Laringitis Difteri
Rian Segal Hidajat
H1A010056
Pembimbing: dr. Markus Rambu, SpTHT-KL
Pendahuluan
• Infeksi akut yang sangat menular toxin
• Etiologi Corynebacterium diphteriae
• Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring, hidung dan kadang pada
kulit, konjugtiva, genitalia dan telinga.
• Penyakit yang harus didiagnosa dan diterapi dengan segera.
ANATOMI LARING
• Bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas, terletak
sepanjang Corpus Vertebra IV – VI
Terdiri dari:
Tulang : Os hyoid
Tulang rawan:
Kartilago Tiroid
Kartilago Krikoid
Kartilago Egpiglotik
Kartilago Aritenoid
Kartilago Kornikulata
Kartilago Kuneiforme
ANATOMI
Cavum Laring
– Aditus laring tepi bawah kartilago krikoid
– Dibagi menjadi 3 bagian:
• Vestibulum Laring : Superior plika vestibular
• Ventrikulus Laring : Antara plika vestibular dan plika vokal
• Subglotik : Plika vokal sampai tepi inferior kartilago krikoid
Persarafan
– N. laringeus superior
– N.laringeus inferior (recurrent)
Pendarahan
– a.laringitis superior
– a.laringitis inferior
FISIOLOGI
• Proteksi
• Batuk
• Respirasi
• Sirkulasi
• Menelan
• Emosi
• Fonasi
DIFTERI
• Spesies Corynebacterium diphteriae
• kuman batang gram-positif (basil aerob), tidak bergerak, pleomorfik,
tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60ºC,
tahan dalam keadaan beku dan kering.
• Dengan pewarnaan, kuman ini bisa terlihat dalam susunan palisade,
bentuk L atu V, atau merupakan formasi mirip huruf cina
Patogenesis
• Kuman C. diphtheriae masuk melalui mukosa/kulit melekat serta
berkembang biak pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas
mulai memproduksi toksin yang merembes ke sekeliling serta selanjutnya
menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah.
• Efek toksin pada jaringan tubuh manusia adalah hambatan pembentukan
protein dalam sel.
• Produksi toksin semakin banyak, daerah infeksi semakin lebar dan
terbentuklah eksudat fibrin. Terbentuklah suatu membran yang melekat
erat berwarna kelabu kehitaman
• Membran juga terdiri dari sel radang, eritrosit dan epitel.
• Bila dipaksa melepaskan membran akan terjadi perdarahan.
Cont’d
• Pada pseudomembran kadang-kadang dapat terjadi infeksi sekunder
dengan bakteri (misalnya Streptococcus pyogenes).
• Membran dan jaringan edematous dapat menyumbat jalan nafas.
perluasan penyakit kedalam laring atau cabang trakeo-bronkus.
• Toksin yang diedarkan dalam tubuh bisa mengakibatkan kerusakan
pada setiap organ, terutama jantung, saraf dan ginjal.
Manifestasi Klinis
• Perluasan difteri faring.
• Sufokasi edema jaringan lunak dan penyumbatan lepasan epitel
pernapasan tebal dan bekuan nekrotik.
• Pada difteria laring primer gejala toksik kurang nyata daya serap
toksin yang rendah dibandingkan mukosa faring
• Gejala klinis difteri laring sukar dibedakan dari tipe infectious croups
yang lain
• seperti nafas berbunyi
• stridor yang progresif
• suara parau dan batuk kering.
Cont’d
• Pada obstruksi laring yang berat terdapat retraksi suprasternal,
interkostal dan supraklavikular. Bila terjadi pelepasan membrane yang
menutup jalan nafas biasa terjadi kematian mendadak.
• Pada kasus berat, membrane dapat meluas ke percabangan
trakeobronkial.
• Bila merupakan perluasan dari difteria faring campuran gejala
obstruksi dan toksemia.1,10
Diagnosis
• Diagnosis dini difteri sangat penting prognosa penderita. gejala
klinis
• Diagnosis pasti dengan isolasi C diphtheriae dengan pembiakan pada
media loeffler dilanjutkan dengan tes toksinogenitas secara in-vivo
(marmut) dan in-vitro (tes Elek).1,10
• Adanya membran tenggorok sebenarnya tidak terlalu spesifik
warna membran pada difteri lebih gelap dan lebih keabu-abuan
disertai dengan lebih banyak fibrin dan melekat dengan mukosa di
bawahnya.
• Bila diangkat terjadi perdarahan. Biasanya dimulai dari tonsil dan
menyebar ke uvula.8
Differential Diagnosis
• infectious croups yang lain yaitu spasmodic croup,
• angioneurotic edema pada laring
• benda asing
Komplikasi
• 2nd Infection
• Obstruksi jalan nafas
• Efek eksotoksin
• Jantung : endokarditis, miokarditis
• Saraf : neuropati toksik
• Ginjal
Pengobatan
• Umum : Isolasi, Tirah baring total, makan-minum cukup, EKG,
nebulizer
• Khusus :
• ADS
• Antibiotik
• Kortikosteroid
• Penyulit sumbatan jalan nafas trakeostomi
Prognosis
• umur, virulensi kuman, lokasi dan penyebaran membran, status
imunisasi, kecepatan pengobatan, ketepatan diagnosis, dan
perawatan umum
• Komplikasi :
• Obstruksi jalan nafas mendadak diakibatkan oleh terlepasnya difteria,
• Adanya miokarditis dan gagal jantung,
• Paralisis difragma sebagai akibat neuritis nervus nefrikus.
Pencegahan
• Vaksinasi
Terima Kasih