-2
g/hari). Bila perlu furosemid dapat dikombinasikan dengan spironolakton 2-3
mg/KgBB/hari;
Pemberian antihipertensi dapat dipertimbangkan bila disertai hipertensi;
Pada kasus edema refrakter, syok, atau kadar albumin kurang dari sama
dengan 1 g/dL, dapat diberikan albumin 20-25% dengan dosis 1 g/KgBB
selama 2-4 jam. Apabila kadar albumin 1-2 g/dL, dapat dipertimbangkan
pemberian albumin dosis 0,5/KgBB/hari.
b. Medikamentosa
Prednisolon dengan dosis awal 60 mg/m2/hari atau 2 mg/KgBB/hari,
diberikan dengan dosis terbagi tiga, selama 4 minggu. Apabila terjadi remisi
(proteinuria negative 3 hari berturut-turut, pemberian dilanjutkan dengan 2/3
dosis awal (40 mg/m2/hari, maksimum 60 mg/hari) dosis tunggal pagi selama
sehari (alternating dose) selama 4 minggu. Total pengobatan menjadi 8
minggu.
Namun, bila terjadi relaps berikan prednison 60 mg/m 2/hari sampai terjadi
remisi (maksimal 4 minggu), dilanjutkan 2/3 dosis awal (40 mg/m 2/hari)
secara alternating selama 4 minggu. Pemberian prednisone jangka panjang
dapat menyebabkan efek samping hipertensi.
Apabila sampai 4 minggu pengobatan steroid dosis penuh belum juga terjadi
remisi, maka disebut steroid resisten. Kasus dengan resisten steroid atau
toksik steroid, diterapi menggunakan immunosupresan seperti siklofosfamid
per oral dengan dosis 2-3 mg/KgBB/hari dalam dosis tunggal. Dosis dihitung
berdasarkan berat badan tanpa edema. Pemberian siklofosfamid dapat
menyebabkan efek samping depresi sumsum tulang (apabila leukosit
<3000/uL, terapi dihentikan).
Penisilin prokain 50.000 U/kgbb/kali i.m. 2x/hr · Penisilin V 50 mg/kgbb/hr
p.o. 3 dosis · Eritromisin 50 mg/kgbb/hr p.o. 4 dosis · Bila disertai hipertensi
Ø Ringan (130/80 mmHg) : tidak diberi anti hipertensi Ø Sedang (140/100
mmHg) : Hidralazin i.m. / p.o. atau Nefidipin sublingual Ø Berat (180/120
mmHg) : Klonidin drip / Nefidipin sublingual · Bila ada tanda hipervolemia
(edema paru, gagal jantung) disertai oligouria beri diuretik kuat (furosemid 1-
2 mg/kgbb/kali)
c. Nonmedikamentosa
Istirahat pada fase akut, misalnya bila terdapat GGA, hipertensi berat, kejang, payah
jantung Diet kalori adekuat terutama karbohidrat untuk memperkecil katabolisme
endogen dan diet rendah garam.
d. Pemeriksaan Anti streptolisin titer O ( ASTO)
Anti streptolisin titer O ( ASTO ) merupakan tes darah yang dilakukan untuk
mengukur antibodi terhadap streptolisin O yang dihasilkan oleh bakteri streptokokus.
Kadar ASTO lebih dari 160 – 200 todd/ unit dianggap sangat tinggi dan menunjukan
adanya infeksi streptokokus yang baru terjadi atau sedang terjadi atau adanya kadar
antibodi yang tinggi akibat respon imun yang berlebihan terhadap pajanan
sebelumnya.
Nilai normal ASTO pada anak 6 bulan – 2 tahun 50 Todd unit /ml, 2 – 4
tahun 160 Todd unit /ml, 5 – 12 tahun adalah 170 Todd unit/ ml dan dewasa 160
Todd unit / ml. Titer ASTO akan meningkat pada 75 – 80 % kasus GNAPS.
Sumber :
1. Setiati, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Interna
Publishing : Jakarta
2. Hilmi Riskawa dan Dedi Rachmadi, 2010, Glomerulonefritis Akut, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran,Bandung
3. Renica P, 2013, Glomerulonefritis Pada Anak Usia Sekolah, Medula, Volume 1, Nomor
4, Oktober 2013
4. Arif Y Prabowo, 2014.Nephrotic Syndrome In Children. Medula, Volume 2, Nomor 4,
Juni 2014
5. Tanto, Chris, dkk, 2014, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius:Jakarta
4. Apakah ada glomerulonefritis biasa ? bagaimana yang di maksud?
Jawab :
Glomerulonefritis merupakan suatu penyakit peradangan pada ginjal. terutama
menyerang anak pada masa awal usia sekolah (2-12 tahun), jarang dibawah usia 2 tahun
(5%) dan 10% dapat terjadi pada dewasa. Glomerolunefritis ini biasanya didahului oleh
infeksi saluran napas satu hingga dua minggu sebelumnya atau infeksi kulit dua hingga
empat minggu sebelumnya. Streptokokus grup A merupakan penyebab tersering kejadian
glomerolunefritis akut pada anak. Streptokokus merupakan bakteri spheris gram positif yang
khasnya berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Terdiri dari dua
puluh spesies, termasuk Streptococcus pyogenes (Grup A). Gejala umum berupa sembab
kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Diagnosis
adanya glomerulonefritis pada anak dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan glomerulonefritispasca infeksi streptokokus
meliputi tirah baring selama tiga hingga empat minggu, pemberian antibiotik yang sesuai,
makanan yang rendah garam, serta medikamentosa yang tepat. Penyakit ini umumnya
(sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
Penyebab GNA adalah bakteri, virus, dan proses imunologis lainnya, tetapi pada
anak penyebab paling sering adalah pasca infeksi streptococcus β haemolyticus, sehingga
seringkali di dalam pembicaraan GNA pada anak yang dimaksud adalah GNA pasca
streptokokus atau GNAPS.
Streptokokus dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kemampuan
menghancurkan sel darah merah, yaitu Streptococcus β haemolyticus jika kuman dapat
melakukan hemolisis lengkap, Streptococcus α haemolyticus jika melakukan hemolisis
parsial, dan Streptococcus Ɣ haemolyticus jika tidak menyebabkan hemolisis. Streptococcus
β haemolyticus dapat dibagi menjadi 20 grup serologis yaitu grup A hingga T.
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) pada umumnya didahului infeksi
saluran nafas bagian atas atau infeksi kulit oleh kuman Streptococcus β haemolyticus grup A
dan kadang-kadang oleh grup C atau G. Galur yang dapat menyebabkan glomerulonefritis
akut ini disebut streptokokus nefritogenik.
Patogenesis GNAPS belum diketahui dengan pasti. Dugaan hubungan antara
glomerulonefritis akut dan infeksi streptokokus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein
pada tahun 1907 dengan alasan timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina,
diisolasinya kuman Streptococcus β haemolyticus golongan A, dan meningkatnya titer
antistreptolisin pada serum penderita.
Periode laten berkisar 10 atau 21 hari setelah infeksi tenggorok atau kulit.
Manifestasi klinis GNA sangat bervariasi, mulai dari yang ringan atau tanpa gejala sampai
yang berat. Gejala pertama yang paling sering ditemukan adalah edema atau sembab
palpebra. Hematuria berat sering menyebabkan orangtua membawa anaknya berobat ke
dokter. Penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema) terjadi di sekitar wajah
dan kelopak mata (infeksi post streptokokal). Pada awalnya edema timbul sebagai
pembengkakan di wajah dan kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan
bisa menjadi hebat. Edema (perifer atau periorbital), 85% ditemukan pada anak-anak, edema
bisa ditemukan sedang sampai berat. Menurut penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta
mengenai gambaran klinis GNAPS pada anak didapatkan bahwa edema merupakan
manifestasi klinis yang sering ditemukan yaitu sekitar 87%, dan kadang-kadang disertai
edema paru (14%) atau gagal jantung kongestif (2%)
Sumber : Pasek M, S. 2013. Glomerulonefritis Akut Pada Anak Pasca Infeksi Streptokokus.
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III tahun 2013. P 311-315
5. Bagaimana Gagal ginjal akut dan kronik sesuai dengan urin output, kreatinin dan laju
filtrasi?
Jawab :
Menurut pernefri secara ideal semua pasien dengan :
- Laju filtrasi goal (LFG) kurang dari 15mL/menit, LFG kurang dari 10mL/menit dengan
gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5mL/menit walaupun tanpa gejala dapat
menjalani dialisis
- Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat
komplikasi akut seperti oedema paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan
nefropati diabetik
A. Gagal Ginjal Akut
Pada gagal ginjal akut, fungsi ginjal hilang dengan cepat dan menimbulkan gejala pada
tubuh. Etiologi gagal ginjal akut ini dikelompokkan berdasarkan lokasi pada saluran
kemih yang mengalami gangguan yaitu penyebab prerenal, renal dan post renal.
a) Penyebab Gagal Ginjal: Prerenal
Prerenal (pra = sebelum + renal = ginjal) artinya akar masalahnya diluar ginjal akan
tetapi akan mempengaruhi ginjal karena sesuatu tersebut akan berhubungan dengan
ginjal. Sesuatu tersebut adalah berkaitan dengan suplai darah, yakni karena
penurunan suplai darah ke ginjal. Contoh penyebab prerenal yang dapat
menimbulkan gagal ginjal, antara lain:
Hipovolemia (volume darah yang rendah) karena kehilangan darah;
Dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (misalnya, muntah , diare ,
berkeringat, demam );
Asupan cairan kurang;
Obat, misalnya, diuretik (“water pills”) dapat menyebabkan kehilangan air
yang berlebihan;
Aliran darah yang abnormal ke dan dari ginjal karena penyumbatan arteri
atau vena ginjal.
b) Penyebab Gagal Ginjal: Renal
Renal (ren=ginjal) yakni kerusakan langsung pada ginjal itu sendiri, diantaranya
akibat dari:
Sepsis : sistem kekebalan tubuh yang kalah melawan infeksi sehingga infeksi
menyebar ke seluruh tubuh termasuk menyebabkan peradangan dan
kerusakan ginjal. Hal ini biasanya tidak terjadi pada infeksi saluran kemih .
Obat-obatan: Beberapa obat bersifat racun bagi ginjal, termasuk nonsteroidal
anti-inflamasi (NSID) seperti ibuprofen dan naproxen . Obat lainnya yang
berpotensi meracuni ginjal (nefrotoxic) diantaranya antibiotik aminoglikosida
seperti [ gentamisin (Garamycin), tobramycin ], lithium (Eskalith, Lithobid),
obat yang mengandung yodium contohnya zat kontras yang disuntikkan pada
tubuh sebelum dirongsen.
Rhabdomyolysis: Ini adalah situasi di mana ada kerusakan otot yang
signifikan dalam tubuh, dan serat otot yang rusak menyumbat sistem
penyaringan ginjal. ini dapat terjadi karena truma, luka parah, dan luka bakar.
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kolesterol tinggi dapat
menyebabkan rhabdomyolysis.
Multiple myeloma
Glomerulonefritis akut atau peradangan pada glomeruli, sistem penyaringan
ginjal. Banyak penyakit dapat menyebabkan peradangan ini termasuk lupus
eritematosus sistemik (SLE) , Wegener granulomatosis , dan sindrom
Goodpasture.
c) Penyebab Gagal Ginjal : Postrenal
Etiologi postrenal berarti penyebab-penyebab yang terjadi disaluran kencing setelah
ginjal (post = setelah + renal = ginjal) disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran urin:
Obstruksi atau penyumbatan kandung kemih atau ureter misalnya karena batu
ginjal dapat menyebabkan tekanan balik ke ginjal karena ginjal terus
menghasilkan urin, sedangkan terbendung di bagian bawahnya. Ketika
tekanan meningkat cukup tinggi, ginjal akan rusak dan bisa mati.
Hipertrofi prostat atau kanker prostat dapat menghalangi urethra sehingga
urin pada kandung kemih tidak dapat mengalir melalui kencing.
Tumor di perut yang mengelilingi dan menghalangi ureter.
Batu ginjal. Biasanya, batu ginjal mempengaruhi hanya satu ginjal dan tidak
menyebabkan gagal ginjal.
B. Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis berkembang dalam hitungan bulan hingga tahun. Penyebab gagal
ginjal kronis yang paling sering, antara lain:
Diabetes yang tidak terkontrol,
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi yang tidak terkontrol, dan
Glomerulonefritis kronik.
Penyebab gagal ginjal kronis yang tergolong jarang, termasuk:
Penyakit ginjal polikistik,
Nefropati refluks,
Batu ginjal, dan
Penyakit prostat.
Sumber :
1. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.Jilid II. Interna
Publishing : Jakarta
2. Penyebab / Etiologi Gagal Ginjal | Mediskus.com