Anda di halaman 1dari 19

KARSINOMA

NASOFARING

HABI SEPTIATI MUSIN / K1A1 14 090


SUTRISNO/ K1A1 11 040

PEMBIMBING :
dr. DAUD RANTETASAK, Sp.THT-KL
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA
& LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN
Pendahuluan

E2
ID
SL
Kasinoma nasofaring  merupakan
tumor ganas daerah kepala dan
leher yang terbanyak ditemukan di
indonesia. Hampir 60% tumor
ganas kepala dan leher merupakan
karsinoma nasofaring, kemudian Karsinoma nasofaring disebabkan
diikuti oleh tumor ganas hidung dan oleh multifaktor. Sampai sekarang
sinus paranasal (18%), laring (16%) penyebab pastinya belum jelas
dan tumor ganas rongga mulut,
tonsil, hipofaring dalam presentase
rendah.

Penggolongan yang paling umum digunakan

t
oin
WHO dan histopathologi, yang membagi

rP
we
tumor ini ke dalam tiga jenis: squamous cell

Po
carcinoma (type 1), nonkeratinizing

of
er
carcinoma (type 2), and undifferentiated

ow
carcinoma (type 3)

eP
Th
Anatomi

E3
ID
SL
Apa itu
Definisi

E4
KARSINOMA
NASOFARING

ID
SL
Karsinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas yang
terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung menginfiltasi
jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis

Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku


di atas, belakang, dan lateral yang secara anatomi termasuk
bagian faring.

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang

t
oin
rP
tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fossa

we
Po
Rossenmuller.

of
er
ow
eP
Th
EPIDEMOLOGI

E5
Karsinoma nasofaring berada di
urutan pertama, yaitu 28%, dari

ID
Terdapat sekitar 86.691 kasus seluruh kanker kepala leher di

SL baru yang terdiagnosis di bagian THT-KL


Indonesia,mencapai 5,6 per 100.000
IARC seluruh dunia
penduduk/ tahun, di mana
, 2012 prevalensi tertinggi pada dekade 4-
5 dengan perbandingan laki-laki
dan perempuan adalah 2,3:1

2007
Insidens yang tinggi dijumpai di GLOBOC
Cina bagian selatan (termasuk AN, 2012
Hongkong). Di kota Zhongshan di
provinsi Guangdong, Cina Selatan,
memiliki prevalensi tertinggi di
dunia, yaitu sebesar 28,3 % kasus
per 100.000 penduduk laki-laki per
tahun
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

E6
ID
SL
Jenis kelamin

Makanan Ras
diawetkan

ETIOLOGI
Virus epstein- DAN FAKTOR Umur
barr
RESIKO

Riwayat keluarga Merokok


PATOMEKANISME

E7
ID
Sel yang terinfeksi

SL
EBV masuk ke
Virus bereplikasi bisa mati atau
DNA limf B
transformasi jadi
bentuk ganas

Virus
Menjadi laten Berikatan dg
Epstein- dalam limfosit B reseptor virus
barr
Terjadi di Kel EBV menginfeksi
saliva dan limf B limf B

Virus bereplikasi
Sitokrom p450
2E1
Karsinoma
Genetik Nasofaring
-Nitrosodimethyamine
(NDMA),
-Nitrosodimethyamine
-(NDMA)
N-nitrospurrolidene
Makanan (NPYR)
-N-nitrospurrolidene (NPYR)
--Nitrospiperidine
Nitrospiperidine (NPIP)
Faktor (NPIP )

lingkungan
Merokok Formaldehide
DIAGNOSIS

E8
Cranial :
• Sakit kepala terus-

ID
menerus
SL
Telinga :
• Tinnitus • Sindrom Jugular
• Penurunan pendengaran Jackson
(N. IX, X, XI, XII) :
Anamnesis • Otalgia
Parese lidah, palatum,
faring/laring,
gangguan menelan.
Hidung :
Telinga afoni
• Pilek
• Trismus (N. V)
Dini • Gangguan penghidu
Hidung • Epistaksis berulang
Gejala
Klinis Mata
Mata :
• Diplopia (N. III dan IX)
Lanjut Tumor Tumor : • Ptosis (N. IV)
Pembesaran kelenjar

t
oin
Cranial limfe pada leher

rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
DIAGNOSIS

E9
Status generalisata/lokalis

ID
SL

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Nasofaring :
1. Rinoskopi anterior : Fenomena
Palatum mole(-)

t
oin
2. Rinoskopi posterior

rP
we
3. Nasoendoskopi

Po
of
er
ow
eP
Th
0
DIAGNOSIS

E1
ID
SL Pemeriksaan serologi :
• IgA VCA
• IgA EA

Pemeriksaan Pemeriksaan Histopatologi :


Penunjang • Biopsi melalui hidung(Blind biopsy)
• Biopsi melalui mulut

Pemeriksaan Radiologi :

t
oin
• Foto polos

rP
we
• CT-Scan

Po
• MRI

of
er
• USG abdomen

ow
eP
• Foto thorax

Th
1
DIAGNOSIS

E1
ID
CT scan aksial menunjukkan karsinoma
SL nasofaring stadium awal, terdapat
penebalan fossa Rossenmuler kiri

CT-Scan

Panah putih menunjukkan karsinoma


nasofaring dan terdorongnya ke rongga
hidung kanan

MRI

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
2
KLASIFIKASI

E1
ID
SL

Secara histologis, WHO membagi klasifikasi karsinoma nasofaring


atas 3 tipe :
Tipe 1, keratinizing squamous cell carcinoma
Tipe 2, differentiated non keratinizing carcinoma
Tipe 3, undifferentiated carcinoma

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
3
KLASIFIKASI

E1
ID
SL Stadium karsinoma nasofaring berdasarkan UICC 2002:

T : tumor primer (ukuran)


Tx: tumor primer tidak dapat dinilai
T0: tidak terdapat tampak tumor
T1: Tumor terbatas pada nasofaring
T2: Tumor dengan perluasan ke parafaring
T2a : Perluasan tumor ke orofaring dan/ atau rongga hidung
tanpa perluasan ke parafaring
T2b : Disertai perluasan ke parafaring
T3: Tumor menginvasi struktur tulang dan/ atau sinus paranasal
T4: Tumor dengan perluasan intrakarnial dan/ atau terdapat
keterlibatan saraf cranial, fossa infratemporal, hipofaring,
orbita, atau ruang mastikator
4
KLASIFIKASI

E1
ID
N : Pembesaran kelenjar getah bening regional
SL N : Pembesaran kelenjar getah bening regional .
Nx : Pembesaran Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai.
No : Tidak ada pembesaran.
N1 : Metastase kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar
kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula.
N2 : Metastase kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar
kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula.
N3 : Metastase kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar
dari 6 cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikula.
N3a : ukuran lebih dari 6 cm.
N3b : di dalam fossa supraklavikula.
M : Metastasis jauh
Mx : Metastasis jauh tidak dapat dinilai
Mo : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
5
KLASIFIKASI

E1
ID
Penentuan staging secara keseluruhan
SL
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0,N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a,T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IVa T4 N0,N1,N2 M0
Stadium IVb Semua T N3 M0
Stadium IVc Semua T semua N M1
6
E1
Penatalaksanaan

ID
SL

Radioterapi Nutrisi dan


Kemoterapi Pembedahan
Rehabilitas Medik

Stadium I : Radioterapi
Stadium II & III : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N<6 cm : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N>6cm : Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan
kemoradiasi
7
DIAGNOSIS BANDING

E1
ID
SL

1. Hiperplasia Adenoid
2. Tumor Sinus Sphenoidalis
3. Tumor Kelenjar Parotis
4. Meningioma Basis Cranii

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
8
Prognosis

E1
ID
SL

Prognosis pasien dengan karsinoma nasofaring


stadium awal, yaitu stadium I dan II, mempunyai
prognosis lebih baik dibandingkan stadium lanjut,
yaitu stadium III dan IV. Angka harapan hidup 5 tahun
pada stadium I, II, III, dan IV didapatkan sekitar 72%,
64%, 62%, dan 38%.

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
Thank You

Anda mungkin juga menyukai