Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PELAKSANAAN UUD 1945 SETELAH MASA REFORMASI


Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Pancasila

Dosen Pengampu:

ROMLI M.Pd.

Disusun Oleh:

Nur Aziz

Noorsarmila

Reni Oktaviani (1904032013)

JURUSAN BIMBINGAN PENYUHAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN,ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)METRO LAMPUNG
T.A.1441 H/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Pengertian Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber
Hukum” meskipun dengan sangat sederhana, Harapan kami semoga makalah yang
telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman
bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi.Sebagai penulis, kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang
terkandung di dalamnya.
Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap kepada para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini.
Terima Kasih.

Metro, 19 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Masa Reformasi


B. Amandemen I, II, III, DAN IV UUD 1945
C. Perubahan Ketatanegaraan NKRI Setelah Amandemen UUD 1945

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-Undang Dasar 1945 merupakan keseluruhan naskah yang
terdiri dari Pembukaan dan Pasal-pasal. Pembukaan terdiri dari 4 Alinea.
Pasal-pasal terdiri dari 16 Bab, Bab I sampai dengan Bab XVI, pasal 1
sampai dengan pasal 37. Setelah amandemen IV, UUD 1945 terdiri dari 20
Bab, Bab I sampai dengan Bab XVI (Bab IV dihapus), dan 72 pasal, Pasal 1
sampai dengan Pasal 37, ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2
pasal Aturan Tambahan.
Pembukaan dan Pasal-pasal merupakan satu kesatuan. Disamping hukum
dasar tertulis, di Negara Indonesia juga berlaku hukum dasar yang tidak
tertulis, yaitu konvensi sebagai kebiasaan yang hidup dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan kenegaraan.
Sebagai hukum dasar tertulis UUD 1945 mengikat: Pemerintah, Lembaga
Negara, Lembaga Masyarakat, setiap Warga Negara Indonesia, dan setiap
Penduduk yang berada di Wilayah Negara Republik Indonesia.
UUD 1945 bukan hukum biasa melainkan hukum dasar yang merupakan
sumber hukum yang tertinggi, sehingga seluruh hukum yang berlaku tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945 terbentuk melalui sejarah
yang amat panjang melalui pasang surutnya kejayaan bangsa dan masa-masa
penderitaan penjajahan, dan masa-masa perjuangan untuk merdeka,
menentukan sendiri hidup dan masa depannya.
UUD 1945 untuk pertama kalinya diberlakukan pada tanggal 18 Agustus
1945, naskahnya pertama kali dimuat secara resmi dalam Berita Negara yaitu
Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 tanggal 15 Februari 1946.

Sebagai warga negara Republik Indonesia, Anda perlu mengetahui apakah


yang dimaksud dengan UUD 1945, bagaimana fungsi dan kedudukannya
dalam Tata Hukum Negara Republik Indonesia, dan perlu juga mengetahui
bagaimana terjadinya (pembentukannya) serta keterangan suasana pada waktu
UUD 1945 itu dibuat.

B. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, Kami akan merumuskan masalah antara lain
A. Bagaimana Latar Belakang Lahirnya Masa Reformasi?
B. Amandemen I, II, III, DAN IV UUD 1945?
C. Bagaimana Perubahan Ketatanegaraan NKRI Setelah Amandemen UUD
1945?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Reformasi di Indonesia

Reformasi di Indonesia terjadi pada tahun 1998, dimana pada saat itu
pemerintahan Orde Baru dijatuhkan oleh gerakan reformasi dari berbagai
elemen masyarakat. Reformasi yang terjadi di Indonesia tersebut
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu; krisis politik, ekonomi, hukum,
sosial, dan krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Seluruh kegiatan ekonomi maupun infrastruktur yang dilakukan pada


masa Orde Baru tidak diimbangi dengan pembentukan mental para
pelaksana pemerintahan sehingga mengakibatkan banyak terjadi
penyelewengan, KKN, penyimpangan, dan sikap otoriter. Mengacu pada
pengertian reformasi di atas, berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai
latar belakang reformasi di Indonesia.

1. Krisis Politik

Secara hukum, kedaulatan rakyat dilakukan oleh MPR. Namun pada


kenyataannya anggota MPR sudah diatur dan direkayasa dimana sebagian
besar anggota MPR diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (Nepotisme).

Selain itu, penyelenggaraan negara pada masa Orde Baru berjalan secara
tidak transparan, dimana banyak terjadi pembredelan terhadap media massa
yang berseberangan dengan pemerintah sehingga aspirasi rakyat tidak
tersalurkan. Hal tersebut menimbulkan ketidakpercayaan rakyat pada
pemerintah Orde Baru sehingga muncullah kaum reformis.

2. Krisis Ekonomi
Pada masa itu krisis moneter terjadi di negara-negara Asia Tenggara
yang mempengaruhi perekonomian Indonesia. Indonesia mengalami
pelemahan nilai mata uang Rupiah yang sangat drastis, utang-utang negara
dan swasta, serta peyimpangan yang terjadi pada sistem ekonomi dimana
para konglomerat menguasai bidang-bidang ekonomi dengan cara
monopoli, oligopoli, korupsi, dan kolusi.

3. Krisis Hukum

Di jaman Orde Baru juga banyak terjadi penyimpangan hukum. Beberapa


diantaranya;

 Hukum dijadikan alat pembenaran atas kebijakan dan tindakan


pemerintah.
 Banyak terjadi rekayasa proses peradilan bila menyangkut penguasa,
keluarga, dan kerabatnya.
 Kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif sehingga cenderung
melayani kehendak penguasa.

4. Krisis Sosial

Selama Orde Baru, masyarakat Indonesia terbagi dalam dua kelas, yaitu;

 Kaum elit, yaitu elit politik dan para pengusaha keturunan Tionghoa
yang dekat dengan pemerintahan Orde Baru atau keluarga Cendana.
 Rakyat kecil, yaitu masyarakat biasa yang bukan kerabat atau kenalan
keluarga Cendana. Kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di
Indonesia menyebabkan kecemburuan, sehingga menimbulkan
kerusuhan dan penjarahan.

5. Krisis Kepercayaan Terhadap Pemerintah


Puncaknya, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak percaya lagi
pada pemerintahan Orde Baru. Hal ini kemudian menimbulkan banyak
demonstrasi dan kerusuhan yang meminta agar pemerintah Orde Baru turun.

Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 merupakan puncaknya, dimana 4


mahasiswa tertembak mati karena melakukan demonstrasi. Peristiwa tersebut
kemudian menyulut lebih banyak kerusuhan dan penjarahan sampai akhirnya
Presiden Soeharta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.

B. Amandemen I, II, III, DAN IV UUD 1945

Amandemen I

Sejarah Amandemen pertama terjadi pada tahun 1999 tepatnya pada tanggal
19 Oktober dimana dasar atas amandemen ini adalah SU MPR 14-21 Oktober
1999. Pada amandemen yang pertama ini dimana ada sekitar 9 pasal yang
dilakukan amandemen yaitu Pasal 5, pasal 9, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15,
Pasal 17, Pasal 20 dan Pasal 21.

Pada amandemen pertama ini dimana yang menjadi intinya adalah mengenai
pergeseran kekuasaan eksekutif dalam hal ini presiden yang dipandang atau
dianggap terlalu kuat sehingga perlu dilakukan amandemen.

Amandemen II

Adapun Sejarah amandemen yang kedua terjadi pada tahun 2000 tepatnya
pada tanggal 18 Agustus 2000 yang disahkan melalui sidang umum MPR
tanggal 7-8 Agustus 2000. Pada amandemen ke dua ini dilakukan
amandemen terhadap 5 Bab dan 25 Pasal. Dimana pasal- pasal yang
dilakukan amandemen yaitu pada Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, pada Pasal
19, Pasal 20, Pasal 20A, juga terjadi amandemen pada Pasal 22A, Pasal 22B,
Pasal 25E, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28A dan 28B,28C, 28D, 28E, 28F,28G,
28H,28I, hingga Pasal 28J.

Selain itu juga terjadi amandemen pada Pasal 30, Pasal 36A, 36B, 36C.
Selain dilakukan amandemen terhadap pasal- pasal tersebut juga terjadi
amandemen terhadap beberapa Bab seperti pada Bab IXA, Bab X, Bab XA,
juga terjadi amandemen pada Bab XII, Bab XV.

Pada amandemen yang kedua ini dimana lebih dititip beratkan perubahannnya
pada pemerintahan daerah, DPR serta mengenai kewenangan dari DPR, juga
dilihat dari segi Hak Asasi Manusia, Lagu kebangsaan serta juga mengenai
lambang negara Indonesia.

Amandemen III

Pada Sejarah amandemen yang ketiga ini dimana disahkan melalui ST MPR
tanggal 1 hingga 9 November 2001 atau tepatnya amandemen tersebut terjadi
pada tanggal 10 November 2001. Ada sebanyak 3 Bab dan juga 22 pasal yang
dilakukan amandemen pada tahap ketiga ini. Bab- bab yang dilakukan
amandemen ini yaitu Bab VIIA, Bab VIIB, dan juga Bab VIIIA.

Sedangkan pasal- pasal yang dilakukan amandemen pada tahap ketiga ini
yaitu terdiri dari Pasal 1, Pasal 3, Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 7A hingga Pasal
7C, Pasal 8, Pasal 11, Pasal 17,Pasal 22C hingga 22E, Pasal 23, Pasal 23A,
Psal 23E,23E, 23F, 23G, Pasal 24, Pasal 24 A hingga 24C.

Amandemen ketiga ini menitik beratkan perubahannya pada Kewenangan


dari MPR, Kepresidenan, kekuasaan Kehakiman, Keuangan negara,
impeachment serta juga memiliki inti perubahan pada bentuk serta kedaulatan
negara Indonesia.

Amandemen IV
Sejarah amandemen yang terakhir yaitu amandemen ke IV yang disahkan dan
juga dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2002 yang disahkan melalui ST
MPR pada tanggal 1-11 Agustus 2002. Pada amandemen yang terakhir ini
dilakukan perubahan yang lebih sedikit jika dibandingkan pada perubahan
sebelumnya dimana hanya dilakukan amandemen terhadap 2 Bab dan juga 13
Pasal saja.

Adapun Bab yang dirubah tersebut adalah berupa Bab XIII dan Bab XIV.
Sedangkan pasal- pasal yang dilakukan amandemen terdiri dari Pasal 2,Pasal
3, Pasal 6A, Pasal 8, Pasal 11, Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24, Pasal
31 hingga Pasal 34. Yang menjadi inti dari amandemen yang terakhir ini
adalah mengenai mata uang, bank sentral, pendidikan dan juga kebudayaan,
perekonomian nasional Indonesia dan juga kesejahteraan sosial.

Juga dijelaskan bahwa DPD adalah bagian dari MPR, juga dijelaskan
mengenai pengantiian presiden dan juga pernyataan perang, damai dan juga
perjanjian dengan negara lainnya.

C. Perubahan Ketatanegaraan NKRI Setelah Amandemen UUD 1945

Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada


di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD
memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 Lembaga
Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah
Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Perubahan (Amandemen) UUD 1945:

 Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas hukum [Pasal 1 ayat (3)]


dengan menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang
merdeka, penghormatan kepada hak asasi manusia serta kekuasaan yang
dijalankan atas prinsip due process of law.
 Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para pejabat
negara, seperti Hakim.
 Sistem konstitusional berdasarkan perimbangan kekuasaan (check and
balances) yaitu setiap kekuasaan dibatasi oleh Undang-undang
berdasarkan fungsi masing-masing.
 Setiap lembaga negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945.
 Menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada serta membentuk
beberapa lembaga negara baru agar sesuai dengan sistem konstitusional
dan prinsip negara berdasarkan hukum.
 Penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan maing-masing
lembaga negara disesuaikan dengan perkembangan negara demokrasi
modern.

MPR

 Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi


negara lainnya seperti Pr besiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
 Menghilangkan supremasi kewenangannya.
 Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
 Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden
dipilih secara langsung melalui pemilu).
 Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
 Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
secara langsung melalui pemilu.

DPR

 Posisi dan kewenangannya diperkuat.


 Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan
presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara
pemerintah berhak mengajukan RUU.
 Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
 Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.

DPD

 Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan


kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai
anggota MPR.
 Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.
 Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
 Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain
yang berkait dengan kepentingan daerah.

BPK

 Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.


 Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara
(APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
 Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.
 Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen
yang bersangkutan ke dalam BPK.

PRESIDEN
 Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta
memperkuat sistem pemerintahan presidensial.
 Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
 Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
 Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
 Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
 Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan
wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu,
juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

MAHKAMAH AGUNG

 Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan


yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan
[Pasal 24 ayat (1)].
 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-
undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan
Undang-undang.
 Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
 Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian,
Advokat/Pengacara dan lain-lain.

MAHKAMAH KONSTITUSI

 Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the


guardian of the constitution).
 Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa
kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik,
memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat
DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden
menurut UUD.
 Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh
Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden,
sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu
yudikatif, legislatif, dan eksekutif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik
secara konstitusional. Lahirnya reformasi di landasi dengan memburuknya
situasi dan kondisi dalam sebagian besar aspek kehidupan rakyat, dimulai
dari aspek ekonomi hingga mengobar ke aspek-aspek lainnya (politik, sosial,
hukum, dan lain-lain) sehingga rakyat berpendapat bahwa pemerintahan orde
baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari hal
tersebut, maka muncullah aksi-aksi separatis dan radikal menentang
pemerintahan orde baru yang diserukan oleh rakyat dan diobori mahasiswa
sebagai aksi penuntutan reformasi dilakukan. Dalam aksinya para reformis
menuntut akan adanya pembaruan yang termaktub dalam TRITURA. Situasi
semakin memanas dikala Hak Asasi Manusia benar-benar dianggap tidak ada,
yaitu setelah tertembaknya beberapa mahasiswa di Kampusnya akibat
penuntutan pembaruan tersebut. Kemudian sebagai upaya untuk meredakan
situasi yang brutal, maka Soeharto turun tahta dari jabatan Presiden RI pada
tanggal 21 Mei 1998. Dan sejak saat itulah era reformasi Indonesia dianggap
dimulai
B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, sudah selayaknya kita untuk
memperjuangkan kemakmuran Indonesia dan mempertahankan NKRI
seutuhnya. Baik di era orde lama dan orde baru yang telah berlalu, maupun
reformasi kita harus dapat menjawab tantangan dunia akan peningkatan
kualitas hidup bangsa dengan memaksimalkan potensi dan melakukan yang
terbaik dalam bidang masing-masing demi kemajuan Negara dan Bangsa
Indonesia. Peristiwa yang terjadi dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan
bernegara , baik kelam atupun membanggakan adalah proses menuju
pendewasaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar guna kemakmuran
hidup bukan sebagai titik perpecahan akibat segala pengalaman yang telah
terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat menghargai dan melanjutkan
perjuangan para pahlawan pendahulu dalam memakmurkan dan
mensejahterakan Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Edward, Aspinall, 2000. Titik Tolak Reformasi Hari-Hari Terakhir Presiden


Soeharto. Yogyakarta: LkiS.

Syahrial Syarbani. 2014. PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI.


Bogor. Ghalia Indonesia

Aim Abdulkarim, 2013. PANCASILA AND CIVIC EDUCATION I. Bandung.


Grafindo Media Pratama.

Aim Abdulkarim, 2013. PANCASILA AND CIVIC EDUCATION II. Bandung.


Grafindo Media Pratama.

Anda mungkin juga menyukai