Anda di halaman 1dari 71

MATA KULIAH PATOFISIOLOGI

GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN

dr. Anizatun Nuskiyati

1
DESKRIPSI

Pembahasan materi meliput gangguan pada


sistem pernapasan, penyebab, gejala dan cara
pemeriksaannya.

3
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mampu memahami bentuk-bentuk gangguan
sistem pernapasan, penyebab dan cara
pemeriksaannya.

4
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
& POKOK BAHASAN
Menjelaskan:
- Gangguan pada hidung
- Gangguan pada larynx dan pharynx
- Gangguan pada sinus
- Gangguan pada trachea
- Gangguan pada bronchus
- Gangguan pada paru dan pleura
- Transplantasi paru
- Emboli paru
- Causes of pulmonary hypertension

5
Sistem Respirasi

 Respirasi pada manusia adalah proses keluar masuknya oksigen


keparu-paru yang selanjutnya diteruskan keseluruh tubuh melalui
darah. manusia memiliki alat respirasi yang berperan sebagai
perantara antara lingkungan luar (alam bebas) dengan lingkungan
dalam (cairan interseluler).
 Proses respirasi pada manusia dibagi 2:
 1.inspirasi:Proses masuknya oksigen dari hidung menuju keparu-
paru yang selanjutnya diteruskan oleh darah keseluruh tubuh.
 2.Ekspirasi:Proses keluarnya karbodioksida dari tubuh melewati
hidung.
Macam-macam pernapasan

Pernapasan dada pernapasan perut

 Tulang rusuk,otot tulang rusuk,dan  Otot perut berkontraksi


tulang dada kontraksi sehingga
mengakibatkan volume besar
sehingga diafragma
tekanan kecil udara luar masuk melengkung,volume besar
tekanan kecil udara dari
luar masuk.
GANGGUAN HIDUNG

Hidung sangat mudah terkena berbagai gangguan, infeksi dan


alergi → tersumbat, bersin sampai kehilangan rasa bau, karena
struktur yang mancung maka mudah terkena cedera.
Defek kongenital:
- atresia choanal bisa unilateral atau bilateral
- Infeksi sifilis → gagal pertumbuhan tulang hidung →
bentuk datar dari tulang hidungnya.
Infeksi:
- Common cold → hidung tersumbat lendir
- Bisul kecil-kecil
- Infeksi dari hidung menjalar → menimbulkan sinous
cavernosus thrombosis (gawat dan emergensi)

11
Gangguan Hidung (Lanjutan-1)

Tumor Hidung
 Hemangioma (benign) banyak
menyerang bayi, bisa hilang spontan saat
akil-balig.
 Basal cell carcinoma dan squamous cell
carcinoma dapat menyerang kulit sekitar
lubang hidung.
 Hidung juga bisa menerima penjalaran
tumor sinus.

Cedera
 Fraktur tulang hidung → deformitas
 Perdarahan hidung (epistaxis), banyak
pada anak akibat pembuluh darah
yang fragil, infeksi atau membuang ingus
terlalu keras.

12
Gangguan Hidung (Lanjutan-2)

Obat-obat:
- Pengguna narkoba hisap
→ perforasi septum nasi
- Obat hisap hidung →
nasopharyngeal cancer

Alergi
- Rhinitis alergik bisa akibat
serbuk tumbuhan, kotoran
hewan, tungau rumah, spora
fungi.

Obstruksi
- Polip nasi → kongesti
lobang hidung
- Masuknya benda asing →
obstruksi
13
Gangguan Hidung (Lanjutan-3)

Investigasi:
- Speculum hidung
- X-rays
- Endoscopic nasal
- Bila perlu biopsy

14
GANGGUAN TRAKEA (Trachea)

 Konstruksi trakea terdiri dari jaringan:


- fibrosa,
- elastis dan
- otot polos berikut kurang lebih 20 ring tulang rawan.
Saluran dilapisi membrane mukosa dan cilia.

 Gangguan kongenital jarang ditemui, bisa terjadi


fistula tracheoesophageal (3/10.000 bayi), bagian bawah
esophagus bermuara di trachea dan saluran bagian
atasnya tidak terbentuk → tidak bisa menelan walaupun
hanya saliva → pada saat bayi menyusu/makan akan
tersedak masuk paru → cyanosis → dan udara masuk
lambung → kembung, sedangkan asam lambung masuk
paru → pneumonia dan atelectasis.
15
Gangguan trakea (Lanjutan)

 Trakeitis
Umumnya akibat infeksi (viral) diperberat oleh asep rokok.
Timbul bersama laryngitis dan bronshitis →
Laryngotracheobronchitis (croup), batuk kering
dan parau → umumnya sembuh sendiri.

16
GANGGUAN PADA LARYNX
 Larynx bertanggungjawab
memproduksi suara dan
mencegah makanan masuk
saluran napas saat menelan.
Disebut: kotak suara.

 Gangguan kongenital jarang:


laryngomalacia → stridor, suara
berisik saat menyusu.

Laryngitis:
 yang akut umumnya akibat infeksi
viral, bisa juga alergi obat, serbuk
tumbuhan atau substansi lain. →
suara parau, yang kronik bisa akibat
overuse pita suara, timbul rasa
sakit, tidak nyaman saat menelan,
kering dan batuk merangsang.

17
Gangguan laring (Lanjutan)

Larynx cancer:
Tumor malignant menimbulkan suara parau menetap, 2% dari
seluruh kanker.
Polyp bisa timbul akibat:
- merokok,
- infeksi flu,
- banyak ber-suara.
Singer’s node akibat menyanyi.
Gangguan lain:
- bisa timbul kerusakan akibat post-operasi

18
GANGGUAN PHARYNX

 Faringitis akut → sakit tenggorokan.


 Cedera: Bisa tertusuk duri ikan → sakit, mencekek.
 Pharyngoesophageal diverticulum (Zenker’s diverti-
culum) jarang terjadi.
 Tumor malignant nasopharynx banyak di Timur Jauh,
jarang di Barat. Kanker oropharynx dan laryngopharynx
banyak akibat merokok dan minum alkohol.
 Kanker pharynx: umumnya dari sel squamous dari
membrane mukosa.
Diagnosis: biopsi
Terapi: operasi, radiasi, obat antikanker.

19
SINUSITIS

Radang membrane pelapis sinus facialis akibat infeksi.


Sinus facialis terdiri dari 2 (dua) sinus frontalis, 2 (dua) sinus
maxillaris, 2 (dua) sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis.
Lendir dari mereka masuk ke rongga hidung.
Sinusitis umumnya akibat infeksi dari hidung,
seringnya akibat infeksi bakterial yang timbul sekunder
komplikasi infeksi viral.
Gejala disertai sakit dan berat kepala, hidung tersumbat,
demam, kehilangan fungsi indra bau.
Bisa timbul nanah:
- orbital cellulitis
- osteomyelitis dan
- meningitis.
22
GANGGUAN BRONCHUS

 Bronchitis akut: umumnya timbul cepat dan cepat sembuh,


kecuali pada yang resistensinya rendah.
Seringnya akibat infeksi viral, flu dan pollutan.

 Broncitis kronik: disebut kronik bila sputum keluar


terus selama >3 bulan – < dari 2 tahun berturut-turut
→ obstruksi napas, emphysema = chronic onstructive
lung disease (COLD, COPD)
Pencegahan: mengurangi polusi udara, merokok,

24
GANGGUAN BRONCHUS (lanjutan)

 Bronchiectasis: terjadi pelebaran pipa bronchi


disertai kerusakan selaput pelapisnya, umumnya
timbul akibat gangguan infeksi paru kronik, keadaan bisa
menahun.

 Bronchiolitis: umumnya menyerang bayi, paling


umum akibat infeksi virus syncytial (RSV), bisa
juga virus lain, bisa juga komplikasi dari bronchitis.

26
GANGGUAN PARU

 Paru adalah organ tubuh yang senantiasa terekpos


partikel-partikel yang hidup/ada di udara (airborne
particles), di antaranya:
- bakteri,
- virus,
- alergens yang
semuanya bisa menimbulkan gangguan pada jaringan
dan fungsi paru.

Sebagian gangguan tersebut di atas tidak mengganggu


suplei O2, sedangkan yang dapat mengganggu akan
sangat mengancam jiwa seseorang.
28
INFEKSI PARU
 Gangguan infeksi paru adalah
umum, terutama dalam bentuk
serangan tracheitis (radang
saluran pipa napas atas) dan
croup (infeksi viral pada kanak-
kanak).

 Bronchitis (radang bronchus),


bronchiectasis (pelebaran
bronchi) dan bronchiolitis
(radang pada bronchioles) yang
umumnya sebagai kelanjutan
influenza.

 Pneumonia (radang pada


jaringan paru, alveoli) umumnya
akibat infeksi viral atau bakterial.
29
Infeksi (Lanjutan) - Alergi

 Infeksi fungi pada paru (di antaranya aspergilossis,


actinomycosis, histoplasmosis, dan candidiasis),
tidak terlalu umum.

 Alergi
Bronchitis asthma, gangguan yang ditandai dengan otot
bronchi kontraksi dan mengobstruksi jalan napas,
sering timbul pada seseorang yang peka terhadap serbuk sari
tumbuhan (pollens), tungau rumah (houise mites), spora jamur,
kotoran hewan, dan agen-agen lain.
Alergic alveolitis: bisa akibat berbagai jenis debu organik
30
Tumor

TUMOR
Kanker paru adalah yang terumum
dari kanker lain-lain. Pada sebagian
kasus adalah akibat merokok.

Tumor ganas sekunder, sebagai


penjalaran tumor→ metastasis dari
tempat lain.

Tumor jinak paru sangat jarang.

31
CEDERA PARU

 Umumnya akibat cedera


tusuk/penetrasi.

 Pneumothorax (udara dalam


cavum pleura) dan hemothorax
(darah di cavum pleura), umumnya
disebabkan oleh luka cedera tusuk,
semua ini bisa menimbulkan paru
kolaps (menguncup).

 Cedera bisa juga timbul akibat


inhalasi zat debu racun, atau gas
racun, atau substansi racun lain-lain.

 Silicosis dan asbestosis adalah


gangguan paru disebabkan oleh
inhalasi debu silikon dan asbestos,
gangguan ini bisa menjurus ke
fibrosis jaringan paru yang
progresif.

32
GANGGUAN SUPLEI DARAH DAN OKSIGEN

 Yang paling serius adalah emboli paru. Pada ini


gumpalan/bekuan darah dalam satu vena besar, lepas dan
terbawa aliran darah sampai ke paru. Bekuan darah dapat
memblokade arteria pulmonari dan menimbulkan kematian.

 Gagal jantung bisa menimbulkan edema paru yang


mengakibtakan paru terisi genangan cairan tubuh.

 Respiratory distress syndrome (RDS): bisa menyerang


bayi neonatal atau dewasa, bisa akibat
berbagai gangguan, kebocoran cairan masuk ke
alveoli akan sangat mengganggu suplei O2.

33
RDS
GANGGUAN SUPLEI DARAH DAN OKSIGEN
(Lanjutan)

 Emphysema adalah bentuk gangguan dinding paru yang


meregang robek sehingga area oksigenasi menurun sering
timbul sebagai komplikasi asthma dan bronchitis.

INVESTIGASI
 X-ray thorax
 Bronchoscopy
 Test fungsi paru
 Analisis sputum
 Test darah
 Pemeriksaan fisik,
 Biopsy paru.

35
ASTHMA

 Asma adalah keadaan peradangan saluran napas


disertai bronchospasm dengan tanda khas
serangan sesak napas kumat-kumat berbunyi
nyaring akibat spasmosik, konstriksi pipa bronki
(Jacobs, 1994)
 Asma merupakn gangguan komplek meliputi faktor-
faktor pencetus:
- biokemikal
- autonomik
- imunologik
- infeksi
- endokrin
- psikologik.
dengan tingkat gangguan secara individual berbeda-
beda
36
Asthma (Lanjutan)

Sesuai causa kondisi dibagi menjadi 2 tipe:


- faktor ekstrinsik (alergik)
- faktor intrinsik (non-alergik)

Bisa juga dibagi menjadi:


- adult onset
- exercise induced
- aspirine-sensitive
- aspergillus hypersensitivity,
- okupasional

37
COPD (PPOM)

 Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)


Sejumlah gangguan yang mengakibatkan gangguan gerak udara masuk
keluar paru, terutama di cabang saluran udara yang kecil-2.Yang utama
adalah;- bronkitis obstruksi, - emphysema dan - asthma.
Bisa terjadi independent atau bersama-sama.
Sebutan lain: CAL (chronic air flow limitation)
Insiden: Kedua dari gangguan jantung.
Perokok sebab utama
Polusi udara memperjelek prognosis.
Faktor pencetus lain: infeksi respirasi kronik
(sinusitis).
Proses manula, herediter, dan predisposisi genetik.

39
COPD (PPOM) (Lanjutan)

Terapi:
- chest physical terapi adalah standar.
- latihan napas,
- postural drainang,
- latihan fisik progam peningkatan
kebuguran dan strengthening otot
pernapasan.

- Pada kanak-2 ini perlu → akan menghasilkan:


pencegahan overventilation, dan meningkatkan
kekuatan otot napas dan efisiensi batuk.

41
PULMONARY FIBROSIS

 Bentuk gangguan disertai jaringan fibrous yang meluas di


paru, banyak fibroblast & pembuluh darah yang secara
progresif menggantikan jaringan normal.
 Bisa: idiopathic pulmonary fibrosis atau fibrosis
akibat healing proses post penyakit TB, systemik
sclerosis, ARDS, inhalasi toxin (kimiawi)
 Fibrosis menurunkan kemampuan paru.
 Alveolar fibrosis yang berlanjut akan menimbulkan
pengerutan, kekakuan jaringan sehingga pengem-bangan
ventilasi paru menjadi terganggu.
 Kapasitas difusi membrane alveolar menurun akibat
penebalan -> hypoxemia
 Fibrosis paru yang diffuse mengakibatkan prognosis
penderita jelek.
42
ATELECTASIS (Atelektasis paru)

 Gangguan parenchym paru yang kolaps sehingga


kandungan udaranya kurang. (gangguan utama bisa
di parenchym alveoli, pleura, dinding dada, bronchi).
 Terjadi kondisi obstruktif-absorbtif atau kompresif.
 Atelektasis merupakan satu tanda ada gangguan
karena timbulnya adalah sekunder terhadap lesi lain.
(karena obstruksi bronkus, penurunan gerak akibat
paralisis atau penyakit pleura, hilangnya kemampuan
ekspansi rongga paru akibat penyakit pleura,
diafragma atau adanya masa di rongga toraks)
 Diagnosis: X-ray, Auskultasi dada, asesment fisik
terhadap gambaran klinis, blood gas analisis
(penurunan saturasi O2)
44
PULMONARY EDEMA

 Disebut juga pulmonary congestion:


adanya banyak cairan di paru bisa akumulasi di
spatium interstitial atau alveoli atau kedua-
duanya. Umum sebagai komplikasi proses
penyakit lain. Mudah timbul pada lansia dengan
gangguan jantung.

 Biasanya akibat gagal jantung kiri, hipertensi akut,


gangguan mitral, yang non-cardiac adalah akibat
gangguan renal, hati akibat deplesi natrium dan
retensi air. Non-cardiac banyak terjadi pada IV
narcotic, tekanan intracerebral yang meningkat,
berada di tempat tinggi, sepsis, medikasi,
inhalasi asap/toxin (amonia) reaksi transfusi
darah, shock dan DIC.

46
Pulmonary edema (Lanjutan)

 Risiko tinggi lain:


- hyperaldosteronism.
- Cushing syndrome,
- intake glucocortikostreroid,
- hypotonic cairan (pada irigasi nasogastric),
reaksi TUR prostate dengan irigasi cairan
sodium-free selama atau post-operasi.
 Edem pulmonary adalah predisposisi terjadinya pneumonia,
komplikasi gagal jantujng dan ARDS.
 Patogenesis: (1) overload cairan,
(2) disrupsi permeabilitas kapiler.
(3) penurunan serum dan albumin
(4) obstruksi limfatik.
47
ARDS
(Acute Respiratory Distress Syndromes)

 Ini merupakan grup simtoma yang timbul pada


gagal napas akut mengikuti gangguan sistemik
atau pulmonary.

 Disebut juga sebagai shock lung, wet lung, stiff lung


penyakit hyaline membrane dewasa, post-traumatic l
ung, diffuse alveolar damage (DAD)

 Kerusakan terjadi di unit alveocapillary, alveolar


space, alveolar wall & lung.

48
ARDS (Lanjutan-1)

 Kerusakan sel endothel-capillary dan sel epithel-


alveolar mengakibatkan inaktivasi surfactant dan
menimbulkan kebocoran cairan, protein, sel darah
merembes ke dalam interstirtium paru dan alveoli →
interstitial dan alveolar paru edem dan kolaps.

 Edem paru menurunkan kemampuan kerja paru


dan merusak transport O2. Hilangnya surfactant →
ateletasis -> mengganggu kerja paru dan transportasi
O2 (pertukaran gas), ini disebut MODS (multiple
organ dysfunction syndrome) dan MOF (multiple
organs failure).

49
ARDS (Lanjutan-2)

Causes of ARDS:

 Severe trauma (multiple bone


fractures)
 Septic shock
 Pancreatitis
 Cardiopulmonary bypass surgery
 Diffuse pulmonary infection
 Burns
 High concentration of supplemental
oxygen
 Aspiration of gastric contents
 COVID-19

50
Causes of ARDS (Lanjutan-3)

 Massive blood transfusions


 Embolism: - fat,
- thrombus,
- amniotic fluid,
- venous air
 Near drowning
 Radiation therapy
 Inhalation of smoke or toxic fumes
 Indirect: chemical mediators released in response of systemic
disorders (viral, pneumonia)
 Drugs ( aspirin, narcotic, lidocain, phenylbutazone, HCT,
kemoterapuetic dan cytotoxic agents).

51
KANKER PARU (Lung carcinoma)

 Kanker paru = bronchogenic


carcinoma.
Secara klinis ada:

- small cell lung carcinoma (SCLC (25%


dari kanker paru)
- Non-SCLC (NSCLC, 75% dari kanker
paru)

Ada 4 tipe utama:


- SCLC: small cell carcinoma (oat cell
carcinoma)
- NSCLC - squameous cell carcinoma
- adenocarcinoma
- large cell carcinoma

52
Kanker Paru (Lung carcinoma) (Lanjutan)

 Metastase: ke tulang panjang, columna vertebralis (> V Th,


50%)
Metastasis lokal: dinding dada, iga ke 1, 2.

 Seringnya pasien tidak mengkaitkan rasa sakit yang dialami


dengan kankernya.

 Oleh karenanya sebaiknya discreen dulu untuk


mengesampingkan adanya kanker paru.

53
TRANSPLANTASI PARU

 Umumnya pasien dalam keadaan stadium akhir.

 Pada program preoperative terapi: tujuan fungsional


difocuskan pada mobilitas fungsional, identifikasi dan
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan atau
defisit motionnya, serta meningkatkan pola napas
sedapat mungkin.

 Post-operasi initial: pasien umumnya dalam risiko tinggi


infeksi, dan penolakan transplantasi, maka
perlu isolasi.

54
Transplantasi paru (Lanjutan-1)
 Tindakan meliputi:
- mempertahankan range of motion,
- skin care,
- bed positioning,
- progressing functional mobility, initially,
- pasien sangat lemah dan bisa mengalami
kesulitan dan kurang mengingat instruksi
yang telah diajarkan terdahulu pada fase
rehabilitasi post-transplantasi.

55
Transplantasi paru (Lamjutan-2)

 Umumnya pasien dilepas dari ventilator setelah 24 jam (ada


yang sampai berbulan-bulan)

 Latihan napas, hygiene paru, dan cara batuk perlu


diajarkan kembali.
(apalagi bila kedua paru yang dicangkok)
Latihan napas diafragma perlu.
Peregangan dinding toraks dan gerak iga, mobilisasi
jaringan parut perlu untuk peningkatan gerak
jaringan.

56
EMBOLI & THROMBOSIS Paru

 PE (pulmonary embolism): bekuan darah yang


mengobstruksi saluran arteria pulomonar, bisa juga udara,
lemak, sumsum tulang, (fraktur) benda asing (lewat IV),
vegetation katub jantung yang mengaki-batkan endocarditis,
cairan amniotic (bayi) dan sel tumor (Michael 1990)

 Penyebab utama kematian di rumah sakit.

57
Emboli, thrombosis Paru (Lanjutan-1)

 Ada 3 faktor risiko fisiologis:


(1) stasis darah (imobilisasi lama)
(2) endothelial injury sekunder terhadap prosedur
operasi, trauma atau fracture tungkai bawah.
atau pelvis.
(3) hypercoagulable states (oral KB, cancer, difisi- siensi
protein C atau S dan defisiensi anti- thrombin III)

 Causa umum adalah:


- DVT (deep venous thrombosis0 dimulai di system vena
di proximal tungkai bawah.

58
Emboli & Thrombosis Paru (Lanjutan-2)

 Lain-lain: adanya congestive heart failure, trauma,


> 50 th, ada riwayat thromboembolism, malignant
disease, infeksi, DM, inaktivitas obesitas, kehamilan,
pembekuan yang abnormal, fracture pinggul dan
femur

 Isi embolus: masa silindris asal thrombus campur


dengan serabut-2 sel
- eritrosit,
- fibrine,
- leukosit dan
- fibroblast di tepi.
59
CAUSES OF PULOMARY HYPERTENSION

 Tekanan darah tinggi di arteria pulmonary (5-10


mm > normal ) (Normal adalah 15-18mm Hg)
 Bisa primer dan sekunder.

Primary/Idiopathic:
 Altered immune mechanism
 Silent pulmonary emboli
 Oral contraceptives
 Injection drug abuse
 Collagen vascular disease (loss of vessel)
 Sickle cell disease.

60
CAUSES OF PULOMARY HYPERTENSION (Cont.-1

Secondary:
 Primary cardiac disease
Congenital:
- patent ductus arteriosus,
- atrial septal defect,
- persistent fetal circulation).
Acquired:
- rheumatic valvular disease,
- mitral stenosis,
- myxoma,
- left ventricular failure)

61
Causes of Pulmonary Hypertension (cont.-2)

Secondary (lanjutan)
 Pulmonary vasoconstriction due to hypoxia
Chronic hypoxia (COPD)
Obesity
Smoke inhalation
Valvular heart disease
High altitude (reactive hypertension)
Neuromuscular disease
Sleep apnea syndrome
Chronic liver disease
Hypoventilation (persistent/intermitten)

62
Causes of Pulmonary Hypertension (lanjutan-3)

 Reduction of pulmonary vascular bed


(must impairs 50%-75% of vascular bed)
Pulmonary emboli
Vasculitis
Widespread interstitial lung disease
(sarcoidosis, systemic sclerosis)
Tumor emboli
Pulmonary arterial stenosis
Pulmonary venous hypertension.

63
COR PULMONALE
 Disebut juga:

Pulmonary heart disease.

Adalah pembesaran ventrikel jantung kanan


sekunder dari pulmonary hipertension yang timbul
pada penyakit toraks, paru, sirkulasi paru.

 Excludes: Disfungsi jantung kanan sekunder


terhadap gagal kiri, disfungsi vaskuler, ataupun
gangguan kongenital jantung tidak termasuk ke cor
pulmonale.

 > terjadi pada perokok usia dewasa.


64
PLEURISY

 Pleurisi = pleuritis adalah radang pleura paru


disebabkan infeksi, cedera atau tumor.
Bisa akibat komplikasi penyakit paru pneumonia, TB, abses
paru, influenxza, SLE, rheumatoid arthritis,
pulmonary infraction.

 Timbul akut, sakit dada saat napas (inspirasi) batuk


dan bersin atau gerak yang terkait dengan napas
dalam. Bisa diikuti batuk-batuk, demam, menggigil
dan tachypnea.

65
PLEURAL EFFUSION

Adanya koleksi cairan di kantung pleura.

Cairan Transudate timbul akibat tekanan hydrostatik


atau osmotic yang abnormal (congestive heart failure,
cirrhosis dengan ascites, nephrotic syndrome, peritoneal
dialysis).

Cairan Exudate: hasil dari permeabilitet yang meningkat


atau trauma ( infeksi, primer atau sekunder maligancy, PE,
trauma)

Semua kondisi yang mengganggu sekresi dan drainage


cairan terkait dapat mengakibatkan pleural effusion.
66
PLEURAL EFFUSION (Lanjutan)

Pleural effusion umum terjadi pada gagal jantung


dan pada neoplasma akibat obstruksi limfatik

Yang kurang umum adalah yang disebabkan


- drug-induced,
- pancreatitis,
- collagen-vascular disease (SLE, rheumatoid
arthritus),
- intra-abdominal abscess,
- esophageal perforation.
bisa menyerang setiap orang.
Lebih banyak terjadi pada lansia karena peningkatan
insiden gagal jantung dan kanker pada lansia.
67
PLEURAL EMPYEMA

 Ini terjadi pada pleural effusion yang terinfeksi.

Ada akumulasi pus sebagai komplikasi pleurisy atau


penyakit system pernapasan lain, seringnya akibat:

(1) Komplikasi pneumonia.

(2) Bisa juga infeksi asal kuman dari luar tubuh


umpamanya terjadi pada trauma tusuk,
pemasangan saluran thorax,
atau prosedur operasi lain-lain.
atau esophageal perforasi
69
Pleural Empyema (Lanjutan)

 Simtoma:
- dyspnea, batuk
- ipsilateral pleural chest pain,
- malaise,
- tachycardia,
- demam.
Thoraocentesis dilakukan untuk kepastian kuman penyebab
infeksi.

70
Terimakasih

71

Anda mungkin juga menyukai