Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lagu kebangsaan merupakan lagu yang diakui untuk menjadi suatu lagu

resmi serta simbol suatu negara atau daerah. Lagu kebangsaan dapat membentuk

identitas nasional suatu negara dan dapat digunakan sebagai ekspresi dalam

menunjukkan nasionalisme dan patriotisme. Lagu kebangsaan diakui oleh

konstitusi, undang-undang, ataupun tanpa hukum resmi dari pemerintah yang

mengatur dan hanya berdasar pada konsesi masyarakat saja.1

Terciptanya lagu Indonesia Raya dimulai dengan sikap patriot W.R.

Supratman seorang nasionalis, wartawan, dan seniman yang tergugah hatinya,

setelah membaca sebuah artikel dalam surat kabar Fajar Asia, artikel itu

menyebutkan “siapa yang dapat menciptakan lagu Kebangsaan Indonesia Raya

yang dapat membangkitkan semangat rakyat”. Artikel yang semula dimuat dalam

majalah Timboel terbit di Yogyakarta, kemudian dikutip oleh surat kabar Fajar

Asia pimpinan H. Agus Salim. Artikel itu dibaca Supratman dan mengilhaminya

dalam mempersatukan pemuda Indonesia lewat lagu ciptaannya. Wage Rudolf

Supratman merupakan seorang wartawan yang namanya semakin dikenal ketia ia

menciptakan sebuah lagu yang dapat mempersatukan seluruh elemen masyarakat

pribumi. Supratman lahir pada 9 Maret 1903 di Jatinegara, Jakarta. Ia tinggal di

1
Rudiyanto, Arief. 2016. Studi Analisis Tentang Nilai-Nilai Kebangsaan Dalam Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya, Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang, Hlm. 21

1
rumah dinas militer atau tangsi militer Belanda di Jatinegara, karena ayahnya

merupakan seorang sersan militer.2

Lagu Indonesia awalnya berkumandang dengan jumlah 81 birama ini

memakai irama wals 6/8. Analisis lagu ini tidak memiliki tekanan yang kuat untuk

menjadi irama mars, karena aksen yang datar dengan tempo lambat iringan

musiknya dengan tangga nada C natural sesuai register instrumen biola dan belum

memperhitungkan ambitus suara vocal manusia. Dalam kebanyakan musik

terdapat jumlah ketukan-ketukan yang sama untuk setiap birama. Ketukan wals

dihitung tiga ketukan (Triple) atau sukat susun 6 ketukan dalam satu birama.

Resikonya lagu ini terasa lebih berat banyak memakai jumlah birama pada

musiknya.3

Lagu Indonesia Raya mulanya sebagai lagu perjuangan yang kemudian

diangkat menjadi lagu kebangsaan dan disebut juga sebagai musik fungsional.

Fungsi bersifat upacara lebih ditonjolkan dari pada nilai estetisnya, dimaksudkan

secara seremonial tidak selalu harus memenuhi persyaratan teknik komposisi

musik yang sempurna seperti karya musik simponi. Ahli ilmu jiwa massa

mengatakan lemahnya lagu kebangsaan tidak hanya ditinjau dari komposisi

musik, tetapi juga daya tariknya yang mampu membangkitkan semangat terutama

makna yang terkandung dalam syair lagu itu.

2
Ibid
3
Mintargo Wisnu, 2012. Kontinuitas Dan Perubahan Makna Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya, Jurnal Kawistara, Vol. 2, No. 3, Desember 2012 Universitas Gadjah Mada, hlm 311

2
Sejarah singkat lagu Indonesia Raya dapat diketahui dari adanya Kongres

Sumpah Pemuda II 1928, dimana oleh Wage Rudolf Supratman, naskah lagu

kebangsaan tersebut awal mula ditulis dengan catatan khusus yakni Tangga Nada

C atau natural, dan ditulis pula Djangan Terlaloe Tjepat. Adapun di sumber lain

menyebutkan Tangga Nada G serta berirama Marcia. Lagu Indonesia Raya

bergulir dengan adanya aransemen ulang oleh Jos Cleber di tahun 1950, dan mulai

direkam secara stereo di zaman Presiden Soeharto pada tahun 1992. Dan setelah

kerusuhan 1998, lagu Indonesia Raya aransemen yang baru kembali direkam

menggunakan format digital yang dibawakan oleh VIctoria Philharmonic

Orchestra.4

Lagu Indonesia Raya memiliki beberapa aturan yang harus ditaati oleh

warga negara. Hal ini seperti tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 44-

1958 serta Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 yang berkenaan dengan

bendera, bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan. Beberapa aturan

penggunaan lagu kebangsaan Indonesia Raya antara lain:

1. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan guna menghormati Presiden dan Wakil


Presiden Republik Indonesia.
2. Penggunaan lagu Indonesia Raya dilakukan untuk menghormati Bendera
Merah Putih ketika pengibaran maupun penurunan Bendera Negara pada
saat upacara.
3. Penggunaan lagu Indonesia Raya dinyanyikan pada acara resmi
Pemerintahan.

4
Ibid

3
4. Penggunaan lagu kebangsaan juga dilakukan guna menghormati
kunjungan resmi dari kepala pemerintahan ataupun kepala negara dari
negara sahabat.
5. Penggunaan lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan pada saat
berlangsungnya acara resmi suatu kegiatan dalam lingkup internasional
seperti kontes olahraga, seni, teknologi maupun ilmu pengetahuan.
6. Lagu Indonesia Raya juga dapat dinyanyikan dalam rangka menjunjung
tinggi patriotisme dan rasa nasionalisme.
7. Tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan pada Lagu Kebangsaan
yang terdiri dari irama, lirik, nada ataupun gubahan yang lainnya yang
dimaksudkan untuk penghinaan atau merendahkan sebuah kehormatan
bangsa.
8. Tidak diperkenankan pula untuk melakukan upaya penyebarluasan lagu
yang telah digubah dengan tujuan komersial.
9. Penggunaan lagu untuk promosi sesuatu yang bertujuan secara komersil
juga dilarang.

Seiring perkembangannya, banyak musisi yang mengaransemen ulang

lagu Indonesia raya. Salah satunya Awwalur Rizqi Al-firori atau dikenal dengan

nama Alffy Rev di media sosial mengaransemen Indonesia Raya yang

dinyanyikan oleh Misellia Ikwan. Video itu diunggah di YouTube dan Instagram

pada 17 Agustus 2018. Dalam video, terlihat lagu Indonesia Raya dinyanyikan di

pinggir pantai. Di beberapa bagian, ada musik yang diaransemen dengan alat

musik tradisional maupun modern. Hal tersebut pun menjadi pro dan kontra

dikarenakan masyrakayat menilai bahwa lagu kebangsaan memliki nilai tersendiri

yang tidak boleh diubah. Namun beberapa pihak juga menyebutkan bahwa

aransemen lagu kebangsaan merupakan salah satu bentuk kecintaan terhadap lagu

kebangsaan dengan cara modern.

4
Awwalur Rizqi Al-firori atau dikenal dengan nama Alffy Rev

mengaransemen lagu Indonesia Raya dan diunggah pada tanggal 17 Agustus 2018

melalui platform Youtube miliknya dengan jenis elektronik-musik, yang

seharusnya Lagu Indonesia menggunakan jenis musik instrumental. Alffy Rev

melakukan perubahan lirik dengan penggunaan patitur lirik “Indonesia Raya”

hanya disebutkan satu kali, sedangkan patitur lirik asli lagu Indonesia Raya, kata

“Indonesia Raya” disebutkan dua kali. Selain itu, Alffy Rev melakukan banyak

improvisasi notasi yang tidak seperti notasi asli 4/4 dari lagu Kebangsaaan

Indonesia Raya dan melakukan penggabungan atau medley dengan lagu Satu Nusa

Satu Bangsa, yang seharusnya lagu Kebangsaaan Indonesia Raya bersifat tunggal.

Lagu Indonesia Raya ialah lagu kebangsaan Indonesia, lagu yang

dicipatakan oleh W.R Supratman telah mengenalkan indonesia di mata dunia serta

lagu ini pula yang menjadi kebangaan masyarakatnya. Lagu kebangsaan Republik

Indonesia tertuang didalam Undang-Undang Dasar 1945 itu pada Pasal 36 b.

Meskipun dapat dinyanyikan oleh masyarakat namun tetap saja lagu ini

mempunyai aturannya sendiri dalam dinyanyikan, lagu Indonesia Raya tidak

dapat disalahgunakan dalam perbuatan yang tidak baik yang dapat merusak moral

dan nilai lagu ini. Mengenai hal tersebut sudah tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang, Serta Lagu

Kebangsaan memegang peranan penting sebagai payung hukum terkait

keberadaan dan penggunaan identitas-identitas negara Indonesia.

5
Undang-Undang telah menjelaskan bahwa memperdengarkan,

menyanyikan ataupun menyebarluaskan hasil ubahan lagu kebangsaan dengan

maksud untuk tujuan komersial, atau menggunakan lagu lebangsaan untuk iklan

dengan maksud untuk tujuan komersial. Yang dimaksud agar lagu kebangsaan

tidak dinyanyikan secara sembarangan dan keluar dari derajat dan kedudukannya

sebagai lagu kebangsaan, Mengenai hal dilarang memperdengarkan,

menyanyikan, dan menggunakan lagu kebangsaan untuk bahan dan alat reklame

dan/atau kegiatan komersial dalam bentuk apapun adalah agar lagu kebangsaan

tidak digunakan untuk meraih keuntungan komersial tertentu yang melecehkan

kedudukan lagu kebangsaan tersebut. Hal ini bisa digolongkan sebagai perbuatan

melawan hukum.

Lagu Kebangasaan Indonesia Raya termasuk bagian dari Hak Kekayaan

Intelektual yang terdaftar atas nama W.R Supratman.Hak cipta ini timbul karena

orang yang menciptakan karya mempunyai hak atas ciptaannya, dan untuk

mendapat perlindungan hukum yang pasti dapat mendaftarkan kepada Direktorat

Jenderal Kekayaan Intelektual, namun tanpa didaftarkanpun hak cipta atas karya

tersebut tetap melekat kepada orang yang menciptakan karya tersebut.5

Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta (selanjutnya disebut dengan UUHC) yang berbunyi, “Hak Cipta adalah

hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

5
Afrillyana Purba,2005,TRIPS-WTO dan Hukum HKI Indonesia,Rineka Cipta,Jakarta
hlm.12.

6
Pada hak cipta sendiri didalamnya terdapat hak ekonomi dan hak moral,

dimana hak ekonomi dan hak moral ini tetap ada selama suatu ciptaan masih

dilindungi oleh hak cipta. Adapun yang disebut dengan hak ekonomi adalah hak

untuk memperoleh keuntungan atas HAKI, dapat dikatakan sebagai hak ekonomi

karena HKI termasuk sebuah benda yang dapat dinilai dengan uang. Sedangkan

masalah hak moral muncul disebabkan pada dasarnya setiap orang mempunyai

keharusan untuk menghormati dan menghargai karya cipta orang lain, orang lain

tidak dapat dengan sesukahatinya mengambil maupun mengubah karya cipta

seseorang menjadi atas namanya.6

Hak Moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 UUHC merupakan hak

yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada Salinan

sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan;

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi

Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan diri atau

reputasinya

Sedangkan untuk Hak Ekonomi terdapat pada Pasal 8 UUHC yang

berbunyi “Hak Ekonomi merupakan hak ekslusif Pencipta atau pemegang Hak

cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.” Jika suatu ciptaan tidak

6
Gatot Supramono, 2010, Hak Cipta dan Aspek-aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta,.
hlm.45-46

7
dikelola secara tertib berdasarkan kaidah-kaidah hukum, dapat menimbulkan

sengketa antara pemilik hak cipta dengan pengelola (pemegang) hak cipta atau

pihak lain yang melanggarnya. Untuk pengaturannya diperlukan seperangkat

ketentuan-ketentuan hukum yang efektif dari segala kemungkinan pelanggaran

oleh mereka yang tidak berhak atas hak cipta yang dimiliki seseorang.7

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut dengan judul “Analisis yuridis terhadap aransemen ulang lagu

kebangsaan Indonesia Raya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan judul penelitian ini, maka rumusan

dalam penelitian ini yaitu apakah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dapat

diaransemen ulang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu

untuk mengetahui apakah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dapat diaransemen

ulang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penulisan ini adalah untuk pengembangan daya nalar dan daya

pikir yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya

pengetahuan akan hukum guna mendapatkan data secara objektif melalui

metode ilmiah dalam memecahkan setiap masalah yang ada khusunya masalah
7
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia,Ghalia Indonesia, 2010, hlm 4

8
yang berkaitan dengan perkembangan-perkembangan hukum perdata

umumnya, khususnya mengenai akibat hukum terhadap Lagu Kebangsaan

Indonesia Raya yang diaransemen ulang.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebuah pedoman dan bahan rujukan, bagi, mahasiswa,

masyarakat, praktisi hukum, serta pemerintah dalam melaksanakan akibat

hukum terhadap Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang diaransemen ulang

pada acara resmi.

E. Keaslian Peneltian

Pada penelitian ini berjutuan untuk mengetahui apakah apakah Lagu

Kebangsaan Indonesia Raya dapat diaransemen ulang.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang pernah

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Kontinuitas Dan Perubahan Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Wisnu Mintargo (Jurnal Kawistara, Vol. 2, No. 3, Desember 2012)

bertujuan untuk menemukan Sejarah perkembangan musik di Indonesia,

latar belakang penggunaan lagu-lagu perjuangan Indonesia. Hasil

penelitian didapatkan bahwa Fungsi lagu kebangsaan ‘ Indonesia Raya’

selama tiga perempat abad telah berjuang mempersatukan bangsa di dalam

prosesnya melalui tiga tahap sebagai berikut: Pertama , Masa sumpah

pemuda 28 Oktober 1928 adalah menghimpun rasa kebangsaan merupakan

kesadaran berbangsa yang tumbuh secara alami dalam diri setiap orang

karena kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan

9
aspirasi perjuangan harus tetap dilestarikan hingga saat ini sebagai jiwa

nasionalisme. Kedua, Masa kolonialisme dan pendudukan Jepang adalah

aspirasi semangat kebangsaan dan tekad sejati seluruh masyarakat

Indonesia untuk membela dan berkorban bagi kepentingan bangsa dan

negara, sebagai warisan jiwa patriotik yang harus tetap dipelihara segenap

bangsa Indonesia saat ini guna membela kedaulatan negara bila ada

ancaman dari dalam maupun dari luar. Ketiga, Dalam mengisi

kemerdekaan terjadi proses dinamika politik sejak orde lama, orde baru,

dan reformasi saat ini, yaitu implementasi rasa, semangat, dan paham

kebangsaan, pikiran-pikiran nasional tentang hakekat, cita-cita kehidupan,

dan perjuangan masa lalu.

2. Studi Analisis Tentang Nilai-Nilai Kebangsaan Dalam Lagu Kebangsaan

Indonesia Raya Oleh Arief Rudiyanto (Skripsi : Jurusan Politik Dan

Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang,

2016) bertujuan untuk mengetahui nilai kebangsaan yang terkandung

dalam syair lagu kebangsaan Indonesia Raya. Hasil penelitian didapatkan

bahwa Dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya terdapat nilai-nilai

kebangsaan yang bersumber dari konsensus bangsa Indonesia yang terdiri

dari empat macam dengan masing-masing hakikat nilai kebangsaan yang

terkandung di dalamnya seperti Pancasila, Bhineka tunggal ika, NKRI,

serta UUD 1945 yang menjadikan suatu komponen penting yang wajib

dimiliki setiap insan di Indonesia..

10
3. Perlindungan Hukum bagi Pencipta Lagu Indonesia Raya Ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta oleh

Moch.Hasbiyalloh Prawiranegara,(Skripsi : Fakultas Hukum, Universitas

Jember, 2015) bertujuan untuk mengetahui penyelesaian sengketa lagu

Indonesia Raya yang diaransemen ulang tanpa izin. Hasil penelitian

didapatkan bahwa mengaransemen lagu kebangsaan Indonesia Raya tanpa

izin dapat dikenanakan sanksi pidana karena bertentangan dengan Pasal

113 ayat (2) UUHC tahun 2014. Upaya yang dapat dilakukan terhadap

kasus aransemen lagu Indonesia Raya tanpa izin adalah melalui jalur

litigasi dan jalur non litigas.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Hak Cipta.

1. Sejarah Hak Cipta

Hak Cipta merupakan terjemahan dari copyright dalam bahasa Inggris

(secara harfiah artinya "hak salin"). Copyright diciptakan sejalan dengan

penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses

untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya

yang hampir sama dengan proses pembuatan karya aslinya. Namun setelah di

temukannya mesin cetak oleh J. Guetenberg pada pertengahan abad ke-15, maka

terjadilah perubahan dalam waktu yang pendek serta dengan biaya yang lebih

ringan, sehingga perdagangan buku menjadi meningkat. Di bidang hak cipta

perlindungan mulai diberikan di Inggris pada tahun 1557 kepada perusahaan alat

tulis dalam hal penerbitan buku. Dalam akhir abad ke-17 para pedagang dan

penulis menentang kekuasaan yang diperoleh para penerbit dalam penerbitan

buku, dan menghendaki dapatnya ikut serta dan untuk menikmati hasil ciptaannya

dalam bentuk buku. Sebagai akibat ditemukannya mesin cetak yang membawa

akibat terjadinya perubahan masyarakat maka dalam tahun 1709 parlemen Inggris

menerbitkan Undang-Undang Anne (The Statute of Anne). Tujuan Undang-

Undang tersebut adalah untuk mendorong “learned men to compose and write

useful work”.8

8
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual :
Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya), Sinar Grafika,Jakarta ,1997, hlm.21.

12
Dalam Tahun 1690, John Locke mengutarakan dalam bukunya

TwoTreatises on Civil Government bahwa pengarang atau penulis mempunyai hak

dasar (“natural right”) atas karya ciptanya. Selain itu, peraturan tersebut juga

mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28

tahun, yang kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum yang bisa

dimanfaatkan siapa saja secara bebas.Adapun perkembangan di Belanda dengan

Undang-Undang tahun 1817, hak cipta (Kopijregt) tetap berada pada penerbit,

baru dengan Undang-Undang Hak Cipta tahun 1881 hak khusus pencipta

(uitsuitendrecht van de maker) sepanjang mengenai pengumuman dan

perbanyakan memperoleh pengakuan formal dan materiil. Dalam tahun 1886

terciptalah Konvensi Bern untuk perlindungan karya sastra dan seni, suatu

pengaturan yang modern di bidang hak cipta.

Kehendak untuk ikut serta dalam Konvensi Bern, merupakan dorongan

bagi Belanda terciptanya Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1912 (Auteurswet

1912).Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary

Works("Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau

"Konvensi Bern") pada tahun 1886 merupakan ketentuan hukum internasional

yang pertama mengatur masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam

konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis kepada si pembuat karya cipta,

dan pengarang atau pembuat tidak harus mendaftarkan karyanya untuk

mendapatkan copyright. Segera setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam

satu media, si pengarang otomatis mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap

karya tersebut dan juga terhadap karya derivatif atau turunannya (karya-karya lain

13
yang dibuat berdasarkan karya pertama), hingga si pengarang secara eksplisit

menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright tersebut sudah habis.9

2. Sejarah Hak Cipta di Indonesia

a. Perkembangan pengaturan hak cipta sebelum TRIPs Agreement di Indonesia

Sejak tahun 1886, di kalangan negara-negara di kawasan barat Eropa

telah diberlakukan Konvensi Bern, yang ditujukan bagi perlindungan

ciptaan-ciptaan di bidang sastra dan seni. Kecenderungan negara-negara

Eropa Barat untuk menjadi peserta pada Konvensi ini, hal ini yang

mendorong kerajaan Belanda untuk memperbaharui Undang-Undang hak

ciptanya yang sudah berlaku sejak 1881.10Secara yuridis formal Indonesia

diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada saat

diundangkannya Auteurswet (Wet van 23 September 1912, Staatblad 1912

Nomor 600), yang mulai berlaku 23 September 1912. dengan suatu Undang-

Undang hak cipta baru pada tanggal 1 November tahun 1912, yang dikenal

dengan Auteurswet 1912. Tidak lama setelah pemeberlakuan Undang-

Undang ini, kerajaan Belanda mengikatkan diri pada Konvensi Bern 1886.11

Setelah Indonesia merdeka, ketentuan Auteurswet 1912 ini kemudian

masih dinyatakan berlaku sesuai dengan ketentuan peralihan yang terdapat

dalam Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 192

Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat dan Pasal 142 Undang-

9
Ibid
10
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi
Ketentuan World Trade Organization/WTO- TRIPs Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010,
hlm. 53.
11
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung, 2003, hlm. 56

14
Undang Dasar Sementara 1950. Pemberlakuan Auteurswet 1912 ini sudah

barang tentu bersifat sementara.12

Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia

keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan hukum tentang

hak cipta tidak berlaku lagi, agar para intelektual Indonesia bisa

memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya asing tanpa harus membayar

royalti. Dengan pertimbangan agar tidak menyulitkan Indonesia dalam

pergaulan masyarakat internasional, sikap itu ditinjau kembali setelah Orde

Baru berkuasa. Ketentuan lama zaman Belanda tentang hak cipta, yakni

Auteurswet 1912 berlaku lagi.13

Setelah 37 tahun Indonesia merdeka, Indonesia sebagai negara

berdaulat mengundangkan suatu Undang-Undang nasional tentang Hak

Cipta, tepatnya tanggal 12 April 1982, pemerintah Indonesia memutuskan

untuk mencabut Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 dan

sekaligus mengundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang

Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15.

Undang-Undang ini pada prinsipnya peraturannya sama dengan Auteurswet

1912 namun disesuaikan dengan keadaan Indonesia pada saat itu.Dalam

pelaksanaannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 ini ternyata banyak

dijumpai terjadinya pelanggaran terutama dalam bentuk tindak pidana

pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung dari waktu ke waktu

dengan semakin meluas dan sudah mencapai tingkat yang membahayakan

12
Suyud Margono, op.cit., hlm. 57
13
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hlm.22.

15
dan merugikan kreatifitas untuk mencipta, yang dalam pengertian yang lebih

luas juga akan membahayakan sendi kehidupan dalam arti seluas-luasnya.14

Perkembangan kegiatan pelanggaran hak cipta tersebut dipengaruhi

oleh berbagai faktor. Sebab-sebab timbulnya keadaan tersebut bersumber

kepada:15

1) Masih belum memasyarakatnya etika untuk menghargai karya cipta

seseorang;

2) Kurangnya pemahaman terhadap arti dan fungsi hak cipta, serta

ketentuan Undang-Undang Hak Cipta pada umumnya, yang

disebabkan karena masih kurangnya penyuluhan mengenai hal

tersebut;

3) Terlalu ringannya ancaman yang ditentukan dalam Undang-Undang

Hak Cipta terhadap pembajakan Hak Cipta.

Namun di luar faktor diatas, pengamatan terhadap Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1982 itu sendiri ternyata juga menunjukkan masih

perlunya dilakukan beberapa penyempurnaan sehingga mampu menangkal

pelanggaran tersebut. Dalam memenuhi tuntutan penyempurnaan atas

Undang-Undang Hak Cipta 1982 tersebut, maka pada tanggal 23

September 1987 Pemerintah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,

diundangkanlah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Di dalam

Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987 skala perlindungan pun diperluas,

14
Rahmadi Usman, op. cit., hlm. 59
15
Suyud Margono, op.cit., hlm. 58.

16
diantara perubahan mendasar yang terjadi di dalamnya adalah masa

berlaku perlindungan karya cipta diperpanjang menjadi 50 tahun setelah

meninggalnya si pencipta.16

b. Perkembangan Pengaturan Hak Cipta Setelah TRIPs Agreement

Kemudian setelah berjalan selama 10 tahun UU Nomor 6 Tahun 1982 jo

UU Nomor 7 Tahun 1987 diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang

Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang hak cipta yang telah diubah

UU Nomor 7 Tahun 1987. Perubahan Undang-Undang ini dikarenakan negara

kita ikut serta dalam Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak Atas

Kekayaan Intelektual (Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual

Property Rights, Including Trade Counterfeit Goods/ TRIPs) yang merupakan

bagian dari Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia

(Agreement Establishing the World Trade Organization). Dengan keterkaitan

tersebut negara kita telah meratifikasi dengan UU Nomor 7 Tahun 1994 dan

melanjutkan dengan menerapkan dalam Undang-Undang yang salah satunya

adalah Undang-Undang Hak Cipta. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne

Convention for the Protection of Arstistic and Literary Works (Konvensi Berne

tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden

Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization

Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) dengan Keputusan Presiden

Nomor 19 Tahun 1997.17

16
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta,
2010, hlm. 5- 6
17
Ibid

17
Walaupun perubahan pengaturan Hak Cipta melalui UUHC 1997 telah

memuat beberapa penyesuaian pasal yang sesuai dengan Perjanjian TRIPs,

masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan untuk memberi

perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang hak cipta, termasuk upaya

untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari

keanekaragaman seni dan budaya bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan hal

tersebut dipandang perlu untuk mengganti UUHC dengan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lalu disadari karena kekayaan seni

dan budaya, serta pengembangan kemampuan intelektual masyarakat Indonesia

memerlukan perlindungan hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan

usaha yang sehat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional,

maka dibentuklah UUHC yang baru, yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta agar sesuai dengan perkembangan hukum dan

kebutuhan masyarakat.18

3. Pengertian Hak Cipta

Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hak” berarti suatukewenangan yang

diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau

tidak.Sedangkan kata “cipta” atau “ciptaan” tertuju pada hasil karya manusia

dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan

pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan

intelektual manusia. Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Sultan

Mohammad Syah, SH pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951


18
Ibid

18
(yang kemudian di terima di kongres itu) sebagai pengganti istilah hak pengarang

yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya, karena istilah hak pengarang

itu memberikan kesan “penyempitan” arti, seolah-olah yang di cakup oleh

pengarang itu hanyalah hak dari pengarang saja, atau yang ada sangkut pautnya

dengan karang-mengarang saja, padahal tidak demikian. Istilah hak pengarang itu

sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts.19

Secara yuridis, istilah Hak Cipta telah dipergunakan dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang

dipergunakan dalam Auteurswet 1912. Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang

hanya dimiliki si Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur

penggunaan hasil karya atau hasil olah gagasan atau informasi tertentu. Pada

dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan" atau hak

untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga sekaligus memungkinkan

pemegang hak tersebut untuk membatasi pemanfaatan, dan mencegah

pemanfaatan secara tidak sah atas suatu ciptaan. Mengingat hak eksklusif itu

mengandung nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa membayarnya, maka

untuk adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang

terbatas.20

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta, berbunyi “Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan

19
Rachmadi Usman, op.cit., hlm. 85.
20
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hlm.14.

19
perundang-undangan.”Pada dasarnya, hak cipta adalah sejenis kepemilikan

pribadi atas suatu ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta di

bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Ketika anda membeli sebuah buku,

anda hanya membeli hak untuk meminjamkan dan menyimpan buku tersebut

sesuai keinginan anda. Buku tersebut adalah milik anda pribadi dalam bentuknya

yang nyata atau dalam wujud benda berupa buku. Namun, ketika anda membeli

buku ini, anda tidak membeli Hak Cipta karya tulis yang ada dalam buku yang

dimiliki oleh si pengarang ciptaan karya tulis yang diterbitkan sebagai buku.

Dengan kerangka berpikir tentang sifat dasar hak cipta yang demikian, anda tidak

memperoleh hak untuk mengkopi ataupun memperbanyak buku tanpa seizin dari

pengarang. Apalagi menjual secara komersial hasil perbanyak buku yang dibeli

tanpa seizin dari pengarang. Hak memperbanyak karya tulis adalah hak eksklusif

pengarang atau seseorang kepada siapa pengarang mengalihkan hak perbanyak

dengan cara memberikan lisensi.

4. Hak Cipta Yang Dilindungi

Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah

memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan yang diberikan

perlindungan oleh Hak Cipta sebagai berikut :

a. Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam

bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:

1) Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua

hasil karya tulis lain;

2) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

20
3) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

4) Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

5) Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

6) Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;

7) Karya seni terapan;

8) Karya arsitektur;

9) Peta;

10) Karya seni batik atau seni motif lain;

11) Karya fotografi;

12) Potret;

13) Karya sinematografi;

14) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,

aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

15) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional;

16) Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca

dengan Program Komputer maupun media lainnya;

17) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli;

18) Permainan video;

19) Program Komputer.

21
b. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat l dilindungi sebagai ciptaan

tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.

c. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, termasuk

perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan

Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang

memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 juga menjelaskan

pengertian dari jenis ciptaan yang dilindungi sebagaimana disebutkan dalam

Penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 sebagai berikut:

a. Perwajahan karya tulis adalah karya cipta yang lazim dikenal dengan

"typholographical arrangement", yaitu aspek seni pada susunan dan

bentuk penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain format, hiasan,

komposisi warna dan susunan atau tata letak huruf indah yang secara

keseluruhan menampilkan wujud yang khas;

b. Alat peraga adalah ciptaan yang berbentuk 2 (dua) ataupun 3 (tiga)

dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi atau

ilmu pengetahuan lain;

c. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks diartikan sebagai satu kesatuan

karya cipta yang bersifat utuh;

d. Gambar antara lain meliputi: motif, diagram, sketsa, logo dan unsur-unsur

warna dan bentuk huruf indah. kolase adalah komposisi artistik yang

dibuat dari berbagai bahan (misalnya dari kain, kertas, atau kayu) yang

ditempelkan pada permukaan sketsa atau media karya;

22
e. Karya seni terapan adalah karya seni rupa yang dibuat dengan menerapkan

seni pada suatu produk hingga memiliki kesan estetis dalam memenuhi

kebutuhan praktis, antara lain penggunaan gambar, motif, atau ornament

pada suatu produk;

f. Karya arsitektur antara lain, wujud fisik bangunan, penataan letak

bangunan, gambar rancangan bangunan, gambar teknis bangunan, dan

model atau maket bangunan;

g. Peta adalah suatu gambaran dari unsur alam dan/atau buatan manusia yang

berada di atas ataupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada

suatu bidang datar dengan skala tertentu, baik melalui media digital

maupun non digital;

h. Karya seni batik adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif,

masa kini, dan bukan tradisional. Karya tersebut dilindungi karena

mempunyai nilai seni, baik dalam kaitannya dengan gambar, corak,

maupun komposisi warna. Karya seni motif lain adalah motif yang

merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah,

seperti seni songket, motif tenun ikat, motif tapis, motif ulos, dan seni

motif lain yang bersifat kontemporer, inovatif, dan terus dikembangkan;

i. Karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan menggunakan

kamera;

j. Karya sinematografi adalah Ciptaan yang berupa gambar gerak (moving

images) antara lain: film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita

yang dibuat dengan skenario, dan film kartun. Karya sinematografi dapat

23
dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik

dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan di

bioskop,layar lebar, televisi atau media lainnya. Sinematografi merupakan

salah satu contoh bentuk audiovisual;

k. Bunga rampai meliputi: ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kompilasi

karya tulis pilihan, himpunan lagu pilihan, dan komposisi berbagai karya

tari pilihan yang direkam dalam kaset, cakram optik atau media lain. Basis

data adalah kompilasi data dalam bentuk apapun yang dapat dibaca oleh

komputer atau kompilasi dalam bentuk lain, yang karena alasan pemilihan

atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi intelektual.

Perlindungan terhadap basis data diberikan dengan tidak mengurangi hak

para pencipta atas ciptaan yang dimaksudkan dalam basis data tersebut.

Adaptasi adalah mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain.

Sebagai contoh dari buku menjadi film. Karya lain dari hasil transformasi

adalah merubah format ciptaan menjadi format bentuk lain. Sebagai

contoh musik pop menjadi musik dangdut.

Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta meliputi:21

a. hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;

21
Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

24
b. setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data

walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan , dijelaskan, atau

digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan

c. alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan

masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan

fungsional.

Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat terbuka lembaga

negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat

pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan kitab suci atau simbol

keagamaan. Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan sebagai ciptaan adalah:22

a. Ciptaan diluar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan satra;

b. Ciptaan yang tidak orisinil;

c. Ciptaan yang bersifat abstrak;

d. Ciptaan yang sudah merupakan milik umum;

e. Ciptaan yang tidak sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang Hak

Cipta.

5. Kategori Pelanggaran Hak Cipta

Kategori pelanggaran hak cipta antara lain berupa pengambilan,

pengutipan, perekaman, pertanyaan, dan pengumuman sebagian atau seluruh


22
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

25
ciptaan orang lain dengan cara apapun tanpa izin pencipta/pemegang hak

cipta, bertentangan dengan Undang-Undang atau melanggar perjanjian.

Dilarang Undang-Undang artinya Undang-Undang hak cipta tidak

memperkenankan perbuatan itu dilakukan oleh orang yang tidak berhak,

karena tiga hal yakni :23

a. Merugikan pencipta,/pemegang hak cipta, misalnya memfotokopi

sebagian atau seluruhnya ciptaan orang lain kemudian dijualbelikan

kepada masyarakat luas;

b. Merugikan kepentingan Negara, misalnya mengumumkan ciptaan

yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan

dan keamanan atau;

c. Bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya

memperbanyak dan menjual video compact disc (VCD) porno.

6. Hak Cipta Terkait

Hak Terkait (Neighbouring Right) lahir sebagai konsekuensi dari

munclnya hak cipta. Hak Terkait membutuhkan Hak Cipta untuk

menimbulkan eksistensinya. Namun, Hak Cipta tidak melulu membutuhkan

Hak Terkait untuk eksis. Hak Terkait pada prinsipnya adalah hak yang muncul

bagi pihak-pihak tertentu karena pihak tersebut memiliki kaitan dengan suatu

Hak Cipta dan penggunaannya. Secara umum, Hak terkait diberikan

setidaknya kepada tiga kelompok berikut:

23
Budhi Prasetyo, “Pertanggungjawaban Pidana Pelanggaran Hak Cipta Terhadap
Ciptaan Yang Dilindungi Dalam Uu No.19 / 2002(Studi Kasus
No.3683/Pid.B/2008/Pn.Mdn)”SKRIPSI,Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,2011.

26
a. Pelaku Pertunjukan.

Hak Pelaku pertunjukan diberikan kepada pelaku suatu

pertunjukan yang mana pertunjukan tersebut merupakan suatu

ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta. Contohnya, seorang

penyanyi menyanyikan lagu yang bukan ciptaannya. Lagu yang

dinyanyikan oleh sang penyanyi merupakan suatu Ciptaan yang

memiliki Hak Cipta. Lalu si penyanyi menyanyikan lagu itu dan

kemudian penampilannya direkam dalam sebuah rekaman video atau

bahkan disiarkan di stasiun televisi. Untuk itu, ketika rekaman video

penampilannya ataupun ketika penampilannya disiarkan secara

langsung atupun tunda, maka sang penyanyi memiliki Hak Terkait.

Atas Hak Terkait yang dimilikinya maka ia dapat meminta

kompensasi ekonomi atas penjualan ataupun penyiaran dari

pertunjukan yang dilakukannya.

b. Produser rekaman.

Kembali ke kisah sang penyanyi dalam contoh nomor 1,

maka ketika ia merekam lagu maka lagu itu akan diproduksi oleh

produser rekaman baik sesosok individu ataupun suatu badan hukum.

Maka, bagi produser rekaman lagu itu muncul hak terkait atas

rekaman lagu yang kemudian memberikannya hak untuk

memaksimalkan potensi ekonomi dari produksi dan pemasaran lagu

tersebut.

c. Lembaga Penyiaran

27
Lembaga penyiaran memiliki Hak Terkait yang berkaitan

dengan adanya penyiaran suatu acara ataupun program. Dalam cerita

nomor satu mengenai penyanyi yang melakukan pertunjukan

menggunakan lagu ciptaan orang lain, maka ketika pertunjukan

tersebut disiarkan di Televisi, maka Televisi yang menyiarkan

pertunjukan tersebut memiliki hak siar atas program ataupun

pertunjukan tersebut.

Hak cipta terdiri dari hak ekonomi (eco-nomicrights) dan hak

moral (morairights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat

ekonomi atas suatu karya cipta serta produk Hak Terkait (neighring

rights). Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta

atau Pelaku yang tdak dapat dihapus atau dlhilangkan (inalienable) dengan

alasan apapun, meskipun Hak Cipta tau Hak Terkair tersebut elah

dialihkan kepada pihak lain. Konsep Hak Moral berasal darl sistem hukum

Eropa Kontinental, negara-negara yang menganut sistem Civil Law, seperti

Perancis dan Jerman memfokuskan secara eksklusif terhadap cIptaan

Individual, sedangkan negara-negara Common Law, seperti Amerika

Serlkat dan Inggris memfokus kepada kepemillkan hak cipta. Konsep Hak

Moral Eropa Kontlnental tidak ditemukan dalam Undang-Undang Hak

CIpta Amerika Serlkat dan Inggris.

a) Hak Ekonomi

Hak ekonomi di dalam hak cIpta juga disebut hak eksploltasi, hal

Inl antara lain mellputi;

28
1) Hak untuk memperbanyak ciptaan.

2) Hak untuk mengumumkan ciptaan.

3) Hak untuk mentransformaslkan ciptaan atau mengalihkan ciptaan

4) Hak untuk mereproduksi ciptaan.

Hak-hak ekonomi serlngkali disinonimkan dengan hak-hak

eksploltasi, hal Ini disebabkan oleh karena hak cipta memberikan jangka

waktu tertentu untuk mengeksploitasi manfaat ekonomi karya cipta kepada

pencipta. Keglatan eksploltasi dapat berupa kegiatan pelaku (performer)

dimana seorang penyanyi melantunkan sebuah lagu (ciptaan) musik yang

direkam dalam compact disc atau kaset oleh producer rekaman untuk

dijual secara umum kepada para konsumen. Hak ekonomi adalah hak-hak

yang mellputi hak reproduksi, adaptasi, distribusi dan komunikasi

(penyiaran, pengabelan (cabling) dan pertunjukan publlk.24

b) Hak Moral

Hak moral dibedakan dengan hak ekonomi, jika hak ekonomi

mengandung nilai ekonomis, maka hak moral sama sekali tidak memiliki

nilai ekonomis. Kata “moral” menunjukkan hak yang tersembunyi dibalik

nilai ekonomis itu. Akan tetapi, ada kalanya nilai dari hak moral itu justru

mempengaruhi nilai ekonomis. Hak moral merupakan pengakuan bahwa

suatu Ciptaan merupakan suatu pengembangan kepribadian si Pencipta

dan bahwa keterkaitan antara Pencipta dan Ciptaannya harus dihargai.25

24
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta menumtBeberapa Konvensi Intemasional, Undang-
undang Hak Cipta 1997 dan Periindungannya terhadap Buku serta Perjanjian Peneititannya
Bandung: FT. Alumni, 1999, him.62-63
25
Gatot Supramono,. 2010. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta: Rineka
Cipta, hlm 44

29
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,

menyebutkan dalam Pasal 5 bahwa hak moral itu merupakan hak yang

melekat secara abadi pada diri Pencipta. Hak yang dilekatkan tersebut

meliputi hak untuk:

1) Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada

salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

2) Menggunakan nama aslinya atau nama samarannya;

3) Mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

4) Mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

5) Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan,

mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat

merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

B. Tinjauan Umum Tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

1. Sejarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Indonesia Raya merupakan lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini

menjadi salah satu titik kelahiran pergerakan nasionalis di seluruh nusantara yang

mendukung ide "Indonesia" yang satu sebagai penerus Hindia Belanda, daripada

dipecah belah menjadi beberapa koloni. Lagu ini digubah oleh Wage Rudolf

Soepratman pada tahun 1924 dan kemudian diperkenalkan di depan khalayak

pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II di Batavia (Jakarta).

Koran Tionghoa berbahasa Melayu, Sin Po, edisi 10 November 1928 diterbitkan.

Setelah beberapa kali mengalami perubahan, lagu "Indonesia Raya" diputar dalam

upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia seusai pembacaan Teks Proklamasi

30
oleh Soekarno Lagu "Indonesia Raya" yang gubahannya sempat ditinjau ulang

kemudian diatur keabsahannya sebagai lagu kebangsaaan dalam PP No. 44 Tahun

1958. Keabsahannya sebagai lagu kebangsaan dikukuhkan lebih jauh dengan

ditetapkannya amandemen kedua UUD 1945 yang memasukkan butir "Lagu

Kebangsaan ialah Indonesia Raya" dalam Pasal 36B, dan juga disahkannya

Undang-Undang No. 24 Tahun 2009.26

Ketika mempublikasikan "Indonesia Raya" tahun 1928, Wage Rudolf

Soepratman dengan jelas menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul

"Indonesia Raya". Teks lagu "Indonesia Raya" dipublikasikan pertama kali oleh

suratkabar Sin Po, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh seorang

pengusaha bernama Yo Kim Tjan. Setelah dikumandangkan tahun 1928 di

hadapan para peserta Kongres Pemuda Kedua dengan biola, pemerintah kolonial

Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi "Indonesia

Raya". Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka menyanyikan lagu

itu dengan mengucapkan "Mulia, Mulia!" (bukan "Merdeka, Merdeka!") pada

refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu

kebangsaan Selanjutnya lagu "Indonesia Raya" selalu dinyanyikan pada setiap

rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai

lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.27

2. Lirik Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

26
Susilo, Y. Edhi, Sejarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Lembaga Penelitian
Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.1996,hlm 15.
27
Ibid

31
Sejarah mencatat bahwa Lagu Kebangsaaan Indonesia Raya mengalami

beberapa kali perubahan sebelum akhirnya di sahkan dengan menggunakan ejaan

yang tepat. Adapun perubahannya adalah sebagai berikut :28

a. Lirik Asli (Indonesia Raja tahun 1928)

I
Indonesia, tanah airkoe,
Tanah toempah darahkoe,
Disanalah akoe berdiri,
Mendjaga Pandoe Iboekoe.

Indonesia kebangsaankoe,
Kebangsaan tanah airkoe,
Marilah kita berseroe:
"Indonesia Bersatoe".

Hidoeplah tanahkoe,
Hidoeplah neg'rikoe,
Bangsakoe, djiwakoe, semoea,
Bangoenlah rajatnja,
Bangoenlah badannja,
Oentoek Indonesia Raja.

II
Indonesia, tanah jang moelia,
Tanah kita jang kaja,
Disanalah akoe hidoep,
Oentoek s'lama-lamanja.

Indonesia, tanah poesaka,


Poesaka kita semoea,
Marilah kita mendoa:
"Indonesia Bahagia".

Soeboerlah tanahnja,
Soeboerlah djiwanja,
Bangsanja, rajatnja, semoeanja,
Sedarlah hatinja,
Sedarlah boedinja,
Oentoek Indonesia Raja.

III
28
Ibid

32
Indonesia, tanah jang soetji,
Bagi kita disini,
Disanalah kita berdiri,
Mendjaga Iboe sedjati.

Indonesia, tanah berseri,


Tanah jang terkoetjintai,
Marilah kita berdjandji:
"Indonesia Bersatoe"

S'lamatlah rajatnja,
S'lamatlah poet'ranja,
Poelaoenja, laoetnja, semoea,
Madjoelah neg'rinja,
Madjoelah Pandoenja,
Oentoek Indonesia Raja.

Refrain
Indones', Indones',
Moelia, Moelia,
Tanahkoe, neg'rikoe jang koetjinta.
Indones', Indones',
Moelia, Moelia,
Hidoeplah Indonesia Raja.

b. Lirik Resmi (Indonesia Raja tahun 1958)

I
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Disanalah aku berdiri,
Djadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rajatku, sem'wanja,
Bangunlah djiwanja,
Bangunlah badannja,
Untuk Indonesia Raja.

33
II
Indonesia, tanah jang mulia,
Tanah kita jang kaja,
Disanalah aku berdiri,
Untuk s'lama-lamanja.

Indonesia, tanah pusaka,


P'saka kita semuanja,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.

Suburlah tanahnja,
Suburlah djiwanja,
Bangsanja, Rajatnja, sem'wanja,
Sadarlah hatinja,
Sadarlah budinja,
Untuk Indonesia Raja.

III
Indonesia, tanah jang sutji,
Tanah kita jang sakti,
Disanalah aku berdiri,
Ndjaga ibu sedjati.

Indonesia, tanah berseri,


Tanah jang aku sajangi,
Marilah kita berdjandji,
Indonesia abadi.

S'lamatlah rakjatnja,
S'lamatlah putranja,
Pulaunja, lautnja, sem'wanja,
Madjulah Neg'rinja,
Madjulah pandunja,
Untuk Indonesia Raja.

Refrain
Indonesia Raja,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku jang kutjinta!
Indonesia Raja,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raja.

34
c. Lirik Modern (Indonesia Raya)

I
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku,
Hiduplah negeriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.

II
Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk selama-lamanya.

Indonesia, tanah pusaka,


Pusaka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.

Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.

III
Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
Jaga ibu sejati.

35
Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.

Selamatlah rakyatnya,
Selamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Negerinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.

Refrain
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, negeriku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.

Lagu Indonesia Raya punya sejarah cerita yang besar dalam Kongres

Pemuda II yang dilaksanakan 28 Oktober 1926. Pada acara yang dilaksanakan di

Jalan Kramat Raya 106 Jakarta, lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan

kepada seluruh peserta Kongres Pemuda II. Pasca mengumandangkan lagu

Indonesia Raya di kongres tersebut, WR Supratman semakin dikenal. Namanya

semakin populer setelah lagu Indonesia Raya dijadikan piringan hitam pada tahun

1929 oleh Firma Tio Tek Hong.

Dalam arsip Museum Sumpah Pemuda, lagu Indonesia Raya pernah

berubah dua kali dari versi aslinya yang dinyanyikan pada Kongres Pemuda II.

Salah satu perubahan tersebut terlihat dengan tidak adanya kata merdeka dan kata

Indonesia Demi alasan keamanan, syair lagu ditulis tersamar seperti memakai

36
nama Indones untuk nama Indonesia dan Moelia untuk menggantikan kata

Merdeka. Syair versi pertama merupakan syair yang dikumandangkan pada saat

Kongres Pemuda II. Kemudian syair kedua merupakan gubahan WR Supratman

pada November 1928. Dan terakhir, syair ketiga telah berlaku sejak zaman

pendudukan Jepang dan masih digunakan hingga sekarang. Lagu Indonesia raya

ciptaan WR Supratman tak hanya satu stanza atau satu kuplet seperti yang banyak

dikenal saat ini. Lagu Indonesia Raya sebenarnya terdiri dari tiga kuplet. Kuplet

kedua lagu Indonesia Raya dengan perubahan yang terjadi seperti kutipan lirik

diatas.

Pada awalnya pertama kali dikumandangkan Lagu Indonesia Raya

berjumlah 81 birama dengan menggunakan irama wals2 6/8. Akan tetapi, irama

wals tersebut menyebabkan lagu ini tidak memiliki tekanan yang senada dalam

tekanan pada mars. Selain itu, lagu ini pada dasarnya memiliki aksen yang datar

serta tempo yang sangat lambat iringan musiknya dengan tangga nada C natural

sesuai register instrumen biola dan belum memperhitungkan ambitus suara vokal

manusia. Kebanyakan musik memiliki jumlah ketukan yang banyaknya pada

setiap biramanya. Lagu Indonesia Raya memiliki wals yang dihitung 3 ketukan

(Triple) atau sukat yang tersusun dalam 6 ketukan dalam satu birama. Wals

tersebut menyebabkan lagu ini terasa lebih berat karena jumlah ketukannya yang

terlalu banyak.29

Lagu Indonesia mengalami pasang surut pada kedudukan pemerintah

Jepang. Pada tahun 1944 dibentuk panitia lagu kebangsaan yang dipimpin oleh

29
Wisnu Mintargo, “Kontinuitas Dan Perubahan Makna Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya,”Jurnal Kawisatra Vol. 2, No. 3, Desember 2012, hlm. 301.

37
Sukarno dengan anggota Ki Hadjar Dewantara, Achyar, Bintang Sudibyo, Darma

Wijaya, Kusbini, KH. Masyur, Mr. Muhammad Yamin, Mr. Sastro Moelyono,

Sanusi Pane, Cornel Simandjuntak, Mr. Achmad Soebardjo, dan Utoyo. Lagu

Indonesia disahkan pada tahun 1944, lagu tersebut dikumandangkan pada rapat

pertemuan dan upacara tertentu.

3. Notasi Nada Asli Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Berikut ini merupakan notasi nada asli lagu Kebangsaan Indonesia Raya :

38
Perkembangan lagu Indonesia Raya memiliki sikap konsisten dalam

menyampaikan makna yang terdapat di dalamnya secara berlanjut dari

39
sebelum merdeka yaitu 1928 hingga era modern pada tahun 2009. Pertama,

pada tahun 1928 lagu Indonesia Raya dapat mempersatukan bangsa. Lirik syair

lagu Indonesia Raya mengandung makna besar di dalamnya. Sehingga masyarakat

nusantara dapat menerimanya. Kedua, pada tahun 1945 lirik lagu Indonesia Raya

mengalami perubahan yang cukup besar, namun Panitia Lagu Kebangsaan

Indonesia Raya tetap mempertahankan estetika nilai yang terkandung di dalamnya

sebelum dilakukan perubahan. Ketiga, pada tahun 1958 Lagu Indonesia Raya

mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah. Kedudukannya sebagai Lagu

Kebangsaan kembali dipertegas dan diperkokoh dalam Peraturan Pemerintah No.

44 tahun 1958. Keempat, pada tahun 2009 pemerintah kembali menempatkan

ulang posisi Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan melalui Undang-

Undang No. 24 tahun 2009 bersamaan dengan bendera, lambang negara dan

bahasa. Dalam Undang-Undang tersebut telah sangat jelas bahwa Lagu Indonesia

Raya tidak mengalami perubahan dalam liriknya yang bertujuan untuk

menyesuaikan makna pada era modern ini.30

BAB III

METODE PENELITIAN
30
Febriansyah Pratama Putra, Perkembangan Lagu Indonesia Raya (Tahun 1928-2009),
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2020,
hlm.284

40
A. Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

hukum normatif (legal research), yakni mencari kebenaran pragmatic yang mana

suatu kebenaran di dasarkan pada kesesuaian antara yang di telaah dengan aturan

yang di tetapkan untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum dan

doktin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 31 Dalam

penelitian ini penulis akan mengkaji dan menelaah ketentuan-ketentuan normatif

sebagai sumber hukum menangani masalah apakah Lagu Kebangsaan Indonesia

Raya dapat diaransemen ulang.

B. Metode Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Undang-Undang (statute approach), dan pendekatan konseptual (Conceptual

Approach)

1. Pendekatan Peraturan Perundang-Undangan (Statute Approach),

Pendekatan peraturan yang digunakan adalah pendekatan Undang-

Undang (statute approach), dilakukan dengan menelaah semua Undang-

Undangan dan regulasi yang bersangkutpaut dengan isu hukum yang sedang

ditangani.32 Dalam metode pendekatan ini penulis mencoba menganalisis dan

mengkaji kesesuaian peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan

masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

2. Pendekatan Konseptual ( Conceptual Approach)

31
Peter Mahmud Marzuki, 2014, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Cetakan ke-8, Kencana
Prenada Media Grub, Jakarta hlm.93
32
Ibid. hlm. 45

41
Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.33 Pendekatan ini menjadi

penting sebab pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang berkembang

dalam ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi

hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Pandangan/doktrin

akan memperjelas ide-ide dengan memberikan pengertian-pengertian hukum,

konsep hukum, maupun asas hukum yang relevan dengan permasalahan.

Dengan metode pendekatan ini penulis menggunakan teori-teori dan doktrin

dalam ilmu hukum yang bertujuan untuk menemukan pemikiran baru yang

dapat membantu untuk menyelesaikan permasalahan yang diangkat dalam

rumusan masalah.

C. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

skunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum skunder, dan bahan-

bahan hukum tersier. Untuk memecahkan isu hukum sekaligus memberikan

preskripsi mengenai apa yang seyogyannya, diperlukan sumber-sumber penelitian

yaitu:34

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang memiliki otoritas.

Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-

catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan yang

antara lain:

33
Ibid. hlm. 93-94
34
Ibid. hlm. 181

42
a. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,

dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2009, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 5035)

b. Undang-Undang 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 266 Tahun 2014, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5599)

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan

komentar-komentar atas putusan pengadilan.35 Bahan hukum sekunder

pula memliki tingkatan yang didasarkan pada jenisnya. Hal tersebut dapat

diketahui bahwa bahan hukum skunder yang utama adalah buku teks

karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan

pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai kualifikasi

tinggi.36 Adapun bahan-bahan sekunder dalam penelitian antara lain buku-

buku hukum, kamus hukum, dan jurnal hukum yang relevan.

3. Bahan Hukum Tersier

35
Ibid. hlm. 141-142
36
Op.Cit. hlm. 142

43
Bahan hukum tersier, yaitu dokumen yang berisi konsep-konsep dan

keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti kamus, Ensiklopedia , dan lain-lain

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum yang diperlukan oleh penulis berkaitan

dengan penyelesaian proposal ini adalah dengan cara penelitian kepustakaan

(library research) . Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian terhadap literatur-

literatur untuk memperoleh bahan teoritis ilmiah yang dapat digunakan sebagai

dasar analisis terhadap substansi penulisan ini.37 Tujuan dari tinjauan kepustakaan

(library research) ini adalah untuk memperoleh bahan-bahan hukum primer yang

meliputi perundang-undangan, buku-buku, jurnal, makalah, situs internet, maupun

bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan penelitian. Sedangkan

penelitian lapangan yaitu data yang di kumpulkan dengan mengadakan penelitian

secara langsung di lapangan untuk mendapatkan data yang akurat.

E. Teknik Analisis Bahan Hukum

Melakukan analisis bahan hukum merupakan suatu metode atau cara yang

ditunjukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diangkat. Analisis

bahan hukum dalam penelitian ini mengunakan metode analisis perskriptif. Dalam

hal ini mengkaji secara mendalam bahan hukum yang ada kemudian digabungkan

dengan bahan hukum yang lain, lalu dipadupadakan dengan teori-teori yang

mendukung dan selanjutnya ditarik kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
37
Ibid. hlm. 56

44
Edhi ,Susilo, Y, 1996, Sejarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Lembaga
Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.

Fadjar. Abdul Mukthie, 2016. Sejarah Elemen dan Tipe Negara Hukum, Setara
Press, Malang.

Hadjon ,Philipus M., 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina
Ilmu, Surabaya.

Margono ,Suyud, 2010, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis
Harmonisasi Ketentuan World Trade Organization/WTO- TRIPs
Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor.

Marzuki ,Peter Mahmud, 2014,Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Cetakan ke-8,


Kencana Prenada Media Grub, Jakarta.

Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,


Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Universitas Diponegoro,


Semarang.

Munandar Harris dan Sally Sitanggang, 1997, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan
Intelektual : Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya), Sinar
Grafika,Jakarta.

Purba, Afrillyana,2005,TRIPS-WTO dan Hukum HKI Indonesia,Rineka Cipta,


Jakarta.

Rahardjo ,Satjipto, 2003, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas,


Jakarta.

Supramono ,Gatot, 2010, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta,
Jakarta.

Soekanto Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta

Usman ,Rachmadi, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, 2003, Perlindungan


dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung.

Perundang-undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

45
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 109 Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5035)

Undang-Undang 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 266 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5599)

Jurnal dan lainnya :

Budhi Prasetyo, ,2011 “Pertanggungjawaban Pidana Pelanggaran Hak Cipta


Terhadap Ciptaan Yang Dilindungi Dalam Uu No.19 / 2002(Studi Kasus
No.3683/Pid.B/2008/Pn.Mdn)”Skripsi, Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.

Febriansyah Pratama Putra, 2020,Perkembangan Lagu Indonesia Raya (Tahun


1928-2009), Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung.

Mintargo Wisnu, 2012. Kontinuitas Dan Perubahan Makna Lagu Kebangsaan


Indonesia Raya, Jurnal, Universitas Gadjah Mada,

Rudiyanto, Arief. 2016. Studi Analisis Tentang Nilai-Nilai Kebangsaan Dalam


Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

46

Anda mungkin juga menyukai