Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga
dari suatu negara akan diri dan lingkungannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Wawasan kebangsaan adalah sudut pandang / cara pandang yang mengandung kemampuan
seseorang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai sautu bangsa dalam memandang
dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. (Suhady dan Sinaga, 2006)
Dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam
memandang diri dan lingkungan dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan
Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan
keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945.
Demonstrasi
1. Tragedi Trisakti
Tragedi Trisakti menjadi salah peristiwa paling membekas sepanjang Era Orde Baru.
Peristiwa ini terjadi pada 12 Mei 1998 silam, di mana empat mahasiswa yang sedang
demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya tertembak dan tewas. Mereka
adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-
1998), dan Hendriawan Sie (1975-1998).
2. Insiden Berdarah di Medan 1998 Sewaktu Kerusuhan Mei 1998 sedang marak terjadi, salah
satu kota yang juga banyak terjadi pertumpahan darah adalah Kota Medan. Insiden
berdarah di Medan ini terjadi pada 6 Mei 1998. Kota ini mengalami kerusuhan yang hampir
melumpuhkan kota tersebut. Waktu itu, ratusan toko dirusak, sejumlah kendaraan dibakar,
serta lima orang tewas dan puluhan orang mengalami luka-luka akibat aksi unjuk rasa yang
mereka lakukan. Tragedi Gejayan atau Tragedi Yogyakarta Tragedi Gejayan menjadi sebuah
peristiwa bentrokan berdarah yang terjadi pada Jumat, 8 Mei 1998 di daerah Gejayan,
Yogyakarta. Kerusuhan yang terjadi pada saat itu lantaran para demonstran mengunjuk
rasa dan menuntut agar Soeharto lengser dari jabatannya. Dari peristiwa ini, terjadi banyak
kekerasan antara aparat dengan mahasiswa Yogyakarta yang menyebabkan ratusan korban
terluka, bahkan satu orang meninggal dunia, Moses Gatutkaca.
3. Tragedi Penjarahan dan SARA jelang Reformasi 1998 Setelah terjadinya tragedi
pertumpahan darah di sejumlah daerah di Indonesia, suasana di Kota Jakarta kembali
mencekam pada 13 sampai 15 Mei 1998. Kala itu, Indonesia tengah mengalami krisis
moneter, di mana hutang menumpuk dan dollar semakin meningkat. Belum selesai dengan
krisis moneter, peristiwa nahas lain juga terjadi, di mana kios-kios dibakar, wanita etnis
Tionghoa mengalami pelecehan seksual. Ratusan orang juga dikabarkan hilang serta tewas
dalam kerusuhan ini.
Kronologi Reformasi
1. 5 Mei 1998
20 mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk melakukan
penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban yang disampaikan pada Sidang Umum
MPR.
2. 11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
3. 14 Maret 1998
Soeharto menyampaikan kabinet baru bernama Kabinet Pembangunan VII.
4. 15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa menghentikan aksi demonstrasi dan kembali ke kampus.
5. 1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan
reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
6. 2 Mei 1998
Soeharto meralat pernyataannya, bahwa reformasi bisa dimulai sekrang (1998).
7. 4 Mei 1998
Mahasiswa di Medan, Bandung, dan Yogyakarta melakukan demonstrasi besar-besaran
karena menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998).
8. 5 Mei 1998
Terjadi demonstrasi mahasiswa besar-besaran di Medan yang berujung kerusuhan.
9. 12 Mei 1998
Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara damai.
10. 13 Mei 1998
Mahasiswa di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datang ke Kampus Trisakti untuk
mengungkapkan duka cita yang berujung kerusuhan.
11. 14 Mei 1998
Soeharto bersedia mengundurkan diri.
12. 15 Mei 1998
Soeharto membantah bahwa ia ingin mengundurkan diri dari jabatannya.
13. 16 Mei 1998
Warga asing berbondong-bondong kembali ke negeri mereka.
14. 21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, pukul 09.05, Soeharto menyatakan mundur dari kursi Presiden dan BJ
Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.