Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK RADIOGRAFI 2

THORACIC CAVITY

Oleh Kelompok 3:
1. ALETHEIA KHARIS SATRIYA (P1337430115034)
2. ALIT HARDY WISYATMIKA (P1337430115014)
3. KRESNA PUTA DEWA (P1337430115016)
4. DYAH PUSPITA DEWI (P1337430115009)
5. RYZKI MEGA MENTARI (P1337430115010)
6. GALUH SETIYANINGRUM (P1337430115011)
7. IIN NALISKA (P1337430115017)
8. RISKA BINTANG (P13374301150)
9. THALIA DEVI PRAMA DANI (P1337430115035)
10. SANDITA EKA AGUSTIN (P1337430115041)

Kelas: 1A

PRODI D-III TRR SEMARANG


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2016
BAB I
ANATOMI

Rongga dada dibatasi oleh dinding dada dan memanjang dari superior thoracic
aperture, di mana inferior thoracic aperture juga termasuk struktur thorax. Diafragma
adalah otot yang membatasi rongga thorax dan rongga abdomen. Struktur anatomi yang
berlalu dari thorax ke abdomen melalui diafragma.

Gambar 1.1 Thoracic cavity Gambar 1.2 Thoracic cavity tanpa


dinding anterior
Rongga dada berisi paru-paru dan jantung, organ pernapasan, cardiovascular, dan
sistem limfatik, bagian inferior dari kerongkongan, dan kelenjar timus. Dalam rongga tiga
ruang terpisah: rongga perikardial tunggal dan kanan dan kiri rongga pleura. Rongga ini
dilapisi oleh mengkilap, licin, dan lembut membran serosa. Ruang antara dua rongga pleura
disebut mediastinum. Daerah ini berisi semua struktur toraks kecuali paru-paru dan pleura.

BAB II
PATOLOGI
1. Tuberkulosis (Tuberculosis, disingkat Tbc), atau Tb (singkatan
dari "Tubercle bacillus") merupakan penyakit menular yang
umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit
ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya
Mycobacterium tuberculosis (disingkat "MTb" atau "MTbc").
Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa
berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar
melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk,
bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui
udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten.
Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang
berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak
diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa
meninggal.
2. Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara
ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit
jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

3. Bronkientasis adalah suatu perusakan dan pelebaran


(dilatasi) abnormal dari saluran pernapasan yang
besar.Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal,
dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat
dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial,
baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu
sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar
luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat.Secara
khusus, bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada
bronkus yang berukuran sedang, tetapi bronkus berukuran
kecil yang berada dibawahnya sering membentuk jaringan
parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis terjadi pada bronkus yang lebih
besar, seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu keadaan
yang disebabkan oleh adanya respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
4. Dahak atau sputum adalah mukus yang keluar saat batuk dari saluran pernapasan atas.
Dalam dunia kedokteran, sampel dahak biasanya digunakan untuk investigasi
mikrobiologi infeksi pernapasan dan investigasi sitologi sistem pernapasan.Sampel
dahak terbaik adalah yang mengandung sangat sedikit saliva atau air liur, karena air liur
dapat mengontaminasi sampel dengan bakteri oral. Sampel kemudian diteliti oleh
mikrobiolog klinis dengan memeriksa pewarnaan gram pada dahak. Lebih dari 25 sel
epitelia skuamosa diperbesar untuk mengetahui kontaminasi saliva.
5. Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah") merupakan peradangan
kronis yang umum terjadi pada saluran napasyang ditandai dengan gejala yang
bervariasi dan berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel, dan
spasme bronkus. Gejala umum meliputi mengi, batuk, dada terasa
berat, dan sesak napas.
6. Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang
mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga
aerasi paru berkembang atau sama sekali tidak terisi udara.
Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum terjadi,
mencakup kolaps jaringan paru atau unit fungsional paru.
Atelektasis merupakan masalah umum klien pascaoperasi.

7. Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai


dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal
bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus atau
perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar.

8. Pneumotoraks adalah pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada
antara paru-paru dan toraks. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan pada orang
tanpa kondisi paru-paru kronis (biasa disebut Pneumotoraks Primer) dan orang dengan
penyakit paru-paru (Pneumotoraks Sekunder). Selain itu, banyak juga ditemui kasus
pneumotoraks yang disebabkan trauma fisik pada dada, cedera akibat ledakan atau
komplikasi dari berbagai pengobatan. Udara dapat ke luar dari paru-paru ke rongga
pleura saat kantung udara di paru-paru, atau bulla, meledak. Latihan fisik secara
berlebihan dapat mendorong terjadinya pneumotoraks. Komplikasi kondisi paru-paru
seperti asma dan chronic obstructive pulmonary disease juga dapat memicu kondisi ini.
9. Kanker paru-paru merupakan penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol pada jaringan paru-paru. Bila tidak dirawat, pertumbuhan sel ini dapat
menyebar ke luar dari paru-paru melalui suatu proses yang disebut metastasis ke
jaringan yang terdekat atau bagian tubuh yang lainnya. Sebagian besar kanker yang
mulai di paru-paru, yang dikenal sebagai kanker paru primer, adalah karsinoma yang
berasal dari sel epitelium. Jenis kanker paru yang utama adalah SCLC (kanker paru sel
kecil), atau disebut juga kanker sel gandum, dan NSCLC (kanker paru non-sel-kecil).
Gejala paling umum adalah batuk (termasukbatuk darah), berat badan turun dan sesak
napas.

10. Dispnea sering disebut sebagai shortness of breath (SOB) merupakan sensasi yang
dirasakan ketika bernafas tetapi rasanya tidak cukup. Dispnea harus dibedakan dari
bernafas yang cepat (takipnea), bernafas yang berlebihan (hiperpnea) atau
hiperventilasi.
11. Radang paru-paru atau pneumonia adalah kondisi inflamasi pada
paru—utamanya memengaruhi kantung-kantung udara
mikroskopik yang dikenal sebagai alveolus. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan lebih
jarangmikroorganisme lainnya, obat-obatan tertentu, dan kondisi
lain seperti penyakit autoimun. Gejala khasnya meliputi batuk,
nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnostik
mencakup rontgen dan pengambilan kultur dari sputum. Vaksin
untuk mencegah jenis pneumonia tertentu kini sudah tersedia.
Pengobatan yang dilakukan bergantung pada penyebab dasarnya.
Dugaan pneumonia bakterial diobati dengan antibiotik. Jika
pneumonianya parah, penderita biasanya dirujuk ke rumah
sakit.
12. Pleuritis adalah radang pada pleura, yaitu lapisan titpis yang
membungkus paru-paru. Radang dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, tuberkulosis, kanker, atau kondisi lainnya. Pleuritis ditandai dengan rasa sakit di
bagian dada, terutama saat menarik napas panjang atau batuk.

13. Efusi Pleura (Fluid in the chest; Pleural fluid) adalah


pengumpulan cairan di dalam rongga pleura. Rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi
paru-paru dan rongga dada. Dalam keadaan normal, hanya
ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan
pleura.

BAB III
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Pesawat Sinar X
2. Bucky Stand
3. Imaging Plate 35 X 35 cm
4. CR
5. Phantom
6. Marker
7. Gunting
8. Plester

BAB IV
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Administrasi pemeriksaan radiografi
a. Lembar permintaan pemeriksaan radiografi
 Pasien datang dengan lembar permintaan pemeriksaan radiografi
 Form berisi tentang:
- Identitas pasien: nama, umur, alamat, No. Catatan medic atau (CM/RM),
asal rujukan (IRJA/IRNA/IGD/Dokter Praktik)
- Permintaan foto
- Riwayat penyakit
b. Pendataan pasien pada buku registrasi dan kelengkapannya
 Pencatatan identitas pasien kedalam buku registrasi dan pemberian nomor
foto pasien (nomor registrasi radiologi) yang ditulis juga pada lembar
permintaan pasien
 Membuat kartu ambil foto
 Membuat amplop foto sesuai dengan film yang digunakan
2. Pra Pemeriksaan
a. Pemanggilan pasien
 Memanggil pasien sesuai dengan nama yang ada pada lembar permintaan
foto
 Mencocokkan identitas pasien ( nama, umur, alamat) apabila benar pasien
dipersilahkan masuk kedalam ruang pemeriksaan
b. Perkenalan diri
Petugas memperkenalkan diri dengan salam, menyebutkan nama dan unit
tugasnya kepada passion
c. Anamnase singkat
 Melihat keadaan umum pasien ( dating sendiri, dibantu orang lain, dapat
berdiri atau menggunakan alat tertentu missal infuse)
 Menanyakan perihal keluhan yang dirasakan oleh pasien dan posisi yang
sakit tanpa menyebutkan apa yang tertulis pada lembar permintaan foto
 Menanyakan apa sebelumnya pernah dilakukan pemeriksaan radiologi yang
sama, bila pernah tanyakan foto lama dari pemeriksaan.
 Melakukan recall gambaran anatomi normal region bagian tubuh pasien yang
akan diperiksa secara radiografi mengacu pada informasi criteria anatomi
radiologi
d. Analisa kebutuhan pemeriksaan radiograf
Menentukan kesesuaian tindakan radiografi, proyeksi yang akan digunakan ( AP,
PA , Lat dan AP Axial) persiapan alat dan pasien
e. Penjelasan ringkas prosedur
Memberikan penjelasan singkat mengenai apa yang akan dilakukan selama
pemeriksaan
f. Pemeriksaan pasien
Pastikan tidak ada benda logam atau benda lain pada daerah thorax yang akan
diperiksa.

3. Pelaksanaan pemeriksaan
a. Proyeksi AP
 Posisi Pasien
1. Pasien tidur supine atau tegak dengan punggung menempel pada grid
 Posisi Objek
1. MSP tubuh pada pertengahan IR
2. Atur batas atas kaset 1,5 – 2 inchi ( 3,8 – 5 cm ) diatas shoulder
3. Jika memungkinkan flexikan elbow joint, letakkan punggung tangan pada
hip untuk menggambarkan scapula ke lateral
4. Atur shoulder sejajar pada bidang horizontal yang sama
5. Menggunakan gonad shield
 Pengaturan sinar dan eksposi
1. Arah sinar / CR : Tegak lurus
2. Titik bidik/ CP : 3 inchi ( 7,6 cm dibawah jugular notch)
3. FFD : 150 cm
4. Faktor eksposi : 60 kVp, 20 mAs
5. Saat eksposi : full inspirasi kedua dan tahan nafas
 Kriteria radiograf
1. Bagian medial pada clavicula berjarak dari collum vertebrae
2. Tampak udara thacea pada pertengahan
3. Clavicula tergambar di horizontal dan apex lebih kabur daripada proyeksi
PA
4. Costae dan vertebrae thoracal berada pada bayangan jantung
5. Tampak darah paru, dari apex samapai sudut costo phrenicus
 Perbedaan dengan proyeksi PA
1. Jantung mengalami magnifikasi
2. Bidang paru-paru terlihat lebih pendek karena kompresi abdomen
diafragma lebih tinggi
3. Clavicula di proyeksikan lebih tinggi
4. Costae terlihat horizontal
b. Proyeksi PA
 Posisi pasien
Jika memungkinkan posisi pasien tegak, dapat berdiri atau duduk
 Posisi objek
1. Menenmpatkan pasien dengan kedua lengan berada di sisi tubuh
2. Atur ketinggian kaset dengan batas atas kaset 1,5-2 inchi (3,8-5 cm) di
atas shoulder
3. Pusatkan MSP tubuh pada midline pada kaset
4. Pasien berdiri tegak dengan berat badan bertumpu pada kedua kaki
5. Ekstensikan dagu pasien dan letakkan pada chinrest, sehingga MSP
vertical
6. Pasien di minta untuk memfleksikan kedua lengan dan isitirahatkan
punggung tangan hip
7. Tekan shoulder dan atur sejajar pada bidang transversal yang sama
rotasikan kea rah depan atau endorotasi
 Pengaturan sinar dan eksposi
1. Arah sinar/CR : horizontal tegak lurus kaset
2. Titik bidik/CP : T7 (pada MSP diantara kedua angulus inferior)
3. FFD : 150 cm
4. Faktor eksposi : 60 kV,20 mAs
5. Saat eksposi : full inspirasi kedua dan tahan nafas
 Kriteria radiograf
1. Tampak area paru dari apek sampai sinus costophrenicus
2. Tidak ada rotasi, di tandai sterro clavicular joint berjarak sama dari
columna vertebrae
3. Tampak udara trakea pada pertengahan
4. Scapula di proyeksikan di luar area dari pulmo
5. Diafragma bawah tampak sampai costae posterior 10
6. Costae dan bagian superior vertebrae thorakal tampak superposisi dengan
gambaran jantung
7. Penanda paru tampak dari hilus pada perifer paru-paru
C. Proyeksi lateral

 Posisi pasien
Pasien true lateral dengan kedua lengan di samping tubuh jika
memungkinkan pasien posisi tegak, berdidri atau duduk agar diafragma
terletak di bawah dan terlihat air fluit level. Untuk menggambarkan jantung
dan paru kiri, gunakan lateral kiri dengan sisi kiri dekat kaset.
 Posisi objek
1. Atur MSP tubuh pasien sejajar dengan kaset
2. Pusatkan thoraks apada pertengahan grid
3. MCP tegak lurus dan pusatkan pada midline grid
4. Kedua lengan di ekstensikan, elbow fleksi dan kedua lengan di
istirahatkan pada elbow
 Pengaturan sinar dan eksposi :
1. Arah sinar/CR : horizontal tegak lurus kaset
2. Titik bidik/CP : T7 (aspek inferior dari angulus inferior dari
sacpula)
3. FFD : 150 cm
4. Faktor eksposi : 75 kV,25 mAs
5. Saat eksposi : full inspirasi kedua dan tahan nafas
 Kriteria radiograf
1. Costae posterior superposisi dengan columna vertebrae
2. Lengan atau jaringan soft tissue tidak superposisi dengan bagian superior
paru-paru
3. Tidak ada rotasi sternum pada posisi lateral
4. Penetrasi pada daerah paru dan jantung
5. Hilus pada oertengahan radiograf
D. Proyeksi AP Axial/Top Lordotic

 Posisi pasien
Pasien di atur dalam posisi tegak menghadap arah sinar dan berdiri sekitar
satu langkah (30,5 cm) di depan dari arah vertical
 Posisi objek
1. Atur ketinggian pada IR sehingga margin atas sekitar 3 inchi (7,6 cm) di
atas batas atas dari bahu ketika pasien di sesuaikan dalam posisi lordotic
2. Atur pasien dalam proyeksi AP axial, dengan MSP pada midline grid
3. Elbow joint di fleksikan dengan telapak tangan keluar di letakkan pada
hip
4. Pasien bersandar ke belakang dalam posisi lordosis ekstrim dan istirahat.
Shoulder sejajar terhadap bidang vertical
 Pengaturan sinar dan eksposi :
1. Arah sinar/CR : horizonrtal tegak lurus film
2. Titik bidik/CP : setinggi mid sternum
3. FFD : 183 cm
4. Faktor eksposi : 60 kV,20 mAs
5. Saat eksposi : full inspirasi kedua dan tahan nafas
 Kriteria radiograf
1. Clavicula berada di superior dari apek paru
2. Tergambar apek paru
3. Clavicula tergambar horizontal dengan bagian media superposisi dengan
costae 1 dan 2
4. Costae mengalami distorsi pada bagian anterior dan posterior
E. Proteksi Radiasi
1. Beri arahan pasien agar pandangan menjauhi arah sinar
2.Atur ;uas lapangan seoptimal mungkin, mungkin objek yang di periksa
masuk dalam penyinaran, maksimal seluas lapangan kaset yang di gunakan.
3. Mempersilahkan orang yang tidak berkepentingan di dalam ruang
pemeriksaan untuk ke luar dari ruangan, apabila terpaksa harus ada orang yng
mendampingi, maka orrang tersebut di kenakan apron
4. Menghindari atau tidak melakukan pengualangan foto
F. Pasca Pemeriksaan
1. Entry data pasien
2. Lakukan barcode
3. Lakukan proses dengan imaging plate

BAB V
HASIL RADIOGRAF
BAB VI
EVALUASI RADIOGRAF
A. Proyeksi PA
a. Sinus costoprenicus tidak terlihat namun bagian apex paru-paru terlihat.
b. Tidak ada rotasi ujung sternum dari clavicula berjarak sama dari collum
vertebrae
c. Trakea terlihat ditengah garis
d. Scapula terproyeksi dibagian luar di bidang paru-paru.
e. 10 costae terlihat diatas diafragma.
f. Nampak jelas batas antara jantung dengan diafragma
g. Bayangan dari costae dan vertebrae thoracal superior nampak kabur bersama
dengan bayangan jantung.
h. Nampak hilus disekitar paru-paru
i. Gambaran thorax dengan inspiarsi dan ekspirasi, pada saat ekspirasi diafragma
tergambar di atas, sehingga bayangan costae nampak lebih sedikit pada daerah
paru-paru
B. Proyeksi AP
1. Bagian tengah dari clavicula berjarak sama dengan collum vertebrae
2. Trakea terlihat ditengah-tengah garis
3. Clavicula melayang lebih datar dan menutupi apex dari pada proyeksi
4. Jarak yang am dari collum vertebrae ke garis lateral dari rusuk di setiap
sudut
5. Gambaran costae dan vertebrae thoracal nampak pada bayangan jantung
6. Banyangan paru-paru, dari apeks sampai dengan Sinus costophrenicus
7. Tanda pleura nampak dari hilus sampai sekeliling paru paru.

C. Proyeksi Lateral
1. Bagian dari tulang rusuk superposisi menuju collum vertebrae
2. Soft tissue dari tangan tidak overlapping dengan paru-paru bagian atas
3. Panjang sumbu dari bidang paru-paru ditampilkan posisi vertebrae
4. Lateral sternum tidak ada rotasi.
5. Intervertebrae thoracal disk dan foramen intervertebrae terbuka
6. Nampak jelas batas dari jantug dengan diafragma
7. Hilum kira kira berada pada pertengahan radiograf

D. Proyeksi AP Axial
1. Clavicula melayang pada bagian atas apex
2. Ujung sternum dari clavicula berjarak sama dari collum vertebrae
3. Apex dari paru-paru secara keseluruhan terlihat
4. Clavicula terlihat horizontal dengan medil tumpang tindih pada rusuk
pertama atau kedua
5. Costae distorsi dengan anterior dan posterior, agak superposisi.

KOMENTAR DOSEN PENGAMPU

DAFTAR REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai