SEJARAH KEPRAMUKAAN
A. Pendahuluan
Pendidikan Kepramukaan di Indonesia merupakan salah
satu segi pendidikan nasional yang penting, yang merupakan
bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Untuk itu
perlu diketahui sejarah perkembangan Kepramukaan di
Indonesia.
Penggunaan Lambang
Lambang gerakan pramuka dapat digunakan pada panji,
bendera, papan nama kwartir dan satuan, tanda pengenal
administrasi gerakan pramuka. Penggunaan tersebut dimaksudkan
sebagai alat pendidikan untuk mengingatkan dan meningkatkan
kegiatan gerakan pramuka sesuai dengan kiasan yang ada pada
lambang gerakan pramuka tersebut.
VISI
SISTEM AMONG
KIASAN DASAR
KODE KEHORMATAN
METODE KEPRAMUKAAN
1. Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif
progresif melalui:
a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
b. Belajar sambil melakukan;
c. Sistem berkelompok;
d. Kegiatan yang menantang dan meningkat serta
mengandung pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dan
anggota dewasa muda;
e. Kegiatan di alam terbuka;
f. Sistem tanda kecakapan;
g. Sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri;
h. Kiasan dasar;
2. Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan
dari Prinsip Dasar Kepramukaan. Keterkaitan itu terletak pada
pelaksanaan Kode Kehormatan.
3. Metode Kepramukaan sebagai suatu sistem, terdiri atas unsur-
unsur yang merupakan subsistem terpadu dan terkait, yang
tiap unsurnya mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan
saling memperkuat serta menunjang tercapainya tujuan.
A. UMUM
B. PROGRAM PRIORITAS
1. PROGRAM PRIORITAS 1: PEMBINAAN ANGGOTA
MUDA
a. Sasaran
1. Penyempurnaan Organisasi Kwartir dan
Gugusdepan
Pengembangan struktur organisasi dan sistem-
sistem yang lebih efektif, ramping dan
sederhana, yang dapat disesuaikan dengan
kondisi daerah yang masing-masing.
Menuntaskan rencana pemberdayaan Kwarcab,
sebagai kwartir, penting dalam penertiban gugus
depan di setiap pangkalan, yang sangat
menentukan baik tidaknya penyelenggaraan
kepramukaan.
2. Kelembagaan di Gerakan Pramuka
Pembenahan kelembagaan dan perangkat
organisasi dalam Gerakan Pramuka termasuk
koordinasi antar kelembagaan.
3. Sistem dan Manajemen
Peningkatan manajemen Kwartir/satuan agar
mampu melakukan pengelolaan sesuai
perkembangan teknologi, antara lain melalui:
a. Pemapanan sistem data dan laporan yang
andal
b. Pemutahkiran data (bank data) dari gudep
sampai Kwarnas dengan akurasi data yang
dapat dipertanggungjawabkan.
4. Perlindungan Hak Milik Intelektual
Memastikan perlindungan atas hak cipta dan hak
merek milik Gerakan Pramuka
5. Manajemen Resiko
Perlunya pengembangan dan sosialisasi
manajemen resiko di gerakan Pramuka
4. Pemberdayaan Aset
Pendayagunaan asset yang dimiliki dengan
pengelolaan secara profesional, agar lebih efektif
dan dapat meningkatkan penghasilan Kwartir,
seperti Kedai, Buper dan sebagainya.
5. Usaha dana
Penyelenggaraan kegiatan usaha dana, dalam
rangka pengumpulan sumbangan untuk
mendukung kegiatan operasional pramuka
terutama kegiatan bakti kemanusiaan dan
kegiatan skala nasional, meliputi:
a. Kegiatan usaha dana kemanusiaan
b. Kegiatan usaha dana penanggulangan
musibah dan bencana
c. Kegiatan usaha dana dalam rangka
mendukung kegiatan besar (Jamnas,
Raimuna,PW)
Kode kehormatan
Kode Kehormatan bagi Pramuka Siaga ada dua, Dwi Satya
(janji Pramuka Siaga), dan Dwi Darma (ketentuan moral
Pramuka Siaga). Adapun isinya adalah:
DWI SATYA
Demi kehormatanku, aku berjanji akan : bersungguh-sungguh
1. menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara
Kesatuan Indonesia, dan mengikuti tata krama keluarga
2. setiap hari berbuat kebajikan
DWI DARMA
1. Siaga berbakti kepada ayah dan ibundanya
2. Siaga berani dan tidak putus asa
2. Pramuka Penggalang
Penggalang adalah sebuah golongan setelah pramuka
Siaga . Anggota pramuka penggalang berusia dari 11-15 tahun.
Dasadarma Pramuka
Pramuka itu:
1. Taqwa Kepada Tuhan Yang maha Esa.
2. Cinta Alam dan kasih sayang sesama manusia.
3. Patriot yang sopan dan kesatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
6. rajin, trampil dan gembira.
7. Hemat, cermat dan bersahaja.
8. Disiplin, berani dan setia.
9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
3. Pramuka Penegak
Penegak adalah sebuah golongan setelah pramuka
Penggalang . Anggota pramuka penegak berusia dari 16-20
tahun.
Kode kehormatan Kode Kehormatan bagi Pramuka pandega
ada dua, Tri Satya dan Dasa Darma.
Adapun isinya adalah:
Trisatya Pramuka Penggalang
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara
Kesatuan Republik Indonesi dan mengamalkan Pancasila
menolong sesama hidup dan ikut serta membangun
masyarakat
menepati Dasadarma.
4. Pramuka Pandega
Pandega adalah sebuah golongan setelah pramuka
Penegak . Anggota pramuka penggalang berusia dari 21-24
tahun.
Kode kehormatan Kode Kehormatan bagi Pramuka Pandega
ada dua, Tri Satya dan Dasa Darma.
Adapun isinya adalah:
Trisatya Pramuka Penggalang
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara
Kesatuan Republik Indonesi dan mengamalkan Pancasila
menolong sesama hidup dan ikut serta membangun
masyarakat
menepati Dasadarma.
Majelis Pembimbing
ANDALAN
Andalan berasal dari kata dasar andal, boleh juga kita menyebut
dengan kata handal. Andalan memiliki arti adalah yang dapat
dipercaya untuk melakukan/ melaksanakan sesuatu, dengan
demikian Andalan adalah orang yang diandalkan dan dipercaya
untuk melaksanakan suatu tugas sesuai yang diampunya.
Nama andalan merupakan sebutan lain bagi pengurus kwartir.
Sebutan ini berlaku dari Kwartir Nasional sampai dengan Kwartir
Ranting. Contoh :
SALAM PRAMUKA
1. Tanda Umum
Dipakai secara umum oleh semua anggota Gerakan Pramuka
yang sudah dilantik, baik putra maupun putri.
Contoh : Tanda tutup kepala, setangan / pita leher, tanda
pelantikan, tanda harian, tanda WOSM
2. Tanda Satuan
Menunjukkan Satuan / Kwartir tertentu, tempat seorang
anggota Gerakan Pramuka bergabung.
Contoh : Tanda barung / regu / sangga, gugusdepan, kwartir,
Mabi, krida, saka, Lencana daerah, satuan dan lain-lain.
3. Tanda Jabatan
Menunjukkan jabatan dan tanggungjawab seorang anggota
Gerakan Pramuka dalam lingkungan organisasi Gerakan
Pramuka
Contoh : Tanda pemimpin / wakil pemimpin barung / regu /
sangga, sulung,pratama, pradana, pemimpin / wakil krida /
saka, Dewan Kerja, Pembina, Pembantu Pembina, Pelatih,
Andalan, Pembimbing, Pamong Saka, Dewan Saka dan lain-lain.
4. Tanda Kecakapan
Menunjukkan kecakapan, ketrampilan, ketangkasan,
kemampuan, sikap, tingkat usaha seorang Pramuka dalam
bidang tertentu, sesuai golongan usianya.
Macamnya : Tanda kecakapan umum / khusus, pramuka
garuda dan tanda keahlian lain bagi orang dewasa.
5. Tanda Kehormatan
Menunjukkan jasa atau penghargaan yang diberikan kepada
seseorang atas jasa, darma baktinya dan lain-lain yang cukup
bermutu dan bermanfaat bagi Gerakan Pramuka,
kepramukaan, masyarakat, bangsa, negara dan umat manusia.
Macamnya :
Peserta didik : Tiska, tigor, bintang tahunan, bintang
wiratama, bintang teladan.
Orang dewasa : Pancawarsa, Darma Bakti, Wiratama, Melati,
Tunas Kencana.
ATRIBUT DI AMBALAN
TEKPRAM
1. KOMPAS
Kompas adalah alat bantu untuk menentukan arah mata angin.
Bagian-bagian kompas yang penting antara lain :
1. Dial, yaitu permukaan di mana tertera angka dan huruf
seperti pada permukaan jam.
2. Visir, yaitu pembidik sasaran
3. Kaca Pembesar, untuk pembacaan pada angka
4. Jarum penunjuk
5. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45
6. Alat penggantung, dapat juga digunakan sebagai
penyangkut ibu jari untuk menopang kompas pada saat
membidik.
3. Kertas buffalo
4. Kompas bidik
5. Meja kerja
3. Pembuatan Arsiran
Untuk pembuatan arsiran ini merupakan tahapan penting
dalam membuat peta panorama. Yang perlu diperhatikan
adalah untuk daerah yang dekat dengan pandangan kita
maka arsirannya dibuat berdekatan sekali, demikian
seterusnya sampai pada daerah terjauh atau lapis paling
atas dibuat renggang. Arsiran horisontal dipergunakan
untuk daerah lautan, arsiran tegak atau vertikal untuk
gunung, sedangkan untuk daerah yang landai (seperti
perumahan, pepohonan) maka arsirannya dibuat agak
miring (mendekati horisontal), untuk daerah yang agak
curam (seperti perbukitan atau jurang terjal) maka arsiran
dibuat miring mendekati tegak.
4. Pembuatan Arah Utara
Arah utara ini diperlukan untuk mengetahui posisi
menggambar kita dan juga sekaligus sebagai koreksi
apakah arah yang digambar itu sudah benar. Biasanya
arah utara dibuat pada posisi pojok kiri atas dengan
gambar anak panah dan arahnya disesuaikan dengan arah
kompas
3. PETA PITA
4. PETA LAPANGAN
5. SMAPHORE
Semaphore adalah suatu cara untuk mengirim dan menerima
berita dengan menggunakan 2 bendera, dimana masing-
masing bendera tersebut berukuran 45 cm x 45 cm.
Sedangkan warna yang sering dipergunakan adalah merah dan
kuning dengan warna merah selalu berada dekat tangkainya.
6. MORSE
Morse sebenarnya nama orang Amerika yang menemukan
sebuah cara agar setiap manusia dapat saling berhubungan.
Cara tersebut ditemukannya pada tahun 1837 tetapi baru
dapat diterima untuk dipergunakan di seluruh dunia tahun
1851 dalam Konferensi Internasional.
Semboyan morse dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain :
1. Suara, yaitu dengan menggunakan peluit
2. Sinar yaitu dengan menggunakan senter
7. PIONERING
A. BIDANG TALI TEMALI
Dalam tali temali kita sering mencampuradukkan antara
tali, simpul dan ikatan. Hal ini sebenarnya berbeda sama
sekali. Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan
antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali
dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan
sebagainya.
2. Simpul mati
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama
besar dan tidak licin
3. Simpul anyam
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak
sama besarnya dan dalam keadaan kering
4. Simpul anyam berganda
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak
sama besarnya dan dalam keadaan basah
5. Simpul erat
Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan
6. Simpul kembar
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama
besarnya dan dalam keadaan licin
7. Simpul kursi
Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda
atau orang pingsan
8. Simpul penarik
Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar
9. Simpul laso
B. MENARA PANDANG
Sebelum Mempraktekan betulan
membuat menara pandang,
sebaiknya Kakak pembina
membimbing peserta didiknya
dengan membuat maket/ menara
pandang mini. Hal tersebut
mengajarkan bahwa sebelum kita
membuat/ membangun suatu
bangunan besar atau gedung
sebaiknya merancang dalam
bentuk kecil/ maket.
Tentu saja untuk membuat menara
pandang ini dibutuhkan bambu
yang sudah dipersiapkan dengan ukuran kecil dan benang
kasur secukupnya. Nah untuk jenis simpul atau ikatannya
tentunya anda bisa melihat di bab pionering. Membuat
menara pandang termasuk salah satu kegiatan
ketrampilan pioneering
8. MENAKSIR
A. Menaksir Lebar
Metode menaksir lebar yang dapat dipergunakan antara
lain :
1. Melempar Tali
Rumus :
Jika A = B maka C = D
Dimana C adalah lebar sungai yang dapat diukur dari
panjang D atau cara segitiga berikut :
B. Menaksir Tinggi
Metode yang dipergunakan dalam menaksir tinggi ada
bermacam-macam sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk
metode penaksiran tinggi dapat diberikan sebagai
berikut :
1. Metode Segitiga
C B
Rumus : D : A B
Keterangan
A : Jarak pohon dengan tongkat
B : Jarak tongkat dengan mata pengamat
C : Panjang/Tinggi tongkat/pembanding
D : Tinggi pohon
e. Gulungan kapas
f. Pembalut segi tiga (mitella)
2. Pembalutan
a. Pembalutan segitiga pada kepala, kening
BERKEMAH
PERALATAN KEMAH
Sebelum berkemah hedaknya pahami dulu apa tujuan berkemah,
apakah sekedar rekreasi atau berkemah dengan banyak acara
kegiatan. Lalu apa saja yang harus dibawa ?
Pramuka adalah juga pecinta alam lalu saking cintanya maka harus
mengenal tentang alam dan tanda-tandanya. Berikut pengenalan
alam sekitar kita yang sering kita temui saat berkemah :
1. Kabut
Kabut tipis dan rata membumbung tinggi ke atas berarti
kurangnya uap air di udara dan brtanda cuaca akan selalu
baik.Cuaca terang benderang pada pagi hari bertanda buruk
pada hari itu, apabila kemarin ada hujan.Langit yang ditutupi
awan kemudian meulai terang pada pagi hari bertanda cuaca
baik.Apabila ada kabut di atas lembah pada pagi hari bertanda
cuaca baik, sedang di gunung akan turun hujan.
2. Awan
Apabila langit diliputi awan yang tebal dan gelap berarti akan
turun hujan yang deras.
3. Matahari
Apabila matahari terbit berwarna merah dan diliputi garis-garis
awan yang kehitaman bertanda ada hujan, apabila berwarna
bersih dan terang dan bertanda hari baik. Matahari terbit
dengan warna kemerah-merahan yang terang bertanda cuaca
baik, apabila warna merah dicampuri garis kekuning-kuningan
bertanda hujan lebat.
Apabila matahari terbenam dengan warna kekuning-
kuningan/orange bertanda ada hujan, apabila dengan warna
merah muda atau kekuning-kuningan bertanda baik, warna
merah pada matahari terbenam berarti akan ada angin yang
cukup kencang.
4. Bintang
Apabila pada malam hari bintang di langit kelihatan terang
sekali, maka pada malam itu cuaca akan baik, sedangkan bila
nampak suram bertanda cuaca kurang baik/buruk.
5. Bulan
Apabila terlihat terang dan bersinar berarti cuaca baik, tapi bila
bulan diliputi awan yang gelap berarti hujan akan turun.
Apabila ada lingkaran putih (halo) yang melingkari bulan
berarti tidak ada ketentuan cuaca pada hari itu.
6. Binatang
Apabila kita perhatikan naluri binatang dengan seksama, yang
ada hubungannya dengan cuaca maka, kita akan tercengang
atas keganjilan-keganjilan yang dilakukannya dengan cara
mereka, antara lain :
a. Laba-laba
Akan bersembunyi bila cuaca akan buruk, dan rajin
mengerjakan sarangnya apabila cuaca baik.
b. Semut
Akan tetap di dalam lubangnya bila cuaca akan buruk,
apabila mereka keluar dan berjalan mondar-mandir
bertanda cuaca akan tetap baik.
c. Lebah
MENGENAL HIPPRADA
Sumber : www.pramukanet.org
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MUNAS GERAKAN PRAMUKA 2003
NOMOR: 09/MUNAS 2003
PEMBUKAAN
ANGGARAN DASAR
BAB I
NAMA, STATUS, TEMPAT, DAN WAKTU
Pasal 1
Nama, Status, dan Tempat
Pasal 2
Waktu
BAB II
ASAS, TUJUAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI
Pasal 3
Asas
Pasal 4
Tujuan
Pasal 5
Tugas Pokok
Pasal 6
Fungsi
BAB III
SIFAT, UPAYA DAN USAHA
Pasal 7
Sifat
Pasal 8
BAB IV
Pasal 9
Sistem Among
Pasal 10
Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan
Pasal 11
Prinsip Dasar Kepramukaan
Pasal 12
Metode Kepramukaan
Pasal 13
Kode Kehormatan Pramuka
(1). Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas Janji yang disebut
Satya dan Ketentuan Moral yang disebut Darma merupakan
satu unsur dari Metode Kepramukaan dan alat pelaksanaan
Prinsip Dasar Kepramukaan.
(2). Kode Kehormatan Pramuka merupakan Kode Etik anggota
Gerakan Pramuka baik dalam kehidupan pribadi maupun
bermasyarakat sehari-hari yang diterimanya dengan sukarela
serta ditaati demi kehormatan dirinya.
(3). Kode Kehormatan Pramuka bagi anggota Gerakan Pramuka
disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan rohani
dan jasmaninya yaitu:
a. Kode Kehormatan Pramuka Siaga terdiri atas Dwisatya dan
Dwidarma;
b. Kode Kehormatan Pramuka Penggalang terdiri atas Trisatya
Pramuka Penggalang dan Dasadarma;
c. Kode Kehormatan Pramuka Penegak dan Pandega terdiri
atas Trisatya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dan
Dasadarma;
d. Kode Kehormatan Pramuka dewasa terdiri atas Trisatya
anggota dewasa dan Dasadarma.
Pasal 14
Motto Gerakan Pramuka
Pasal 15
Kiasan Dasar
BAB V
ORGANISASI
Pasal 16
Anggota
(1) Anggota Gerakan Pramuka adalah warga negara Republik
Indonesia yang terdiri atas:
a. Anggota biasa:
1) Anggota muda: Siaga, Penggalang dan Penegak.
2) Anggota dewasa:
a). Anggota Dewasa Muda: Pandega;
b). Anggota Dewasa: Pembina Pramuka, Pembantu
Pembina Pramuka, Pelatih Pembina Pramuka,
Pembina Profesional, Pamong Saka, Instruktur
Saka, Pimpinan Saka, Andalan, Pembantu
Andalan, Anggota Majelis Pembimbing.
b. Anggota kehormatan:
1). anggota dewasa purna bakti.
2). orang-orang yang bersimpati dan berjasa kepada
Gerakan Pramuka.
(2) Warga negara asing dapat bergabung dalam suatu
gugusdepan sebagai anggota tamu.
Pasal 17
Hak dan Kewajiban
Pasal 18
Jenjang Organisasi
Pasal 19
Pramuka Utama
Pasal 20
Kepengurusan
Pasal 21
Satuan Karya Pramuka
Pasal 22
Dewan Kerja
Pasal 23
Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka
Pasal 24
Bimbingan
Pasal 25
Pemeriksaan Keuangan
BAB VI
MUSYAWARAH DAN REFERENDUM
Pasal 26
Musyawarah
Pasal 27
Referendum
BAB VII
PENDAPATAN DAN KEKAYAAN
Pasal 28
Pendapatan
Pasal 29
Kekayaan
BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 30
Lambang
Pasal 31
Bendera
Pasal 32
Panji
Pasal 33
Himne
Pasal 34
Pakaian Seragam dan Tanda-tanda
BAB IX
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 35
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 36
Pembubaran
BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 37
Perubahan Anggaran Dasar
BAB XII
PENUTUP
Pasal 38
Penutup
Anggaran Dasar ini ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Gerakan
Pramuka yang diselenggarakan di Pontianak Kalimantan Barat pada
tanggal 15 – 19 Desember 2003.
Ditetapkan di :
Pontianak
Pada Tanggal :
18 Desember 2003
Presidium Munas
Gerakan Pramuka
2003,
Sundoro Syamsuri
Ketua
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 18 Oktober
2004
PRESIDEN REPUBLIK
INDON
ESIA
ttd
MEGAWATI
SOEKARNOPUTRI
KEPUTUSAN
KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR : 107 TAHUN 1999
TENTANG
ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : Mencabut Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka nomor 103 tahun 1989, tentang
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
seperti tercantum pada lampiran keputusan ini.
Ditetapkan di : Jakarta.
Pada tanggal : 22 Juli 1999
Ketua Nasional Gerakan Pramuka
ttd
LAMPIRAN KEPUTUSAN
KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR 107 TAHUN 1999
BAB I
NAMA DAN TEMPAT
Pasal 1
Nama
Pasal 2
Tempat
BAB II
ASAS, TUGAS POKOK, DAN SASARAN
Pasal 3
Asas
Pasal 4
Tugas Pokok
Pasal 5
Sasaran
BAB III
FUNGSI, SIFAT DAN USAHA
Pasal 6
Kepramukaan
Pasal 7
Fungsi
Pasal 8
Sifat
Pasal 9
Gerakan Pramuka dan Politik
Pasal 10
Gerakan Pramuka dan Agama
Pasal 12
Pembinaan Watak, Keterampilan dan Kesehatan
Pasal 13
Pembinaan Kwartir dan Satuan
Pasal 14
Pendidikan Tenaga Kader Gerakan Pramuka
Pasal 15
Pertemuan untuk Memupuk Persaudaraan
Pasal 16
Fasilitas dan Alat Perlengkapan Pendidikan
Pasal 18
Hubungan dengan Instansi Pemerintah, Organisasi Lain
Pasal 19
Usaha Lain
BAB IV
PRINSIP DASAR KEPRAMUKAAN, METODE KEPRAMUKAAN,
KODE KEHORMATAN PRAMUKA, MOTTO, DAN KIASAN DASAR
Pasal 20
Prinsip Dasar Kepramukaan
Pasal 21
Metode Kepramukaan
Pasal 22
Kode Kehormatan
(…………………………………)
Catatan :
- coret yang tidak perlu
*) diisi Nasional, Daerah, Cabang, Ranting, Desa, atau Gugusdepan
Pasal 23
Pasal 24
Belajar Sambil Melakukan
Pasal 25
Sistem Berkelompok
Pasal 26
Kegiatan Menantang dan Progresif serta Mengandung
Pendidikan yang Sesuai dengan Perkembangan Rohani dan
Jasmani Pesertadidik
Pasal 27
Kegiatan di Alam Terbuka
Pasal 28
Sistem Tanda Kecakapan
Pasal 29
Pasal 30
Sistem Among
Pasal 31
Motto Gerakan Pramuka
Pasal 32
Kiasan Dasar
BAB V
ORGANISASI
Pasal 33
Gugusdepan
Pasal 34
Satuan Karya
Pasal 35
Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega
Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega Puteri dan Putera yang
bersifat kolektif, berkedudukan sebagai badan kelengkapan Kwartir
yang diberi wewenang dan kepercayaan membantu Kwartir untuk
mengelola Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
Pasal 36
Ranting
Pasal 37
Cabang
Pasal 38
Daerah
Pasal 39
Nasional
Pasal 40
Dewan Kehormatan
Pasal 41
Pembantu Andalan
Pasal 42
Badan Pemeriksa Keuangan Gerakan Pramuka
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 43
Amggota Biasa Gerakan Pramuka
Pasal 44
Pramuka
Pasal 45
Anggota Muda
(1) Anggota muda adalah anggota biasa yang terdiri atas Pramuka
Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka
Pandega.
(2) Pramuka Siaga berusia 7 tahun sampai dengan 10 tahun,
Pramuka Penggalanag berusia 11 tahun sampai dengan 15
tahun, Pramuka Penegak berusia 16 tahun sampai dengan 20
Pasal 46
Anggota Dewasa
Pasal 47
Anggota Kehormatan
Pasal 48
Anggota Tamu
(1) Anggota Tamu adalah Warga Negara Asing yang ikut serta
dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan Gerakan
Pramuka.
(2) Prosedur keikutsertaan Anggota Tamu diserahkan kepada
satuan atau Kwartir yang bersangkutan.
Pasal 49
Wadah Keanggotaan
Pasal 50
Kewajiban Anggota
Pasal 51
Pemberhentian Anggota
Pasal 52
Pembelaan
Pasal 53
Rehabilitasi
Pasal 54
Pramuka Utama
BAB VIII
KEPENGURUSAN
Pasal 55
Kwartir
Pasal 56
Kwartir Harian
Pasal 57
Pergantian Pengurus Kwartir Antar Waktu
Pasal 58
Tugas dan tanggungjawab Kwartir Nasional
Pasal 59
Tugas dan Tanggungjawab Kwartir Daerah
Pasal 60
Tugas dan Tanggungjawab Kwartir Cabang
Pasal 61
Tugas dan Tanggungjawab Kwartir Ranting
Pasal 62
Koordinator Gugusdepan di Desa/Kelurahan
Pasal 63
Tugas dan Tanggungjawab Kordinator Desa/Kelurahan
Pasal 64
Gugusdepan
Pasal 65
Tugas dan Tanggungjawab Pembina Gugusdepan
Pasal 66
Satuan Karya
(1) Satuan Karya Pramuka (Saka) dibina oleh Pamong Saka dengan
dibantu oleh beberapa Instruktur Saka.
(2) Pamong Saka ditetapkan dan dilantik oleh Kwartir Ranting atau
Kwartir Cabang dari para Pembina Pramuka yang ada di
wilayah kerjanya dan secara ex-officio menjadi anggota
Pimpinan Satuan Karya di Kwartir Ranting atau Kwartir
Cabangnya.
Pasal 67
Tugas dan tanggungjawab Pimpinan Saka dan Pamong Saka
Pasal 68
Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega
Pasal 69
Badan Pemeriksa Keuangan Gerakan Pramuka
BAB IX
BIMBINGAN
Pasal 70
Majelis Pembimbing
Pasal 71
Susunan
Pasal 72
Tata Kerja
BAB X
MUSYAWARAH, RAPAT KERJA DAN REFERENDUM
Pasal 73
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar Biasa
Pasal 74
Peserta Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional
Luar Biasa
Pasal 75
Acara Musyawarah Nasional
Pasal 76
Pemilihan Kwartir Nasional
Pasal 77
Usul Kwartir Daerah untuk Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa
(1) Usul Kwartir Daerah harus diajukan secara tertulis, oleh Kwartir
Daerah kepada Kwartir Nasional selambat-lambatnya enam
bulan sebelum waktu pelaksanaan Musyawarah Nasional.
(2) Selambat-lambatnya dua bulan sebelum Musyawarah Nasional,
Kwartir Nasional harus sudah menyiapkan secara tertulis bahan
Musyawarah Nasional dan menyampaikannya kepada semua
Kwartir Daerah.
(3) Usul dan bahan Musyawarah Nasional Luar Biasa diatur oleh
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Pasal 78
Pimpinan Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional
Luar Biasa
Pasal 75
Cara Musyawarah Nasional Mengambil Keputusan
Pasal 80
Musyawarah Daerah dan Musyawarah Daerah Luar Biasa
Pasal 81
Peserta Musyawarah Daerah dan Musyawarah Daerah Luar
Biasa
Pasal 82
Acara Musyawarah Daerah
Pasal 83
Pemilihan Kwartir Daerah
Pasal 84
Usul Kwartir Cabang untuk Musyawarah Daerah atau
Musyawarah Daerah Luar Biasa
Pasal 85
Pimpinan Musyawarah Daerah
Pasal 86
Cara Musyawarah Daerah Mengambil Keputusan
Pasal 87
Musyawarah Cabang dan Musyawarah Cabang Luar Biasa
Pasal 88
Peserta Musyawarah Cabang dan Musyawarah Cabang Luar
Biasa
Pasal 89
Acara Musyawarah Cabang
Pasal 90
Pemilihan Kwartir Cabang
Pasal 91
Usul Kwartir Ranting untuk Musyawarah Cabang atau
Musyawarah Cabang Luar Biasa
Pasal 92
Pasal 93
Cara Musyawarah Cabang Mengambil Keputusan
Pasal 94
Musyawarah Ranting dan Musyawarah Ranting Luar Biasa
Pasal 95
Peserta Musyawarah Ranting dan Musyawarah Ranting Luar
Biasa
Pasal 96
Acara Musyawarah Ranting
Pasal 97
Pemilihan Kwartir Ranting
Pasal 98
Usul Gugusdepan untuk Musyawarah Ranting atau
Musyawarah Ranting Luar Biasa
Pasal 99
Pimpinan Musyawarah Ranting
Pasal 100
Cara Musyawarah Ranting Mengambil Keputusan
Pasal 101
Musyawarah Gugusdepan dan Musyawarah Gugusdepan
Luar Biasa
Pasal 102
Peserta Musyawarah Gugusdepan dan Musyawarah
Gugusdepan Luar Biasa
Pasal 103
Acara Musyawarah Gugusdepan
Pasal 104
Pemilihan Pembina Gugusdepan
Pasal 105
Usul Peserta untuk Musyawarah Gugusdepan atau
Musyawarah Gugusdepan Luar Biasa
Pasal 106
Pimpinan Musyawarah Gugusdepan
Pasal 107
Cara Musyawarah Gugusdepan Mengambil Keputusan
Pasal 108
Musyawarah Pramuka Penegak dan Pandega Puteri Putera
Pasal 109
Acara Musyawarah Pramuka Penegak dan Pandega Puteri
Putera
Pasal 110
Cara Pengambilan Keputusan Musyawarah Pramuka
Penegak
dan Pandega Puteri Putera
Pasal 111
Rapat Kerja dan Sidang
Pasal 112
Referendum
BAB XI
KEKAYAAN
Pasal 113
Pasal 114
Pendapatan
Pasal 115
Pengelolaan, Pemanfaatan dan Pemindahtanganan
Pasal 116
Iuran dan Usaha Dana
(1) Iuran anggota diatur lebih lanjut oleh Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka.
(2) Usaha dana dapat dilakukan oleh badan usaha yang dibentuk
oleh pengurus Kwartir/Gugusdepan yang bersangkutan dan
tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Badan usaha dapat berbentuk badan usaha tetap, antara lain
perseroan, dan koperasi atau dalam bentuk yayasan, dan
secara insidental berwujud panitia usaha dana.
Pasal 117
Pengawasan
BAB XII
ATRIBUT
Pasal 118
Lambang
Pasal 119
Bendera
Pasal 120
Panji
Pasal 121
Hymne
Pasal 122
Pakaian Seragam
Pasal 123
Lencana dan Tanda-tanda
BAB XIII
PEMBUBARAN
Pasal 124
Akibat Hukum dari Pembubaran
BAB IX
LAIN-LAIN
Pasal 125
Petunjuk Penyelenggaraan
Pasal 126
Perubahan Anggaran Rumah Tangga
BAB XV
PENUTUP
Pasal 127
Penutup
ttd.
KEPUTUSAN
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR : 64 TAHUN 1997
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : Penggolongan usia peserta didik dalam Gerakan
Pramuka tetap seperti yang berlaku sekarang ini,
sebagaimana tercantum dalam ayat (2) Pasal 36
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka,
yaitu :
Pramuka Siaga berusia 7 tahun sampai dengan 10
tahun;
Pramuka Penggalang berusia 11 tahun
sampaidengan 15 tahun;
Pramuka Penegak berusia 16 tahun sampai
dengan 20 tahun;
Pramuka Pandega berusia 21 tahun sampai
dengan 25 tahun.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 21
April 1997
Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka,
Ketua,
TTD
H. Himawan Soetanto.
KEPUTUSAN
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR : 194 TAHUN 1998
TENTANG
PENYESUAIAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN PESTA SIAGA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : Menyesuaikan Petunjuk Penyelenggaraan Pesta Siaga,
sebagaimana tercantum dalam lampiran surat
keputusan ini
Ditetapkan di : Jakarta.
LAMPIRAN KEPUTUSAN
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR : 194 TAHUN 1998
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
3. Ruang Lingkup
Petunjuk penyelenggaraan ini meliputi segala hal ihwal yang
berhubungan dengan penyelenggaraan Pesta Siaga yaitu :
a. Pengertian, Sasaran dan Fungsi Pesta Siaga
b. Pola umum kegiatan dalam Pesta Siaga
c. Perencanaan pengorganisasian dan tata laksana
d. Dukungan administrasi
e. Lain-lain
4. Dasar
BAB II
PENGERTIAN, SASARAN DAN FUNGSI
PESTA SIAGA SERTA PEMISAHAN PESERTANYA
5. Pengertian
6. Sasaran
Sasaran Pesta Siaga adalah membina dan mengembangkan
kekeluargaan dan persaudaraan antar sesame Pramuka Siaga
7. Fungsi
Fungsi Pesta Siaga adalah
a. Memberikan variasi kepada latihan berkala dari perindukan
masing-masing
b. Mengadakan tukar menukar pengalaman, pengetahuan
dan kecakapan antar sesama Pramuka Siaga
c. Membina hubungan baik antara gerakan Pramuka dengan
masyarakat
8. Pemisah
a. Sesuai dengan perkembangan jasmani dan rokhani Siaga,
Pesta Siaga putera dan Pesta Siaga puteri, masing-masing
diselenggarakan terpisah
b. Mengingat beberapa sebab tertentu, dengan
sepengetahuan dan tanggung jawab para Pembina
BAB III
POLA UMUM KEGIATAN DALAM PESTA SIAGA
9. Tingkat Penylenggaraan
BAB IV
PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN
DAN TATA-LAKSANA
14. Perencanaan
15. Pengorganisasian
a. Struktur organisasi panitia penyelenggaraan Pesta Siaga
disusun secara seksama, terperinci, lengkap dan
sistematis, sesuai dengan :
1) acara, kegiatan, kepentingan, dan hubungan kerja
masing-masing bagian
2) tata tingkat/jenjang bagian-bagiannya
3) rencana kegiatan, dengan mengingat daya guna dan
tepat guna dari kerja panitia itu
b. Pesta Siaga harus diselenggarakan oleh semua pihak yang
bersangkutan dengan penuh kesungguhan,tanggungjawab
dan pengabdian secara sukarela, gotong-royong, akrab
dan bersaudara, diserta usaha untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya
c. Panitia penyelenggara dapat terdiri dari anggota dan
bukan anggota Gerakan Pramuka
d. Dalam penyelenggaraan Pesta Siaga digunakan tenaga
Penegak dan Pandega sebagai anggota panitia
penyelenggara untuk membantu para Pembina Pramuka,
supaya pengetahuan dan pengalaman mereka bertambah
e. Pesta Siaga diselenggarakan :
1) antar Gugusdepan yang berdekatan, tiga bulan sekali
2) di tingkat Kwarran,atau antar desa yang berdekatan 6
bulan sekali
3) di tingkat cabang atau antar kecamatan yang
berdekatan setahun sekali
BAB V
DUKUNGAN ADMINISTRASI
19. Umum
BAB VI
PENUTUP
23. Hal-hal lain mengenai Pesta Siaga yang belum diatur dalam
petunjuk penyelenggaraan ini, akan diatur lebih lanjut oleh
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 21 Oktober 1998
Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka
Ketua
KEPUTUSAN
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR : 132/KN/76
TAHUN 1976
TENTANG
PETUNJUK PENYELENGGARAAN PERKEMAHAN BESAR
PENGGALANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : Petunjuk Penyelenggaraan Perkemahan Besar
Penggalang sebagaimana tercantum dalam
lampiran surat keputusan ini.
Kedua : Menginstruksikan kepada Kwarda dan Kwarcab
untuk mendorong dan membantu para Pembina
Pramuka melaksanakan dengan giat
Perkemahan Besar Penggalang.
Ditetapkan di Jakarta.
Pada tanggal 31
Desember 1976.
Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka,
Ketua,
M. Sarbini
Letjen TNI
BAB I
PENDAHULUAN
Pt. 1. Umum
a. Berdasarkan tujuan Gerakan Pramuka tersebut dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan
Pramuka Pasal 4, maka :
Tugas Pokok Gerakan Pramuka adalah mendidik anak dan
pemuda supaya menjadi :
1) Manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur,
a) tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat
keyakinan beragamanya,
b) tinggi kecerdasan dan keterampilannya,
c) kuat dan sehat fisiknya.
2) Warga negara Indonesia yang :
a) ber-Pancasila,
b) setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3) Anggota masyarakat yang :
a) baik dan berguna,
b) sanggup dan mampu menyelenggarakan
pembangunan bangsa, negara dan masyarakat.
b. Penyelenggaraan tugas pokok tersebut didasarkan atas
prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan
yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan,
kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat
Indonesia.
c. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka perlu adanya
usaha dan kegiatan untuk menanamkan, memupuk dan
mengembangkan :
1) rasa cinta pada Tuhan Yang Maha Esa untuk
memperteguh keyakinan beragama,
2) rasa persahabatan/persaudaraan dan jiwa sosial baik
antara sesama Pramuka maupun antara Pramuka dan
masyarakat,
3) rasa cinta pada alam, bangsa dan negara, serta
mempertebal kepercayaan pada diri sendiri,
4) jiwa patriotisme untuk menggalang kesatuan dan
persatuan bangsa Indonesia.
d. Salah satu usaha dan kegiatan tersebut adalah
penyelenggaraan Perkemahan Besar Penggalang, sebagai
Pt. 4. Dasar
BAB II
PENGERTIAN, SASARAN DAN FUNGSI
PERKEMAHAN BESAR PENGGALANG
Pt. 6. Tujuan
a. Perkemahan Besar Penggalang yang dimaksud dalam
petunjuk penyelenggaraan ini adalah pertemuan Pramuka yang
berbentuk suatu perkemahan anatara Pramuka Penggalang dari
berbagai satuan Pramuka.
b. Perkemahan Besar Penggalang merupakan kegiatan yang
bersifat rekreatif, riang gembira, penuh rasa persaudaraan dan
berisi kegiatan-kegiatan menarik dan kreatif serta bakti
masyarakat dan keagamanaan.
Pt. 7. Sasaran
Sasaran dari Perkemahan Besar Penggalang adalah
menanamkan, memupuk dan mengembangkan:
a. rasa cinta pada Tuhan Yang Maha Esa untuk memperteguh
keyakinan beragama.
b. rasa persahabatan/persaudaraan dan jiwa sosial baik
antara sesama Pramuka maupun antara Pramuka dan
masyarakat.
c. rasa cinta pada alam, bangsa dan negara, serta
mempertebal kepercayaan pada diri sendiri.
d. jiwa patriotisme untuk menggalang kesatuan dan
persatuan bangsa Indonesia.
Pt. 8. Fungsi
BAB III
BENTUK, TINGKAT DAN PESERTA
PERKEMAHAN BESAR PENGGALANG
BAB IV
POLA KEGIATAN DALAM
PERKEMAHAN BESAR PENGGALANG
6) dan lain-lain.
BAB V
PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN DAN TATALAKSANA
PERKEMAHAN BESAR PENGGALANG
BAB VI
DUKUNGAN ADMINISTRASI DAN KOMUNIKASI
BAB VII
LAIN-LAIN
BAB VIII
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 31
Desember 1976.
Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka,
Ketua,
M. Sarbini
Letjen TNI
KEPUTUSAN
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR : 080 TAHUN 1988
TENTANG
POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN PRAMUKA PENEGAK
DAN PANDEGA
seksama ;
Gerakan Pramuka.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : Mencabut Pola Pembinaan Pramuka Penegak dan
Pandega yang ditetapkan dengan Keputusan Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka Nomor 105 tahun 1980.
Kedua : Berlakunya Pola dan Mekanisme Pembinaan
Pramuka Penegak dan Pandega sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga : Menginstruksikan kepada semua jajaran Kwartir dan
Satuan Pramuka untuk melaksanakan keputusan ini.
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta.
LAMPIRAN KEPUTUSAN
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR : 080 TAHUN 1988
TENTANG
POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN PRAMUKA PENEGAK
DAN PANDEGA
BAB I PENDAHULUAN
1. Umum
a. Gerakan Pramuka merupakan satu-satunya organisasi
yang diperkenankan dan ditugaskan menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan bagi anak-anak dan pemuda
Indonesia, dengan menggunakan prinsip dasar metodik
kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
perkembangan, keadaan dan kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara.
b. Gerakan Pramuka bertujuan membentuk manusia yang
berkepribadian dan berwatak luhur, yang sehat jasmani
dan rohaninya, serta menjadi warga negara Republik
Indonesia, yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga menjadi
anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat
membangun dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
c. Untuk mencapai tujuan itu, Gerakan Pramuka menghimpun
anak-anak dan pemuda dalam satuan Pramuka, sesuai
dengan golongan usia dan jenis kelaminnya diantaranya
Satuan Pramuka Penegak untuk mereka yang yang berusia
16 s.d. 20 tahun, dan Satuan Pramuka Pandega untuk
mereka yang berusia 21 s.d. 25 tahun.
d. Satuan Pramuka tersebut merupakan bagian dari
Gugusdepan Pramuka, yang menjadi wadah pembinaan
pribadi para Pramuka, dengan pimpinan, pembinaan dan
tanggung jawab anggota dewasa.
e. Untuk membina keterampilan serta pengembangan bakat
dan darma baktinya kepada masyarakat, dibentuklah
Stuan Karya Pramuka.
f. Untuk melaksanakan pembinaan di Gugusdepan dan
Satuan Karya tersebut, diperlukan Pola Pembinaan
Pramuka Penegak dan Pandega beserta mekanismenya.
g. Petunjuk penyelenggaraan ini diterbitkan dengan maksud
untuk :
1) menjabarkan Pola umum Gerakan Pramuka yang
berkaitan dengan pembinaan Pramuka Penegak dan
Pandega.
2) meningkatkan mutu dan hasil pembinaanPramuka
Penegak dan Pandega.
3) menyesuaikan pembinaan Pramuka Penegak dan
Pandega dengan situasi dan kondisi setempat.
4) memantapkan pembinaan Pramuka Penegak dan
Pandega.
h. Petunjuk Penyelenggaraan ini diterbitkan dengan tujuan
untuk penertiban dan keseragaman pelaksanaan
4. Pengertian
a. Pembinaan secara umum diartikan sebagai usaha untuk
memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu
tujuan tertentu.
b. Pembinaan di dalam Gerakan Pramuka adalah usaha
pendidikan yang dilakukan secara terus menerus oleh
anggota dewasa terhadap anak didik, dengan
menggunakan prinsip dasar metodik pendidikan
kepramukaan, dan sistem among, yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan keadaan, perkembangan dan
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
c. Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega adalah proses
pendidikan dan pembinaan kepribadian, watak, budi
pekerti, pengetahuan, keterampilan, ketangkasan,
kesehatan dan kesegaran jasmani, dan kepemimpinan bagi
para Pramuka Penegak dan Pandega, sehingga dapat hidup
mandiri.
Pembinaan ini dapat dikelompokkan menjadi :
1) kegiatan Bina Diri : pembinaan pribadi, baik jasmani
maupun rohani
BAB II
LANDASAN, ARAH, TUJUAN PEMBINAAN,
BAB III
FUNGSI, WADAH DAN PENGELOLA
PEMBINAAN
9. Fungsi Pembinaan
Pembinaan memiliki fungsi :
a. Memberi semangat melakukan sesuatu yang positif
(motivasi). Fungsi ini bertugas memberi pengarahan,
dorongan, kepercayaan dan keyakinan kepada calon anak
didik, agar mereka menjadi anggota Gerakan Pramuka
dengan penuh keyakinan.
b. Membimbing dan mengarahkan kesadaran atas
kemampuan dan memberikan arah gerak. Fungsi ini berarti
pula membimbing anak didik untuk mengerjakan sesuatu
dengan jalan menumbuhkan keyakinan pada diri anak
didik untuk berprestasi.
c. Menampung dan membantu memecahkan masalan yang
timbul (konsultasi). Fungsi ini menebalkan rasa percaya
pada diri dan menyuburkan sifat kedewasaan anak didik.
Dasar konsultasi adalah kesamaan dan bersifat bantuan
pemikiran.
d. Memberi dan melaksanakan tugas dan kewajiban untuk
mengembangkan rasa tanggung jawab (instruksi).
10. Pelaksanaan Fungsi Pembinaan
a. Dalam menjalankan fungsi pembinaan, Pramuka Penegak
memerlukan Pembina yang :
1) memiliki kemampuan bergaul, bijaksana, menjadi suri
tauladan, berwibawa dan menjadi tempat
mencurahkan pikiran dan perasaan.
2) bersedia dan berani memberi kesempatan kepada
Penegak yang dibinanya untuk memikirkan,
merencanakan, melaksanakan dan mengadakan
evaluasi segala kegiatan Penegak, serta berani dan
mau bertanggung jawab atas segala resikonya.
3) mampu memberikan motivasi kepada Penegak agar
mendapat keyakinan atas kebenaran langkag yang
ditempuh.
b. Dalam menjalankan fungsi pembinaan, Pramuka Pandega
memerlukan Pembina yang :
1) memiliki kemampuan bergaul, bijaksana, menjadi suri
tauladan, berwibawa dan menjadi tempat
mencurahkan pikiran dan perasaan.
2) bersikap sebagai teman akrab yang penuh rasa
tanggung jawab dan penuh pengertian.
3) bersedia dan berani bersikap terbuka untuk
menampung dan menyalurkan aspirasi dan inisiatif
serta memberikan kesempatan kepada Pandega untuk
BAB IV
SASARAN PEMBINAAN
14. Sasaran
BAB V
PELAKSANAAN PROSES PEMBINAAN
22. Pandega
a. Pandega adalah Calon Pandega yang telah memenuhi SKU
bagi Pandega dan mentaati Adat Racana.
b. Perpindahan status dari Calon Pandega menjadi Pandega
dilakukan dengan upacara sederhana dengan dialog yang
mengandung pendidikan bagi segenap anggota Racana.
c. Pandega diharapkan sudah memiliki kepribadian yang kuat
sehingga jiwa baktinya diamalkan untuk kepentingan
umum.
d. Para Pandega diharapkan mempunyai sikap lebih
mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan
pribadi.
e. Pandega berusaha sendiri meningkatkan keterampilannya
dan kemampuannya sehingga dapat lebih banyak
membantu dirinya agar dapat mandiri di samping dapat
membantu Gerakan Pramuka baik dalam hal pengelolaan
Kwartir maupun Gugusdepan.
d. Para Pandega merupakan pasangan kerja sepengabdian
bagi para Pembina Pramuka.
BAB VI
PEMBINAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN
PANDEGA
BAB VII
PRINSIP DAN MATERI PEMBINAAN
BAB VIII
PRINSIP DAN MATERI KEGIATAN
BAB IX
MEKANISME PEMBINAAN
BAB X
MASALAH DAN PENDEKATAN
33. Masalah
a. Umum
1) Perlunya disusun dan dilaksanakan kegiatan yang
menarik untuk Pramuka Penegak dan Pandega.
2) Perlunya ditingkatkan jumlah dan mutu Pramuka
Penegak dan Pandega
3) Perlunya diusahakan agar para Pramuka Siaga dan
Penggalang akan meneruskan kegiatannya sampai ke
Pramuka Penegak dan Pandega.
b. Pembinaan
35. Pendekatan
BAB XI
USAHA PENGEMBANGAN
BAB XII
PENUTUP
37. Lain-lain
Hal lain-lain yang belum tercantum dalam petunjuk
penyelenggaraan ini akan diatur kemudian oleh Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka.