Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)


A. Definisi
Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas lymphoblast
dalam sum-sum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapt bersifat
sistemik.
Leukemia lymphoblastic akut (ALL) adalah kanker darah dan sumsum tulang.
Kanker jenis ini biasanya semakin memburuk dengan cepat jika tidak segera diobati.
ALL adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Pada anak yang sehat
sum-sum tulang membuat sel-sel induk darah (sel yang belum matang) yang menjadi
sel-sel darah dewasadari waktu ke waktu. Sebuah sel induk limfoid (National Cancer
Institute, 2014).
Sebuah sel induk myeloid menjadi salah satu dari tiga jenis sel darah dewasa :
1. sel darah merah yang membawa oksigen dan zat-zat lain ke seluruh jaringan
tubuh
2. trombosit yang membentuk bekun darah untuk menghentikan perdarahan
3. sel darah putih yang melawan infeksi dan penyakit. Sebuah sel induk limfoid
menjadi sel lymphoblast dan kemudian salah satu dari tiga jenis limfosit (sel
darah putih)
4. limfosit B yang membuat antibody untuk membantu melawan infeki
5. limfosit T yangm membantu limfosit B membuat antibody yang membantu
melawan infeksi
6. sel pembunuh alami yang menyerang sel-sel kanker dan virus.
Pada anak dengan ALL, terlalu banyak sel-sel induk menjadi lymphoblast,
limfosit B atau limfosit T. sel-sel ini adalah sel kanker (leukemia). Sel-sel leukemia
tidak bekerja seperti limfosit normal dan tidak mampu melawan infeksi dengan baik.
Juga karena jumlah sel-sel leukemia meningkat dalam darah dan sum- sum tulang, ada
sedikit ruang untk sel-sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit. Hal ini dapat
menyebabkan infeksi, anemia, dan mudah berdarah.
B. Etiologi
Penyebab ALL sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan karena virus
(virus onkogenik) dan factor lain yang mungkin berperan yaitu :
Factor eksogen :
1. terpapar sinar-X, dan sinar radioaktif
2. hormon
3. bahan kimia seperti : bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti
neoplastic agent.
4. Factor endogen :
5. Ras
6. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan sindrom down
7. Herediter (kaka beradik atau kembar satu telur)
C. Patofisiologi
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur/ abnormal dalam jumlah yang
berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sum-sum tulang
dan menggantikan unsure-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam
sum-sum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat,
D. Tanda Gejala
Demam, mudah memar atau perdaraha, petechiae ( datar, menetntukan, bintik-
bintik gelap-merah dibawah kulit yang disebabkan oleh perdarahan), tulang atau nyeri
sendi, benjolan tidak nyeri pada leher, ketiak, perut atau selangkangan. Nyeri atau rasa
penuh dibawah tulang rusuk, kelemahan, merasa lelah, atau pucat, kehilangan nafsu
makan akibatnya terjadi penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan trombosit.
Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati, limpa,
limfodenopati, sakit kepala, muntah dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan
jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah
terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll).
Adanya sel kanker juga mempengaruhi system retikuloendetelial yang dapat
menyebabkan gangguan system pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi.
Adanya sel kanker juga mengganggu metabolism sehingga sel kekurangan makanan.
Klasifikasi ALL sebagai berikut :
Secara morfologis menurut FAB (French, British, an Amerika), ALL dibagi
menjadi 3 :
1. L1 : ALL dengan sel limfoblast kecil-kecil dan merupakan 84% dari ALL,
biasanya ditemukan pada anak-anak.
2. L2 : sel lebih besar, inti regular, kromatin bergumpal, nucleoli prominen dan
cytoplasma agak banyak, merupakan 14% dari ALL biasanya terjadi pada
orang dewasa.
3. L3 : ALL mirip dengan limforma burkit, yaitu sitoplasma basofil dengan
banyak vakuola,hanya merupakan 1% dari ALL Secara imunofenotipe ALL
dapat dibagi menjadi empat golongan besar yaitu sebagai berikut :
4. Common ALL, frekuensi relative pada anak-anak 76% dan dewasa 51%
5. Null ALL, frekuensi relative pada anak-anak 12% dan dewasa 38%
6. T-ALL, frekuensi re;atif pada anak-anak 12% dan dewasa 10%
7. B-ALL frekuensi relative pada anak-anak 1% dan dewasa 2%.

E. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan darah tepi, hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. ditemukan sel muda limfoblast
2. leukositosis (60%)
3. jumlah leukosit neutrofil sering kali rendah
4. kadar hemoglobin dan trombosit rendah
5. pemeriksaan sum-sum tulang, biasanya menunjukkan sel blast yang
dominan.
6. Biopsi hati, limpa, ginjsl, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel
kanker ke organ tersebut
7. Sitogenik : 50 60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
8. kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a) dan
hiperloid (2n+a)
9. bertambah atau hilangnya bagian kromosom
10. terdapat murker kromososm, yaitu elemen yang secara morfologis bukan
komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat kecil
F. Komplikasi
1. infeksi , komplikais ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa anak-
anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak
paling rentan terhadap infeksi berat selama tiga fase penyakit berikut :
a) pada saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses
leukemia telah menggantika leukosit normal
b) selama terapi imunosepresi
c) sesudah pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga mempredisposisi
pertumbuhan mikroorganisme yang resisten.
2. perdarahan
sebelum penggunaan terapi tranfusi trombosit, perdarahan merupakan
penyebab kematian yang utama pada pasien leukemia. Kini sebagian besar
episode perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan pemberian
konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit.

3. Anemia
Pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat penggantian total
sumsum tulang oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi, tranfusi darah
mungkin diperlukan. Tindakan kewaspadaan yang biasa dilakukan dalam
perawatan anak yang menderita anemia harus dilaksanakan.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi :
1. tranfusi darah, biasanya dilakukan jika kadar Hb -6g %. Pada
troombositopenia yang berat dan perdarahan massif. Dapat diberikan
tranfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
2. Kortikostioid, (prednisone, kortison, deksametason) setelah dicapai remisi
dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan
3. itostatika, selain sitostatika yang lama (6-merkatopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih
poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan
berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam
kombinasi bersama-sama dengan prednisone.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat dikamar yang suci
hama)
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru
Proliferasi sel kanker

Pathway Accut Limfoblastik Leukimia (ALL)


Sel Kanker Bersaing Dgn Sel Normal
dalam mendapatkan nutrisi

Infiltrasi

Sel Normal Digantikan Dngn Sel Kanker

Depresi Sum-Sum Tulang Sel Kekurangan Makanan Infiltrasi SSP

Eritrosit Leukosit F Pembekuan Darah Perubahan Metabolism Tubuh Infiltrsi Ekstra Medular

Anemia Perdarahan Anoreksia,Mual,Muntah Pembesaran Limfe,lver,tlg


Resiko infeksi

Resiko Ketidakseimbangan

Intoleransi kekurangan nutrisi < dari Tulang Mengecil


volume cairan kebutuhan tubuh
aktivitas

Nyeri
H. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian factor predisposisi


a) Riwayat keperawatan
b) keluhan utama
c) riwayat penyakit sekarang
d) riwayat penyakit dahulu
e) riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan fisik : data focus
a) keadaan umum
b) kulit
c) kepala dan leher
d) mata dan penglihatan
e) hidung dan penciuman
f) telinga dan mulut
g) dada dan abdomen
h) genitalia
i) ekstremitas
3. Pemeriksaan penunjang
a) pemeriksaan darah tepi
b) pemeriksaan sum-sum tulang
c) biopsi hati
d) sitogenik

4. Diagnosa keperwatan yang mungkin muncul


a) Diagnose 1 : Intoleransi aktifitas b.d kelemahan akibat anemia
Ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikanaktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
Batasan karakteristik
Subjektif :
Iketidaknyamanan atau dispnea saat beraktifitas
melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Objektif :
frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon
terhadap aktifitas
perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
Faktor yang berhubungan
tirah baring dan imobilitas
kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
gaya hidup kurang gerak
b) Diagnose 2 : risiko infeksi b.d menurunnya system pertahanan tubuh
Definisi Beresiko terhadap invasi organism patogen
Faktor risiko
penyakit kronis
penekanan system imun
ketidakadekuatan imunitas dapatan
pertahanan primer tidak adekuat
pertahanan lapis kedua yang tidak memadai
peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen
pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan pathogen
prosedur invasive
malnutrisi
agens farmasi
pecah ketuban
kerusakan jaringan
trauma
Faktor yang berhubungan
Perencanaan
c) Diagnose 3 : Intoleransi aktifitas b.d kelemahan akibat anemia
Tujuan dan criteria hasil
Terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi keperawatan dan rasional
evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi kala aktifitas
sehari-hari
R : menetukan derajat dan efek ketidakmampuan
berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
R : menghemat energy untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
R : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
R : memaksimalkan sediaan energy untuk tugas perawatan diri.
d) Diagnose 2 : resiko infeksi b.d menurunnya system pertahanan tubuh
Tujuan dan criteria hasil
Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi keperawatan dan rasional
pantau suhu dengan teliti
R:untuk mendeteksi kemungkinan terjadi infeksi
tempatkan anak dalam ruangan khusus
R : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan tekhnik cuci tangan
dengan baik
R : untuk meminimalkan pajanan pada organisme inefektif
gunakan tekhnik aseptic yang cermat untuk semua prosedur
R : mencegah kontaminasi silang/ menurunkan risiko infeksi
evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
R : untuk intervensi dini penanganan infeksi II.3.4.6inspeksi membrane mukosa mulut
R : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
berikan periode istirahat tanpa gangguan
R : menambah energy untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
berikan antibiotic sesuai ketentuan
R : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
Daftar Pustaka
Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta :
EGC.
Jakarta:Media Aesculapios.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III (Revisi) Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Wong, donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatriks, Vol 2.

Anda mungkin juga menyukai