Anda di halaman 1dari 41

Pemicu 4

melisa
Fungsi penyidikan & bantuan ilmu-
ilmu forensik
• Fungsi penyidikan  fungsi teknis reserse
kepolisian yg punya tujuan membuat suatu
perkara mjd lebih jelas, dgn mencari &
menemukan kebenaran materiil yg selengkap-
lengkapnya ttg suatu perubahan pidana yg tlh tjd
• Penyidikan  proses utk mempelajari &
mengetahui apa yg tlh tjd di masa lampau & dlm
kaitannya dgn tujuan penyidikan itu sendiri
Sumber informasi yg dipakai
penyidik
• Barang bukti (anak peluru, bercak darah, jejak
dr alat, jejak ban, jejak dr sepatu, narkotika,
tumbuh-tumbuhan)
• Dokumen serta catatan (cek palsu, surat
penculikan, tanda-tanda pengenal lain, catatan
ttg ancaman)
• Orang-orang (korban; saksi mata; tersangka
pelaku kejahatan; hal lain yg berhubungan dgn
korban, tersangka & keadaan di TKP)
Kriteria penyidik
• Cerdas
• Mempunyai keinginan u/ mengetahui & memiliki
imajinasi
• Memiliki ingatan yg tajam serta ingatan yg kuat
• Mengetahui ttg kehidupan & masyarakatnya
• Menguasai teknik yg dibutuhkan
• Memiliki ketabahan
• Harus bebas dr prasangka & sikap berat sebelah
• Cukup peka & tanggap serta penuh pertimbangn
• Memiliki kondisi fisik yg baik & penampilan yg rapi
• Mempunyai kemampuan membuat laporan tertulis dgn
baik
Tahapan-tahapan
• Pemeriksaan di TKP
• Pemeriksaan korban
• Saat dilakukan rekonstruksi suatu
kejahatan & interogasi
Pengertian dalam KUHAP
• Penyidik  pejabat polisi negara RI/ pejabat
pegawai negri sipil ttt yg diberi wewenang
khusus o/ UU u/ melakukan penyidikan
• Penyidikan  serangkaian tindakan penyidik
dlm hal & menurut cara yg diatur dlm UU u/
mencari serta mengumpulkan bukti yg dgn bukti
itu membuat terang ttg tindak pidana yg tjd &
guna menemukan tersangkanya
• Penyidik pembantu  pejabat kepolisian negara
RI yg krn diberi wewenang ttt dpt melakukan
tugas penyidikan yg diatur dlm UU
• Penyelidikan  pejabat polisi RI yg diberi
wewenag o/ UU u/ melakukan penyelidikan
• Penyelidikan  serangkaian tindakan penyelidik
u/ mencari & menemukan suatu peristiwa yg
diduga sbg tindak pidana guna menentukan
dpt/tdknya dilakukan penyidikan menurut cara
yg diatur dlm UU
Wewenang penyidik & penyelidik
dlm KUHAP
• Wewenang penyidik
– Menerima laporan/pengaduan dr seseorang ttg adanya tindak
pidana
– Melakukan tindakan pertama pd saat ditempat kejadian
– Menyuruh berhenti seorang tersangka & memeriksa tanda
pengenal diri tersangka
– Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan &
penyitaan
– Melakukan pemeriksaan & penyitaan surat
– Mengambil sidik jari & memotret seseorang
– Memanggil orang u/ didengar & diperiksa sbg tersangka/saksi
– Mendatangkan org ahli yg diperlukan dlm hubungannya dgn
– Mengadakan penghentian penyidikan
– Mengadakan tindakan lain menurut hukum yg bertanggung jwb
• Wewenang penyelidik
– Krn kewajibannya
• Menerima laporan/pengaduan dr seorang ttg adanya tindak
pidana
• Mencari keterangan & barang bukti
• Menyuruh berhenti seorang yg dicurigai & menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri
• Mengadakan tindakan lain menurut hukum yg bertanggung
jwb
– Ats perintah penyidik
• Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan & penyitaan
• Pemeriksaan & penyitaan surat
• Mengambil sidik jari & memotret orang
• Membawa & menghadapkan orang pd penyidik
• Wewenang penyidik pembantu sm dgn
wewenang penyidik, kecuali mengenai
penahanan wajib diberikan dgn
pelimpahan wewenang dr penyidik
PEMERIKSAAN DI TKP
Pelaksanaan pemeriksaan
• Sebelum dtg ke TKP ada beberapa hal yg hrs dicatat :
– Siapa yg meminta/memerintahkan dtg ke TKP,otoritas,
bagaimana permintaan/perintah itu sampai keterangan dokter,
dimana TKP & kpn saat permintaan/perintah itu dikeluarkan
– Perlu diingat motto : “to touch as little as possible and to
displace nothing”
– Di TKP dokter membuat foto & sketsa yg mana hrs disimpan
dgn baik, krn kemungkinan akan diajukan sbg saksi selalu ada,
foto & sketsa tsb u/ memudahkan mengingat kembali keadaan
yg sebenarnya
– Sbg gambaran umum dlm hal memberikan penilaian/pendapat
dr keadaan di TKP
Metode pencari barang bukti
• Strip method
• Double strip/grid method
• Spiral method
• Zone method
• Wheel method
PEMERIKSAAN MAYAT
• Sumbangan ilmu kedokteran forensik dlm
membantu penyelesaian proses
penyidikan perkara pidana yg menyangkut
nyawa manusia, dituangkan dlm btk visum
et repertum :
– Menentukan scr pasti kematian korban
– Memperkirakan saat kematian
– Menentukan identitas
– Menentukan sebab kematian
– Menentukan cara kematian/memperkirakan
cara kematian korban
Menentukan scr pasti kematian
korban
• Tanda2 kehidupan :
– Ada pergerakan pernapasan
– Terabanya denyut nadi
– Reflek

• Jk korban terdapat tanda2 kehidupan mk yg


hrs dilaksanakan segera adalah memberikan
pertolongan pertama
• Tanda2 kematian:
– Terhentinya denyut jantung
– Terhentinya pergerakan pernapasan
– Kulit terlihat pucat
– Melemasnya otot2 tubuh
– Terhentinya aktivitas otak
• Perubahan lanjut yg tjd pd mayat:
– Penurunan suhu tubuh mayat
– Terjadinya lebam mayat
– Terjadinya kaku mayat
– Terjadinya pembusukan
– Terjadinya adipocere & mummifikasi
Memperkirakan saat kematian
• Dpt diketahui dr:
– Informasi para saksi
– Petunjuk2 yg ada di TKP
– Pemeriksaan mayat
• Penurunan suhu mayat (algor mortis)
– Faktor lingkungan
– Suhu tubuh sblm kematian
– Keadaan tbh & pakaian yg menutupinya
• Lebam mayat (livor mortis)  terhentinya
peredaran darah pd mayat menyebabkan
darah berkumpul mencari tempat yg plg
rendah
• Kaku mayat (rigor mortis)  adanya
perubahan enzimatik serta perubahan
metabolisme & kimiawi lainnya pd otot2
seluruh tbh
– Cadaveric spasm  kekakuan mayat tjd segera stlh
seorang mati, dgn demikian tdk mll fase
relaksasi/pelemasan otot spt pd rigor mortis. Dpt tjd jk
ada ketegangan/stres emosional, dgn demikian adanya
keadaan ini dpt menunjukan intravitalitas
• Pemeriksaan isi lambung
• pembusukan
Menentukan identitas
• Visual  memperlihatkan tubuh (wajah) korban ke pihak
keluarga
• Dokumen (KTP, SIM, kartu pelajar, paspor, dll)
• Perhiasan
• Pakaian
• Medis
• Gigi
• Sidik jari
• Serologi
• Eksklusi  biasanya pd kasus kecelakaan massal
Menentukan sebab kematian
• Otopsi
• Perkiraan

• Sebab kematian  alat/sarana yg dipakai


u/ mematikan korban
• Mekanisme kematian  menunjukan
bagaimana korban itu mati setelah
umpamanya tertembak/tenggelam
Menentukan cara kematian
• Wajar
• Tidak wajar (kecelakaan, bunuh diri,
pembunuhan)
• Tidak dpt ditentukan
Menentukan terjadinya
perlukaan
• Dasar dr penentuan wkt tjd perlukaan 
adanya rx jaringan yg tjd bila seseorang
mendapat luka sewaktu ia msh hdp 
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskop &
pemeriksaan histokimia
• Pemeriksaan histologik  akan
memberikan hsl bl korban dpt tetap hdp
4jam/lbh  memperlihatkan infiltrat sel
radang
• Pemeriksaan histokimia  melihat adanya
aktivitas enzim yg berperan di dlm proses
penyembuhan luka
• Pd luka yg tjd antemorten  tampak 2 zone:
– Zone sentral (kedalaman 200-500 mikron) 
memperlihatkan penurunan aktivitas enzim
– Zone perifer (kedalaman 100-300 mikron) 
peningkatan aktivitas enzim
• Aktivitas enzim adenosine triphosphatase, &
esterases  meningkat segera dlm wkt 1 jam
stlh tjd perlukaan;
• aminopep tidases  sekitar 2 jam;
• enzim acid phosphatases & enzim alkaline
phosphatases  4jam & 5 jam
VISUM ET REPERTUM
Visum et Repertum
 keterangan yg dibuat dokter atas
permintaan penyidik yg berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medis thdp
manusia, hidup maupun mati, ataupun
bagian/ diduga bagian tubuh manusia,
berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Peranan & fungsi VeR
• Alat bukti dalam perkara pidana thdp
kesehatan & jiwa manusia
• Memuat keterangan & pendapat dokter
mengenai hsl pemeriksaan medis
UU ttg VeR
• Pasal 120, 179, dan 133 ayat 1KUHAP, maka
dokter tidak dpt dituntut krn membuka rahasia
sbgm diatur dlm pasal 322 KUHP, meskipun
dokter membuatnya tanpa seizin pasien.
• Pasal 50 KUHP  barangsiapa melakukan
perbuatan utk melaksanakan ketentuan UU, tdk
dipidana, sepanjang VeR tsbt hnya diberikan
kpd instansi penyidik yg memintanya, utk
selanjutnya dipergunakan dlm proses
pengadilan.
Jenis & bentuk VeR
• VeR perlukaan (termsk keracunan)
• VeR kejahatan susila Mengenai tubuh/
raga manusia
• VeR jenasah
• VeR repertum psikiatrik  mengenai mental
manusia

 VeR sebaiknya diketik dg kepala surat institusi


kesehatan yg melakukan pemeriksaan, dlm bhs
Indonesia, tanpa memuat singkatan dan
sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila
terpaksa digunakan agar diberi penjelasan.
Bagian2 VeR
1. Pro Justitia  di bag atas, dibuat utk
tujuan peradilan.
2. Pendahuluan  kata ‘pendahuluan’
sendiri tdk ditulis dlm VeR, melainkan
langsung dituliskan berupa kalimat di
bawah judul
3. Pemberitaan  hasil pemeriksaan yg
berkaitan dg perkaranya orang tersebut
4. Kesimpulan  berisikan pendapat
dokter berdasarkan keilmuannya.
5. Penutup  bagian ini tidak berjudul dan
berisikan kalimat baku.
VeR pada kasus perlukaan
• Dokter hrs membuat catatan medis walaupun
belum ada permintaan surat VeR dari polisi.
• Di dlm pemberitaan disebutkan keadaan umum
korban sewkt dtg, luka2 atau cedera atau pnykt
yg ditemukan pd PF berikut uraian ttg letak, jenis
dan sifat luka serta ukurannya, pp, tindakan yg
dilakukan, riwayat perjlnan pnykt selama
perjalanan, dan keadaan akhir saat perawatan
selesai.
VeR korban kejahatan susila
• Umumnya kasus dugaan adanya
persetubuhan yg diancaman hukuman
oleh KUHP (perzinahan, perkosaan,
persetubuhan dg wanita yg tdk berdaya)
• Dokter tdk dibebani pembuktian adanya
pemerkosaan, krn istilah pemerkosaan
adalah istilah hukum yg hrs dibuktikan di
depan sidang pengadilan.
VeR Jenazah
• Pemeriksaan forensik thdp jenazah
meliputi :
– Pemeriksaan luar jenazah yg berupa tindakan
yg tdk merusak jaringan jenazah scr teliti dan
sistematik
– Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan
scr menyeluruh dg membuka rongga
tengkorak, leher, dada, perut dan panggul.
AUTOPSI
Autopsi
 pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yg
meliputi pemeriksaan thdp bagian luar
maupun dalam, dg tujuan menentukan
proses penyakit dan atau adanya cedera,
melakukan interpretasi atas penemuan2
tsbt, menerangkan penyebab kematian
serta mencari hubungan sebab akibat
antara kelainan2 yg ditemukan dg
penyebab kematian.
Pembagian autopsi
• Autopsi klinik  diduga akibat suatu
penyakit
• Autopsi forensik/medikolegal  diduga
meninggal akibat sesuatu yg tidak wajar
• Autopsi anatomi  dilakukan terhadap
mayat korban meninggal akibat penyakit,
oleh mahasiswa kedokteran dalam rangka
belajar mengenai anatomi manusia
Tujuan autopsi forensik
• Membantu penentuan identitas mayat
• Menentukan sebab pasti kematian,
mekanisme kematian, dan saat kematian
• Mengumpulkan dan memeriksa benda
bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab dan pelaku kejahatan
• Membuat laporan tertulis yg objektif
berdasarkan fakta dlm bentuk VeR
Persiapan sebelum autopsi forensik
• Melengkapi surat2 yg berkaitan dgn autopsi yg
akan dilakukan, termasuk surat izin keluarga,
surat permintaan pemeriksaan/ pembuatan VeR
• Memastikan mayat yg akan diautopsi adalah
mayat yg dimaksud dlm surat tersebut
• mengumpulkan keterangan yg berhubungan dg
terjadinya kematian selengkap mungkin
• Memastikan alat-alat yg diperlukan telah
tersedia
Sebab, cara, dan mekanisme
kematian
• Sebab kematian  penyakit, cedera atau
luka yg dianggap bertanggung jawab atas
terjadinya kematian
• Cara kematian  macam kejadian yg
menimbulkan penyebab kematian
– Dianggap wajar  akibat suatu penyakit
– Dianggap tdk wajar  akibat cedera/luka atau
keracunan
• Mekanisme kematian  ggg fisiologis dan
atau biokimiawi yg ditimbulkan oleh
penyebab kematian sedemikian rupa
sehingga seseorang tidak dapat terus
hidup.

Anda mungkin juga menyukai