Anda di halaman 1dari 67

MODUL X

OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI SOSIAL

4. KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN


5. MENILAI GANGGUAN HAID
6. MENILAI SINDROME MENOPAUSE
7. HIV-AIDS
8. INFERTILITAS
KEHAMILAN YANG
TIDAK DIINGINKAN
4. Kehamilan yang tidak diinginkan

 Kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh


seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah
tidak menginginkan kehamilan (BKKBN)
4. Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD/Unintended Pregnancy)
1. Kehmilan tidak tepat waktu (mistimed pregnancy)
2. Kehamilan tidak dikehendaki (Unwanted pregnancy)

Kehamilan yang tidak diinginkan dapat disebabkan:


Perilaku tidak sehat dan kondisi pada saat sebelum atau selama kehamilan seperti
perkosaan, Kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi, terlalu banyak anak,
Alasan kesehatan, Janin cacat, Usia muda atau belum siap punya anak, Pasangan tidak
bertanggungjawab atau hubungan dengan pasangan belum mantap dan juga Karena
kegagalan KB
4. Kehamilan yang tidak diinginkan
 Kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami
oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan
atau sudah tidak menginginkan kehamilan (BKKBN)

Alasan Kehamilan Tidak Diinginkan

1. Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan


2. Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan
3. Bayi dalam kandungan ternyata menderita cacat majemuk yang
berat
4. Kehamilan yang terjadi akibat hubungan seksual diluar nikah
4. Kehamilan yang tidak diinginkan

Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan


1. Kegagalan kontrasepsi
2. Pasangan Tidak menggunakan kontrasepsi

Akibat yang ditimbulkan


3. Lahirnya bayi yang tidak diinginkan (unwanted child)
4. Terjadinya pengguguran kandungan (aborsi)
MENILAI GANGGUAN
HAID
Definisi :

Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal
panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid.
Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium.

8
Fisiology Haid
Klasifikasi Gangguan Haid
Digolongkan dalam :
• Kelainan panjang siklus (N=21-35hr):
• Polimenore (sering) → < 21 hr
• Oligomenore (jarang) → > 35 hr
• Amenore (tidak haid) → > 3 bln
• Kelainan banyaknya haid (N=±80ml):
• Hipermenore (banyak) → > 80ml
• Hipomenore (sedikit) → < 80ml

10
• Kelainan lama haid (N= 3-7hr):
• Menoragi (memanjang) >7 hari
• Brakimenore (memendek) <3 hari
• Metroragi (haid diluar siklus normal)
• Perdarahan bercak
• Premenstrual spotting
• Postmenstrual spotting
• Perdarahan uterus disfungsional
• Gangguan lain berhubungan dengan haid :
• Metroragi (haid diluar siklus)
• Dismenore (nyeri bila haid)
• Premenstrual tension (ketegangan haid)

11
Kelainan panjang siklus haid :
1. Polimenore
Definisi polimenore adalah panjang siklus haid kurang dari 21 hari (normal 21-35).
Keadaan polimenore bisanya terjadi pada siklus ovulatoar maupun pada siklus anovulatoar.
Kausa :
- Anovulasi karena gangguan hormonal
- Insufisiensi korpus luteum (fase luteal memendek)
- Fase folikuler memendek

Penanganan :
- Pada kausa anovulasi diberikan induksi ovulasi
- Pada insufisiensi korpus luteum diberikan progesteron pada hr 16-25
- Pada fase folikuler pendek diberikan estrogen pada hari 3-8

12
2. Oligomenore
Definisi oligomenore adalah panjang siklus haid lebih dari 35 hari (normal 21-35 hari) dan
kurang dari 3 bulan.
Keadaan oligomenore umumnya adalah siklus ovulator sehingga fertilitas tidak terganggu.

Kausa :
- Fase folikuler memanjang
- Fase sekresi memanjang

Penanganan :
- Tidak diberikan pengobatan jika tipe perdarahan teratur
- Indukasi ovulasi diberikan jika tipe perdarahan memanjang

13
3. Amenore
Definisi : tidak haid lebih dari 3 bulan berturut.
Amenore dapat dibagi dalam dua bentuk :
- Amenore fisiologik :
• Prapubertas / pasca menopause
• Hamil, laktasi
- Amenore patologik :
• Amenore primer
• Amenore sekunder

14
Amenore
• Penyebab: Ggn hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus
(endometrium) dan vagina
• Diagnosis ditegakkan:
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisis
• Pemeriksaan ginekologik
• Pemeriksaan penunjang

15
Amenore
• Anamnesis :
• Usia menars,
• Riwayat stres berat, obat-obat penenang,obat-obat penurun berat badan
• Pem.fisis :BB,TB, pertumbuhan sex sekunder.
• Pem.ginekologis :pemeriksaan genitalia interna/externa
• Pem.penunjang :foto Ro,kampimeter, T3/T4,pem.kromosom

16
Amenore hipotalamik

Kausa :
*Organik seperti kraniofaringioma dan ensefalitis
*Fungsional oleh ggn pelepasan LHRH (mis:anoreksia nervosa
& bulimia), obat-obat penghambat PIF(fenotiazin, trangulaizer,
obat2 psikofarmaka) → hiperprolaktinemia →amenorea
Amenore hipofisis

Kausa : Kelainan organik seperti Sheehan syndrom


iskemia/nekrosis adenohipofisis karena trombosis v. hipofisis,
kranioparingioma (tumor yang tidak mensekresi hormon) dan
adenoma hipofisis (prolaktinoma)

18
Amenore Ovarium
Kausa antara lain : hipoplasia ovarium (sindroma turner)
perokok, sindrom resisten ovarium,& tumor ovarium (yang
mensekresi androgen).

Amenore Uterina
Kausa amenore uterina antara lain : aplasia uteri; kerusakan
endometrium akibat perlengketan (sindroma Asherman); infeksi
berat seperti TBC.
Penanganan Amenore
Tergantung kausa : organik atau fungsional
• Organik ditangani sesuai kelainan organik
• Fungsional : konseling, obat2 psikofarmak,
substitusi & pemberian hormon secara
siklik, induksi ovulasi

20
Kelainan jumlah perdarahan haid

1. Hipermenore
Definisi : perdarahan haid yang jumlahnya banyak (>80 ml atau ganti
pembalut >5 kali/hari)
Kausa :-Kel.organik (tumor,infeksi)
-Kel.darah
-Kel.fungsional (endokrin)
Penanganan : Sesuai kausa

21
2. Hipomenore
Definisi : Perdrhan haid yg jumlahnya sdkt
(<40ml atau ganti pembalut <5x/hr)
Kausa : anovulasi

Penanganan :
• tdk perlu terapi jika siklus ovulatoar
• subsitusi hormon E&P bila perlu
• induksi ovulasi jika siklus anovulatoar & ingin anak.

22
Kelainan lamanya haid
• Menoragi : Haid berlangsung >7hr dgn jumlah darah yang banyak
Kausa & penanganan = dg hipermenore
• Brakimenore : Haid berlangsung <3hr dgn jumlah darah kadang sedikit
Kausa : anovulasi

Penanganan :
• tdk perlu terapi jika siklus ovulatoar
• subsitusi hormon E&P bila perlu
• induksi ovulasi jika siklus anovulatoar & ingin anak

23
MENILAI SINDROM
MENOPAUSE
Pendahuluan
Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap perempuan yang
menandai berakhirnya masa subur.

Menopause merupakan suatu kondisi hipoestrogenik akibat penurunan


fungsi dari ovarium. Keadaan ini dapat menyebabkan perubahan sistem
pada tubuh wanita yang mengalami menopause.
Definisi
WHO mendefinisikan sebagai berhentinya siklus menstruasi untuk
selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi
sebagai akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium

Menopause diartikan sebagai tidak dijumpainya menstruasi selama 12


bulan berturut-turut dimana ovarium secara progresif telah gagal
dalam memproduksi estrogen.
Etiologi
 Menopause terjadi berkurangnya sel granulosa dan sel teka di ovarium yang gagal
merespon terhadap GnRH produksi estrogen berkurang menurunkan
feedback negatif di hipotalamus anterior pe FSH dan LH sel stroma
terus memproduksi androgen sebagai stimulasi LH
 bedah seperti histerektomi dengan ooforektomi bilateral
 Riwayat keluarga menopause dini,
 Post Kemoterapi
Fisiologi
fisiologi
Klimaterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang
terjadi akibat menurunnya fungsi generatif maupun endokrinologi dari ovarium. Fase klimaterik
terbagi menjadi 4:
• Fase pra menopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini
ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan
jumlah darah haid yang relatif banyak, dan kadang disertai nyeri haid.
• Fase Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause,
dimana kondisi tubuh menyesuaikan diri dengan masa menopause yang berkisar antara 2-8 tahun
setelah periode terakhir menstruasi.
• Fase Menopause merupakan fase dimana jumlah folikel yang mengalami atresia semakin
meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun
berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena
itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir
• Fase Pascamenopause adalah fase dimana Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar
estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat.
Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi inhibin akibat tidak
tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup. Pada usia reproduksi, folikel memproduksi inhibin
dalam jumlah yang cukup dan inhibin inilah yang menekan sekresi FSH. Akibat rendahnya kadar
estradiol, endometrium menjadi atrofi dan tidak mungkin muncul haid lagi.
• Senium adalah fase dimana Seorang wanita telah memasuki usia pasca menopause lanjut sampai
usia > 65 tahun. Fase senium adalah masa sesudah pascamenopause, ketika telah tercapai
keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun
psikis.
patofisiologi
Klasifikasi
• Menopause alami terjadi seiring dengan bertambahnya
usia, ovarium akan mengalami penurunan fungsi
akibatnya terjadi penurunan produksi hormon estrogen
Menopause alami dan progesteron. Sebagai kompensasinya, tubuh pun
bereaksi dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian
diantaranya adalah berhentinya menstruasi. Menopause
alami biasa terjadi pada usia 45-55 tahun.

• Menopause dini dapat terjadi karena buatan, akibat


operasi (surgical menopause ) seperti pada
pengangkatan indung telur atau akibat obat-obatan
Menopause Dini seperti terapi radiasi maupun kemoterapi untuk
pengobatan tumor pada perempuan yang masih
berovulasi atau karena kegagalan ovarium prematur
pada usia 40,30, bahkan 20 tahun.
Diagnosa

1. Gejala Klimakterik
2. Tanda-tanda fisik:
 Indeks maturasi
 Ph vagina (6,0-7,5)
3. Riwayat medis dan keluarga
 Faktor genetik
 Status histerektomi wanita
4. Riwayat medis dan keluarga
 Pengukuran FSH
 estradiol
Penatalaksanaan
1. Hormonal ( pemberian estrogen)
2. Non Hormonal (pemberian anti depressan)
PENANGANAN PUD
• Perbaiki KU, bl anemia →transfusi
• Hentikan perdarahan :E, P, E+P, CC, anti fibrinolitik & anti
prostaglandin, bl perlu D&K,ablasi endometrium dg laser atau HT
• Cegah agar PUD tdk berulang
• Kembalikan fs hormon reproduksi
• Hilangkan ancaman keganasan.

36
INFEKSI HIV PADA
KEHAMILAN
Pendahuluan
• Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
• Pada akhir tahun 2008, UNAIDS memperkirakan di seluruh dunia terdapat 33,4
juta orang yang hidup dengan HIV (ODHA). Sedangkan HIV di Indonesia termasuk
yang paling cepat berkembang di Asia. Pada akhir 2009, diperkirakan ada 333.200
orang yang hidup dengan HIV (ODHA) di Indonesia.
• Di Indonesia, menurut Depkes tercatat 3568 kasus HIV/AIDS pada akhir bulan
Desember 2002, 20 kasus tertular dari ibunya.
• FKUI/RSCM selama tahun 1999-2001 mendapatkan 558 ibu hamil di daerah
miskin di Jakarta yang melakukan tes HIV, sebanyak 16 orang (2,86%) dinyatakan
positif
Etiologi
• Virus HIV  Retrovirus (virus RNA)
RNA sbg Molekul pembawa
informasi genetik
• HIV mempunyai sifat khas adanya enzim reverse transcriptase
mengubah informasi genetiknya dlm RNA kedlm bentuk DNA
diintegrasikan kedlm informasi genetik sel limfosit yg diserang
Lanj….
• Dgn demikian HIV dpt memanfaatkan mekanisme limfosit u/
mengkopi dirinya menjadi virus baru yg memiliki ciri2 HIV

• HIV dpt ditemukan & diisolasi dari sel Limfosit T, Limfosit B,


sel makrofag (diotak & paru), & berbagai cairan tubuh

• Sampai saat ini hanya darah, air mani, air ketuban, cairan
servikovaginal & ASI terbukti sbg sumber infeksi (penularan
HIV)
Lanj….
• Virus HIV terdiri dari 2 tipe :
• HIV-1 ditemukan diseluruh dunia
• HIV-2 banyak di temukan di Afrika
• Dgn analisis sekuens genetik dikenal 8 varian utama HIV;subtipe
A,B,C,D,E,F,G dan H dideteksi dgn reagensia yg biasa
• Subtipe J dan N ditemukan di Kamerun Afrika, adapun subtipe O
hanya 50% yg dpt dideteksi dgn reagensia biasa
Cara Penularan
1. Melalui hubungan seksual
2. Transmisi horizontal (kontak langsung dengan darah/produk darah/jarum
suntik)
a. Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik pada para pecandu
narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3.Penularan dari Ibu ke Bayi
a.Faktor virus
Karakteristik virus.
Infektivitas virus

b.Faktor Bayi
Prematuritas
Nutrisi Fetus
Fungsi Pencernaan
Respon imun neonatus
c.Faktor ibu, kehamilan dan proses persalinan.
Antepartum:
• Viral load dari ibu
• Beratnya keadaan infeksi pada ibu
• Ibu yang menderita penyakit infeksi lain
• Ibu yang mempunyai kebiasaan yang tidak baik

Intrapartum:
• Kadar maternal HIV-1 cerviko vaginal
• Proses persalinan bayi
• Ibu yang menderita penyakit infeksi lain
Post partum melalui menyusui:
• air susu ibu degan infeksi HIV mengandung proviral HIV dan virus
bebas lainnya
• Bayi yang diberikan ASI

Kehamilan dan cara melahirkan.


• Resiko penularan terjadi pada kondisi korioamnionitis dan penyakit
menular seksual
Stadium 1
Manifestasi Klinis Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4

Asimptomatik, Simptomatik, aktivitas normal: Pada umumnya lemah, aktivitas di Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di
aktivitas normal: a. Berat badan menurun < 10% tempat tidur kurang dari 50%: tempat tidur lebih dari 50%:
a. Asimptoatik b. Kelainan kulit dan mukosa yang a. Berat badan menurun > 10 % a. HIV wasting syndrome seperti yang
b. Limfadenopati ringan seperti, dermatitis b. Diare kronis yang berlangsung lebih didefinisikan oleh CDC.
generalisata seboroik, prurigo, onikomikosis, dari 1 bulan b. Pneumonia Pneumocystis carinii.
ulkus oral yang rekuren, dan c. Damam berkepanjangan lebih dari 1 c. Toksoplasmosis otak.
kheilitis angularis. bulan d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan.
c. Herpes zoster dalam 5 tahun d. Kandidiasis orofaringeal e. Kriptokokosis ekstrapulmonal
terakhir. e. Oral hairy leukoplakia. f. Retinitis virus sitomegalo
d. Infeksi saluran nafas bagian atas, f. TB paru dalam tahun terakhir. g. Herpes simplek mukokutan > 1 bulan
seperti sinusitis bakterialis. g. Infeksi bacterial yang berat seperti h. Leukoensefalopati multifocal progesif
pneumonia dan piomiositish i. Mikosis diseminata seperti histoplaosis
j. Kandidiasis di esophagus, trakea,
bronkus, dan paru
k. Mikobakteriosis atipikal diseminata
l. Septismia salmonellosis nontifoid
m. Tuberculosis di luar paru
n. Limfoma
o. Sarcoma Kaposi
p. Ensefalopati HIV
Diagnosis Infeksi HIV

Anamnesis

Pemeriksaan klinis

Laboratorium
Penanganan Pasien Hamil Dengan HIV
Penanganan pasien hamil dengan HIV dapat dilakukan dengan
penatalaksanaan program PMTCT (Prevention of Mother To Child
Transmission of HIV). PMTCT adalah suatu program intervensi untuk
mencegah penularan dari ibu penderita HIV/AIDS kepada bayinya dan
mencegah infeksi HIV pada perempuan.
Penatalaksanaan obtetrik
Perinatal HIV Guidelines Working Group di Amerika Serikat mengajukan
rekomendasi penatalaksanaan obstetrik untuk mengurangi transmisi HIV vertikal.
Rekomendasi yang dianjurkan adalah :
1. Cara Persalinan : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang datang
padakehamilan di atas 36 minggu, belum mendapat antiretrovirus, dan sedang
menunggu hasil pemeriksaan kadar HIV dan CD4 yang diperkirakan adasebelum
persalinan.
Rekomendasi : Ada beberapa regimen yang harus didiskusikan dengan jelas.
2. Cara Persalinan : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang datang pada kehamilan
awal, sedang mendapat kombinasi antiretrovirus, dan kadar HIV tetap di atas 1000
kopi/mL pada minggu ke 36 kehamilan.
Rekomendasi : Regimen antiretrovirus yang digunakan tetap diteruskan.
3. Cara Persalinan : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang sedang mendapat
kombinasi antiretrovirus, dan kadar HIV tidak terdeteksi pada minggu ke 36
kehamilan.
Rekomendasi : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS diberikan konseling
4. Cara Persalinan : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang sudah direncanakan
seksio sesarea elektif, namun datang pada awal persalinan atau setelah ketuban
pecah.
Rekomendasi : Zidovudin intravena segera diberikan. Jika kemajuan persalinan cepat,
wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS ditawarkan untuk menjalani persalinan
pervaginam.
Penatalaksanaan Pasca Persalinan
• Pemberian Air Susu Ibu
Penularan HIV melalui air susu ibu diketahui merupakan faktor
penting transmisi pasca persalinan dan meningkatkan resiko transmisi
dua kali lipat. Miotti, dkk pada penelitian di Malawi membuktikan air
susu ibu meningkatkan insidens transmisi HIV 0,7% per bulan pada
usia 0 sampai 5 bulan; 0,6% pada usia 6-11 bulan; 0,3% per bulan
pada usia 12-17 tahun.
Penggunaan obat Antiretroviral (ARV)
• Antiretrovirus direkomendasikan untuk semua wanita yang terinfeksi
HIV-AIDS yang sedang hamil untuk mengurangi resiko transmisi
perinatal.
• Tujuan utama pemberian antiretrovirus pada kehamilan adalah
menekan perkembangan virus, memperbaiki fungsi imunologis,
memperbaiki kualitas hidup, mengurangi morbiditas dan mortalitas
penyakit yang menyertai HIV.
1.Monoterapi Zidovudine
• Antepartum : Zidovudine oral dari kehamilan 14-34 minggu
5x100mg/hari
• Intrapartum : Zidovudine intravena, dosis awal 2mg/kgBB/jam,
dilanjutkan infus 1mg/kgBB sampai 1 hari setelahmelahirkan
• Postpartum : Zidovudine sirup, 2 mg/kgBB, dimulai 8-12 jam
postpartum dan diteruskan sampai 6 minggu
2.Nevirapin
Dapat diberikan dosis tunggal 200 mg bagi ibu pada saat melahirkan
disertai pemberian nevirapin 2 mg/kgBB dosis tunggal bagi bayi pada
usia 2 atau 3 hari.
Syarat Pemberian ARV
menurut PMTCT 2010
Stadium Klinik Tidak Tersedia Tes Tersedia Tes CD4
WHO CD4

1 Tidak diobati
Diobati jika jumlah sel CD4 <200/mm3
2 Tidak diobati

3 Diobati Diobati jika jumlah sel CD4 < 350/mm3

4 Diobati Diobati tanpa memandang jumlah sel CD4


Pemberian ARV berdasarkan pedoman WHO 2010, terdapat 2 opsi yang ditawarkan
WHO untuk tindakan profilaksis:3,21,25
Profilaksis Opsi A
Ibu
• Antepartum : AZT saat 14 minggu kehamilan
• Intrapartum : AZT/3TC + NVP 2 kali sehari
• Postpartum : AZT/3TC + NVP x 7 hari
Bayi
• Bila diberikan ASI: NVP hingga 1 minggu lepas ASI
• Tanpa pemberian ASI: AZT atau NVP x 6 minggu
Profilaksis Opsi B
• Ibu:Triple ARV mulai 14 minggu hingga 1 minggu lepas ASI
• Bayi:VP/AZT setiap hari sejak lahir hingga umur 4-6 minggu tanpa memandang
pemberian ASI atau tidak.
Opsi Wanita Bayi
  Penatalaksanaan (sel CD4 Profilaksis (sel CD4 >350  
<350 sel/mm3) se/mm3)
Opsi A Triple ARV dimulai sesegara Antepartum : AZT saat 14 Bila diberikan ASI: NVP
mungkin setelah minggu kehamilan hingga 1 minggu lepas
didiagnosa terinfeksi Intrapartum : AZT/3TC + ASI
HIV/AIDS dan berlanjut NVP 2 kali sehari Tanpa pemberian ASI:
hingga seumur hidup. Postpartum : AZT/3TC + AZT atau NVP x 6
NVP x 7 hari minggu

Opsi B Triple ARV dimulai sesegera Triple ARV mulai 14 minggu NVP/AZT setiap hari
mungkin setelah hingga 1 minggu lepas ASI sejak lahir hingga umur
didiagnosa terinfeksi   4-6 minggu tanpa
HIV/AIDS dan berlanjut memandang
hingga seumur hidup. pemberian ASI atau
tidak.

Opsi B+ Triple ARV dimulai sesegera mungkin setelah NVP/AZT setiap hari
didiagnosa terinfeksi HIV/AIDS dan berlanjut hingga sejak lahir hingga umur
seumur hidup tanpa memandang jumlah CD4 4-6 minggu tanpa
memandang
pemberian ASI atau
tidak.
TERIMA KASIH
INFERTILITAS
PENDAHULUAN
• Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami
istri , merupakan masalah yang dijumpai pada perempuan dan laki-
laki
• Infertilitas primer : sebelumnya pasangan suami istri belum pernah
mengalami kehamilan
• Infertilitas sekunder : pasangan suami istri gagal memperoleh
kehamilan selama satu tahun pascapersalinan atau pasca abortus,
tanpa menggunakan kontrasepsi apapun.
FAKTOR PENYEBAB
PENYEBAB PERSEN
Faktor tuba dan faktor pelvik (sumbatan atau kerusakan 35 %
tiba akibat perlekatan atau endometriosis)
Faktor lelaki (abnormalitas jumlah, mortalitas dan/atau 35 %
morfologi sperma)
Disfungsi ovulasi 15 %
Idiopatik 10 %
Lain-lain (fibroid, polip endometrium/dan kelainan 5%
bentuk uterus)
FAKTOR NON-ORGANIK
• Usia
• Frekuensi senggama
• Pola hidup (alkohol, merokok, berat badan)
FAKTOR ORGANIK
1. Masalah vagina
- Dispareunia
- Vaginismus
- Vaginitis
2. Masalah uterus
- Faktor serviks : servisitis, trauma pada serviks
- Faktor kavum serviks : kelainan anatomi kavum uteri, faktor endometriosis
- faktor miometrium : adenomiosis
3. Masalah tuba
4. Masalah ovarium
5. Masalah peritoneum
PEMERIKSAAN DASAR INFERTILITAS
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan analisis sperma
Nilai normal analisis sperma berdasarkan
kriteria WHO
KRITERIA NILAI RUJUKAN NORMAL
Volume 2 ml atau lebih
Waktu likuefaksi Dalam 60 menit
pH 7,2 atau lebih
Kontrasepsi sperma 20 juta/mm atau lebih
Jumlah sperma total 40 juta/mm atau lebih
Lurus cepat (gerakan yang progresif dalam 60 menit 25% atau lebih
setelah ejakulasi
Jumlah antara lurus lambat dan lurus cepat 50% atau lebih
Morfologi normal 30% atau lebih
Vitalitas 75% atau lebih
Leukosit < 1 juta/mm
Pemeriksaan infertilitas dasar di pusat
pelayanan primer
Jenis kelamin Jenis pemeriksaan Waktu pemeriksaan
perempuan LH, FSH, TSH Fase folikularis awal
Prolaktin Pagi hari sebelum pukul 9
Testosteron, SHBG Kecurigaan hiperandrogenisme
Serilogi rubela, pap semar Walaupun sudah imunisasi
Lelaki Analisis sperma Setelah abstinensi 2-3 hari
Indikator rujukan ke pusat pelayanan
sekunder dan tersier
Jenis kelamin Indikator rujukan
Perempuan Usia > 35 tahun
Riwayat kehamilah ektopik sebelumnya
Riwayat kelainan tuba seperti hidrosalping, abses tuba, penyakit radang panggul, atau
penyakit menular seksual
Riwayat pembedahan tuba, ovarium, uterus, dan daerah panggul lainnya
Menderita endometriosis
Gangguan haid seperti amenorea atau oligomenorea
Hirsutisme atau galaktore
Kemoterapi
Lelaki Testis adesensus, orkodpeksi
Kemoterapi atau radioterapi
Riwayat pembedahan urogenital
Varikokel
Riwayat penyakit menular seksual
TOT PMTCT Komprehensif
Modul 4 Slide 67

Anda mungkin juga menyukai