Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SIKAP DAN TINDAKAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS

OLEH :
AISYAH AMALYAH PUTRI, S.Kep
21218001

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan individu (remaja) berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulang
kembali. Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang
kurang baik diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada
perkembangan fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya
secara fisik, maupun secara psikis.
Seks bebas adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan
dalam bentuk tingkah laku. Tingkah ini beraneka ragam, mulai dari saling tertarik dengan
lawan jenis, lalu berkecan, bercumbu dan diakhiri dengan dampak yang tidak baik, lalu
akhirnya dampak tersebut akan timbul baik bagi lingkungan, sosial, maupun pribadi
terutama sangat berdampak pada psikologis. Jika lingkungan psikologis terganggu maka
sosial pun akan berubah.
Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya
berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Pada kondisi ini remaja sangat labil
karena mereka masih mencari jati dirinya. Dimana mereka beringinan dirinya dianggap gaul
dan dewasa dengan menirukan orang lain. Apabila mereka tidak didukung pendidikan orang
tua dan agama yang kuat akan terjerumus ke hal-hal yang merugikan banyak pihak, terutama
dirinya sendiri (Soetjiningsih, 2012)
Masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan pada remaja semakin meningkat
menjadi masalah. Masih derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan
seksual remaja terutama di daerah perkotaan yang mendorong remaja melakukan hubungan
seksual pranikah. Dimana pada akhirnya remaja mendapat ancaman bahaya dalam
melakukan hubungan seks bebas sehingga memberikan konflik bagi mereka seperti : putus
sekolah, psikologis terganggu, tekanan ekonomi, dan masalah dengan keluarga serta
masyarakat sekitarnya dan para remaja putri menjadi hamil di luar nikah (Manuaba, 2010).
Data BKBN, 2010 mencatat sebanyak 51 persen remaja di Jabodetabek telah
melakukan hubungan layaknya suami istri. Selain Jabodetabek, data yang sama juga
diperoleh di wilayah lain seperti Surabaya di mana remaja perempuan lajang yang

1
kegadisannya sudah hilang mencapai 54%, di Medan 52%, Bandung 47%, dan Yogyakarta
37%. Bahkan hasil survey Komisi Perlindungan Anak / KPA terhadap 4.500 remaja
mengungkap, 97% remaja pernah menonton atau mengakses pornografi dan 93% pernah
berciuman bibir. Survei yang dilakukan di 12 kota besar belum lama ini, juga menunjukkan
62,7% responden pernah berhubungan badan dan 21 % di antaranya telah melakukan aborsi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah penelitian yang
berjudul “Sikap Dan Tindakan Remaja Tentang Seks Bebas”
1. Faktor Terjadinya seks bebas,
2. Dampak yang terjadi akibat seks bebas,
3. Bagaimana peran orang tua, guru dan lingkungan sehingga anak melakukan
kenakalan remaja (seks bebas),
4. Cara penanggulangan seks bebas.

C. TUJUAN
Mengetahui penyebab kenakalan remaja pada seks bebas dan gejala-gejala yang dapat
memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja serta untuk memahami hal-
hal yang perlu diperhatikan untuk menanggulangi seks bebas.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

Masyarakat berpendapat bahwa perlu adanya pengaturan penyelenggaraan hubungan


seks. Sebab, dorongan seks itu begitu besar pengaruhnya terhadap manusia seperti nyala api
yang berkobar. Api itu bisa bermanfaat bagi manusia, akan tetapi dapat menghancurkan
peradaban manusiawi. Demikian pula dengan seks, bisa membangun kepribadian seseorang,
akan tetapi juga bisa menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan. (Kartini Kartono,1981:22)
Variasi dari pengaturan dari penyelenggaraan seks bisa kita lihat pada tradisi-tradisi
seksual pada bangsa-bangsa primitif di bagian-bagian dunia. Dengan semakin pesatnya
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi terjadilah banyak perubahan
sosial yang serba cepat pada hampir semua kebudayaan manusia. Perubahan sosial tersebut
mempengaruhi kebiasaan hidup manusia, sekaligus juga mempengaruhi pola-pola seks yang
konvensional. Maka pelaksanaan seks itu banyak dipengaruhi oleh penyebab dari perubahan
sosial, antara lain oleh : urbanisasi, mekanisasi, alat kontrasepsi lamanya pendidikan,
demokratisasi fungsi wanita dalam masyarakat, dan modernisasi. Sebagai efek samping yang
ditimbulkan ada kalanya terjadi proses keluar dari jalur dari pola-pola seks, yaitu keluar dari
jalur-jalur konvensional kebudayaan. Pola seks dibuat menjadi hyper modern dan radikal,
sehingga bertentangan dengan system regulasi seks yang konvensional, menjadi seks bebas.
Sedangkan pengertian dari seks bebas itu sendiri adalah hubungan seksual yang dilakukan pra
nikah (tanpa menikah), Sering berganti pasangan.
Banyak faktor-faktor yang membuat remaja memasuki dunia pergaulan yang rusak.
Biasanya hal ini berawal dari mereka berteman dengan teman yang membawa dampak buruk,
karena masa remaja itu masa dimana keadaan psikis remaja bisa mudah terpengaruh. Ada faktor
yang berasal dari keluarga, karena kurangnya perhatian dari keluarga membuat anak menjadi
royal dalam pergaulan. Faktor terpenting yang membuat remaja mudah terjerumus dipergaulan
bebas karena kurangnya agama yang membentengi pikiran dan jiwa anak. Oleh karena itu,
pendidikan dasar agama pada anak sangat diperlukan dalam kehidupan si anak. Berhasil atau
tidak berhasilnya anak, kembali lagi pada peran keluarga dalam memberikan pendidikan agama
dan pada diri anak sendiri.

3
A. FAKTOR TERJADINYA SEKS BEBAS
Faktor penyebab seks bebas yang dialami remaja dapat dikategorikan menjadi 2 faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal:
1. Faktor Internal
Faktor internal atau lebih lazimnya dari dalam diri seseorang remaja itu. Keinginan
untuk dimengerti lebih dari orang lain bisa menjadi penyebab remaja melakukan
tindakan penyimpangan, sikap yang terlalu merendahkan diri sendiri atau selalu
meninggikan diri sendiri, jikalau terlalu merendahkan diri sendiri orang remaja lebih
mencari jalan pintas untuk menyelesaikan sesuatu dia beranggapan jika saya tidak
begini saya bisa dianggap orang lain tidak gaul, tidak mengikuti perkembangan
zaman.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal / faktor dari luar pribadi seseorang remaja. Faktor paling terbesar
memberi terjadinya prilaku menyimpang seseorang remaja yaitu lingkungan dan
sahabat. Seseorang sahabat yang sering berkumpul bersama dalam satu geng, otomatis
dia akan tertular oleh sikap dan sifat kawannya tersebut. Kasih sayang dan perhatian
orang tua tidak sepenuhnya tercurahkan, membuat seorang anak tidak betah berada di
dalam rumah tersebut, mereka lebih senang untuk berada di luar bersama kawan-
kawannya. Apalagi keluarga yang kurang harmonis dan kurangnya komunikasi dengan
orang tua dapat menyebabkan seorang anak melakukan penyimpangan sosial serta
seks bebas yang melanggar nilai-nilai dan norma sosial. Apabila ayah dan ibu mereka
yang memiliki kesibukan di luar rumah akan membuat anak-anak remaja semakin
menjadi-jadi, sehingga mereka merasa tidak diperdulikan lagi.
Selain faktor internal dan eksternal di atas, ada juga faktor lain yang secara umum
dapat menyebabkan terjadinya seks bebas:
1. Pergaulan
Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar terhadap perilaku kita. Maka jika
seseorang mempunyai lingkungan pergaulan dari kalangan teman-teman yang
suka melakukan seks bebas, maka dia juga bisa terpengaruh dan akhirnya ikut
melakukan seks bebas.

5
2.
Jika seseorang berulang kali mengakses materi pornografi, maka ini bisa mendorong terjadinya
perilaku seks bebas.
Pengaruh obat/narkoba dan alcohol
Seseorang yang bebas dari pengaruh narkoba dan alkohol bisa berfikir jernih dan ini
mencegah dia melakukan perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba
dan alkohol, maka pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa mendorong terjadinya
perilaku seks bebas.
Kualitas hubungan suami-isteri (buat yang sudah menikah).
Jika ada masalah dalam hubungan suami-isteri, maka ini bisa mendorong yang
bersangkutan melakukan hubungan seks bebas.

B. DAMPAK YANG TERJADI AKBAT SEKS BEBAS


Ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks di kalangan remaja yaitu
kehamilan dan penyakit menular seksual. Seperti kita ketahui bahwa banyak dampak
buruk dari seks bebas dan cenderung bersifat negatif seperti halnya, kumpul kebo, seks
bebas dapat berakibat fatal bagi kesehatan kita. Tidak kurang dari belasan ribu remaja
yang sudah terjerumus dalam seks bebas. Para remaja seks bebas cenderung akibat
kurang ekonomi.
Seks bebas dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan luar dan salah pilihnya
seseorang terhadap lingkungan tempatnya bergaul. Saat-saat ini di kota besar sering
terjadi razia di tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik dan tempat berkumpul para
remaja lainnya dan yang paling sering tertangkap adalah anak-anak remaja. Seks bebas
sangat berdampak buruk bagi para remaja, dampak dari seks bebas adalah hamil di luar
nikah, aborsi, dapat mencorengkan nama baik orang tua, diri sendiri, guru serta nama
baik sekolah. Padahal seks bebas bukanlah segalanya, dimana mereka hanya mendapat
kenikmatan semata, sedang mereka tidak memikirkan akibat yang harus mereka tanggung
seumur hidup. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi remaja yang terjerumus di dalam seks
bebas. Bayangkan saja jika seluruh remaja ada di Indonesia terjerumus dalam seks bebas,
apa jadinya nasib bangsa kita ini jika remaja yang ada

5
tidak memiliki kemampuan berfikir dan fisik yang baik, tentunya pembangunan tidak
akan berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas:
a) Menciptakan kenangan buruk. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah
atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut.
Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental yang
berat.
b) Mengakibatkan kehamilan. Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan
bila dilakukan pada masa subur. kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban
mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan
kesusahan dan malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya.
c) Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi. Aborsi merupakan tindakan
medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan
Kanker Rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat
mengakibatkan kematian.
d) Penyebaran Penyakit. Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan
keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan.
Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang
yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui
hubungan seks adalah virus HIV.
e) Timbul rasa ketagihan.
f) Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak
pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering
disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan.

6
Bahaya kehamilan pada remaja:
1. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan
karena jiwa dan fisiknya belum siap.
3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena
terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis
(dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali
indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan
kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang
mengantar dapat dihukum.
7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan
saat ia dewasa.

D. BAGAIMANA PERANAN ORANG TUA, GURU DAN LINGKUNGAN


SEHINGGA ANAK MELAKUKAN KENAKALAN REMAJA (seks bebas)
Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya
tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si
anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan
pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja
ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang
sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan,
ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja
mencontoh pola kenakalan para orang tua.
Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak
hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah
tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita
untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para
remaja sebagai

7
generasi penerus yang berkualitas. Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi
saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung
setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang.
Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika
terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan.
Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah
berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah mengatakan
guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru melakukan itu
berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan pola kenakalan
remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan.
Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan
Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di
bentuk. diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah,
pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat
mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan
menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama,
tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua
tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi
perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja.
Terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk
pola perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat,
orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar.

E. CARA PENGGULANGAN SEKS BEBAS


Seperti yang telah kita bahas di atas bahwa sesungguhnya memang kurang kesadaran baik dari
remaja itu sendiri maupun orang tua. Hendaklah orang tua memperhatikan anak-anaknya tetapi
orang tua jangan terlalu mamanjakan anak mereka, karena bisa mengakibatkan dampak buruk
baginya karena dia sudah terbiasa dengan hal-hal yang enak-enak. Tetapi orang tua juga harus
memperhatikan anak-anaknya dengan mengarahkan ke hal-hal yang positif dengan cara
mendukung bakat yang dimiliki oleh anak tersebut, agar dapat berguna dan berkembang. Tetapi
seorang anak juga jangan terlalu egois dalam memaksakan kehendak.

8
Bagi para lembaga sosial harus bisa merangkul para remaja untuk masuk dalam suatu organisasi
dengan mengikuti berbagai kegiatan, dengan begitu seorang remaja akan terarah pikirannya
dengan baik. Mendukung segala bakat-bakat anak remaja agar mereka tidak melakukan hal-hal
yang menyimpang. Tidak terlalu memaksakan seorang dalam berbagai tindakan karena akan
membuat tempramen seorang anak suka emosional. Didiklah anak-anak dengan cara yang lambat
agar mereka tidak selalu membangkan segala suruhan atau perintah para orang tua.

F. Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga


Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks
bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak
sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar
ia mulai dapat memberikan mana cirri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga
diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi
lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.
a. Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan
kepada anak-anak mereka.
b. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan
anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
c. Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di
ruang yang sama.
d. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan
kata-kata yang sopan.
e. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman
yang baik.
f. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan
mereka dengan berbagai aktivitas.
g. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu
merupakan sesuata yang paling berharga.
h. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.
Digunakan upaya pencegahan atau penangkalan perilaku menyimpang dan upaya
kuratif yaitu pengobatan dan penyembuhan. Agar perilaku seks bebas pada remaja

9
dapat ditekan seminim mungkin, perlu dilakukan pencegahan yang baik dari lingkup
keluarga, pemerintah dan masyarakat. Adanya komunikasi yang efektif di dalam
keluarga antara orang tua dan anak mengenai pemahaman nilai-nilai moral dan etika
sekaligus memberikan pengertian mangenai pendidikan seks kepada anak-anaknya
sesuai dengan tingkat umurnya.

9
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang
dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja.
P e r i l a k u tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang -orang dewasa
yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

B. SARAN
1. Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di
Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja dalam seks bebas.
2. Perlunya penanaman nilai moral, pendidikan dan nilai religious pada diri seorang remaja.

11
DAFTAR PUSTAKA

Auslander, B.A., Perfect, M.M., Succop, P.A., & Rosenthal, S.L. (2007). Perceptions of sexual
assertiveness among adolescent girls: Initiation, refusal, and use of protective behaviors.
Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology, 20, 157-162. Falah, P.N. (2009).
Hubungan antara
Perilaku asertif dengan perilaku seksual remaja putri. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fensterheim, H., & Baer, J.
(1991). Jangan bilang “YA” bila anda akan mengatakan “TIDAK”. Jakarta: Gunung Jati.
Hidayana, I.M. (2004). Seksualitas:
Teori dan realitas. Depok: Program Gender dan Seksualitas FISIP UI. Jackubowski, P., & Lange,
A. J. (1978). Responsible assertive behavior, cognitive behavioral procedures training.
Illionis: Research
Press. Kennedy, B.R. (2011). Promoting African American women and sexual assertiveness in
reducing HIV/AIDS: An analytical review of the research literature. Journal of Cultural
Diversity, 18, 142-149. Rahardjo, W. (2008).
Perilaku seks pranikah pada mahasiswa pria: Kaitannya dengan sikap terhadap tipe cinta eros
dan ludus, dan fantasi erotis. Indigenous, 10, 3-18. Rickert, V.I., Sanghvi, R., & Wiemann,
C.M. (2002). Is lack of sexual assertiveness among adolescent and young adult women a
cause of concern?
Perspective on Sexual and Reproductive Health, 34, 178-183. Sarwono, S.W. (2000). Psikologi
Remaja, Edisi 1. Jakarta: Rajawali Press. Schry, A.R., & White, S.W. (2013). Sexual
assertiveness mediates the effect of social interaction anxiety on sexual victimization risk
among college women. Behavior Therapy, 44, 125-136.

Anda mungkin juga menyukai